Anda di halaman 1dari 5

Farmakokinetik

Gram sianida ccepat diabsorpsi melalui saluran pencernaan. Sianogen dan uap
HCN diabsorpsi melalui pernapsan. HCN cair akan cepat diabsorpsi melalui kulit
tetapi gas HCN lambat. Sedangkan nitril organik cepat diserap melalui kulit.

Sianida dapat masuk ke dalam tubuh melalui mulut, inhalasi, dan kulit. Setelah di
absorpsi, masuk ke dalam sirkulasi darah sebagai CN bebas dan tidak dapat berikatan
dengan hemoglobin, kecuali dalam bentuk methemoglobin akan terbentuk
sianmethemoglobin. Sianida dalam tubuh akan menginaktifkan beberapa enzim
oksidatif seluruh jaringan secara radikal, terutama sitokrom oksidase dengan mengikat
bagian ferric heme group dari oksigen yang dibawa oleh darah. Selain itu sianida juga
secara refleks merangsang pernafasan dengan bekerja pada ujung saraf sensorik sinus
(kemoreseptor) sehingga pernafasan bertambah cepat dan menyebabkan gas racun
yang diinhalasi makin banyak.1

Sianida merupakan inhibitor nonspesifik enzim, meliputi asam suksinat


dehidrognase, superoksida dismutase, karbonat anhidrase, sitokrom oksidase, dan lain
sebagainya. Sianida memiliki afinitas tinggi terhadap ion besi pada sitokrom oksidase,
metalloenzim respirasi oksidatif akhir pada mitokondria. Fungsinya dalam rantai
transport elektron dalam mitokondria, mengubah produk katabolisme glukosa menjadi
ATP. Enzim ini merupakan katalis utama yang berperan pada penggunaan oksigen di
jaringan.
Sianida menyebabkan hipoksia seluler dengan menghambat sitokrom oksidase
pada bagan sitokrom a3 dari rantai transport elektron. Ion hidrogen yang secara
normal akan bergabung dengan oksigen pada ujung rantai tidak lagi tergabung
(incorporated). Hasilnya, selain persediaan oksigen kurang, oksigen tidak bisa
digunakan, dan molekul ATP tidak lagi dibentuk.
Ion hidrogen incorporated terakumulasi sehingga menyebabkan academia.
Sianida dapat menyebabkan sesak pada bagian dada; berikatan dengan sitokrom
oksidase, dan kemudian memblok penggunaan oksigen secara aerob. Sianida yang
tidak berikatan akan akan didetoksifikasi melalui metabolism menjadi tiosianat yang
merupakan senyawa yang lebih nontoksik yang akan diekskresikan melalui urin.2
Hiperlaktamia terjadi pada keracunan sianida karena kegagalan metabolisme
energi aerob. Selama kondisi aerob, ketika rantai transport elektron berfungsi, laktat
diubah menjadi piruvat oleh laktat dehidrogenase mitokondria. Pada proses ini, laktat
menyumbangkan gugus hidrogen yang akan mereduksi nikotinamid adenin
dinukleotida (NAD) menjadi NADH. Piruvat kemudian masuk dalam siklus asam
trikarboksilat dengan menghasilkan ATP.
Ketika sitokrom a3 dalam rantai transport elektron dihambat oleh sianida,
terdapat kekurangan relative NAD dan dominasi NADH, menunjukkan reaksi balik,
sebagai contoh : piruvat dirubah menjadi laktat. Dengan demikian proses
oksidasi-reduksi dalam sel tidak dapat berlangsung dan oksi-Hb tidak dapat
berdisosiasi melepaskan O2 ke sel jaringan sehingga timbul anoksia jaringan (anoksia
histotoksik). hal ini merupakan keadaan paradoksal karena korban meninggal akibat
hipoksia tetapi dalam darahnya masih kaya akan oksigen. Sianida dioksidasi dalam
tubuh menjadi sianat dan sulfosianat dan dikeluarkan dari tubuh melalui urin.

Takaran toksik peroral untuk HCN adalah 60 - 90 mg sedangkan takaran toksik


untuk KCN atau NaCN adalah 200 mg. Kadar gas sianida dalam udara lingkungan
dan lama inhalasi akan menentukan kecepatan timbul gejala keracunan dan
kematian.1,2

PENDEKATAN KINETIKA
HCN adalah asam yang relatif lemah, dengan nilai pKa dari 9.11 pada 30 C. Ini
berarti bahwa pada pH fisiologis sekitar 7, HCN didistribusikan dalam tubuh sebagai
ion CN--. Oleh karena itu, bentuk paparan sianida yang berlangsung berupa garam
sederhana atau asam bebas, tidak mempengaruhi distribusi, metabolisme atau ekskresi
tubuh.
Darah memiliki kapasitas terbatas untuk mengikat sianida dengan pembentukan
kompleks methaemoglobin. Konsentrasi latar belakang methaemoglobin adalah sekitar
0,3%, dan methaemoglobin darah dapat kompleks sekitar 2,4 mg CN total atau 0,6 mg
CN / l darah. Hal ini mungkin menjelaskan mengapa tanda-tanda keracunan, jika
konsentrasi total sianida dalam darah di bawah 600 mg / ml.
Komersial dan teknis ACH kelas yang stabil dengan penambahan 0,01% sulfat
atau asam fosfat. Distabilisasi ACH akan menunjukkan tekanan uap yang signifikan,
terutama karena adanya sifat HCN yang lebih mudah menguap pada suhu kamar.
Dalam kondisi fisiologis, ACH asam-stabil oleh kapasitas buffer intraseluler
mengakibatkan dekomposisi yang cepat dan kuantitatif untuk HCN dan aseton. Oleh
karena itu, ACH akan menunjukkan karakteristik gabungan dari HCN dan aseton
(Frank et al, 2002).3
1. Inhalasi
Dalam rangka mengembangkan tingkat paparan pedoman akut (AEGLs), Komite
Penasehat AS-Nasional (NAC) telah menunjuk kelarutan dari HCN dan kemudahan
penyerapan pada saluran pernapasan (US-NAC, 2000a). Atas dasar pengamatan
eksperimental, retensi HCN di bagian hidung dilaporkan antara 13 dan 23% (rata-rata
19%) dan retensi dalam paru-paru dari mulut bernapas antara 39 sampai 77% (rata-rata
61%). Dari sebuah retensi rata-rata di saluran pernapasan dari 50% dapat diperkirakan
(Landahl dan Hermann, 1950). Kemungkin sebagian besar HCN dipertahankan dalam
saluran pernapasan dan diserap ke dalam darah dengan mudah seperti berdifusi karena
kelarutan air, massa molekul yang rendah (ukuran) dan fakta bahwa sianida terdisosiasi
pada pH seluler.

2. Kontak langsung

Penyerapan sianida dari larutan NaCN melalui kulit manusia sangat dipengaruhi
oleh pH larutan. HCN mampu menyerap 30 kali lebih cepat dari CN (Dugard, 1987).
Pada pH 9.11 (= pKa) sekitar 50% dapat terdisosiasi sebagai HCN. Rasio HCN dan
CN pada pH tertentu berasal dari persamaan Henderson-Hasselbach. Dengan
demikian, tingkat penyerapan melalui kulit dapat dihitung sebagai berikut :
Laju peresapan Jumlah CN :2
CN = (3,5 10-4 CN + 10-2 HCN) Kkulit-air [HCN]
Dimana :
laju peresapan (mg / cm2 / h HCN, CN )
CN total (ml/mg)
koefisien permeasiencer:
K kulit-air [HCN]= 0,01 cm / jam
Untuk memperoleh koefisien kulit permeasi untuk zat udara langkah-langkah
partisi berikut diambil dalam pertimbangan:
(i) Dari udara ambien ke lapisan stagnan udara di atas kulit (3 cm simulasi pakaian)
(ii) dari udara stagnan ke lapisan air pada kulit
(iii) dari lapisan air ke dalam kulit.
Ketiga proses dijelaskan pada persamaan berikut :
Koefisien partisi (udara udara)
Dimana R = konstanta gas 8,314 Nm / mol / K
T = suhu dalam K
Sb kelarutan = air di mg / l
Mw = berat molekul (massa)
Vp = tekanan uap di Pascal (= N / m2)
Koefisien Permeation kulit-udara :
Kpsk-udara= Kpsk-air Kwa (cm / jam)
Koefisien Permeation stagnan udara : Kpudara(cm2 / h)
Dimana = 3 cm (lapisan udara stagnan, simulasi penghalang pakaian)
D udara = 360 (difusivitas di udara, cm2 /h)
Koefisien penyerapan total (Kpsk-udara-udara) untuk HCN adalah 6.25 cm / jam,
berikut
Dari koefisien dermal permeasi di udara, permukaan tubuh total dan durasi
kontak gas dengan kulit, penyerapan dermal dapat diperkirakan dan dibandingkan
dengan penyerapan melalui paru-paru jika terhirup :
Dimana Ba = luas permukaan kulit (18.000 cm2) Va = alveolar ventilasi (1.250.000 cm3 / h) Frt = retensi
paru-paru dari menghirup HCN (0,5)
Oleh karena itu penyerapan rasio kulit-paru untuk HCN adalah 6.25 18.000 /
0,5 1.250.000 = 0,18 atau 18%.

3. Pencernaan
Semua sianida tertelan aka ada pada pH fisiologi perut, sebagai HCN. HCN akan
diserap dalam darah melalui dinding perut dan di usus. Sebelum darah memasuki
sistemik sirkulasi harus melewati hati dengan kandungan yang relatif tinggi dari
rodanese enzim. Sebagian besar dari sianida didetoksifikasi di hati. Hal ini terlihat dari
perbandingan Nilai LD50 oral untuk kelinci (0,092 mmol / kgbb) dengan yang diperoleh
oleh intravena (iv) injeksi atau inhalasi selama 5 menit (0.022 atau 0,019 mmol / kgbb,
pada masing-masing) (Ballantyne, 1987a), menunjukkan sebuah first-effect melalui
konsumsi.1,3

1. 1. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, dkk . Ilmu kedokteran forensik.


Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FK UI; 1994.h.95-6.
2. Widiatmaka, Wibisana. Toksikologi Forensik. http://bem.law.ui.ac.id. Diakses
tanggal 1 Oktober 2016.
3. ECETOC JACC Report No.53. Cyanides of Hydrogen, Sodium and Potassium,
and Acetone Cyanohydrin (CAS No. 74-90-8, 143-33-9, 151-50-8 and
75-86-5).ISSN-0773-6339-53. Brussels, September 2007.

Anda mungkin juga menyukai

  • Kepada
    Kepada
    Dokumen1 halaman
    Kepada
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Tiket Mexico
    Tiket Mexico
    Dokumen2 halaman
    Tiket Mexico
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Surat Perjanjian Kontrak
    Surat Perjanjian Kontrak
    Dokumen2 halaman
    Surat Perjanjian Kontrak
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Slamet
    Slamet
    Dokumen1 halaman
    Slamet
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Surat Kuasa
    Surat Kuasa
    Dokumen1 halaman
    Surat Kuasa
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Visa Amerika
    Visa Amerika
    Dokumen1 halaman
    Visa Amerika
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Farmakokinetik
    Farmakokinetik
    Dokumen3 halaman
    Farmakokinetik
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Peran Dokter Dalam Kasus Pemeriksaan Teroris
    Peran Dokter Dalam Kasus Pemeriksaan Teroris
    Dokumen37 halaman
    Peran Dokter Dalam Kasus Pemeriksaan Teroris
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Jurding
    Jurding
    Dokumen5 halaman
    Jurding
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Case Tonsilofaringitsis-Alvin
    Case Tonsilofaringitsis-Alvin
    Dokumen21 halaman
    Case Tonsilofaringitsis-Alvin
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Case Tonsilofaringitsis
    Case Tonsilofaringitsis
    Dokumen22 halaman
    Case Tonsilofaringitsis
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Pembatas Jilid Visum
    Pembatas Jilid Visum
    Dokumen36 halaman
    Pembatas Jilid Visum
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Penyuluhan Kejang Demam
    Penyuluhan Kejang Demam
    Dokumen12 halaman
    Penyuluhan Kejang Demam
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Farmakokinetik
    Farmakokinetik
    Dokumen3 halaman
    Farmakokinetik
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Rhinitis Alergi
    Rhinitis Alergi
    Dokumen3 halaman
    Rhinitis Alergi
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Pptblok 25
    Pptblok 25
    Dokumen20 halaman
    Pptblok 25
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Melisa
    Skripsi Melisa
    Dokumen45 halaman
    Skripsi Melisa
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Kegawatdaruratan ARDS
    Kegawatdaruratan ARDS
    Dokumen22 halaman
    Kegawatdaruratan ARDS
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Laporan SL Pleno
    Laporan SL Pleno
    Dokumen7 halaman
    Laporan SL Pleno
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Activity Daily Living
    Activity Daily Living
    Dokumen7 halaman
    Activity Daily Living
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Spss Fix
    Spss Fix
    Dokumen6 halaman
    Spss Fix
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • PPT
    PPT
    Dokumen18 halaman
    PPT
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Makalah PBL 27
    Makalah PBL 27
    Dokumen12 halaman
    Makalah PBL 27
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • PPTSL
    PPTSL
    Dokumen24 halaman
    PPTSL
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Plenosken 1
    Plenosken 1
    Dokumen23 halaman
    Plenosken 1
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • PPTPBL
    PPTPBL
    Dokumen18 halaman
    PPTPBL
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Makalah PBL
    Makalah PBL
    Dokumen20 halaman
    Makalah PBL
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Makalah
    Makalah
    Dokumen1 halaman
    Makalah
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • PPTSL
    PPTSL
    Dokumen24 halaman
    PPTSL
    Melisacitra
    Belum ada peringkat