KATA PENGANTAR
Buku Tata Cara Perencanaan dan Pembangunan TPA Sampah ini mencakup
pembahasan mulai dari survei dan investigasi untuk membuat gambar Rencana
Teknik Rinci (RTR) dan proses pembangunan dari tahap prapersiapan hingga serah
terima pekerjaan konstruksi TPA Sampah.
Terbitnya buku tata cara ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi para pemangku
kepentingan bidang pengelolaan persampahan di seluruh Indonesia.
Penyusunan buku ini melibatkan para akademisi, pakar, dan praktisi bidang
pengelolaan persampaahan melalui berbagai tahap kegiatan seperti konsinyiasi dan
workshop. Penyusunan panduan ini bersifat dinamis dan apa yang telah disusun
masih dapat berubah dan berkembang. Oleh karena itu, kami senantiasa terbuka
untuk berbagai masukan guna penyempurnaan yang lebih lanjut.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
iv
6.19.2 Prosedur Pengoperasian Alat Berat
1. Pakaian dan perlengkapan kerja:
Pakaian kerja (overall), safety shoes, safety helmet, sabuk pengaman.
2. Buka tutup mesin.
Cek oli hidrolik, air radiator, oli mesin, bahan bakar agar selalu terisi penuh dan
sisa air kondensasi.
3. Pemeriksaan harian.
Cek seluruh mesin luar mengelilingi alat berat, cek dari kebocoran oli/ataupun
cairan yg lain.
4. Lapor dan perbaikan
Bila menjumpai kebocoran dalam suatu sistem segera lapor untuk segera
perbaikan.
5. Posisi pisau alat berat (bulldozer).
Yakinkan bahwa posisi pisau buldoser menyentuh tanah.
6. Pandangan visual.
Atur kaca spion agar kita dapat berfungsi dengan baik.
7. Kabin operator.
Atur kedudukan posisi kursi (jok) agar nyaman saat beroperasi .
8. Yakinkan bahwa semua tuas kendali dalam keadaan netral dan aman sebelum
operasi.
9. Menghidupkan mesin.
Perhatikan panel dalam dasbor, seperti air radiator, bbm solar,oli dll.
10. Selesai kerja
Cek semuanya dan bersihkan dengan menyemprot air dan kondisi rem.
6.20 PONDASI
6.20.1 Umum
Pondasi merupakan struktur bawah dari suatu konstruksi yang berfungsi untuk
menyalurkan beban vertikal maupun beban horisontal ke tanah. Kesalahan dalam
perhitungan pondasi dapat berakibat fatal bagi bangunan struktur atasnya. Beban
struktur atas yang dimaksud antara lain beban mati (DL), beban hidup (LL), beban
gempa (E), beban angin, dll.
Jenis pondasi erdasarkan bentuk dan kedalaman dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Pondasi dangkal : pondasi telapak, pondasi jalur, pondasi batu kali, pondasi
umpak, pondasi sumuran, pondasi rakit, dll
2. Pondasi dalam : tiang pancang, minipile, borpile (pondasi Caissons), dll
99
Syarat-syarat umum dari pondasi yaitu:
1) Kedalaman harus sesuai agar terhindar dari pergerakan tanah lateral dari bawah
pondasi atau perubahan volume oleh pembekuan, pencairan dan pertumbuhan
tanaman.
2) Sistem harus aman terhadap penggulingan, rotasi, penggelinciran atau
pergeseran tanah
3) Sistem harus aman terhadap korosi atau kerusakan yang disebabkan oleh zat
yang terkandung di dalam tanah
4) Penurunan tanah total dan penurunan diferensial yang terjadi masih berada
dikisaran nilai yang ditolerir.
5) Pondasi dan konstruksinya memenuhi syarat perlindungan lingkungan.
Tanah keras dimaksud adalah yang memiliki daya dukung tanah > 5 kg/cm2
berdasarkan Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung tahun 1983.
2. Fungsi struktur diatasnya
Jenis struktur atas perlu diperhatikan untuk mengetahui batasan seberapa besar
penurunan pondasi yang diijinkan, beban apa saja yang bekerja dan perlu
diperhitungkan sesuai fungsi dan kepentingan suatu bangunan atasnya.
3. Faktor lingkungan
Faktor yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sangat berpengaruh terhadap
bahan dan jenis pondasi yang digunakan. Apabila lengkungan merupakan lahan
gambut maka tidak cocok menggunakan pondasi berbahan besi atau baja, akan
terjadi korosi karena tanah gambut kandungan asamnya tinggi. Cotoh lain
100
penggunaan pondasi tiang pancang di daerah padat penduduk kurang tepat
karena akan menimbulkan suara yang mengganggu penduduk sekitar.
4. Kemudahan pelaksanaan
5. Ketersediaan material pondasi di daerah tersebut
6. Waktu pelaksanaan
7. Biaya konstruksi
6.20.4 Perencanaan
Secara umum langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam perencanaan pondasi:
1. Analisis lokasi : Dimana bangunan TPA Sampah akan dibangun (daerah lereng,
gambut, rawa, topografi datar, dll) dan prediksi segala potensi bahaya yang akan
terjadi di lokasi tersebut.
2. Hitung beban (beban hidup, beban mati, beban gempa, dll) yang bekerja pada
struktur atas.
3. Analisis data hasil uji tanah (sondir, boring, dll) untuk mengetahui karakteristik
tanah dan daya dukung tanah di sekitar pondasi yang direncanakan.
101
4. Tentukan jenis pondasi yang akan digunakan berdasarkan hasil uji mekanika
tanah. Gunakan beberapa alternatif jenis pondasi saat perencanaan sebagai
pembanding untuk menentukan jenis pondasi terpilih yang paling efisien.
5. Lakukan perhitungan desain pondasi stiap alternatif yang direncanakan:
a. Menentukan ukuran pondasi
b. Kontrol terhadap gaya-gaya yang bekerja
c. Menentukan pembesian
d. Analisis besar penurunan
e. Faktor aman, dll
6. Hitung biaya setiap alternatif pondasi
7. Analisis dan tetapkan alternatif pondasi yang paling efisien berdasarkan biaya,
waktu dan pelaksanaan.
8. Buat laporan hasil penetapan
102
Mulai
tidak
Tanah Normal Cek kandungan
(Bukan gambut) Organik ≥ 75 %
ya
Tanah gambut
Peningkatan daya
dukung tanah
Pekerjaan pemilihan
Pekerjaan pemampatan
pondasi berdasarkan
(settlement) tanah
tipe bangunan
ya
Pekerjaan bangunan
konstruksi di atas
pondasi
Selesai
104
meningkatkan daya dukung tanah. Material yang digunakna adalah material yang
tidak lolos tanah timbunan seperti anyaman bambu dan bahan geosintetik.
Penetepan kedalaman galian didasarkan pada stabilitas galian dan biaya penggantian
material.
Tabel 6. 13 Batasan praktis penggantian tanah setempat
Tebal Jenis bangunan
gambut Jalan & bangunan lain Sel Sampah
1m Penggantian seluruhnya
Penggantian seluruhnya
2m
3m Penggantian sebagian
Penggantian sebagian
4m (dalam maks. 1,5 m)
(dalam maks. 3 m)
5m
6m Tidak cocok Tidak cocok
Langkah-langkah pelaksanaan:
1. Rencanakan kedalaman dan volume timbunan. Buat patok batas tanah yang
akan dilakukan penggantian.
2. Gali tanah dengan cara konvensional atau menggunakan alat berat (excavator
atau dragline).
3. Buang material galian ke lokasi yang telah ditetapkan oleh kontraktor. Lokasi
harus diterima dari sudut lingkungan dan jaraknya tidak telalu jauh dari lokasi
proyek.
4. Hamparkan lapisan pemisah (geotekstil, anyaman bambu, dll) pada pembagian
tanah gambut sebagian.
5. Timbun galian dengan material pengganti yang telah ditetapkan dan lakukan
pemadatan secara berkala dengan menggunakan alat pemadat. Material
pengganti harus tersedia dengan jarak angkut yang ekonomis.
6. Lakukan uji lapangan terhadap daya dukung tanah yang dihasilkan. Lakukan
pemadatan kembali bila belum mencapai daya dukung yang direncanakan.
➢ Prapembebanan
Prapembebanan (preloading) merupakan suatu metode konstruksi perbaikan tanah
berupa pemempatan timbunan pada lokasi yang akan distabilisasi dengan berat
sekurang-kurangnya sama dengan berat struktur yang akan dibangun (beban
permanent).
Prapembebanan dapat dianggap selesai jika penurunan konsolidasi yang terjadi
minimal sama dengan penurunan konstruksi yang diakibatkan beban rencana.
105
Tujuan Preloading antara lain:
a. Mempercepat penurunan konstruksi tanah akibat beban bangunan
b. Meningkatkan daya dukung tanah dasar.
Jenis prapembebanan ditinjau dari bahan yang digunakan;
a. Tiimbunan tanah
b. Kantong air. Bahan yang digunakan pada umumnya berupa karet berukuran
besar dan tahan bocor.
Langkah-langkah pelaksanaan metode prapembebanan yaitu:
1. Bersihkan dan buang sampah/ranting-ranting pohon yang ada dipernukaan
tanah.
2. Untuk mempercepat konsolidasi, pasang vertikal drain.
3. Hamparkan lapisar pasir di atas permukaan tanah dasar dengan ketebalan ±
10 cm.
4. Beri pembebanan dengan menggunakan timbunan tanah atau kantong air
dengan peningkatan beban secara bertahap.
5. Pasang alat pemantau tekanan air pori (pisometer) dan alat ukur penurunan
tanah (settlement plate).
➢ Jaringan Parit
Jaringan Parit merupakan sarana untuk membuang kelebihan air di area proyek.
Merupakan metode konvensional dan mudah diterapkan namun memerlukan waktu
yang lama untuk mencapai penurunan tanah yang diharapakan. Oleh karena itu, akan
sangat bagus bila dikombinasikan dengan metode lainnya seperti metode
prapembebanan.
Jenis dan kegunaan parit dijelaskan pada tabel berikut:
106
➢ Geosintetik
Geosintetik dapat digunakan sebagai matras untuk meningkatkan daya dukung tanah,
mencegah tenggelamnya material timbunan ke dalam tanah sangat lunak dan dapat
mengurangi beda penurunan yang terjadi pada timbunan.
Berdasrkan bahannya, geosintetik dapat dibagi menurut bahan sintetis dan alami.
Beberapa jenis geosintetik yang umum digunakanyaitu; Anyaman bambu (bilik),
Geotekstil (woven dan nonwoven), Geocomposite dan Geogrid.
Ketentuan penyambungan metode matras diperlukan untuk tujuan perkuatan yang
menerus tanpa terputus. Teknik penyambungan dapat dilakukan dengan cara
tumpang tindih, penjahitan, penempelan, pengikatan, pemanasan, pengelasan dan
perekatan. Namun teknik penyambungan yang paling efisien dan paling banyak
digunakan pada geotekstil dan geogrid yaitu teknik tumpang tindih, penjahitan dan
penyambungan dengan bodkin.
Tabel 6. 15 Jenis geotekstil dan spesifikasinya
Pabrik
Tipe Pabrik Woven Geogrid
Nonwoven
Gambar
Tebal (mm) 0,5 – 1,0 2 – 11 0,5 – 1,3
Massa (gr/m3) 100 – 900 100 – 900 200 – 940
Kuat tarik (hanya longitudinal)
1.000 – 20.000 300 – 2.800
(kgf/m) 1.200 – 8.000
(hanya longitudinal)
Elongansi (%) 13 – 32 70 – 150
7 – 23
Kuat sobek -
50 – 240 9 -35
(kgf)
107
6. Persiapkan rencana detil dan spesifikasi geosintetik yang digunakan termasuk
detil prosedur pemasangannya.
7. Cek hasil uji laboratorium dan/atau sertifikasi dari pabrik pembuatnya pada saat
penerimaan barang di lokasi proyek.
8. Lakukan pemantauan saat pelaksanaan kosntruksi
Penggunaan Material Ringan
Stabilitas dan besarnya penurunan tanah sangat lunak (gambut) yang terjadi akan
bergantung pada berat bangunan di atasnya. Oleh karena itu pengunaan bahan
ringan sebagai pengganti timbunan dapat menjadi alternatif mengurangi penurunan
yang berlebihan dan ketidakstabilan tanah.
Material yang dapat dipertimbangkan untuk digunakan sebagai material timbunan
bila tersedia dekat ke lokasi proyek, yaitu:
1) Expanded Polystyrene (EPS) Blok
2) Material buangan (ampas gergaji, sekam padi, ban bekas)
3) Beton busa (Foamed concrete)
4) Batu apung
Berat isi material ringan yang dapat digunakan sebagai penganti timbunan
108
Gambar 6. 33 Contoh penggunaan geofoam (EPS Blok) pada landfill
➢ Stabilisasi Tanah
Metode stabilisasi merupakan cara alternatif untuk meningkatkan daya dukung tanah
gambut yaitu dengan menambahkan zat aditif ke dalam suatu masa tanah untuk
meningkatkan sifat mekanisnya. Penggunaan bahan yang digunakan harus lebih
ramah lingkungan, seperti;
1) Tanah non-organik
2) Abu sekam padi
3) Kapur (CaCo3)
110
Menentukan jumlah kebutuhan tiang (Np),
Jumlah tiang dapat ditentukan berdasarkan beban aksial (P) yang dipikul pondasi
dibagi merata tehadap daya dukung tiang tunggal (Pa).
Hitung kuat dukung kelompok tiang,
111
Total penurunan kelompok tiang merupakan penjumlahan dari Penurunan
Segera (Si) dan Penurunan Konsolidasi (Sc).
112
Pemasangan Cerucuk Kayu:
Tahap pemasangan cerucuk setelah dilakukan persiapan (pengukuran, tenaga
kerja dan peralatan) adalah
a. Sebelum dipancang, kayu harus diperiksa terlebih dahulu untuk
memastikan bahwa kayu tersebut memenuhi ketentuan dari bahan dan
toleransi yang diijinkan.
b. Sebelum pemancangan, tindakan pencegahan kerusakan pada cerucuk
kayu harus diambil. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan memasang
cincin baja atau besi yang kuat.
c. Lakukan pemancangan dengan menggunakan cara konvensional atau
mesin pancang. Pelaksanaan disesuaikan dengan jarak antar titik kayu
dan kedalaman yang direncanakan.
d. Kepala tiang dipotong tegak lurus terhadap panjangnya sampai bagian
kayu yang keras dan diberi bahan pengawet sebelum topi tiang (pile cap)
dipasang.
e. Pemasangan topi tiang. Kepala tiang harus tertanam dalam topi tiang,
dengan kedalaman yang cukup sehingga dapat memindahkan gaya.
f. Membuat ikatan antar topi tiang dan dibuat bidang datar sebagai
penempatan konstruksi di atasnya.
2. Tiang Pancang
Tiang pancang merupakan termasuk jenis pondasi dalam, digunakan bila tanah
pada kedalaman yang normal tidak mampu mendukung beban dan lapisan
tanah keras cukup dalam (>8 m).
Pada umumnya tiang pancang yang digunakan, yaitu tiang pancang beton.
Dibuat ditempat dengan ukuran 35 x 35 cm2 atau 40 x 40 cm2 dan dapat dibuat
di pabrik (precast).
➢ Galar Kayu
Galar Kayu merupakan batang kayu yang digunakan untuk meningkatkan daya
dukung tanah lunak/gambut dengan dimensi tertentu dan disusun secara horisontal
(membentuk galar).
Spesifikasi Teknik Galar Kayu dapat dilihat pda tabel berikut:
113
Tabel 6. 18 Spesifikasi teknik galar kayu
URAIAN PERSYARATAN
Diameter ≥ 8 cm
Panjang ≥ 4 meter
Kelurusan Cukup Lurus
Kekuatan min kelas III PKKI 1973
Jenis Batang kayu atau kayu olahan
Umur Cukup tua
Pemakuan
Agar susunan galar tidak cepat berubah akibat beban di atasnya, maka
diperlukan pemakuan. Dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Paku yang digunakan min 1,5 diameter kayu
2) Daerah pinggir antar galar sedapat mungkin dipaku semuanya
3) Daerah tengah diapku dengan jarak 1-2 meter satu sama lain agar
pemakaian paku cukup ekonomis
Pemasangan lapis pemisah/separator
Ketentuan pemasangan:
1) Pasang bahan lapis pemisah di atas galar kayu dengan diberi tambahan lebar
1 meter pada bagian pinggirnya
2) Untuk lapis pemisah dari anyaman bambu (bilik) tidak diperlukan lebar
tambahan pada bagian pinggirnya. Sambuangan antar bilik dibuat saling
tindih, sepanjang 10 cm dan diberi pengapit.
114
➢ Pondasi Telapak
Pondasi telapak digunakan untuk mendukung 1 kolom. Ada beberapa model tipe
pondasi telapak yang dapat diaplikasikan, dengan pertimbangan seperti kondisi
tanah, situasi di lapangan, dan faktor gempa.
Dalam menentukan ukuran pondasi dapat dilakukan dengan teori Terzaghi
memberikan persamaan faktor bentuk pondasi terhadap daya dukung tanah seperti
yang dijelaskan sebelumnya (perhitungan daya dukung tanah).
➢ Pondasi Rakit/Pelat
Pondasi Rakit/Pelat terbuat dari beton bertulang yang brefungsi untuk meneruskan
beban-beban bangunan di atasnya dan diteruskan ke dalam tanah keras. Pondasi ini
cocok digunakan pada banguna yang memiliki luasan yang luas, terletak pada tanah
lunak yang daya dukungnya kecil dan atau yang banyak mengandung air seperti tanah
rawa.
Keuntungan dari pondasi rakit adalah apabila terjadi penurunan tanah maka seluruh
pondasi turun secara bersamaan, sehingga tidak membahayakan bangunan di
atasnya.
Adapun kekurangannya adalaha apabila terjadi banjir maka pondasi ini akan sedikit
terangkat dan menyebabkan bangunan pondasi bergerak. Untuk menghindari hal ini,
maka perlu menggunakan grand anchor. Selain itu, pondasi rakit juga kurang efektif
apabila digunakan pada kedalaman lebih dari 6 meter.
115
dapat mengantisipasi terjadinya penurunan sebagian (diferensial settlement) karena
masing-masing kolom dijepit dengan rib-rib beton yang saling mengunci.
➢ Pondasi Terapung (Ponton)
Pondasi terapung (Ponton) merupakan jenis pondasi yang memiliki daya apung
seperti kapal, yang digunakan untuk memikul barang dengan barat beban tertentu.
Material yang digunakan harus memperhatikan faktor biaya dan faktor kebutuhan
mendesak didirikannya banguan tersebut.
tepat digunakan pada lokasi rawa atau area yang tergenang air > 1 (satu) meter.
Tipe ponton - Terapung seluruhnya
- Terapung sebagian
116
222