menanyakan
dengan
terperinci
dari
keluhan
terkait.
Adapun
jawaban.
Sesuai
dengan
skenario
didapatkan
3.
sejak
kapan
sesak
nafas?
Sudah
berapa
lama?
5.
6.
7.
Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran
dan
Keadaan
umum.
Dalam
memeriksakan
ini
juga
berfungsi
untuk
kita
memonitor
dari
Pada keadaan umum kita bisa melihat pasien ini dari tingkat
kesakitannya nampak sakit ringan, sedang atau berat. Penderita
umumnya sangat gelisah dan sesak. Kesadaran bervariasi dari
sedikit berubah sampai koma.
2. Tanda-tanda vital. Pemeriksaan ini meliputi penilaian suhu,
tekanan darah, pernafasan dan nadi. Ini dilakukan wajib pada
awal pemeriksaan
hiperkapnik,
penderita
mengalami
sakit
kepala,
kebingungan, mengantuk, tertidur sampai koma. Kadangkadang didapatkan gangguan penglihatan terutama pada
asidosis berat, juga dapat terjadi tremor. Pada tipe hipoksik
tampak sianosis dibibir dan jari-jari. Pada sistem pernafasan,
biasanya didapatkan frekuensi nafas menurun, normal atau
meningkat. Pernafasan mungkin sukar atau tenang sehingga
pola pernafasan perlu diamati dengan baik, misalnya nafas
cepat dan dangkal menandakan depresi pernafasan. Takipnea
menunjukan adanya hipokalsemia.
b. Palpasi, kita meraba pada bagian toraksnya simetris atau
tidak, dan dalam melakukan pernafasan apakah mengalami
retraksi atau tidak. Fremitus suara juga dicek ini tergolong
pemeriksaan yang cukup mudah, dimana fremitus akan
meninggi
pada
pneumonia
dan
akan
berkurang
pada
Dilakukan
pada
seluruh
lapang
dada
dan
dataran
tinggi
strategi
ventilator
tekanan
yang
untuk
mendapatkan
plasma
B-type
natriuretic
edema
paru
kardiogenik.
Echocardiogram
yang
Radiograf
ARDS didefinisikan oleh adanya infiltrat paru bilateral.
Infiltrat
mungkin
menyebar
dan
simetris
atau
asimetris,
resolusi,
perbaikan
dalam
kelainan
radiografi
Computed Tomography
Secara umum, evaluasi klinis dan radiografi dada yang cukup
rutin pada pasien dengan ARDS. Namun, computed tomography
(CT) scanning dapat diindikasikan dalam beberapa situasi. CT
scan lebih sensitif dibandingkan radiografi dada polos dalam
mendeteksi
emfisema
interstisial
paru,
pneumotoraks
dan
Echocardiography
Sebagai bagian dari pemeriksaan, pasien dengan ARDS harus
menjalani ekokardiografi 2-dimensi untuk tujuan skrining. Jika
temuan ini sugestif shunting paten foramen ovale, 2-dimensi
ekokardiografi harus ditindaklanjuti dengan transesophageal
echocardiography. Karena pasien dengan ARDS parah sering
membutuhkan posisi rentan berkepanjangan karena hipoksemia
refraktori, sebuah studi dinilai penggunaan transesophageal
echocardiography
(TEE) pada
pasien
dalam
posisi
rawan.
tepatnya
peradangan
itu
terjadi
pada
kantung
udara
ringannya
dari
suatu
penyakit
dan
juga
apa
yang
penyakit
infeksi
saluran
nafas
pneumonia
ringan
seringkali mirip dengan flu atau common cold (sakit demam, batuk,
pilek), namun tak kunjung sembuh atau bertahan lama.
Ciri-ciri dan gejala pneumonia antara lain:
1. Demam, berkeringat ,menggigil
2. Suhu tubuh lebih rendah dari normal pada usia >65 tahun dan
3.
4.
5.
6.
7.
8.
sering
udara
tampak Air
pada
Bronchogram
bronkus
karena
Sign
tiadanya
pneumoniae,
Pseudomonas
aeruginosa
sering
metodologi
penelitian
dan
sistem
pengkodean
(ARDS),
sering
menyebabkan
multiple
organ
failure.
ARDS/ALI
Pneumonia
Aspirasi
Kontusio paru
Toxic inhalation
Tenggelam
Pulmonary vasculitis
Reperfusion injury (lung
Emboli lemak
transplantation)
Tumor lisis
Aspirasi cairan lambung dapat menyebabkan ARDS. Berat
ringannya edema paru berhubungan dengan derajat pH asam
lambung dan volume cairan yang teraspirasi. Asam lambung akan
tersebar di dalam paru dalam beberapa detik saja, dan jaringan
paru akan terdapar (buffered) dalam beberapa menit sehingga
cepat menimbulkan edema paru.5
Tenggelam (near drowning). Edema paru dapat terjadi pada
mereka yang selamat dari tenggelam dari air tawar atau air laut.
Autopsi
penderita
yang
tidak
bisa
diselamatkan
menunjukan
Mekanisme
dikarenakan
terjadinya
reaksi
inflamasi
sehingga
histologisnya
sama
dengan
edema
paru
karena
edema
paru-paru
akibat
adanya
gangguan
Septikemia
karena
basil
gram
negatif
infeksi
selama
pankreatitis
diduga
mendasari
mekanisme
lain
segera
setelah
sindroma
terjadi
atau
beberapa
penderita
secara
besar
penderita
dan
hiperkapni
bertahap
mengalami
berat.
dapat
membaik
perburukan
Oksigen
tapi
mneuju
tambahan
gagal
aktivitas
metabolik
intraselular,
transport
ion,
mediator
anti
inflamasi,
interleukin-1-receptor
kegagalan
fungsi
ventrikel
kiri
akan
menyebabkan
flooding)
sehingga
alveoli
menjadi
kolaps
cepat
dan
dalam.
Shunting
intrapulmoner
cedera
paru
sekunder
misalnya
aspirasi,
fungsi
kardiovaskuler
serta
keseimbangan
cairan tubuh.
5. Dukungan nutrisi.
a. Prinsip pengaturan ventilator pasien ARDS meliputi volume tidal
rendah (4-6 mL/kgBB) dan PEEP yang adekuat, kedua pengaturan
ini dimaksudkan untuk memberikan oksigenasi adekuat (PaO2
high
frequency
ventilation
(HVF),
inverse
ratio
Teknik
ini berhasil
I:E
melebihi
1:1.
Manfaat
IRV
pada
ARDS
masih
penurunan
mempertahankan
sementara
tekanan
tekanan
inspriasi
yang
intratoraks
konstan
dan
dengan
oksigenasi
melalui
oksigenator
membran
beberapa
penelitian
telah
menunjukkan
efek
atau
fase
fibroproliferatif,
yaitu
pasien
dengan
intravaskular
mendorong
akumulasi
cairan
di
alveolus.8
Fokus utama ialah mempertahankan perfusi yang adekuat tanpa
mengorbankan oksigenasi. Restriksi cairan paling baik dimonitor
dengan kateter arteri pulmonal, dan cairan dipertahankan pada
level di mana tekanan hidrostatik intravaskular terendah, tetapi
curah jantung adekuat. Tetapi hal ini tak terbukti memperbaiki hasil
pengobatan.8
Komplikasi
Pasien dengan ARDS sering membutuhkan ventilasi mekanis
intensitas tinggi, termasuk tingginya tingkat positif akhir ekspirasi
tekanan (PEEP) atau terus menerus tekanan saluran udara positif
(CPAP) dan, mungkin, tinggi berarti tekanan jalan napas, dengan
demikian,
barotrauma
dapat
terjadi.
Pasien
datang
dengan
membutuhkan
trakeostomi.
Dengan
intubasi
subglottic.8
berkepanjangan
mereka
berisiko
dan
untuk
pemantauan
infeksi
hemodinamik
nosokomial
serius,
invasif,
termasuk
penggunaan
tabung
hisap
subglottic
endotrakeal,
dan
dekontaminasi oral.8
Infeksi potensial lainnya termasuk infeksi saluran kemih (ISK)
yang berkaitan dengan penggunaan kateter urin dan sinusitis yang
berhubungan dengan penggunaan makanan hidung dan tabung
drainase. Pasien juga dapat mengembangkan kolitis Clostridium
difficile sebagai komplikasi spektrum luas terapi antibiotik. Pasien
dengan ARDS, karena unit perawatan diperpanjang intensif (ICU)
tinggal dan pengobatan dengan antibiotik ganda, juga dapat
mengembangkan infeksi yang resistan terhadap obat organisme
seperti methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) dan
vancomycin-resistant Enterococcus (VRE).8
Dalam sebuah studi yang selamat dari ARDS, gangguan
fungsional yang signifikan tercatat pada 1 tahun, terutama terkait
dengan pengecilan otot dan kelemahan pengobatan kortikosteroid
dan penggunaan blokade neuromuskuler. Merupakan faktor risiko
untuk kelemahan otot dan pemulihan fungsional miskin. Pasien
mungkin mengalami kesulitan menyapih dari ventilasi mekanis.
Strategi untuk memfasilitasi penyapihan, seperti gangguan harian
sedasi, lembaga awal terapi fisik, perhatian untuk mempertahankan
nutrisi, dan penggunaan protokol menyapih, dapat menurunkan
durasi ventilasi mekanis dan memfasilitasi pemulihan.8
Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering ARDS, terutama
dalam konteks sepsis. Gagal ginjal mungkin berhubungan dengan
hipotensi,
obat-obatan
nefrotoksik,
atau
penyakit
yang
jika
pasien
kegagalan
oliguria.
pernafasan
Kegagalan
saja,
organ
biasanya
multisistem,
merupakan
daripada
penyebab
2.
Penyakit dasar
3.
Adanya keganasan
4.
5.
Usia
6.
Pengobatan
pasien
dengan
ARDS
memerlukan
kritis.
Dengan
demikian,
adalah
tepat
untuk
Kesimpulan
ARDS adalah penyakit paru-paru yang disebabkan oleh masalah
baik langsung maupun tidak langsung. Hal ini ditandai adanya
peradangan pada parenkim paru yang menyebabkan gangguan
pertukaran gas, keluarnya mediator inflamasi, hipoksemia dan
sering menyebabkan multiple organ failure.
Daftar Pustaka
1. Susanto YS, Sari FR. Penggunaan ventilasi mekanis invasif pada
acute respiratory distress syndrome (ards). J Respir Indo. 2012.
Vol. 32. 1: 44-50.
2. Djojodibroto D. Respirologi (respiratory medicine). Jakarta: EGC;
2009. hal.236.
3. Davey P. At a glance medicine. Jakarta: EMS; 2005. hal. 22-3.
4. Piantadosi CA , Schwartz DA. The acute respiratory distress
syndrome. Ann Intern Med; 2004.p.141;460-70.
5. Huldani. Edem paru akut. Banjarmasin: Universitas lambung
mangkurat; 2014. hal.7-10.