3471
o.
id
.b
ps
.g
ko
ta
gj
a
jo
tp
://
ht
2014
Kerjasama
Pemerintah Kota Yogyakarta
dengan
BPS Kota Yogyakarta
Katalog : 4102002.3471
ht
tp
://
jo
gj
a
ko
ta
.b
ps
.g
o.
id
Kerjasama
Pemerintah Kota Yogyakarta
dengan
BPS Kota Yogyakarta
o.
id
34710.15.42
Katalog BPS
410.2002.3471
ISBN
Ukuran Buku
Naskah
ko
ta
gj
a
Seksi NWA
Seksi NWA
ht
Diterbitkan oleh
14,8 cm x 21 cm
jo
tp
://
Gambar/Kulit
.b
ps
.g
No. Publikasi
KATA PENGANTAR
publikasi
ini
IPM
diaplikasikan
untuk
mengukur
kinerja
o.
id
.b
ps
.g
pengetahuan,
kemampuan
dan
melalui
ketrampilan,
gj
a
pembangunan
ko
ta
taraf
sekaligus
kesehatan,
pemanfaatan
jo
tp
://
Data pokok yang terdapat pada publikasi ini bersumber dari data
dasar yang ada di BPS Kota Yogyakarta dan data sekunder dari instansi
terkait, dengan berbagai pengolahan yang diperlukan. Penghitungan pada
ht
IPM tahun 2014 ini telah menggunakan metode baru yang merupakan
penyempurnaan dari metode sebelumnya. Kepada semua pihak yang telah
membantu terbitnya publikasi ini disampaikan terima kasih.
Publikasi ini dimaksudkan untuk dapat ikut membantu melengkapi
ketersediaan data/informasi bagi para perencana dan penyusun kebijakan
serta konsumen data yang lain.
Saran dan kritik yang membangun dari para pengguna data demi
kesempurnaan publikasi selanjutnya di masa yang akan datang sangat
diharapkan.
o.
id
ht
tp
://
jo
gj
a
ko
ta
.b
ps
.g
Drs. Harjana
NIP. 19631026 199203 1 003
ii
DAFTAR ISI
iii
vi
Abstraksi ..............................................................................................
vii
o.
id
Bab I. PENDAHULUAN
ko
ta
.b
ps
.g
gj
a
17
18
19
ht
tp
://
jo
20
22
24
26
28
iii
31
38
39
46
54
ht
tp
://
jo
gj
a
ko
ta
.b
ps
.g
o.
id
iv
DAFTAR TABEL
21
22
o.
id
24
.b
ps
.g
25
ko
ta
Yogyakarta, 2012/2013-2013/2014.....................................
Rumah
Tangga
Berlantai
Tanah
26
dan
gj
a
27
jo
tp
://
28
31
ht
39
40
43
Kecamatan di
39
Tabel 4.6 Posisi Kredit UMKM yang Diberikan Bank Umum dan BPR
di Kota Yogyakarta 2011-2014 (milyar rupah) ....................
IPM Kota Yogyakarta Tahun 2014
40
v
DAFTAR GAMBAR
29
32
o.
id
Rupiah) ............................................................................
35
36
.b
ps
.g
37
38
42
ht
tp
://
jo
gj
a
ko
ta
vi
ABSTRAKSI
o.
id
.b
ps
.g
ko
ta
pada hasil perhitungan IPM di Kota Yogyakarta. Pada 2014, nilai IPM Kota
Yogyakarta mencapai 83,78. Derajat kesehatan Kota Yogyakarta relatif baik,
gj
a
hal ini ditunjukkan dengan angka harapan hidup waktu lahir yang relatif
panjang yaitu mencapai 74,05 tahun pada 2014. Angka harapan hidup
tp
://
dan Sleman.
jo
ht
umum sudah relatif maju. Hal ini ditunjukkan angka Harapan Lama Sekolah
sebesar 15,97 dan rata-rata lama sekolah yang sudah relatif panjang, yaitu
11,39 tahun atau rata-rata sudah menempuh kelas dua Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas.
Angka pengeluaran riil relatif dominan berpengaruh terhadap
kenaikan IPM Kota Yogyakarta. Pengeluaran riil per kapita Kota Yogyakarta
mengalami perubahan yang cukup berarti pada periode 2013-2014. Pada
2013 pengeluaran riil per kapita sekitar Rp. 16.645 ribu meningkat menjadi
Rp. 16.755 ribu pada 2014.
IPM Kota Yogyakarta Tahun 2014
vii
ht
tp
://
jo
gj
a
ko
ta
.b
ps
.g
o.
id
seluruh masyarakat.
viii
BAB I
PENDAHULUAN
gj
a
ko
ta
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
://
jo
a.
b.
c.
jo
gj
a
ko
ta
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
://
.b
ps
.g
o.
id
tp
://
jo
gj
a
ko
ta
ht
tp
://
jo
c.
ko
ta
b.
gj
a
a.
.b
ps
.g
o.
id
Bab I,
ht
Laporan IPM ini terdiri dari lima (5) bab yang terdiri dari:
Pendahuluan, yang menguraikan tentang latar belakang,
maksud dan tujuan perhitungan dan penulisan IPM Kota
Yogyakarta.
BabII,
BabIII,
ht
tp
://
jo
gj
a
ko
ta
.b
ps
.g
o.
id
Bab V,
BAB II
METODOLOGI
.b
ps
.g
o.
id
tp
://
jo
gj
a
ko
ta
ht
ko
ta
.b
ps
.g
o.
id
jo
gj
a
ht
tp
://
b. Metode Penghitungan
Metode agregasi diubah dari rata-rata aritmatik menjadi rata-rata
geometrik.
Adapun alasan yang dijadikan dasar perubahan metodologi
penghitungan IPM yaitu :
ko
ta
.b
ps
.g
o.
id
gj
a
ht
tp
://
jo
ko
ta
.b
ps
.g
o.
id
tp
://
jo
gj
a
ht
2. Indeks pendidikan
Angka harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah diharapkan
dapat mencerminkan tingkat pengetahuan dan keterampilan penduduk. Yang
dimaksud dengan Harapan Lama Sekolah (HLS) adalah lamanya sekolah
(dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu
pada masa mendatang. Dengan asumsi kemungkinan anak tersebut akan
tetap bersekolah pada umur-umur berikutnya sama dengan rasio penduduk
yang bersekolah per jumlah penduduk untuk umur yang sama saat ini.
.b
ps
.g
o.
id
Langkah kedua
Langkah ketiga
tp
://
ht
Langkah keempat
th
gj
a
Langkah pertama
jo
ko
ta
cara :
10
o.
id
di mana :
: Harapan Lama Sekolah pada umur a di tahun t
ko
ta
.b
ps
.g
ht
tp
://
jo
gj
a
11
Adapun angka rata-rata lama sekolah (RLS) adalah jumlah tahun yang
digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal. Dalam kondisi
normal rata-rata lama sekolah suatu wilayah tidak akan turun.
Angka ini diperoleh dengan mengolah dua variabel sekaligus yaitu
tingkat/kelas yang pernah/sedang diduduki dan jenjang pendidikan yang
ditamatkan. Perhitungan rata-rata lama sekolah dilakukan secara bertahap.
.b
ps
.g
o.
id
Keterangan
Lama Sekolah
gj
a
ko
ta
ht
tp
://
jo
Ket:
Karena di Susenas kode kelas untuk yang sedang
kuliah S2 = 6 dan kuliah S3 = 7
tidak menunjukkan kelas
12
Konversi Lama
Sekolah (Tahun)
Ijazah
SD/SDLB/MI/Paket A
SMP/SMPLB/MTs/Paket B
SMA/SMLB/MA/SMK/Paket C
12
o.
id
D1/D2
14
15
.b
ps
.g
D3/Sarjana Muda
D4/S1
S2/S3
16
18
gj
a
ko
ta
jo
ht
tp
://
Di mana :
RLS
: Rata-rata Lama Sekolah di suatu wilayah
Lama sekolah penduduki : lama sekolah penduduk ke-i di suatu wilayah
N
: jumlah penduduk ( i = 1, 2, 3,..., n)
13
ko
ta
.b
ps
.g
o.
id
tp
://
jo
gj
a
ht
14
lama terus menurun, dari 37,52 persen pada tahun 1996 menjadi 24,66
persen pada tahun 2012.
Penghitungan konsumsi per kapita riil atau tingkat daya beli
penduduk dilakukan dengan cara :
.b
ps
.g
o.
id
tp
://
jo
gj
a
ko
ta
Menghitung nilai riil rata-rata pengeluaran per kapita per tahun (atas
dasar tahun 2012) dengan rumus:
ht
: rata-rata pengeluaran per kapita per tahun atas dasar harga konstan
2012
: rata-rata pengeluaran per kapita per tahun pada tahun t
: IHK tahun t dengan tahun dasar 2012
3. Menghitung Paritas Daya Beli/PurchasingPowerParity (PPP)
Langkah Pertama, menghitung harga rata-rata komoditas terpilih dengan
rumus :
IPM Kota Yogyakarta Tahun 2014
15
Keterangan:
P : Rata-rata harga komoditi i per satu satuan di suatu wilayah
i
.b
ps
.g
o.
id
ko
ta
gj
a
Di mana :
p : harga komoditas i di Jakarta Selatan
ij
jo
ik
tp
://
m : jumlah komoditas
ht
16
o.
id
.b
ps
.g
gj
a
ko
ta
ht
tp
://
jo
Keterangan :
Xi
: indikator komponen IPM ke i, (dengan i = 1,2,3,4)
Xmin
: nilai minimum Xi
Xmaks: nilai maksimum Xi (target pencapaian)
Persamaan tersebut akan menghasilkan angka dengankisaran
1. Untuk mempermudah membaca indeks tersebut, maka
persamaan itu dikalikan seratus, sehinggadidapatkan
.
Dengan nilai minimum dan maksimum seperti pada tabel berikut:
17
Nilai
maksimum
Range
pencapaian
20
85
65
0
0
18
15
18
15
1.007.436
26.572.352
25.564.916
o.
id
Nilai
minimum
.b
ps
.g
ko
ta
jo
gj
a
Keterangan :
Indeks X1 = indeks angka harapan hidup waktu lahir
Indeks X2 = indeks pendidikan
Indeks X3 = indeks konsumsi perkapita yang disesuaikan.
tp
://
ht
18
o.
id
Sumber data utama perhitungan IPM berasal dari hasil survei yang
dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas). Susenas merupakan survei yang dilakukan setiap tahun dengan dua
macam kuesioner. Kuesioner I berisi pertanyaan pokok (disebut Kor) dan
kuesioner II yang berisi pertanyaan lebih rinci (disebut Modul). Pertanyaan
Kor tidak banyak berubah setiap tahun, sedangkan pertanyaan modul
berubah secara bergiliran setiap tahunnya atau memerlukan data rinci yang
lebih penting. Terdapat tiga modul Susenas, yaitu modul konsumsi dan
pendapatan rumah tangga, modul sosial budaya, perjalanan, kesejahteraan,
kriminalitas, dan modul kesehatan, pendidikan, dan perumahan.
ko
ta
.b
ps
.g
tp
://
jo
gj
a
Survei dilakukan hanya secara sampel. Oleh karena itu hasil survei
biasanya memiliki tingkat estimasi tertentu. Hasil Susenas hanya bisa
digunakan untuk estimasi pada tingkat nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota.
ht
Data sekunder dari instansi terkait baik yang sudah terhimpun dalam
publikasi Kota Yogyakarta Dalam Angka maupun yang belum termuat sangat
bermanfaat sebagai bahan pendukung analisis IPM Kota Yogyakarta ini,
khususnya dalam aspek ketersediaan fasilitas.
19
BAB III
GAMBARAN UMUM
KOTA YOGYAKARTA
gj
a
ko
ta
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
://
jo
20
RW
RT
(3)
8,03
(4)
3
(5)
55
(6)
231
2. Kraton
1,40
4,31
43
175
3. Mergangsan
2,31
7,11
60
218
4. Umbulharjo
8,12
24,98
85
335
5. Kotagede
3,07
9,45
40
164
6. Gondokusuman
3,99
12,28
65
272
7. Danurejan
1,10
3,38
43
160
0,63
1,94
19
83
1,12
3,45
31
110
10. Ngampilan
0,82
2,52
21
120
11. Wirobrajan
1,76
5,42
34
165
12. Gedongtengen
0,96
2,95
36
141
13. Jetis
1,70
5,23
37
167
14. Tegalrejo
2,91
8,96
46
188
Kota Yogyakarta
32,50
100,00
45
615
2.529
tp
://
9. Gondomanan
ht
.b
ps
.g
ko
ta
gj
a
jo
8. Pakualaman
o.
id
(1)
1. Mantrijeron
Luas
2
(km )
(2)
2,61
Kecamatan
21
.b
ps
.g
o.
id
jo
gj
a
ko
ta
tp
://
1961
1971
1980
1990
2000
2010
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
312,7
340,9
398,2
412,1
397,4
388,6
0,87
1,72
0,35
-0,37
-0,22
ht
Karakteristik
Jumlah penduduk
(000)
Pertumbuhan
penduduk (% / tahun)
Sumber : BPS Kota Yogyakarta.
22
o.
id
tp
://
jo
gj
a
ko
ta
.b
ps
.g
ht
23
berkaitan dengan luas wilayah relatif besar dan belum padat serta letaknya di
tepi kota.
Tabel 3.3 Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan
dan Kepadatan Penduduk Kota Yogyakarta Tahun2014
Laki-laki
(1)
1. Mantrijeron
(2)
15.491
(4)
31.901
17.217
12.298
29.537
12.787
83.031
10.225
16.978
33.811
11.013
23.597
45.697
11.453
9.383
18.454
16.776
9.013
14.488
15.049
4. Umbulharjo
40.136
42.895
5. Kotagede
16.833
6. Gondokusuman
22.100
.b
ps
.g
8.204
3. Mergangsan
Jumlah
9.071
8. Pakualaman
4.441
4.723
9.164
14.546
9. Gondomanan
6.159
7.012
13.171
11.760
10. Ngampilan
7.647
8.782
16.429
20.035
11. Wirobrajan
12.667
12.372
25.039
14.227
8.347
9.202
17.549
18.280
11.386
11.945
23.331
13.724
17.858
18.278
36.136
12.418
194.828
205.639
400.467
12.322
jo
13. Jetis
tp
://
12. Gedongtengen
ko
ta
7. Danurejan
gj
a
2. Kraton
(3)
16.410
Kepadatan
penduduk
(5)
12.223
Perempuan
o.
id
Kecamatan
14. Tegalrejo
ht
Kota Yogyakarta
3.3. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan
kecerdasan dan keterampilan. Apabila pendidikan rendah maka akan
mengalami berbagai kendala dalam memperoleh pekerjaan atau bahkan
menjadi hambatan perkembangan bangsa atau suatu wilayah. Semakin tinggi
24
jenjang pendidikan suatu masyarakat maka biasanya akan semakin baik pula
kualitas hidup manusianya.
Angka partisipasi sekolah merupakan suatu indikator untuk
mengukur proporsi anak yang bersekolah pada suatu kelompok usia sekolah
tanpa memperhatikan jenjang pendidikan yang sedang diikuti.
.b
ps
.g
o.
id
Karakteristik
tp
://
7-12
jo
2010
2011
2012
2013
2014
gj
a
(1)
ko
ta
Tabel 3.4 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Penduduk Usia Wajar 9 Tahun
dan Angka Melek Huruf Dewasadi Kota Yogyakarta, 2010-2014
13-15
ht
98,7
99,1
100
100
96,40
100
89,8
99,52
98,0
98,1
98,5
96,7
25
Rasio Murid-Kelas
Rasio Murid-Guru
o.
id
Tingkat
Pendidikan
2013/2014
(3)
2012/2013
(4)
2013/2014
(5)
SD
SLTP
26
31
26
32
17
14
16
14
SLTA
28
28
10
11
.b
ps
.g
2012/2013
(2)
(1)
ko
ta
gj
a
3.4. Kesehatan
ht
tp
://
jo
26
Kapasitas tempat tidur rumah sakit pada 2014 ada peningkatan dari 1.373 set
pada 2013 menjadi 1.656 set.
Aspek kesehatan yang juga penting adalah kondisi rumah tinggal dan
kondisi lingkungan yang tercermin dari jenis lantai dan pemilikan tempat
buang air besar. Aspek tersebut mempengaruhi langsung derajat kesehatan
masyarakat. Pada tahun 2014, rumah tangga yang menghuni rumah berlantai
tanah hanya tinggal sekitar 0,7 persen (tabel 3.6).
2010
2012
2013
ko
ta
2014
(2)
(3)
(4)
0,6
0,7
0,1
0,7
85,8
85,8
86
68,15
jo
gj
a
(1)
% rumah tangga dengan
rumah berlantai tanah
% rumah tangga yang
memiliki akses air bersih
Sumber : Susenas, 2011-2014
2011
.b
ps
.g
Uraian
o.
id
ht
tp
://
Untuk akses ke air bersih yang berupa air kemasan, leding, pompa,
sumur/mata air terlindung dengan jarak ke tempat penampungan akhir lebih
dari 10 meter di Kota Yogyakarta pada 2014 sekitar 68,15 persen, cenderung
mengalami perubahan dibanding pada tahun 2013 yang sebesar 86 persen.
Hal ini berarti pada tahun 2014 masih terdapat 31,85 persen rumah tangga
belum mempunyai akses terhadap air bersih.
3.5. Perekonomian
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu
indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui perkembangan
perekonomian di suatu wilayah. PDRB tersebut dapat juga sebagai sarana
untuk mengetahui sektor mana saja yang dapat dikembangkan serta mampu
IPM Kota Yogyakarta Tahun 2014
27
sehingga
dapat
menjawab
2010
2011
2012
2013*
2014**
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
0,20
0,20
0,20
0,19
0,18
0,00
0,00
0,00
0,00
14,80
15,04
13,76
14,03
14,19
0,22
0,19
0,18
0,15
0,15
0,17
0,16
0,16
0,15
0,16
Konstruksi
8,10
8,09
8,20
8,24
8,13
7,06
6,92
7,13
7,20
7,20
4,47
4,17
4,02
3,99
4,10
11,17
11,51
11,92
12,61
12,87
12,86
12,60
12,59
11,80
10,83
5,47
5,82
6,02
6,42
6,56
9,22
9,07
9,40
9,22
9,33
1,20
1,21
1,19
1,09
1,10
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
8,95
8,88
9,32
9,59
9,76
Jasa Pendidikan
9,64
9,70
9,44
8,96
9,12
3,65
3,74
3,78
3,69
3,66
Jasa lainnya
2,80
2,70
2,69
2,67
2,67
PDRB
100
100
100
100
100
jo
gj
a
tp
://
ko
ta
.b
ps
.g
Industri Pengolahan
ht
Jasa Perusahaan
o.
id
0,00
28
o.
id
gj
a
ko
ta
.b
ps
.g
tp
://
6,00
jo
ht
5,41
5,46
5,47
5,33
5,07
4,84
4,52
4,00
5,89
5,40
5,42
5,00
5,79
5,84
4,37
4,97
5,30
5,15
4,54
4,37
4,87
4,23
3,00
2011
Kulonprogo
2012
Bantul
2013
Gunungkidul
2014
Sleman
Yogyakarta
29
46,40
2010
2011
.b
ps
.g
40
55,97
o.
id
50
30
10
2012
2013
2014
gj
a
ko
ta
20
ht
tp
://
jo
30
BAB IV
IPM KOTA YOGYAKARTA
4.1. Perkembangan IPM Kota Yogyakarta
.b
ps
.g
o.
id
ko
ta
2011
2012
2013
2014*
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
74,00
74,02
74,04
74,05
74,05
15,68
15,75
15,82
15,89
15,97
10,88
11,01
11,22
11,36
11,39
16.462
16.497
16.498
16.645
16.775
82,72
82,98
83,29
83,61
83,78
gj
a
(1)
2010
tp
://
jo
ht
31
.b
ps
.g
o.
id
74,05
74,05
2013
2014
ko
ta
74,04
tp
://
jo
74,00
gj
a
74,02
2011
2012
ht
2010
32
ko
ta
.b
ps
.g
o.
id
tp
://
jo
gj
a
ht
33
o.
id
jo
gj
a
ko
ta
.b
ps
.g
ht
tp
://
Dalam bidang pendidikan, kota ini juga relatif maju bila dilihat dari
rasio murid-guru dan rasio murid-kelas yang cukup ideal. Rasio murid SLTP
terhadap kelas sebesar 32 pada tahun 2013/2014, sedangkan untuk tingkat
SLTA sekitar 28 per kelas. Rasio murid terhadap guru di tingkat SLTP dan SLTA
tahun 2013/2014 relatif rendah yaitu rata-rata 14 dan 11 murid untuk setiap
guru. Berbeda dengan di tingkat SD yang menunjukkan bahwa beban guru
lebih banyak, yaitu rata-rata sekitar 16 orang murid untuk setiap guru.
Harapan Lama Sekolah merupakan indikator baru yang digunakan
dalam penghitungan IPM 2014. Sejak tahun 2010 hingga tahun 2014, angka
Harapan Lama Sekolah di Yogyakarta selalu mengalami peningkatan dengan
angka masing-masing 15,68 (2010); 15,75 (2015); 15,82 (2012); 15,89 (2013)
IPM Kota Yogyakarta Tahun 2014
34
dan 15,97 (2014). Pada tahun 2014 angka Harapan Lama Sekolah sebesar
15,97, artinya lamanya sekolah yang diharapkan akan dirasakan oleh anak
sejak usia 7 (tujuh) tahun di Yogyakarta adalah 15,97 tahun.
Gambar 4.2. Harapan Lama Sekolah
15,97
15,82
o.
id
15,75
15,89
gj
a
2011
2012
2013
2014
jo
2010
ko
ta
.b
ps
.g
15,68
ht
tp
://
35
o.
id
.b
ps
.g
gj
a
ko
ta
11,36
11,39
2013
2014
11,22
ht
tp
://
jo
11,01
10,88
2010
2011
2012
36
o.
id
Angka RLS tahun 2014 sebesar 11,39, artinya jumlah tahun yang digunakan
oleh penduduk Yogyakarta dalam menjalani pendidikan formal selama 11,39
tahun, hal ini menunjukkan bahwa program wajib belajar 9 tahun yang
dicanangkan pemerintah telah tercapai.
.b
ps
.g
16.755
16.645
16.498
ht
tp
://
jo
gj
a
16.497
ko
ta
16.462
2010
2011
2012
2013
2014
37
o.
id
83,29
82,98
ko
ta
.b
ps
.g
82,72
2011
2012
2013
2014
gj
a
2010
ht
tp
://
jo
38
o.
id
.b
ps
.g
Wilayah
2014
Reduksi Shortfall
ko
ta
2013
(2)
(3)
(4)
70,14
70,68
1,81
76,78
77,11
1,42
66,31
67,03
2,14
80,26
80,73
2,38
5. Yogyakarta
83,61
83,78
1,04
D.I. Yogyakarta
Sumber: BPS Provinsi DIY
76,44
76,81
*angka sementara
1,57
(1)
3. Gunungkidul
ht
tp
://
4. Sleman
jo
2. Bantul
gj
a
1. Kulonprogo
39
Yogyakarta ini terpanjang ketiga (setelah Sleman dan Kulonprogo) untuk D.I.
Yogyakarta.
o.
id
Pada tahun 2014, peluang hidup penduduk yang baru lahir di Kota
Yogyakarta mencapai sekitar 74,05 tahun. Keadaan ini terkait pola hidup
sehat masyarakat dan rendahnya angka kematian bayi di daerah ini, yang
menurut perkiraan BPS et al. (2004) adalah sekitar 19 per 1000 kelahiran
hidup. Hal ini karena tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan yang
memadai dan cukup mudah untuk dicapai, serta kesadaran masyarakat yang
tinggi untuk memanfaatkannya.
.b
ps
.g
ko
ta
Wilayah
2013
2014
2013
2014
(2)
(3)
(4)
(5)
74,89
74,90
13,00
13,27
73,22
73,24
14,35
14,62
73,38
73,39
12,49
12,82
47,47
74,47
15,52
15,64
5. Yogyakarta
74,05
74,05
15,89
15,97
D.I. Yogyakarta
74,45
74,50
14,67
14,85
2. Bantul
ht
4. Sleman
tp
://
3. Gunungkidul
jo
1. Kulonprogo
gj
a
(1)
40
o.
id
Untuk mengukur standar hidup layak, data dasar PDRB per kapita
belum cukup mewakili informasi yang diperlukan.Oleh karena itu pada
perhitungan IPM ini digunakan ukuran konsumsi per kapita riil yang telah
disesuaikan untuk mengukur kemampuan daya beli masyarakat.Nilai tingkat
daya beli menunjukkan tingkat kemampuan daya beli penduduk.Semakin
besar nilai indeks daya beli mengindikasikan tingkat kesejahteraan penduduk
semakin baik.
gj
a
ko
ta
.b
ps
.g
Pada 2014, indeks daya beli penduduk atau konsumsi riil per kapita
penduduk Kota Yogyakarta mencapai Rp. 16.755 ribu, lebih tinggi bila
dibandingkan dengan keadaan pada tahun sebelumnya yang sebesar Rp.
16.645 ribu dan nilainya tertinggi dibanding dengan kabupaten/kota lain di
D.I. Yogyakarta, di susul Sleman dan Bantul. Hal ini memberi gambaran
bahwa terjadi peningkatan daya beli masyarakat Yogyakarta pada setahun
terakhir.
tp
://
jo
ht
Wilayah
Rata-rata lama
sekolah (tahun)
2013
2014
2013
2014
(2)
(3)
(4)
(5)
1. Kulonprogo
8,02
8,20
8.468
8.460
2. Bantul
8,72
8,74
13.902
13.921
(1)
3. Gunungkidul
6,22
6,45
8.202
8.235
4. Sleman
10,03
10,28
14.085
14.170
5. Yogyakarta
11,36
11,39
16.645
16.755
D.I. Yogyakarta
8,72
8,84
12.261
12.294
41
.b
ps
.g
o.
id
ko
ta
Kebijakan
pembangunan
Kondisi sosial ekonomi demografi
penduduk/rumah tangga
ht
tp
://
jo
gj
a
Karakteristik wilayah
Perekonomian
sosial
Ketersediaan fasilitas
Output/luaran
IPM
Umpan
balik
Secara skematis (gambar 4.4) terdapat tiga hal yang dapat menjadi
fokus perhatian dalam analisis yang dilakukan. Tiga hal tersebut merupakan
aspek penentu disparitas keberhasilan program pembangunan suatu wilayah
yaitu latar belakang wilayah (berupa tingkat perekonomian dan ketersediaan
fasilitas), kebijakan sosial yang diambil, dan kondisi sosial ekonomi demografi
dari penduduk atau rumah tangga.
IPM Kota Yogyakarta Tahun 2014
42
2010
(1)
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
gj
a
jo
tp
://
ht
(3)
2012
(4)
2013
2014
(4)
(5)
0,25
3,04
0,88
5,11
0,66
0,70
1,09
0,23
-1,01
1,31
5,79
6,41
-2,87
6,95
4,62
0,57
5,82
10,32
5,64
3,26
3,82
0,29
3,16
1,81
4,07
3,00
4,67
4,70
4,82
4,63
3,46
2,64
6,32
6,11
4,38
2,30
0,46
1,75
3,88
2,73
5,57
5,99
7,18
6,28
5,59
9,01
5,59
2,48
7,28
8,17
10,01
4,62
6,22
10,89
4,16
7,39
8,95
4,70
10,99
3,70
3,02
4,38
6,60
6,76
5,72
6,51
4,73
7,27
4,86
5,93
8,00
4,59
6,45
5,52
7,63
6,15
4,80
5,84
5,81
8,08
5,33
5,40
3,75
6,26
4,81
5,47
6,55
6,84
4,41
5,30
ko
ta
(2)
2011
.b
ps
.g
Lapangan Usaha
o.
id
43
.b
ps
.g
o.
id
ko
ta
ht
tp
://
jo
gj
a
Kecamatan
Bintang
(1)
(2)
1. Mantrijeron
4
2. Kraton
3. Mergangsan
9
4. Umbulharjo
4
5. Kotagede
6. Gondokusuman
7
7. Danurejan
4
8. Pakualaman
1
9. Gondomanan
1
10. Ngampilan
1
11. Wirobrajan
12. Gedongtengen
14
13. Jetis
10
14. Tegalrejo
2
Kota Yogyakarta
57
Sumber: BPS Kota Yogyakarta, 2013
IPM Kota Yogyakarta Tahun 2014
Non Bintang
(3)
43
58
41
6
22
26
12
5
8
15
107
11
8
362
Jumlah
(4)
47
67
45
6
29
30
13
6
9
15
121
21
10
419
44
.b
ps
.g
o.
id
gj
a
ko
ta
6.
7.
8.
9.
10.
jo
tp
://
ht
1.
2.
3.
4.
5.
Sektor Ekonomi
(1)
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas, dan Air
Bangunan
Perdagangan, Hotel dan
Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Sewa dan Jasa
Perusahaan
Jasa-jasa
Lainnya
Jumlah
2011
(2)
94.085
7.862
318.402
2.806
157.329
2012
(3)
136.422
6.712
447.588
3.526
225.908
2013
(4)
132 861
15 122
472 486
4 208
231 451
2014
(5)
161 998
16 898
572 082
9 223
290 791
2.091.674
2.431.230
3 343 249
4 021 860
97.056
132.222
246 705
243 539
666.073
847.460
674 267
936 218
539.112
0
3.974.399
663.873
0
4.894.941
533 225
0
5 653 574
871 557
0
7 124 166
45
o.
id
BAB V
KESIMPULAN
DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
.b
ps
.g
tp
://
jo
gj
a
ko
ta
ht
46
gj
a
ko
ta
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
://
jo
47
o.
id
tp
://
jo
gj
a
ko
ta
.b
ps
.g
ht
48
gj
a
ko
ta
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
://
jo
49
o.
id
gj
a
ko
ta
.b
ps
.g
ht
tp
://
jo
50
.b
ps
.g
o.
id
jo
gj
a
ko
ta
ht
tp
://
51
o.
id
ht
tp
://
jo
gj
a
ko
ta
.b
ps
.g
52
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
://
jo
gj
a
ko
ta
53
DAFTAR PUSTAKA
ht
tp
://
jo
gj
a
ko
ta
.b
ps
.g
o.
id
54
ht
tp
://
jo
gj
a
ko
ta
.b
ps
.g
o.
id
55
.b
ps
.g
ko
ta
gj
a
jo
tp
://
ht
o.
id
Katalog : 4102002.3471
Kerjasama
Pemerintah Kota Yogyakarta
dengan
BPS Kota Yogyakarta
2014