NIM : 120160204004
1. Pelaksanaan tata kelola migas seluruhnya telah diatur dalam UU No 22 tahun 2001
tentang migas. Namun perlu diketahui bahwa implementasi terhadap undang-undang
tersebut bukan berdiri sendiri melainkanjuga dipengaruhi oleh undang-undang lainnya
yang secara langsung berpengaruh terhadap usaha pengelolaan migas. Pada tanggal 23
Nopember 2001 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
resmi dikeluarkan, dimana yang menjadi dasar pertimbangan diundangkannya Undang-
Undang tersebut adalah sudah tidak sesuainya lagi UU No. 44 Prp. Tahun 1960 dengan
perkembangan usaha pertambangan migas baik dalam taraf nasional maupun
internasional. UU 22/2001 ini terutama merubah sisi downstream atau hilir menjadi
terbuka utk perusahaan asing dari luar negeri. perubahan sistem tata kelola migas
tersebut adalah sbb:
Uraian UU 44 Prp 1960 UU No 22 tahun 2001
Kuasa Diberikan kepada Pertamina Diberikan kepada
pemerintah
Hal-hal yang Semua kegiatan usaha perminyakan Kegiatan ekplorasi dan
dikuasakan :ekplorasi, eksploitasi, eksploitasi
pemurnian/pengilangan/pengangkutan
dan penjualan.
Pelaksana usaha Pertamina sebagai pelaksana usaha Dibentuk :
sekaligus sebagai pelaku usaha Badan pelaksana untuk
pertambangan dari hulu ke hilir. mengendalikan kegiatan
Senua perusahaan minyak asing usaha hulu dan hilir
semula melaksanakan usaha Badan pengatur untuk
berdasarkan sistem konsesi beralih mengendalikan kegiatan
menjadi kontraktor perusahaan negara usaha hilir
Sedangkan pelaksana usaha
pertambangan dilakukan
oleh badanusaha dan badan
usaha tetap.
Hal tersebut dibahas dalma pasal 9 dan pasal 64 yang menyatakan bahwa kegiatan hulu
dan hilir dapat dilaksakan oleh BUMN, selanjutbya selain pertamina yang memiliki
kegiatan usaha migas dianggap mendapatkan izin usaha. Kontrak datau perjanjian antara
BUMN dan pihak lain tetap berlaku sampai berakhirnya jangka waktu kontrak yang
bersangkutan. Adanya 3 konsep status badan hukum dari kelembagaan hulu migas a.l:
- Pemerintah secara langsung menjadi pihak dalm kontrak
- Pemerintah menunjuk BUMN khusus
- UU membentuk dan diberikan otoritas dalam sektor hulu migas.
Pada UU ini disebutkan dalam Pasal 22 ayat (1): kewajiban usaha dan/atau kegiatan
yang berdampak penting terhadap lingkungan memiliki amdal Pentingnya menjaga
keberlangsungan lingkungan hidup selama kegiatan hulu minyak dan gas bumi.
Dalam undang-undang ini usaha kegiatan hulu dan hilir migas mulai memasukan faktor
ingkngan menjadi salah satu faktor yang harus di perhatikan dalam pelaksanaan kegiatan
pertambangan.
c. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Dalam undang-undangini disebutkan dalam pasal 74 yang berbunyi Perseroan yang
menjalankan usaha di bidang dan/atau berkaitan dengan sumberdaya alam wajib
melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Oelh karena itu Perseroan memiliki kewajian untuk memebrikan manfaat kepada
masyarakat sekitar kegiatan hulu dan hilir. manfaat yang diberikan dapat berupa dana
CSR maupun dana pengembangan untuk daerah atau juga dapat berupa membuat desa
binaan.
d. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
Dalam uu ini tersurat dalam pasal 1,2,3 da 4 yang membahas pembagian oendapatan
yang diperoleh dari kegiatan usaha migas. Pendapatan negara dari usaha minyak dan gas
bumi dibagi kepada pemerintah daerah (setelah dipotong pajak) sebagai berikut:
- penerimaan pertambangan minyak yang dihasilkan daerah dibagi dengan
imbangan 84,5% untuk pemerintah dan 15,5% untuk daerah dengan rincian
a. 3% untuk provinsi
b. 6% untuk kabupaten/kota penghasil
c. 6% untuk kabupaten/kota lain dalam provinsi yang bersangkutan
d. 0,5% untuk menambah anggaran pendidikan dasar
- Penerimaan pertambangan gas bumi yang dihasilkan daerah dibagi dengan
imbangan 69,5% untuk pemerintah dan 30,5% untuk daerah dengan rincian
a. 6% untuk provinsi bersangkutan
b. 12% untuk kabupaten/kota penghasil
c. 12% untuk kabupaten/kota lain dalam provinsi yang bersangkutan
0,5% untuk menambah anggaran pendidikan dasar