Pendahuluan
1.1.
Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) dari 70% penderita hipertensi yang
diketahui hanya 25% yang mendapat pengobatan, dan hanya 12,5% yang diobati
dengan baik diperkirakan sampai tahun 2025 tingkat terjadinya tekanan darah tinggi
akan bertambah 60%, dan akan mempengaruhi 1,56 milyar penduduk di seluruh
dunia.
Depkes RI pada tahun 2013 menyatakan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia
yang didapat melalui pengukuran pada umur > 18 tahun di provinsi Jawa Tengah
adalah sebesar 26,4%. Sedangkan menurut Riskesdas 2013, prevalensi hipertensi di
Indonesia berdasarkan hasil pengukuran pada umur 18 tahun sebesar 25,8 persen
dimana didapatkan daerah tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan
Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%).1
Penelitian yang dilakukan di Sukoharjo pada tahun 2015 menyatakan bahwa dari 85
responden yang diteliti didapatkan sebanyak 27 orang memiliki kualitas tidur yang
baik (31,8%), namun sebagian besar yaitu sebanyak 58 orang (68,2%) mempunyai
kualitas tidur yang buruk.
Penelitian di Magelang menyatakan terdapat hubungan antara kualitas tidur dengan
tekanan darah pada lansia. Begitu pula pada tahun 2015, menunjukkan bahwa ada
hubungan antara kualitas tidur lansia dengan tingkat kekambuhan pada pasien
hipertensi.2
Ditemukan bahwa orang yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi mempunyai
risiko dua kali lebih besar terjadi hipertensi dibandingkan pada keluarga yang tidak
mempunyai riwayat hipertensi. Selain itu juga kejadian hipertensi meningkat seiring
dengan bertambahnya usia. Hal yang sama juga dikemukan pada penelitian yang lain
dimana hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mempunyai hubungan yang
sangat erat dengan Lanjut Usia. Indonesia termasuk dalam lima besar negara dengan
jumlah Lanjut Usia terbanyak di dunia. Berdasarkan sensus penduduk pada tahun
2010, jumlah Lanjut Usia di Indonesia yaitu 18,1 juta jiwa (7,6% dari total
penduduk). Pada tahun 2014, jumlah penduduk Lanjut Usia di Indonesia menjadi
18,781 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2025, jumlahnya akan mencapai 36 juta
1
jiwa. Pria dan wanita memiliki prevalensi terjadinya hipertensi yang sama dan juga
terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan hipertensi pada
lansia.3
Penelitian yang lain mengatakan bahwa orang yang mempunyai kulit hitam lebih
banyak mengalami tekanan darah tinggi dibandingkan pada orang yang berkulit
putih.
Penelitian yang dilakukan di Cikarang ditemukan terdapat hubungan antara
pendidikan dengan tekanan darah. Sedangkan menurut penelitian yang lain, tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan kejadian
hipertensi pada Lanjut Usia.4
Penelitian lain juga mengemukakan terdapat hubungan yang bermakna antara
pekerjaan dengan tekanan darah. Akan tetapi menurut penelitian yang lain, tidak ada
hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan hipertensi.
Penelitian yang dilakukan di Kecamatan Sidakalang pada tahun 2014 menyatakan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara aktifitas fisik dengan kejadian
hipertensi pada Lanjut Usia. Begitu pula penelitian yang lainnya menyatakan
seseorang yang tidak teratur berolahraga terbukti memiliki hubungan yang bermakna
dengan kejadian hipertensi.3
Penelitian yang lain mengatakan terdapat hubungan antara obesitas dengan
tekanan darah seseorang.
Menurut penelitian yang dilakukan di Kudus dikatakan bahwa responden yang
mempunyai kebiasaan asupan garam kategori cukup sebagian besar tidak mengalami
hipertensi yakni sebesar 75%, dan responden yang mempunyai kebiasaan asupan
garam kategori sering sebagian besar mengalami hipertensi yakni sebesar 70%. 1
Begitu pula menurut penelitian yang dilakukan di cikarang menemukan adanya
hubungan yang signifikan antara asupan natrium dengan tekanan darah .4
Menurut penelitian yang dilakukan ditunjukkan bahwa merokok berhubungan dengan
kejadian hipertensi. Namun menurut penelitian yang lain tidak ada hubungan antara
kebiasaan merokok dengan hipertensi.2
Untuk itu, penelitian ini dilakukan karena belum adanya data dan penelitian yang
dilakukan mengenai Hubungan Antara Kualitas Tidur dan Faktor-Faktor Lainnya
Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia.
Masalah:
1.1.1. Menurut World Health Organization (WHO), tingkat terjadinya tekanan
darah tinggi akan bertambah terus menerus, dan diperkirakan sampai
tahun 2025 akan mempengaruhi 1,56 milyar penduduk di seluruh dunia.
1.1.2. Menurut data Riskesdas tahun 2013, hipertensi merupakan masalah
kesehatan di indonesia dengan prevalensi yang tinggi yaitu sebesar
25,8%. Prevalensi hipertensi cenderung lebih tinggi pada kelompok
pendidikan lebih rendah dan kelompok tidak bekerja, kemungkinan
akibat ketidaktahuan tentang pola makan yang baik.
1.1.3. Menurut penelitian yang dilakukan, didapatkan sekitar 68,2 %
responden mempunyai kualitas tidur yang buruk, dan didapatkan
hubungan bermakna antara kualitas tidur dengan tingkat kekambuhan
pasien hipertensi.
1.1.4. Menurut penelitian yang dilakukan di Pekan Baru Riau, didapatkan
orang yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi mempunyai risiko
dua kali lebih besar terjadi hipertensi dibandingkan dengan keluarga
yang tidak mempunyai riwayat hipertensi, serta terdapat hubungan yang
bermakna antara usia dan jenis kelamin seseorang dengan kejadian
hipertensi.
1.1.5. Menurut penelitian yang dilakukan di Desa Belang Malum Kecamatan
Sidikalang Kabupaten Dairi, terdapat hubungan yang bermakna antara
pendidikan, dan aktivitas fisik seseorang dengan tekanan darah.
1.1.6. Menurut penelitian yang dilakukan di Puskesmas Telaga Murni,
Cikarang Barat ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara
obesitas dengan tekanan darah seseorang.
Tujuan Umum:
Diketahuinya hubungan antara kualitas tidur dan faktor-faktor lainnya dengan tekanan
darah pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia.
Tujuan Khusus:
3
1.
Diketahuinya sebaran tekanan darah pada individu yang berusia diatas 60 tahun
2.
3.
4.
individu yang berusia diatas 60 tahun di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia.
Diketahuinya hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah di Panti Sosial
5.
Manfaat Penelitian :
Bagi Peneliti
1. Menerapkan ilmu yang telah didapat di bangku kuliah untuk merumuskan dan
2.
3.
4.
5.
analitis
dan
sistematis
dalam
Bagi Masyarakat
1. Sebagai bahan pengetahuan masyarakat untuk mencegah hipertensi.
2. Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan masyarakat
mengenai hubungan antara kualitas tidur yang dapat meningkatkan kejadian
hipertensi.
Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1.
Tekanan Darah
2.1.1. Definisi Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh pompa
jantung untuk menggerakkan darah ke seluruh tubuh. Darah membawa
nutrisi dan oksigen ke seluruh bagian tubuh. Tekanan darah tinggi, atau
tekanan
darah.
darah
Sedangkan
saat
jantung
tekanan
berdetak
diastolik
dan
(diastolic
menggunakan
sphygmomanometer dan
stetoskop.
konstriksi
dan memudahkan
untuk
memasang manset).
e. Palpasi arteri brachial, letakkan manset 3 cm
diatas arteri tersebut dan pasang manset melingkari
lengan atas tersebut dan kaitkan ujungnya.
f. Letakkan manometer sejajar dengan
mata
pemeriksa.
g. Letakkan bel atau diapragma dari stetoskop diatas
arteri Brachial
h. Tutup katup dan kunci sampai rapat lalu pompa bola
manometer sambil mempalpasi arteri radialis,
sampai denyut pada arteri radialis hilang (tekanan
distolik), kemudian pompa bola manometer sampai
30 mmhg diatas tekanan sistolik.
i. Buka katup secara perlahan lahan, dan keluarkan
udara dari manset secara berangsur angsur dan
perhatikan angka pada manometer saat terdengar
bunyi (dup) pertama dan perhatikan suara keras
yang terakhir. Kemudian keluarkan seluruh udara
dari manset dengan cepat
Suara pertama yang terdengar merupakan tekanan
systolik dan bunyi terakhir menunjukkan tekanan
diastolic.
j. Buka manset dari lengan pasien, kemudian catat
hasil pemeriksaan pada buku catatan.
k. Cuci tangan dan keringkan
2.1.3. Jenis-Jenis Tensimeter yang Dapat Digunakan
Ada dua jenis tensimeter yang biasa digunakan yaitu :
1. Tensimeter air raksa
7
lama
pemakaian
semakin
menurun
tingkat
hipertensi
stadium
II.
Sedangkan
apabila
tekanan
sistoliknya lebih dari 180 mmHg dan tekanan diastoliknya lebih dari
116 mmHg maka dinyatakan hipertensi stadium III dan apabila
tekanan darah tinggi tidak terkontrol dengan baik, maka dapat terjadi
serangkaian komplikasi serius dan penyakit kardiovaskuler, seperti
serangan jantung, dan stroke ringan, gagal jantung, kerusakan ginjal
dan masalah mata.7
Klasifikasi tekanan darah untuk usia 18 tahun atau lebih
berdasarkan JNC 7 dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah untuk usia > 18 tahun berdasarkan JNC 7
1
0
tekanan
darah
dan
golongan
obat
hipertensi
yang
1
1
dianggap cukup atau masih belum jelas atau terdapat konflik (misal
karena berbagai perbedaan hasil), tetapi direkomendasikan oleh
komite karena dirasakan penting untuk dimasukan dalam guideline.
1
2
expert
opinion. Terdapat
bukti-bukti
yang
dianggap
2.2.
Kualitas Tidur
2.2.1. Definisi Kualitas Tidur
Tidur adalah suatu keadaan berulang-ulang, perubahan status
kesadaran yang terjadi selama periode tertentu. Tidur yang cukup
dapat memulihkan tenaga. Tidur dapat memberikan waktu untuk
perbaikan dan penyembuhan sistem tubuh untuk periode keterjagaan
berikutnya (Potter & Perry, 2005).
Sedangkan kualitas tidur adalah suatu keadaan di mana tidur
yang dijalani seorang individu menghasilkan kesegaran dan
kebugaran di saat terbangun.
kuantitatif dari tidur, seperti durasi tidur, latensi tidur serta aspek
subjektif, seperti tidur dalam dan istirahat (Khasanah, 2012).
membuat
Tingkat Perkembangan
0 1 bulan
1 bulan - 18 bulan
14 18 jam/hari
12 14 jam/hari
18 bulan - 3 tahun
Masa Anak
11 12 jam/hari
3 tahun - 6 tahun
Masa Prasekolah
11 jam/hari
6 tahun - 12 tahun
Masa Sekolah
10 jam/hari
12 tahun - 18 tahun
Masa Remaja
8,5 jam/hari
18 tahun - 40 tahun
Masa Dewasa
7 8 jam/hari
40 tahun - 60 tahun
7 jam/hari
60 tahun ke atas
6 jam/hari
1
8
Jumlah kebutuhan
yang
pada
membutuhkan banyak waktu untuk jatuh tidur. Tetapi pada lansia yang
berhasil beradaptasi terhadap perubahan fisiologis dan psikologis
dalam penuaan lebih mudah mempertahankan tidur REM.9,10
2.2.3. Tanda Tanda Berkurangnya Kualitas Tidur
Menurut Hidayat (2008), kualitas tidur seseorang dikatakan
baik apabila tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan tidur dan
tidak mengalami masalah dalam tidurnya. Tanda-tanda kekurangan
tidur dapat dibagi menjadi tanda fisik dan tanda psikologis. Di bawah
ini akan dijelaskan apa saja tanda fisik dan psikologis yang dialami
antara lain:
1. Tanda fisik
1
9
berlebihan
(sering
menguap),
tidak
mampu
untuk
5. Usia
Usia merupakan jumlah lamanya kehidupan yang dihitung
berdasarkan tahun kelahiran sampai ulang tahun terakhir. Usia
mempengaruhi psikologi seseorang. Semakin bertambah usia
seseorang, semakin siap pula dalam menerima cobaan dan
berbagai masalah.
6. Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan status gender dari seseorang yaitu lakilaki
dan
perempuan. Wanita
secara
psikologis memiliki
mekanisme koping yang lebih rendah dibandingkan dengan lakilaki dalam mengatasi suatu masalah. Dengan adanya gangguan
secara fisik maupun secara psikologis tersebut maka wanita akan
mengalami suatu kecemasan, jika kecemasan itu berlanjut maka
akan mengakibatkan seseorang lansia lebih sering mengalami
kejadian insomnia dibandingkan dengan laki-laki.
2.2.5. Pengukuran Kualitas Tidur
Kualitas tidur adalah kemampuan individu untuk tetap tertidur
dan untuk mendapatkan jumlah tidur yang tepat. Kualitas tidur yang
baik akan ditandai dengan tidur yang tenang, merasa segar pada
pagi hari dan merasa semangat untuk melakukan aktivitas.
Pengukuran kualitas tidur dapat menggunakan The Pittsburgh Sleep
Quality Index (PSQI). PSQI membedakan antara tidur yang baik
dan tidur yang buruk dengan pemeriksaan 7 komponen: latensi
tidur, durasi tidur, kualitas tidur, efisiensi kebiasaan tidur, gangguan
tidur, penggunaan obat tidur dan gangguan fungsi tubuh di siang
hari.2
2.2.6. Pengaruh Kualitas Tidur terhadap Tekanan Darah
Penelitian yang dilakukan oleh menunjukkan bahwa ada
hubungan antara kualitas tidur lansia dengan tingkat kekambuhan
pada pasien hipertensi. Haisl penelitian ini mendukung penelitian
dari Utami dan Priyanto pada tahun 2013 bahwa ada hubungan
kualitas tidur dengan tekanan darah pada lansia. 9
Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Anggraini, dkk pada tahun 2009 dikatakan bahwa hipertensi
2
1
2
2
kaku,
penurunan
kemampuan
kontraktilitas
jantung,
2
3
ekstraseluler
meningkat.
Meningkatnya
volume
cairan
Jenis kelamin
Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Feby, dkk
2
4
jenis kelamin dengan tekanan darah. Hal ini dapat disebabkan karena
adanya faktor lain yang mempengaruhi tekanan darah seperti tingkat
stress. Menurut penelitian Lewa, dkk (2010) Lansia yang mengalami
stress psikososial akan meningkatkan resiko terjadinya hipertensi
sebesar 2,54 kali lebih besar dibandingkan dengan Lansia yang tidak
mengalami stress psikososial dan secara statistik bermakna (p value =
0,001)12
2.3.4
Etnis
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Feby, dkk dikatakan
bahwa orang yang mempunyai kulit hitam lebih banyak mengalami
tekanan darah tinggi dibandingkan pada orang yang berkulit putih,
akan tetapi sampai saat ini belum diketahui penyebabnya secara pasti,
dimana pada orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih
rendah dan sensitifitas terhadap vasopresin lebih besar.4
2.3.5
Tingkat pendidikan
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Febby, bahwa terdapat
Hubungan antara pendidikan dengan tekanan darah. Hal ini juga
sejalan dengan hasil Riskesdas pada tahun 2007 yang menyatakan
bahwa penyakit hipertensi cenderung tinggi pada pendidikan rendah
dan menurun sesuai dengan peningkatan pendidikan. Akan tetapi
menurut penelitian yang dilakukan oleh Susi, bahwa tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan kejadian
hipertensi pada Lansia di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun
2014.4
2.3.6
Aktivitas fisik
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Susi, bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara aktifitas fisik dengan kejadian
hipertensi pada lansia.
Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh Djauhar, dimana
didapatkan bahwa responden dengan kebiasaan olahraga kategori
kurang baik sebagian besar mengalami hipertensi yaitu sebesar 83,33
%, dan responden dengan kebiasaan olahraga kategori baik sebagian
besar tidak mengalami hipertensi yaitu sebesar 66,67 %.11
2
5
Obesitas
Berat badan menjadi faktor penyebab terjadinya hipertensi
pada mayoritas kelompok etnik di semua tingkatan usia. Menurut
National Institutes for Health USA (1998) menyatakan bahwa
prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa
Tubuh (IMT) > 30 (obesitas) untuk pria adalah 38% dan untuk wanita
sebesar 32%, dibandingkan dengan prevalensi untuk pria 18% dan
untuk wanita 17% bagi yang memiliki IMT < 25.
Begitu pula menurut penelitian yang dilakukan oleh Susi,
dkk dikatakan bahwa ada hubungan antara obesitas dengan tekanan
darah seseorang. Hal ini terjadi akibat perubahan fisiologis yaitu
terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf
simpatis dan sistem renin-angiotensin, sehingga menyebabkan
perubahan fisik yang terjadi pada ginjal. Bertambahnya konsumsi
energi juga dapat meningkatkan insulin plasma, dimana natriuretik
potensial dapat menyebabkan terjadinya reabsorpsi natrium dan
meningkatkan tekanan darah yang terus menerus.
Hasil yang sama juga dilaporkan oleh febby, dimana ada
76,9% responden hipertensi yang memiliki IMT yang menunjukan
gizi lebih (obesitas) dan 6,1% yang memiliki IMT yang menunjukan
gizi tidak lebih atau normal. Penelitian ini menunjukkan adanya
hubungan antara berat badan dengan hipertensi. Bila berat badan
2
6
Peningkatan
volume
cairan
ekstraseluler
dapat
Merokok
Hipertensi juga dapat disebakan karena kegiatan merokok.
Perokok berat dapat dihubungkan dengan peningkatan kejadian
hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang
mengalami ateriosklerosis.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Bowman pada tahun
2007 dengan model Kohort Prospektif pada 28.236 sampel
yang pada awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak
merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14
batang rokok per hari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15
batang per hari. Subyek terus diteliti dalam median waktu selama 9,8
tahun.
Begitu pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Arif,
dkk pada tahun 2013 menunjukkan bahwa merokok berhubungan
dengan kejadian hipertensi.
Penelitian yang juga dilakukan oleh Djauhar mendapatkan
hasil bahwa responden dengan kebiasaan merokok kategori bukan
perokok sebagian besar tidak mengalami hipertensi dan responden
dengan kebiasaan merokok kategori perokok sebagian besar
mengalami hipertensi sebesar 68, 75 %.11
Begitu pula yang dikemukakan oleh Siburain (2004) terdapat
hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan tekanan
darah. Akan tetapi menurut penelitian yang dilakukan oleh Febby
didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok
dengan hipertensi. Sedangkan menurut Susi, terdapat hubungan yang
bermakna antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada
Lansia di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014.
2.4.
2
8
Kerangka Teori
2.5.
Kerangka Konsep
Kualitas Tidur
Tekanan Darah
Umur
Jenis Kelamin
Pendidikan
Obesitas
Bab III
Metodologi Penelitian
3.1.
Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah studi observasional dengan
pendekatan cross sectional mengenai hubungan antara kualitas tidur dan
faktor-faktor lainnya dengan tekanan darah pada lansia di Panti Jompo Tresna
Werdha Budi Mulia.
3.2.
3.3.
3.4.
2
9
Jompo Tresna Werdha Budi Mulia yang ada pada bulan Mei.
Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.5.1. Kriteria Inklusi
antihipertensi.
Semua penghuni yang tidak tidur pada malam hari minimal 1 hari
dalam 3 hari sebelum diperiksa.
3.6.
Sampel
3.6.1. Besar Sampel
Melalui rumus di bawah ini, didapatkan besar sampel penelitian
sebagai berikut:
n2 = n1 + (10%. n1)
Keterangan:
Jika menggunakan proporsi peminum kopi di Indonesia, didapatkan
hasil perhitungan sebagai berikut:
n1 = Jumlah sampel minimal
n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10% (substitusi adalah
0,258
q = 100% p = 100 % 25.8% = 74.2% = 0,742.
L = Derajat kesalahan yang masih diterima adalah 10%
n1 = (1,96)2 x 0,258 x 0,742
0,12
= 73.5
Untuk menjaga kemungkinan adanya responden yang drop out, maka
dihitung:
n2 = n1 + (10%. n1)
= 73.5 + (10%. 73.5)
= 80.85 dibulatkan menjadi 81
3
0
3.7.
Instrumen Penelitian
Alat dan Bahan yang diperlukan:
3.8.
Kuesioner
Alat tulis
Sphygmomanometer
Stetoskop
Timbangan
Statumeter
Cara Kerja:
Mengumpulkan bahan ilmiah dan merencanakan desain penelitian.
Menentukan jumlah sampel minimum 81 penghuni lansia di Panti
Jompo Tresna Werdha Budi Mulia.
3
1
16).
Penulisan laporan penelitian.
3.9.
Pelaporan penelitian.
Pengumpulan Data
Data penelitian berupa data primer yang dikumpulkan dengan
memakai bantuan kuesioner dan melakukan pemeriksaan tekanan darah dan
penimbangan berat badan, serta tinggi badan penghuni lansia di Panti Jompo
Tresna Werdha Budi Mulia pada bulan Mei.
3.10.
Identifikasi Variabel
Dalam penelitian ini digunakan variabel terikat (dependent) dan
variabel bebas (independent). Variabel terikat adalah tekanan darah sedangkan
variabel bebas merupakan kualitas tidur, usia, jenis kelamin, pendidikan, dan
3.11.
obesitas.
Definisi Operasional
Variabel Terikat
o Tekanan Darah
Definisi operasional : Tekanan yang dihasilkan oleh pompa jantung
untuk menggerakkan darah ke seluruh tubuh,
yang terdiri dari tekanan sistolik dan tekanan
diatolik yang diukur dengan menggunakan
sphygmomanometer digital bermerk omron
dimana pengukuran dilakukan sebanyak 2 kali
pada lengan kiri dan dalam posisi duduk. Hasil
yang didapatkan adalah rata-rata dari 2 kali
Alat ukur
Cara pengukuran
Kategori
3
2
Skala ukur
Hasil ukur
Tekanan Darah
Koding
Normal
Prehipertensi
Hipertensi
0
1
2
derajat 1
Hipertensi
derajat 2
Variabel Bebas
o Usia
Definisi operasional : Lama waktu hidup seseorang yang terhitung
dari saat lahir (sesuai kartu identitas) sampai
saat penelitian dilakukan, dinyatakan dalam
Alat ukur
Cara pengukuran
tahun.
: Wawancara
: Tanggal-bulan-tahun
penelitian
dikurangi
: Numerik
Hasil ukur
: Tahun
o Kualitas Tidur
Definisi operasional : Kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga
seseorang
tersebut
tidak
memperlihatkan
diukur
Alat ukur
kuesioner PSQI.
: Kuesioner
Cara pengukuran
: Menggunakan
menanyakan
teknik
hal-hal
dengan
menggunakan
wawancara
yang
terdapat
dengan
pada
buruk.
: Nominal
Hasil ukur
Kualitas tidur
3
3
Koding
Baik
Buruk
0
1
o Jenis Kelamin
Definisi operasional : Tanda fisik perkembangan seks sekunder yang
terindentifikasi pada pasien yang dibawa sejak
lahir yang bisa diketahui dari pengamatan dan
Alat ukur
Cara pengukuran
Skala ukur
Hasil Ukur
pertanyaan.
: Kuesioner
: Menggunakan teknik wawancara
: Nominal
:
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
o Pendidikan
Definisi operasional : Proses
Koding
0
1
pembelajaran
pengetahuan,
penelitian.
: Kuesioner
: Menggunakan teknik wawancara
: Ordinal
Hasil ukur
:
Pendidikan
Tidak tamat SD/tamat
Koding
0
1
2
o Kejadian Obesitas
Definisi operasional : Kondisi dimana Indeks Massa Tubuh (IMT)
melebihi nilai normal yang diukur dengan
Alat ukur
3
4
Cara pengukuran
Skala ukur
Hasil ukur
Obesitas
Tidak
Ya
3.12.
Koding
0
1
3.13.
3
5
Bab IV
Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai hubungan antara kualitas
tidur dan faktor-faktor lainnya terhadap tekanan darah pada lansia di panti sosial
tresna werdha budi mulia pada september - oktober 2016, maka diperoleh hasil dari
pengumpulan data pada 88 sampel penelitian.
Tabel 4.1. Sebaran tekanan darah pada individu yang berusia diatas 60 tahun di Panti
Jompo Tresna Werdha Budi Mulia
Variabel
Normal
Prehipertensi
Hipertensi derajat 1
Hipertensi derajat 2
Frekuensi
11
33
27
17
Persentase (%)
12,5
37,5
30,7
19,3
Tabel 4.2. Sebaran usia pada individu yang berusia diatas 60 tahun di Panti Jompo
Tresna Werdha Budi Mulia
Variabel
Usia
Mean
Media
Std.
Minimum
Maximum
Range
72,65
n
72,00
deviation
9,171
60,00
110,00
50,00
Tabel 4.3. Sebaran kualitas tidur, jenis kelamin, pendidikan, dan obesitas pada
individu yang berusia diatas 60 tahun di Panti Jompo Tresna Werdha Budi Mulia
3
6
Variabel
Kualitas tidur
Baik
Buruk
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Frekuensi
Persentase (%)
13
75
14,8
85,2
35
53
39,8
60,2
Pendidikan
Tidak tamat SD / tamat SD 71
80,7
15
2
17,0
2,3
66
22
75,0
25,0
Tabel 4.4. Hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah di Panti Jompo Tresna
Werdha Budi Mulia
Variabel
Kualitas tidur
Uji Statistik
Nilai p
Uji statistik Chi- 0,864
Ho
Diterima
Square
Tabel 4.5. Hubungan usia, jenis kelamin, pendidikan, dan obesitas dengan tekanan
darah di Panti Jompo Tresna Werdha Budi Mulia
Variabel
Usia
Uji Statistik
Nilai p
Uji
statistik 0,061
Ho
Diterima
Jenis kelamin
ANOVA
Uji statistik Chi- 0,635
Diterima
Pendidikan
Square
Uji statistik Chi- 0,328
Diterima
Obesitas
Square
Uji statistik Chi- 0,254
Diterima
Square
3
7
Bab V
Pembahasan
5.1.
5.2.
Sebaran usia pada individu yang berusia diatas 60 tahun di Panti Jompo
individu yang berusia diatas 60 tahun di Panti Jompo Tresna Werdha Budi
Mulia
Pada tabel 4.3 diketahui distribusi kualitas tidur sebanyak 13 orang dengan
kualitas tidur baik dengan persentase 14,8%, dan kualitas tidur buruk sebanyak 75
orang dengan persentase 85,2%.
Distribusi jenis kelamin terbanyak pada responden perempuan dengan jumlah
subjek 53 orang dengan persentase 60,2%, diikuti jenis kelamin laki-laki sebanyak 35
orang dengan persentase 39,8%.
Selain itu diketahui distribusi pendidikan pada responden, dimana 71 orang
(80,7%) dengan pendidikan terakhir tidak tamat SD / tamat SD / tidak tamat SMP /
3
8
tamat SMP / tidak tamat SMA, 15 orang (17%) tamat SMA, dan 2 orang (2,3%) tamat
perguruan tinggi.
Diketahui pula distribusi obesitas pada responden, dimana 66 orang
responden (75%) tidak obesitas, sedangkan 22 orang responden (25%) obesitas.
5.4.
5.5.
Setiawan, dan Herlina dkk, pada tahun 2013 dimana hipertensi merupakan salah satu
penyakit yang mempunyai hubungan sangat erat dengan lansia. Begitu pula yang
diungkapkan oleh Anggarini pada tahun 2015 yang mengatakan bahwa seseorang
yang tergolong lansia memiliki risiko menderita penyakit hipertensi. Namun
penelitian yang dilakukan oleh Payung dan Widyaningrum (2014) mengatakan bahwa
tidak terdapat hubungan antara usia dengan tekanan darah karena dipengaruhi oleh
asupan makanan pada Lansia. Konsumsi natrium yang berlebihan menyebabkan
konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume
cairan ekstraseluler menyebabkan meningkatnya volume darah dalam tubuh dengan
demikian jantung harus memompa dengan lebih giat sehingga tekanan darah menjadi
naik. Adanya perbedaan pada hasil penelitian-penelitian tersebut dengan hasil yang
saya dapatkan, kemungkinan besar dapat disebabkan oleh beberapa faktor lainnya,
diantaranya faktor konsumsi asupan garam, faktor kualitas tidur pasien, aktivitas fisik,
dan faktor-faktor lainnya yang ikut mempengaruhi. Selain itu mungkin dapat
disebabkan pada penelitian-penelitian yang dilakukan terdapat pengelompokkan
umur, sedangkan pada penelitian ini tidak terdapat pengelompokkan umur karena
semua usia responden berusia diatas 60 tahun dan tidak ada yang berusia dibawah 60
tahun sehingga peneliti mendapatkan hasil yang berbeda.
Hubungan antara jenis kelamin dengan tekanan darah melalui uji statistik
Chi-Square didapatkan p = 0,635 karena p > 0,05 maka H 0 diterima. Artinya tidak
terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan tekanan darah. Pada penelitian ini,
hasil analisis univariat menunjukkan bahwa proporsi lansia berjenis kelamin
perempuan lebih banyak dari laki-laki yaitu perempuan sebanyak 53 orang dan lakilaki sebanyak 35 orang. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tri
(2014), dikatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan
tekanan darah. Hal ini dapat disebabkan karena adanya faktor lain yang
mempengaruhi tekanan darah seperti tingkat stress. Menurut penelitian Lewa, dkk
(2010) Lansia yang mengalami stress psikososial akan meningkatkan resiko
terjadinya hipertensi sebesar 2,54 kali lebih besar dibandingkan dengan Lansia yang
tidak mengalami stress psikososial dan secara statistik bermakna (p value = 0,001).
Hubungan antara pendidikan dengan tekanan darah melalui uji statistik ChiSquare didapatkan p = 0,328 karena p > 0,05 maka H 0 diterima. Artinya, tidak
terdapat hubungan antara pendidikan dengan tekanan darah. Dalam penelitian ini
4
0
sebagian besar Lansia tingkat pendidikannya masih termasuk rendah. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Tri (2014) yang mayoritas respondennya
memiliki pendidikan yang rendah.
Hubungan antara obesitas dengan tekanan darah melalui uji statistik ChiSquare didapatkan p = 0,254 karena p > 0,05 maka H 0 diterima. Artinya, tidak
terdapat hubungan antara obesitas dengan tekanan darah. Hal ini tidak sesuai dengan
penelitian yang dillakukan oleh Susi, dkk dimana penelitian itu mengatakan bahwa
ada hubungan antara obesitas dengan tekanan darah seseorang. Begitu pula penelitian
yang dilakukan oleh Febby, dimana ada 76,9% responden hipertensi yang memiliki
IMT yang menunjukkan gizi lebih (obesitas) dan 6,1% yang memiliki IMT yang
menunjukkan gizi tidak lebih atau normal, dimana penelitian ini disimpukan bahwa
berat badan berhubungan dengan kejadian hipertensi. Hasil ini berbeda dengan
penelitian yang saya lakukan, dimana kemungkinan besar dapat disebabkan oleh
faktor konsumsi asupan garam yang masuk, serta sedikitnya pembanding dimana
hampir 75% responden memiliki IMT yang normal, hanya sekitar 25% responden
yang memiliki IMT yang berlebih.
4
1
Bab VI
Kesimpulan dan Saran
6.1.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian mengenai hubungan kualitas tidur dan faktorfaktor lainnya dengan tekanan darah pada Lansia di Panti Sosial
Tresna
Werdha Budi Mulia pada bulan September - Oktober 2016, dari total 88 subjek
penelitian di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia dapat diambil
kesimpulan, yaitu orang dengan kualitas tidur buruk sebanyak 75 orang
(85,2%), dengan kualitas tidur baik sebanyak 13 orang dengan persentase
14,8%. Sebaran subjek dengan tekanan darah normal sebanyak 11 orang
(12,5%), tekanan darah prehipertensi sebanyak 33 orang (37,5%), tekanan
darah hipertensi derajat 1 sebanyak 27 orang (30,7%), dan tekanan darah
hipertensi derajat 2 sebanyak 17 orang (19,3%). nilai rata-rata usia sebesar
72,65 dengan nilai minimum sebesar 60 dan nilai maksimum sebesar 110.
Jenis kelamin responden terbanyak adalah perempuan sebesar 53 orang
(60,2%), tingkat pendidikan paling banyak adalah tidak tamat SD/tamat
SD/tidak tamat SMP/tamat SMP/tidak tamat SMA sebanyak 71 orang (80,7%),
dan status IMT yang terbanyak adalah tidak obesitas yaitu pada 66 orang
(75%)
Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa faktor
kualitas tidur, usia, jenis kelamin, pendidikan, dan obesitas tidak berpengaruh
dengan tekanan darah.
6.2.
Saran
Untuk Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia:
1. Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia melakukan penyuluhan tentang
faktor-faktor yang memicu hipertensi dan pemeriksaan penyaring serta
batas normal pada pemeriksaan tersebut.
4
2
Daftar Pustaka
1. Rahajeng E, Tuminah S. Prevalensi hipertensi dan determinannya di indonesia.
Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian Kesehatan Departemen
2.
3.
4.
5.
Kesehatan. 2013;5(1):20-5.
Umami R, Priyanto S. Hubungan kualitas tidur dengan fungsi kognitif dan
tekanan darah pada lansia di desa pasuruhan kecamatan mertoyudan kabupaten
6.
7.
8.
9.
usia
lanjut
dan
4
3
Lampiran
4
4
4
5