Anda di halaman 1dari 3

KE_05_04

UJIAN AKHIR SEMESTER 1


SISTEM PERTAHANAN NEGARA

Jawaban Soal dari Dosen Letjen TNI (Purn) Prof. Dr. Syarifudin Tippe, M.Si
Berapa waktu lalu Cagub DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) melakukan
kunjungan kekepulauan Seribu. Dalam pidatonya disampaikan bahwa masyarakat
harus pintar dalam menerima informasi jangan mudah dibohongi oleh oknum yang
menggunakan surat Al Maida ayat 51 sebagai alat kampanye dalam pemilihan
pemimpin. Kurang lebih seperti itu pidato yang tersebar dalam berbagai media masa.
Hal ini memicu respon dari berbagai kalangan utamanya umat Islam yang merasa
tersinggung atas kata-kata Ahok yang dinilai menistakan Agama Islam dan menuntut
Ahok diadili sesuai hukum yang berlaku. Dianggap proses peradilan terhadap Ahok
lambat oleh beberapa pihak, maka dilakukan aksi demo besar besaran pada tanggal 4
November (411). Demo berlangsung tertib hingga ada bebrapa provokator yang
melakukan tindakan kekerasan memicu terjadinya keributan, hal ini masih dapat diatasi
oleh keamanan karena dalam arahan Panglima maupun Kapolri sudah sangat
ditekankan kepada anggota jangan sampai terpancing oelh tindakan pendemo.
Selanjutnya demo kembali dilakukan pada tanggal 2 Desember (212) dengan massa
yang lebih bayak. Namun demo yang kedua ini berlangsung tertib dan aman bahkan
terlihat diberbagai media bahwa toleransi antara umat islam dan militer/polri sangat
harmonis dan dinilai sebagai demo paling tertib sepanjang sejarah.
Dalam kaitannya dengan sistem pertahanan negara aksi 411 dan 212
merupakan aksi yang sangat berbahaya dan beresiko mengganggu stabilitas negara,
karena aksi-aksi semacam ini kemungkinan besar dapat ditunggangi oleh oknumoknum berkepentingan. Aksi 411 dan 212, Isu 9 naga dibalik reklamasi pantai utara
Jakarta dan serbuan tenaga asing China ke Indonesia dapat dikategorikan sebagai
Proxy war atau war by proxy yaitu perang dengan serangan tidak langsung.

Dari penjelasan tersebut kita sebagai warga negara Indonesia yang cinta Damai
namun lebih cinta kemerdekaan harus mampu mengidentifikasi ancaman yang dapat
berpotensi mengganggu stabilitas dan keamanan negara. Ancaman berdasarkan
perkembangannya digolongkan menjadi ancaman militer, non militer dan hibrida.
Sumber ancaman dapat berasal dari dalam maupun luar negeri, serta dilakukan oleh
aktor negara maupun non negara, yang bersifat nasional, regional dan internasional.
Adapun dampak yang ditimbulkan meliputi segala aspek kondisi sosial terdiri atas
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan (Buku Putih, 2015).
Isu-isu diatas tidak dapat diklasifikasikan sebagai ancaman militer karena tidak terlihat
agresi-agresi dengan kekuatan militer maupun kekuatan bersenjata. Sehingga kita
dapat kategorikan isu-isu tersebut sebagai ancaman nirmiliter dan hibrida. Aksi 411 dan
212 adalah salah satu bentuk ancaman nirmiliter berupa proxy war yang berasal dari
dalam. Karena terlihat bahwa aksi tersebut sangat beresiko ditunggangi oleh oknum
berkepentingan contohnya oknum yang ingin menggulingkan pemerintahan saat ini.
Saya sangat mengapresiasi jalannya aksi tersebut telah terlaksna secara tertib dan
lancar, namun hal ini masih memiliki potensi ancaman berupa menimbulkan dampak
terburuk yaitu perpecahan antar umat beragama apabila tidak dikawal dengan baik.
Selanjutnya mengenai isu reklamasi teluk Jakarta dan serbuan tenaga asing
negara X, hal tersebut merupakan ancaman nirmiliter kategori proxy war yang berasal
dari luar. Dapat kita lihat bahwa salah satu unsur suatu negara adalah wilayah, namun
reklamasi teluk Jakarta yang didominasi dan dikelola oleh warga negara X pasti sangat
berpotensi menjadi ancaman bagi keutuhan NKRI. Bukan tidak mungkin dengan
wilayah pantai yang seharusnya menjadi pintu masuk ke negara kita jika di kelola oleh
WNA X diwaktu yang akan datang dapat dimanfaatkan sebagai pangkalan bagi Negara
X tersebut dalam rangka ingin menguasai Indonesia. Dalam hal ini negara X adalah
aktor ke tiga yang memiliki tujuan dibalik pengiriman WNA nya ke Indonesia dengan
turuan awal berniaga.
Kitannya dengan sistem pertahanan Indonesia, sistem pertahanan di Indonesia
saya rasa mungkin masih longgar dan belum cukup ketat mengatur sistem tata kelola
daerah khususnya mengatur WNA yang berniaga di Indonesia. Sehingga itu menjadi

poin yang kerap kali dimanfaatkan oleh pihak asing sebagai langkah awal untuk
melakukan serangan-serangan nirmiliter. Seperti yang telah dipelajari serangan Hibrida
merupakan serangan nirmiliter yang nantinya dapat diikuti oleh serangan militer, hal ini
lah yang dikhawatirkan. Apabila terjadi serangan militer apakah postur pertahanan
militer kita sudah cukup kuat? Bisa kita bayangkan jika WNA X di ndonesia saat terjadi
agresi menjadi pasukan militer negara X? kita sudah pasti harus memikirkan hal itu.
Oleh karena itu selain meningkatkan sistem pengamanan nonmiliter perlu juga
dilakukan peningkatan pengamanan militer dengan memperkuat postur pertahanan
militer RI yang meliputi kekuatan, kemampuan dan gelar. Dengan kemampuan militer
yang sudah mumpuni bersinergi dengan pertahanan nonmiliter (pendidikan, kesehatan,
ekonomi, dll) kita yang kuat serta dengan memaksimalkan fungsi komcad dan kompduk
yang dimiliki maka kita akan menjadi bangsa yang siap menghadapi ancaman
globalisasi.

Anda mungkin juga menyukai