Anda di halaman 1dari 20

Prosedur Evaluasi Pelaksanaan Program di Puskesmas Kecamatan

Mikhail Halim
Charlos Ora Adja
Melisa Citra Ika M
Nur Zahidah
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510
Telephone: (021) 5694-2061
Pendahuluan
Administrasi kesehatan masyarakat yaitu kegiatan yang dilakukan
secara bersama-sama untuk mencapai tujuan pelayanan kesehatan sebaikbaiknya sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya. Salah satu upaya pemerintah dalam mewujudkan hal tersebut
yaitu membentuk Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas
merupakan institusi dimana fungsi utamanya adalah memberikan pelayanan
kepada pasien sebaik-baiknya itu secara promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitasi. Puskesmas juga unit pelaksana teknis dinas, yakni unit
organisasi

di

melaksanakan

lingkungan
tugas

dinas

teknis

kesehatan

operasional

dan

kabupaten/kota

yang

bertanggung

jawab

menyelenggarakan pembangunan kesehatan disatu atau sebagian wilayah


kecamatan.

Setiap

meningkatkan

kegiatan

derajat

dalam

kesehatan

upaya

masyarakat

untuk
yang

memelihara

dan

setinggi-tingginya

dilaksanakan oleh Puskesmas dan jaringannya, sebagai ujung tombak


pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dalam tiap kegiatan/program
puskesmas yang telah direncanakan, ada sistem yang mengatur mulai dari
perencanaan

hingga

penilaian.

Disinilah

dibutuhkan

peranan

dokter

puskesmas yang selain dapat menjadi dokter yang merawat pasien, dokter
juga dapat menjadi seorang manager ataupun pendamping ahli dari kepala
desa/camat.
1

Pengertian Puskesmas
Puskesmas

adalah

fasilitas

pelayanan

kesehatan

yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan


perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya di wilayah kerjanya.1
Wilayah Kerja Puskesmas
Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari
kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan
keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam
menentukan wilayah kerja Puskesmas.
Puskesmas merupakan perangkat pemerintah Daerah Tingkat II,
sehingga pembagian wilayah kerja Puskesmas ditetapkan oleh Bupati Kepala
Daerah (KDH), dengan saran teknis dari Kepala Kantor Departemen
Kesehatan Kabupaten/Kodya yang telah disetujui oleh Kepala Kantor Wilayah
Departemen Kesehatan Propinsi. Sasaran penduduk yang dilayani oleh
sebuah Puskesmas rata-rata 30.000 penduduk setiap Puskesmas. Untuk
perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka Puskesmas perlu ditunjang
dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut
Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. 1 Khusus untuk Kota Besar
dengan jumlah penduduk satu juta atau lebih, wilayah kerja Puskesmas bisa
meliputi 1 Kelurahan. Puskesmas di ibukota kecamatan dengan jumlah
150.000 jiwa atau lebih, merupakan Puskesmas Pembina yang berfungsi
sebagai pusat rujukan bagi Puskesmas kelurahan dan juga mempunyai
fungsi koordinasi.1,2
2

Fungsi Puskesmas
Ada 3 fungsi pokok puskesmas, yaitu sebagai pusat pembangunan
kesehatan masyarakat di wilayahnya, membina peran serta masyarakat di
wilayah kerjanya dalam rangka mengingatkan kemampuan untuk hidup
sehat serta memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya.
Proses

dalam

melakssanakan

fungsinya

dilakukan

dengan

cara

merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan


dalam rangka menolong dirinya sendiri, memberikan petunjuk kepada
masyarakattentang bagaimana menggali dan menggunakan sumberdaya
yang ada secara efektif dan efisien, memberi bantuan yang bersifat
bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun rujukan kesehatan
kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan
ketergantungan. Selain itu, puskesmas melaksanakan fungsinya dengan
memberi

pelayanan

kesehatan

langsung

kepada

masyarakat

dan

bekerjasama dengan sector-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan


program puskesmas.1
Peran Puskesmas

Dalam konteks otonomi daerah saat ini, puskesmas mempunyai peran yang
sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan
manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan.
Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk keikutsertaan dalam menentukan
kebijakan daerah melalui system perencanaan yang matang dan realistis,
tatalaksana kegiatan yang tersusun rapi, serta system evaluasi dan
pemantauan yang akurat. Rangkaian manajerial tersebut bermanfaat dalam
penentuan skala prioritas daerah dan sebagai bahan kesesuaian dalam
menentukan Rancangan Anggaran Pembelanjaan Daerah (RAPBD) yang
3

berorientasi kepada kepentingan masyarakat.1,2 Pada masa mendatang,


puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi
terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan
terpadu.
Peran Dokter
Menjadi seorang dokter adalah sebuah aktivitas mulia bila dilandasi
dengan niat yang baik. Selain mempelajari berbagai macam teori mengenai
penyakit dan obat-obatan yang sangat detail, seorang dokter juga perlu
belajar cara berinteraksi dengan orang lain, agar dapat memberikan
pelayanan holistik pada pasiennya. WHO menetapkan 5 standar dokter ideal
yang

dirangkum

dalam

stars

doctor,

antara

lain

Health

care

provider (penyedia layanan kesehatan) yaitu kemampuan dokter sebagai


tenaga medis, memberikan tindakan terhadap keluhan-keluhan pasiennya.
Tindakan kesehatan yang dilakukan dapat berupa kuratif, preventif, promotif
dan rehabilitatif., Decision maker (pembuat keputusan) yaitu memberikan
keputusan terhadap suatu permasalahan, yang sudah ditimbang dari sudut
pandang medis dari ilmu yang dikuasainya, Community leader (pemimpin
komunitas) yaitu didalam lingkungan bermasyarakat, seorang dokter harus
dapat mengayomi masyarakat untuk dapat hidup sehat, dapat menjadi
contoh bagi komunitas disekelilingnya, Manager (manajer) yaitu adakalanya
seorang dokter akan menjadi pemimpin dari sebuah lembaga kesehatan
(puskesmas, DinKes atau Rumah Sakit), untuk itu, kemampuan mengelola
sistem, staf, dan berkolaborasi dengan struktur lembaga merupakan sesuatu
yang perlu dimiliki oleh setiap dokter, Communicator (penyampai) yaitu
memutuskan untuk menjadi seorang dokter, berarti memutuskan untuk
menjadi pekerja sosial, yang berhubungan dengan manusia. Di masyarakat,
dokter merupakan sosok panutan, lantaran karena ilmunya yang luas dan
kepeduliannya
berkomunikasi,

terhadap

hidup

menyampaikan

sesama.

Untuk

sesuatu

itu,

keterampilan

dengan

baik

merupakan softskill yang harus dimiliki setiap dokter.3


4

Upaya Kesehatan Puskesmas


Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas,
yakni terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, puskesmas
bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan
upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem
kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya
kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yaitu upaya kesehatan wajib
dan upaya kesehatan pengembangan.
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai
daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya
kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada
di wilayah Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah Program
pengobatan (kuratif dan rehabilitatif) yaitu bentuk pelayanan kesehatan
untuk mendiagnosa, melakukan tindakan pengobatan pada seseorang pasien
dilakukan oleh seorang dokter secara ilmiah berdasarkan temuan-temuan
yang diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan, promosi kesehatan
yaitu program pelayanan kesehatan puskesmas yang diarahkan untuk
membantu masyarakat agar hidup sehat secara optimal melalui kegiatan
penyuluhan (induvidu, kelompok maupun masyarakat), pelayanan KIA dan
KB yaitu program pelayanan kesehatan KIA dan KB di Puskesmas yang
ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada PUS (Pasangan Usia Subur)
untuk ber KB, pelayanan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan bayi
dan balita, pencegahan dan pengendalian penyakit menular dan tidak
menular yaitu program pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah
dan mengendalikan penular penyakit menular/infeksi (misalnya TB, DBD,
Kusta),

kesehatan

lingkungan

di

lingkungan

puskesmas

yaitu

untuk

program

pelayanan

kesehatan

meningkatkan

kesehatan

lingkungan

pemukiman melalui upaya sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan dan


tempat umum termasuk pengendalian pencemaran lingkungan dengan
5

peningkatan peran serta masyarakat, dan perbaikan gizi masyarakat yaitu


program kegiatan pelayanan kesehatan, perbaikan gizi masyarakat di
Puskesmas yang meliputi peningkatan pendidikan gizi, penanggulangan
Kurang Energi Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kekurangan
Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih, Peningkatan
Survailans

Gizi,

dan

Perberdayaan

Usaha

Perbaikan

Gizi

Keluarga/Masyarakat.2,3
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan

berdasarkan

permasalahan

kesehatan

yang

ditemukan

di

masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya


kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok
puskesmas yang telah ada, yaitu upaya kesehatan sekolah, upaya kesehatan
olah raga, upaya perawatan kesehatan masyarakat, upaya kesehatan kerja,
upaya kesehatan gigi dan mulut, upaya kesehatan jiwa, upaya kesehatan
mata, upaya kesehatan usia lanjut, upaya pembinaan pengobatan tradisional
Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh
puskesmas

bersama

Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota

dengan

mempertimbangkan masukan dari Badan Perencana dan Pengembangan


(BPP). Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apabila upaya kesehatan
wajib puskesmas telah terlaksana secara optimal, dalam arti target cakupan
serta

peningkatan mutu pelayanan

telah

tercapai.

Penetapan upaya

kesehatan pengembangan pilihan puskesmas ini dilakukan oleh Dinas


Kesehatan Kabupaten/Kota.4
Sistem
Sistem adalah suatu kesatuan yang utuh dan terpadu dari berbagai
elemen yang berhubungan serta saling mempengaruhi yang dengan sadar
dipersiapkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan
pendekatan sistem adalah penterapan suatu prosedur yang logis dan
rasional dalam merancang suatu rangkaian komponen-komponen yang
berhubungan sehingga dapat berfungsi sebagai suatu kesatuan mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
6

Gambar 1. Unsur-unsur Sistem2


Dalam usaha melaksanakan program-program di puskesmas atau
pusat

kesehatan

harus

dimulai

dengan

administrasi.

Dalam

penyelenggaraannya diwujudkan melalui beberapa unsur pokok administrasi


kesehatan, yaitu masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang
terdapat dalam system administrasi dan terdiri dari unsur tenaga (man),
dana (money), sarana (material), marketing, machinery dan metoda
(method) yang merupakan variable dalam melaksanakan kegiatan.2,5
Money merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang
merupakan alat tukar & alat pengukur nilai. Besar- kecilnya hasil kegiatan
dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam kegiatan tersebut. Oleh
karena itu uang merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan
karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal

ini akan

berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai


gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan & harus dibeli serta berapa hasil
yang akan di capai dari sesuatu organisasi.
Man merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi.
Dalam manajemen factor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia
yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk
mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada
dasarnya manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul
karena adanya orang-orang yang berkerjasama untuk mencapai tujuan.
Material merujuk pada fasilitas yang dimiliki oleh organisasi. Dalam
manajemen factor ini menentukan pelaksanaanya sesuatu kegiatan. Fasilitas

bisa saja seperti pusat pelayanan kesehatannya, obat-obat atau kebutuhankebutuhan untuk acara tersebut.
Machine digunakan untuk memberi kemudahan atau menghasilkan
keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja.
Metode adalah suatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya
pekerjaan manajer. Sebuah metode dapat dinyatakan sebagai penetapan
cara pelaksanaan kerja sesuatu tugas dengan memberikan berbagai
pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia
& penggunaan waktu, serta uang & kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun
metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau
tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan.
Dengan demikian, peranan utama dalam manajemen tetap manusianya
sendiri.
Marketing adalah suatu kegiatan haruslah disebarluaskan. Sehingga
kegiatan pelaksanaan dapat tersosialisasikan dengan baik dan peserta pada
acara

kegiatan tersebut dapat mencapai target

dari yang telah di

rencanakan.
Unsur berikutnya adalah proses (process). Proses yaitu kumpulan
bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan terdiri dari unsur
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pencatatan, dan pelaporan,
serta pengawasan. Perencanaan merupakan proses penyusunan rencana
tahunan Puskesmas untuk mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas. Perencana akan memberikan pola pandang secara menyeluruh
terhadap

semua

pekerjaan

yang

akan

dijalankan,

siapa

yang

akan

melakukan dan kapan akan dilakukan. Puskesmas merupakan unit pelaksana


pelayanan kesehatan masyarakat tingkat I yang dibina oleh DKK, yang
bertanggungjawab

untuk

melaksanakan

identifikasi

kondisi

masalah

kesehatan masyarakat dan lingkungan serta fasilitas pelayanan kesehatan


meliputi cakupan mutu pelayanan, identifikasi mutu sumber daya manusia
dan provider, serta menetapkan kegiatan untuk menyelesaikan masalah.
Perencanaan meliputi kegiatan program dan kegiatan rutin puskesmas yang
berdasarkan visi dan misi puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan
8

primer dimana visi dan misi digunakan sebagai acuan dalam melakukan
setiap

kegiatan

pokok

puskesmas.

Budgeting

dalam

perencanaan

menejemen keuangan dikelola sendiri oleh puskesmas sesuai tatacara


pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan, adapun sumber biaya
didapatkan dari pemerintah daerah, retribusi puskesmas, swasta atau
lembaga sosial masyarakat dan pemerintah adapun pembiayaan tersebut
ditujukan untuk jemis pembiayaan layanan kesehatan yang mempunyai cirriciri barang atau jasa publik seperti penyuluhan kesehatan, perbaikan gizi,
P2M dan pelayanan kesehatan yang mempunyai ciri-ciri barang atau jasa
swasta seperti pengobatan individu.
Kemudian pengorganisasian yang meliputi kepala, wakil kepala, unit
tata usaha, unit fungsional agar tidak terjadi tumpang tindih dalam
pelaksanaan kegiatan yang nantinya akan berpengaruh terhadap kualitas
program

yang

ditangani.

Struktur

organisasi

puskesmas

yaitu

unsur

pimpinan yaitu kepala puskesmas, unsur pembantu pimpinan yaitu tata


usaha, dan unsur pelaksana yaitu unit I, II, III, IV, V, VI, VII.3,6
Pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi penggerak semua kegiatan
yang telah dituangkan dalam fungsi pengorganisasian untuk mencapai
tujuan organisasi yang telah dirumuskan pada fungsi perencanaan. Fungsi
manajemen ini lebih menekankan tentang bagaimana manajer mengarahkan
dan menggerakkan semua sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah
disepakati. Dalam menggerakkan dan mengarahkan sumber daya manusia
dalam suatu organisasi, peranan pemimpin, motivasi staf, kerjasama dan
komunikasi antar staf merupakan hal-hal pokok yang perlu diperhatikan oleh
seorang manajer. Secara praktis fungsi pelaksanaan ini merupakan usaha
untuk menciptakan iklim kerjasama di antara staf pelaksana program
sehingga tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien. Fungsi
pelaksanaan ini haruslah dimulai dari diri manajer, di mana manajer harus
menunjukkan kepada stafnya bahwa ia mempunyai tekad untuk mencapai
kemajuan

dan

peka

terhadap

lingkungannya.

Ia

harus

mempunyai

kemampuan bekerjasama dengan orang lain secara harmonis. Tujuan fungsi


9

pelaksanaan adalah untuk menciptakan kerjasama yang lebih efisien,


mengembangkan kemampuan dan ketrampilan staf, menumbuhkan rasa
memiliki dan menyukai pekerjaan, mengusahakan suasana lingkungan kerja
yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi kerja staf, dan membuat
organisasi berkembang lebih dinamis.
Pengawasan (controlling) dalam manajemen puskesmas merupakan
fungsi terakhir yang berkait erat dengan fungsi manajemen yang lainnya.
Melalui fungsi pengawasan dan pengendalian, standard keberhasilan selalu
dibandingkan dengan hasil yang telah dicapai atau yang mampu dikerjakan.
Jika

ada

kesenjangan

atau

penyimpangan

diupayakan

agar

penyimpangannya dapat dideteksi secara dini, dicegah, dikendali atau


dikurangi. Kegiatan fungsi pengawasan dan pengendalian bertujuan agar
efisiensi penggunaan sumber daya dapat lebih berkembang, dan efektifitas
tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan program dapat lebih terjamin. Tiga
langkah penting untuk melakukan pengawasan yaitu mengukur hasil/prestasi
yang telah dicapai, membandingkan hasil yang dicapai dengan standar yang
telah

ditetapkan

sebelumnya,

dan

memperbaiki

penyimpangan

yang

dijumpai berdasarkan faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan. Bila


diperkirakan terjadi penyimpangan, pimpinan perlu berusaha lebih dulu
untuk mencari faktor penyebabnya, kemudian menetapkan langkah-langkah
untuk mengatasinya.
Setelah proses, tahap selanjutnya dari sistem adalah keluaran.
Keluaran adalah hasil akhir dari kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan
profesional

terhadap

pasien

atau

terhadap

suatu

program

yang

dilaksanakan.
Kemudian setelah keluaran terdapat dampak. Dampak adalah hasil
dari pelaksanaan yang dijadikan indikator apakah kebutuhan dan tuntutan
kelompok sasaran terpenuhi atau tidak. Dampak merupakan indikator yang
sulit untuk dinilai. Dampak dapat dinilai secara langsung dan tidak langsung.
Jika secara langsung yaitu hasilnya langsung terlihat setelah kegiatan
selesai. Tidak langsung jika hasilnya tidak langsung terlihat, melainkan
terlihat beberapa lama setelah kegiatan.
10

Setelah semua sistem telah berjalan akan terdapat umpan balik (feed
back). Umpan balik adalah Kumpulan bagian atau elemen yang merupakan
keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dalam kegiatan.
Sistem yang bekerja disini dipengaruhi oleh lingkungan (environment).
Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik (faktor kesulitan geografis, iklim,
transport, dan lain-lain) dan non fisik (sosial budaya, tingkat pendapatan
ekonomi masyarakat, pendidikan masyarakat, dan lain-lain). Lingkungan fisik
misalnya sumber atau saran air bersih, perumahan, limbah rumah tangga
atau

industri,

sarana

komunikasi,

transportasi,

dan

lain

sebagainya.

Lingkungan biologis misalnya gambaran vector penyakit yang ada di wilayah


tersebut. Lingkungan sosial budaya menggambarkan derajat interaksi sosial
dalam masyarakat, misalnya pendidikan, sistem sosial yang ada (gotong
royong),

dan

lain

sebagainya.

Lingkungan

ekonomi

misalnya

mata

pencaharian, pendapatan, pengangguran, dan lain sebagainya.7


Evaluasi Program
Evaluasi adalah suatu kegiatan untuk mengumpulkan data secara
statistik lalu dianalisis dan digunakan untuk menjawab apa yang diharapkan
pada suatu program terutama mengenai efektivitas dan efisiensi dan orangorang. Batasan penilaian banyak macamnya. Beberapa di antaranya yang
dianggap cukup penting adalah penilaian yaitu suatu cara belajar yang
sistimatis dari pengalaman yang dimiliki untuk meningkatkan pencapaian,
pelaksanaan, dan perencanaan suatu program melalui pemilihan secara
seksama berbagai kemungkinan yang tersedia guna penerapan selanjutnya.
Sesuai dengan pengertian bahwa penilaian dapat ditemukan pada setiap
tahap pelaksanaan program, maka penilaian secara umum dapat dibedakan
atas tiga jenis yaitu penilaian pada tahap awal program yaitu penilaian yang
dilakukan di sini adalah pada saat merencanakan suatu program (formative
evaluation). Tujuan utamanya adalah untuk menyakinkan bahwa rencana
yang akan disusun benar-benar telah sesuai dengan masalah yang
ditemukan, dalam arti dapat menyelesaikan masalah tersebut. Penilaian
yang dimaksud mengukur kesesuaian program dengan masalah dan atau
11

kebutuhan masyarakat ini sering disebut pula dengan studi penjajakan


kebutuhan

(need assessment

study). Kemudia

penilaian

pada

tahap

pelaksanaan program yaitu pada saat program sedang dilaksanakan


(promotive evaluation). Tujuan utamanya adalah untuk mengukur apakah
program yang sedang dilaksanakan tersebut telah sesuai dengan rencana
atau

tidak,

apakah

terjadi

penyimpangan-penyimpangan

yang

dapat

merugikan pencapaian tujuan dari program tersebut. Pada umumnya ada


dua bentuk penilaian pada tahap pelaksanaan program ini ialah pemantauan
(monitoring) dan penilaian berkala (periodic evaluation). Penilaian pada
tahap akhir program adalah pada saat program telah selesai dilaksanakan
(summative evaluation). Tujuan utamanya secara umum dapat dibedakan
atas dua macam yakni untuk mengukur keluaran (output) serta untuk
mengukur dampak (impact) yang dihasilkan. Dari kedua macam penilaian
akhir ini, diketahui bahwa penilalan keluaran lebih mudah dari pada penilaian
dampak, karena pada penilaian dampak diperlukan waktu yang lama.
Peranan dan arti dari ketiga macam penilaian ini sama pentingnya.
Karena sebenarnya hasil yang diperoleh dari ketiga macam penilaian ini
amat berguna untuk membantu dalam pengambilan keputusan. Dengan
dilaksanakannya penilaian, akan dapat dihindari terjadinya sesuatu yang siasia, yang dalam bidang yang terpenting adalah mencegah terjadinya
penghamburan sumber, tata cara dan kesanggupan (tenaga, dana, sarana,
dan metoda) yang keadaamya memang selalu amat terbatas sekali.2-5
Tujuan Evaluasi Program
Tujuan diadakan evaluasi suatu program biasanya bervariasi, tergantung
pada pihak yang memerlukan informasi

hasil tersebut. Pimpinan tingkat atas

memerlukan informasi hasil evaluasi berbeda dengan pimpinan tingkat menengah


atau pimpinan tingkat pelaksana. Walaupun demikian pada dasarnya evaluasi
dilakukan dengan tujuan untuk:
1. Menetapkan

penilaian

terhadap

program

yang

sedang

berjalan

dan

kecenderungannya, apakah pencapaian target seperti yang telah ditetapkan


dalam rencana program telah berjalan secara efektif dan efisien.
12

2. Sebagai alat untuk memperbaiki kebijaksanaan pelaksanaan program da


perencanaan program yang akan datang. Hasil evaluasi akan memberikan
pengalaman mengenai hambatan atau pelaksanaan program yang lalu
selanjutnya dapat dipergunakan untuk memperbaiki kebijaksanaan dan
pelaksanaan program yang akan datang.
3. Sebagai alat untuk memperbaiki alokasi sumber dana, daya, dan manajemen
(resources) saat ini serta di masa-masa mendatang. Tanpa adanya evaluasi
akan

terjadi

pemborosan

pengunaan

sumber

dana

dan

daya

yang

sebenarnya dapat diadakan penghematan serta penggunaan untuk programprogram yang lain.
4. Memperbaiki

pelaksanaan

dan

perencanaan

kembali

suatu

program.

Sehubungan dengan hal ini perlu adanya kegiatan-kegiatan yang dilakukan


antara lain; mengecek relevansi dari program dalam hal perubahanperubahan kecil yang terus-menerus, mengukur kemajuan terhadap target
yang direncanakan, menentukan sebab dan faktor di dalam maupun di luar
yang mempengaruhi pelaksanaan program.
5. Untuk meningkatkan efektivitas administrasi manajemen
untuk

memberikan

kepuasan

sehubungan

dengan

program atau

akuntabilitas

yang

diharapkan oleh atasan, penyandang dana program atau sponsor. Apabila


evaluasi ini dikerjakan pada proyek atau program yang sedang berjalan akan
membantu

memotivasi

dalam

pelaksanaan

program

utamanya

untuk

meningkatkan kinerja (perfomance).


6. Untuk

menilai

manfaat

program

bagi

masyarakat

sasaran

program.

Masyarakat sasaran perlu mengetahui dengan kesadaran penuh mengenai


hasil evaluasi program yang menyangkut dirinya. Misal : masyarakat sasaran
tentu ingin tahu bagaimana hasil program penyuluhan kesehatan ibu dan
anak , dapat menurunkan angka kesakitan atau kematian bayi, atau pada
program yang lain : pemberian garam yodium dapat menurunkan penderita
gondok endemik di daerahnya. Sayangnya, hasil evaluasi seperti ini jarang
disampaikan oleh penanggung jawab program kepada masyarakat sasaran
dengan berbagai evaluasinya.

13

Evaluasi harus digunakan secara konstruktif seperti terkandung dalam


maksud dan tujuan , bukan untuk membenarkan tindakan yang telah lalu atau
mencari-cari kekurangan dan tidak dimaksudkan untuk mengadili seseorang. 8,9
Sasaran Evaluasi Program
Evaluasi program merupakan kebutuhan banyak pihak, menjadi penting dan
kompleks. Seperti telah disampaikan definisi adalah suatu evaluasi dalam pekerjaan
adalah evaluasi suatu proses penilaian suatu kinerja dari suatu proses kegiatan;
dalam arti sempit biasanya evaluasi program dibatasi atau berfokus pada evaluasi
hasil (out put) yang berhubungan dengan pencapaian sasaran program. Sedang
evaluasi out come atau impact dibatasi terhadap apa dampak yang secara nyata
diterima akibat program yang diberikan (ditunjukan) dan manfaatnya (benefit) bagi
masyarakat yang menerima pelayanan . di dalam pengertian tersebut mencakup
evaluasi terhadap : input-proses-out put-out come- dan impact. Evaluasi program
adalah suatu bentuk khusus dari evaluasi. Sesuai namanya evaluasi ini dilakukan
terhadap program. Sebagaimana diketahui program adalah suatu rencana yang
telah nyata kongrit ; suatu rencana yang telah mencantumkan tujuan, sasaran atau
targetnya, penyediaan anggaran, SDM, sarana prasarana lainnya dan waktu yang
dijadwalkan. Masing-masing elemen program tersebut telah ditetapkan atau telah
dibuat

standar

sebelumnya

yang

daapt

diukur

dalam

perkembangan

pelaksanaannya. Seiring dengan penjelasan tersebut, evaluasi program mencakup


evaluasi terhadap tujuan program yang telah ditentukan, evaluasi terhadap sasaran
program yang dituju, evaluasi terhadap target (hasil) program yang ditetapkan,
evaluasi terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan,
sasaran dan target, evaluasi terhadap sumber daya yang digunakan, dan evaluasi
terhadap waktu yang diperulukan dalam pelaksanaan.9
Dengan demikian evaluasi program berhubungan dengan nilai atau harga dari
elemen-elemen

tujuan, sasaran, target, sumber daya dan waktu penyelesaian

suatu proyek atau program.


Ruang Lingkup Evaluasi
Evaluasi bersangkutan secara langsung dengan sistem diluar organisasi
baik supra sistem, sub sistem maupun sistem-sistem lain yang berkaitan. Terdapat
dua pandangan tentang kedudukan evaluasi, apakah seharusnya evaluasi dilakukan
oleh pihak luar atau dari dalam organisasi sendiri. Evaluasi eksternal diperlukan
agar lebih objektif, namun juga dipertimbangkan apakah itu pantas dilakukan,
14

timbul perasaan khawatir dirugikan, faktor keamanan dan tentu memerlukan


anggaran tambahan dan kelengkapannya. Sedang evaluasi internal, secara nyata
jelas menjadi tanggung jawab manajer dan manajerlah yang memeberikan
penugasan kepada evaluator sehingga tidak ada masalah tentang keputusan.
Mengenai apa yang dimaksud dengan objektif sendiri banyak diartian secara
subjektif. Pada umumnya dimaksud dengan objektif adalah berdasarkan data atau
fakta yang tidak dapat dibantah, yang dilandasi dengan pengetahuan ilmiah. 8,9
Dengan demikian seharusnya baik evaluasi internal maupun eksternal didasari
kerangka logis ilmiah dan tidak memihak, untuk membantu kelancaran tugas
manajer dalam mencapai tujuan dan sasarannya dengan berhasil.
Mekanisme Evaluasi
Langkah yang mendasar yang esensial diperlukan untuk evaluasi program
dan hubungan satu dengan lainnya adalah pengumpulan data, yang dimaksud

dengan data di sini ialah hasil dari suatu pengukuran dan ataupun
pengamatan. Agar data yang dikumpulkan tersebut dapat menghasilkan
kesimpulan tentang prioritas masalah, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu jenis data yaitu jenis data yang harus dikumpulkan
banyak macamnya. Sekedar pegangan dapat dipergunakan pendapat Blum
yang membedakan data kesehatan atas empat macam yakni data tentang
perilaku

(behaviour),

lingkungan

(environment),

pelayanan

kesehatan

(health services) dan keturunan (heredity).10


Apabila jenis data yang akan dikumpulkan telah ditetapkan, lanjutkan
dengan menetapkan sumber data yang akan dipergunakan. Untuk ini ada
tiga sumber data yang dikenal yakni sumber primer, sumber sekunder dan
sumber tertier. Contoh sumber data primer adalah hasil pemeriksaan atau
wawancara langsung dengan masyarakat. Contoh sumber data sekunder
adalah laporan bulanan Puskesmas dan Kantor Kecamatan. Sedangkan
contoh sumber data tersier adalah hasil publikasi badan-badan resmi, seperti
Kantor Dinas Statistik, Dinas Kesehatan dan Kantor Kabupaten. Kemudian
setelah itu, tentukan jumlah responden bila kemampuan tersedia dengan
cukup, kumpulkan data dengan lengkap dalam arti mencakup seluruh
penduduk. Dalam praktek sehari-hari, pengumpulan data secara total ini
15

sulit dilakukan. Lazimnya diambil data dari sebagian penduduk saja, yang
besarnya, karena hanya merupakan suatu survei diskriptif, ditentukan
dengan mempergunakan rumus sampel. Jika jumlah sampel telah ditentukan,
lanjutkan dengan menetapkan cara pengambilan sampel. Untuk ini ada
empat cara pengambilan sampel yang dikenal, yakni cara simple random
sampling, sistematic random sampling, stratified random sampling dan
cluster random sampling.8-10
Rumusan Masalah
Suatu rencana yang baik harus mengandung tentang masalah
(problem statement) yang ingin diselesaikan. Rumusan masalah tersebut
harus memenuhi syarat yaitu, harus mempunyai tolak ukur, yaitu tentang
apa

masalahnya.

Siapa

yang

terkena

masalah,

serta

berapa

besar

masalahnya. Dan bersifat netral, yaitu tidak mengandung uraian yang dapat
diartikan sebagai menyalahkan orang lain. Langkah pertama yang harus
dilakukan adalah menetapkan prioritas masalah.3 Untuk bidang kesehatan,
langkah-langkah

yang

sering

dipergunakan

adalah

mengikuti

prinsip

lingkaran pemecahan masalah (problem solving cycle). Sebagai langkah


pertama dilakukan upaya menetapkan prioritas masalah (problem priority).
Adapun yang dimaksud dengan masalah disini ialah kesenjangan antara apa
yang ditemukan (what is) dengan apa yang semestinya (what should be).
Ditinjau dari sudut pelaksanaan program kesehatan, penetapan prioritas
masalah ini dianggap sangat penting. Paling tidak ada dua alasan yang
ditemukan. Pertama, karena terbatasnya sumber daya yang tersedia dan
karena itu tidak mungkin menyelesaikan semua masalah. Kedua, karena
adanya hubungan antara satu masalah dengan masalah lainnya dan karena
itu tidak perlu semua masalah diselesaikan. Cara menetapkan prioritas
masalah yang dianjurkan adalah memakai teknik kajian data. Untuk dapat
menetapkan prioritas masalah dengan teknik kajian data, ada beberapa
kegiatan yang harus dilakukan. Kegiatan yang dimaksud adalah melakukan
pengolahan data yaitu menyusun data yang tersedia sedemikian rupa
sehingga jelas sifat-sifat yang dimilikinya. Cara pengolahan data secara
16

umum dapat dibedakan atas tiga macam yakni secara manual, mekanikal
serta elektrikal. Kemudian selanjutnya adalah melakukan penyajian data, ada
tiga macam cara penyajian data yang biasa digunakan yaitu secara
tekstular, tabular dan grafikal. Kemudian memilih prioritas masalah karena
antar masalah mungkin terdapat keterkaitan. Yang perlu diperhatikan hanya
menyelesaikan masalah pokok saja. Masalah lainnya akan selesai dengan
sendirinya. Kedua, karena kemampuan yang dimiliki oleh organisasi selalu
bersifat terbatas. Dalam keadaan yang seperti ini, lanjutkan kegiatan dengan
memilih prioritas masalah. Untuk itu banyak cara pemilihan yang perlu
dipergunakan.

Cara

yang

dianjurkan

adalah

memakai

kriteria

yang

dituangkan dalam bentuk matriks. Dikenal dengan nama tekhnik kriteria


matrik (criteria matrix tecnique).2,3,7
Apabila prioritas masalah

telah

berhasil

ditetapkan,

langkah

selanjutnya yang dilakukan adalah menetapkan prioritas jalan keluar


(solution priority). Untuk ini ada beberapa kegiatan pokok yang harus
dilakukan yaitu menyusun alternatif jalan keluar untuk mengatasi prioritas
masalah yang telah ditetapkan. Menyusun alternatif jalan keluar dipandang
penting, karena terkait dengan upaya memperluas wawasan, yang apabila
berhasil diwujudkan akan besar peranannya dalam membantu kelancaran
pelaksanan jalan keluar. Cara untuk menentukan prioritas jalan keluar adalah
pertama

dengan

menentukan

berbagai

penyebab

masalah

dengan

melakukan curah pendapat (brain storming) dengan membahas data yang


telah dikumpulkan. Gunakanlah alat bantu diagram hubungan sebab-akibat
(cause-effect diargam) atau populer pula dengan sebutan diagram tulang
ikan

(fish

bone

diagram).

Dengan

memanfaatkan

pengetahuan

dan

pengalaman yang ada, serta dibantu oleh data yang tersedia, dapat disusun
berbagai penyebab masalah secara teoritis. Kemudian memeriksa kebenaran
penyebab masalah karena daftar penyebab masalah yang telah disusun baru
bersifat teoritis, perlu dilakukan pemeriksaan tentang kebenaran penyebab
masalah (confirmation). Kemudian pilihlah prioritas jalan keluar karena
kemampuan yang dimiliki oleh suatu organisasi selalu bersifat terbatas,
17

untuk mengatasinya, pilihlah salah satu dari alternatif jalan keluar yang
paling menjanjikan. Untuk dapat memilih prioritas jalan keluar, pelajarilah
dengan seksama berbagai alternatif yang tersedia. Sebelum melakukan
pilihan, ada baiknya jika dicoba padukan dahulu. Siapa tahu berbagai
alternatif tersebut sebenarnya hanya merupakan bagian dari satu paket
kegiatan yang sulit dipisahkan. Apabila keterpaduan tersebut sulit dilakukan,
antara lain karena adanya perbedaan antar alternatif yang terlalu tajam,
atau karena keterbatasan sumber daya dalam melaksanakan program yang
telah dipadukan. Cara yang dianjurkan adalah memakai teknik kriteria
matriks yaitu adalah efektivitas jalan keluar yaitu menetapkanlah nilai
efektivitas (effectivity) untuk setiap alternatif jalan keluar, yakni dengan
memberikan angka 1 (paling tidak efektif) sampai dengan angka 5 (paling
efektif). Prioritas jalan keluar adalah yang nilai efektivitasnya paling tinggi.
Untuk menentukan efektivitas jalan keluar, pergunakan kriteria tambahan
seperti besarnya masalah yang dapat diselesaikan yaitu menghitung
besarnya masalah (magnitude) yang dapat diatasi apabila jalan keluar
tersebut dilaksanakan. Makin besar masalah dapat diatasi, makin tinggi
prioritas jalan keluar tersebut. Pentingnya jalan keluar yaitu menghitung
pentingnya jalan keluar (importancy) dalam mengatasi masalah yang
dihadapi. Pentingnya jalan keluar yang dimaksudkan disini dikaitkan dengan
kelanggengan selesainya masalah. Makin langgeng selesainya masalah,
makin penting jalan keluar tersebut. Kemudian senstivitas jalan keluar yaitu
menghitung sensitifitas jalan keluar (unerabilty) dalam mengatasi masalah
yang dihadapi. Sensitivitas yang dimaksud disini dikaitkan dengan kecepatan
jalan keluar mengatasi masalah. Makin cepat masalah teratasi, makin
sensitif

jalan

keluar

tersebut.

Kemudian

efisiensi

jalan

keluar

yaitu

menetapkan nilai efisiensi (efficiency) untuk setiap alternatif jalan keluar,


yakni dengan memberikan angka 1 (aling tidak efisien) sampai dengan
angka 5 (paling efisien). Nilai efisiensi ini biasanya dikaitkan dengan biaya
(cost) yang diperlukan untuk melaksanakan jalan keluar. Makin besar biaya
yang diperlukan, makin tidak efisien jalan keluar tersebut.3,5,9
18

Setelah semua dilakukan, selanjutnya yang harus dilakukan adalah


dengan melakukan uji lapangan yaitu dalam melaksanakan uji lapangan,
tujuan utama yang ingin dicapai bukan lagi mempermasalahkan jalan keluar
yang telah terpilih, melainkan hanya untuk menilai berbagai faktor penopang
dan faktor penghambat yang kiranya akan ditemukan, apabila jalan keluar
tersebut dilaksanakan. Catatlah berbagai faktor penopang dan penghambat
yang ditemukan. Kemudian memperbaiki prioritas jalan keluar yaitu dengan
memanfaatkan berbagai faktor penopang, dan bersamaan dengan itu
meniadakan berbagai faktor penghambat yang ditemukan pada uji lapangan.
Kemudian menyusun uraian rencana prioritas jalan keluar yaitu menguraikan
semua unsur rencana sebagaimana telah dikemukakan, sehingga dapat
dihasilkan suatu rencana yang lengkap. Langkah-langkah dan kegiatan
menetapkan prioritas masalah saling terkait dengan langkah-langkah dan
kegiatan menetapkan prioritas jalan keluar.
Kesimpulan
Puskesmas

adalah

fasilitas

pelayanan

kesehatan

yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan


perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya di wilayah kerjanya. Dengan kata lain Puskesmas mempunyai
wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat
dalam

wilayah

kerjanya.

Puskesmas

dipimpin

oleh

seorang

Kepala

Puskesmas, yaitu seorang Dokter Umum. Syarat dokter umum yaitu


memenuhi criteria Five Stars Doctor, yaitu Health care provider, Decision
makER ,

Community

leader,

Manager,

Communicator.

Peran

dokter

Puskesmas yaitu sebagai medicus practicus, manajer, dan public health


worker. Dalam menjalankan fungsinya, Puskesmas memiliki berberapa
program-program kesehatan. Agar program Puskesmas dapat berjalan
dengan baik, dibutuhkan manajemen Puskesmas yang baik. Dan untuk
mengatasi masalah di dalam puskesmas kita perlu memilih prioritas masalah
19

terlebih dahulu, kemudiaan menganalisanya, menentukan kesenjangan yang


terjadi (input, proses, keluaran, lingkungan, dan sebagainya) kemudian
mencari solusi yang tepat sehingga masalah cakupan program puskesmas
yang tidak terpenuhi dapat terselesaikan.
Daftar Pustaka
1. Chandra

B.

Ilmu kedokteran

pencegahan dan komunitas. Jakarta:

EGC;2009.h.227-235.
2. Muninjaya A.A.Gde. Manajemen mutu pelayanan kesehatan. Jakarta:
EGC;2011.h. 170-250.
3. Azwar A. Pengantar administrasi kesehatan. Edisi ke-3. Jakarta: Binarupa
Aksara;2011.h.17-24, 181-241, 329-33.
4. Satrianegara M. F. Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan: Teori dan
Aplikasi dalam Pelayanan Puskesmas dan Rumah Sakit . Jakarta: Salemba

Medika;2014.h. 142-60
5. Departemen Kesehatan

RI.

Peraturan

Menteri

Kesehatan

Tentang

Puskesmas nomor 75 tahun 2014. Jakarta:2014.h. 5-12.


6. Sulaeman E. S. Manajemen Kesehata: Teori Dan Praktik Di Puskesmas
(Revisi). Yogyakarta. 2011;h. 28-42; 77-80.
7. Departemen kesehatan RI. Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu
puskesmas SP2TP. Jakarta;1997.h.B52-5.
8. Notoadmodjo Soekidjo. 2006. Evaluasi Program Kesehatan. diakses dari
http://www.geocities.ws/klinikikm/manajemen-kesehatan/evaluasi-program.htm ,

tanggal sitasi 9/12/2012


9. Supriyanto S dan Nyoman Anita D. 2007. Perencanaan dan Evaluasi.
Surabaya: Airlangga Universitiy Press.
10. Wiijono Djoko, 2007, Evaluasi Program Kesehatan dan Rumah Sakit,
Surabaya, Duta Prima Airlangga.

20

Anda mungkin juga menyukai

  • Visa Amerika
    Visa Amerika
    Dokumen1 halaman
    Visa Amerika
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Kepada
    Kepada
    Dokumen1 halaman
    Kepada
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Surat Perjanjian Kontrak
    Surat Perjanjian Kontrak
    Dokumen2 halaman
    Surat Perjanjian Kontrak
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Surat Kuasa
    Surat Kuasa
    Dokumen1 halaman
    Surat Kuasa
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Tiket Mexico
    Tiket Mexico
    Dokumen2 halaman
    Tiket Mexico
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Slamet
    Slamet
    Dokumen1 halaman
    Slamet
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Pembatas Jilid Visum
    Pembatas Jilid Visum
    Dokumen36 halaman
    Pembatas Jilid Visum
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Case Tonsilofaringitsis-Alvin
    Case Tonsilofaringitsis-Alvin
    Dokumen21 halaman
    Case Tonsilofaringitsis-Alvin
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Farmakokinetik
    Farmakokinetik
    Dokumen3 halaman
    Farmakokinetik
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Case Tonsilofaringitsis
    Case Tonsilofaringitsis
    Dokumen22 halaman
    Case Tonsilofaringitsis
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Penyuluhan Kejang Demam
    Penyuluhan Kejang Demam
    Dokumen12 halaman
    Penyuluhan Kejang Demam
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Plenosken 1
    Plenosken 1
    Dokumen23 halaman
    Plenosken 1
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Jurding
    Jurding
    Dokumen5 halaman
    Jurding
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Peran Dokter Dalam Kasus Pemeriksaan Teroris
    Peran Dokter Dalam Kasus Pemeriksaan Teroris
    Dokumen37 halaman
    Peran Dokter Dalam Kasus Pemeriksaan Teroris
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Kegawatdaruratan ARDS
    Kegawatdaruratan ARDS
    Dokumen22 halaman
    Kegawatdaruratan ARDS
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Farmakokinetik
    Farmakokinetik
    Dokumen3 halaman
    Farmakokinetik
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Jur Ding
    Jur Ding
    Dokumen5 halaman
    Jur Ding
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Spss Fix
    Spss Fix
    Dokumen6 halaman
    Spss Fix
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Melisa
    Skripsi Melisa
    Dokumen45 halaman
    Skripsi Melisa
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Laporan SL Pleno
    Laporan SL Pleno
    Dokumen7 halaman
    Laporan SL Pleno
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • PPT
    PPT
    Dokumen18 halaman
    PPT
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Pptblok 25
    Pptblok 25
    Dokumen20 halaman
    Pptblok 25
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • PPTSL
    PPTSL
    Dokumen24 halaman
    PPTSL
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Rhinitis Alergi
    Rhinitis Alergi
    Dokumen3 halaman
    Rhinitis Alergi
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Activity Daily Living
    Activity Daily Living
    Dokumen7 halaman
    Activity Daily Living
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Makalah PBL 27
    Makalah PBL 27
    Dokumen12 halaman
    Makalah PBL 27
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • PPTPBL
    PPTPBL
    Dokumen18 halaman
    PPTPBL
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • PPTSL
    PPTSL
    Dokumen24 halaman
    PPTSL
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Makalah
    Makalah
    Dokumen1 halaman
    Makalah
    Melisacitra
    Belum ada peringkat
  • Makalah PBL
    Makalah PBL
    Dokumen20 halaman
    Makalah PBL
    Melisacitra
    Belum ada peringkat