Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
Human Pappiloma Virus (HPV) adalah penyebab utama dari kanker
serviks pada wanita. Selain itu juga juga merupakan penyebab lain dari kanker
genital yang lain seperti vaginal, vulvar, orofaringeal, dan anal. Serta menjadi
penyebab kanker penis pada laki-laki. Seorang laki-laki yang memiliki infeksi
virus HPV memainkan peran yang penting untuk dapat menularkan infeksi virus
kepada wanita yang berhubungan sexual aktif dengannya. Dengan menurunkan
resiko seorang laki-laki terinfeksi HPV akan menurunkan pula resiko seorang
wanita yang menjadi partner sexualnya terinfeksi virus HPV. Sehingga diharapkan
angka kejadian seorang wanita menderita kanker serviks akan menurun. (Ginesa,
2012)
Kanker serviks merupakan kanker yang banyak menyerang perempuan.
Saat ini kanker serviks menduduki urutan ke tiga dari penyakit kanker yang
menyerang perempuan di dunia dan urutan pertama untuk wanita di negara sedang
berkembang. Dari data Badan Kesehatan Dunia (WHO), diketahui terdapat
493.243 jiwa per tahun penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka
kematian karena kanker ini sebanyak 273.505 jiwa per tahun. Menurut Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO), kanker serviks disebabkan oleh infeksi virus HPV
(Human Pappiloma Virus) yang tidak sembuh dalam waktu yang lama. Jika
kekebalan tubuh berkurang, maka infeksi ini bisa mengganas dan menyebabkan
terjadinya kanker serviks. Kanker serviks mempunyai insiden yang tinggi di
negara-negara yang sedang berkembang yaitu hampir mencapai 85% dari negaranegara berkembang tersebut menunjukkan data bahwa penyebab terbanyak
penyakit kanker pada wanita adalah kanker serviks. Sedang dinegara maju
menempati urutan ke 10. (Davis, 2013)
Sirkumsisi adalah suatu metode bedah minor yang banyak dilakukan pada
seorang laki-laki. Dalam beberapa penelitian sirkumsisi memiliki peran dan
manfaat untuk menurunkan beberapa resiko penyakit menular seksual. Pada
beberapa penelitian menyatakan bahwa sirkumsisi pada laki-laki juga dapat
menjadi suatu metode pencegahan penularan virus HPV antara laki-laki dan

perempuan yang memiliki hubungan sexual yang aktif. Selain itu HPV yang juga
merupakan penyebab kanker genital yang lain dapat diturunkan angka
penularannya dengan melakukan metode sirkumsisi pada laki-laki. Sehingga
angka kejadian kanker genital pada laki-laki dan perempuan tidak semakin banyak
berkembang. (Davis, 2013)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Infeksi Human Pappiloma Virus (HPV) dan penularannya pada manusia
Human Pappiloma Virus (HPV adalah sekelompok virus yang banyak di
dunia, terdapat lebih dari 100 tipe virus HPV yang mana 13 diantaranya
menyebabkan kanker. HPV adalah jenis virus epitheliotropic dan DNA rantai
ganda. (International Research Cancer, 2013) Terdapat lebih dari 40 jenis virus
HPV yang dapat menularkan virus dengan mudah melalaui hubungan sexual
secara langsung. Penularan virus HPV biasanya terjadi dengan kontak sexual
antara seorang yang telah terinfeski pada pasangan sexualnya. HPV menginfeksi
mukosa dan jaringan epitel pada kulit dengan cara kontak langsung dari kulit dan
membaran mukosa yang telah terinfeksi dengan kulit dan membran mukosa
pasangannya. Virus HPV dapat menular melalui hubungan sexual vagina, anal,
dan oral. Virus HPV yang dapat menyebabkan penyakit menular sexual
dikelompokkan menjadi 2 kategori: (National Cancer Intitute, 2015)
a. Virus HPV resiko rendah: Virus HPV yang tidak menyebabkan kanker tetapi
membuat suatu benjolan (kutil) pada kulit seperti Kondiloma Akuminata yang
biasanya terdapat pada organ genital, anus, mulut, atau tenggorokan. Sebagai
contohnya HPV 6 dan 11 penyebab 90% kutil pada organ genital.
b. Virus HPV resiko tinggi yang mana menyebabkan kanker. Hanya terdapat
jenis virus yang telah teridentifikasi diantaranya HPV tipe 16 dan 18 yang
menjadi penyebab utama kanker.
2.2 Epidemiologi Human Pappiloma Virus (HPV) penyebab Kanker pada
manusia
HPV adalah virus yang paling sering menular terutama menjadi penyebab
terbanyak penyakit menular sexual di Amerika Serikat dan di dunia. Sekitar 14
juta kasus infeksi HPV baru terdeteksi setiap tahunnya. Faktanya CDC (Pusat
Pencegahan dan Kontrol Penyakit) melakukan penelitian bahwa estimasi lebih
dari 80-90 % seorang laki-laki dan wanita yang berhubungan sexual secara aktif

akan terinfeksi virus HPV selama hidupnya, dimana 50% dari jumlah tersebut
merupakan Virus HPV resiko tinggi. (National Cancer Institute, 2015)
Infeksi virus HPV dapat menyebabkan berbagai jenis penyakit kanker
akibat penularannya, beberapa penyakit kanker tersebut meliputi: (CDC, 2015)
a. Knaker Serviks : sebagai penyebab utama kanker serviks, dimana disebabkan
oleh HPV tipe 16 dan 18
b. Kanker Vulvar : sekitar 69% disebabkan oleh virus HPV tipe 16
c. Kanker Vagina : sekitar 75 % disebabkan oleh virus HPV tipe 16
d. Kanker penis : sekitar 63 % disebabkan oleh virus HPV tipe 16
e. Kanker Anus : sekitar 91 % disebabkan oleh virus HPVtipe 16
Kanker serviks adalah kanker paling sering terjadi pada wanita dan
menduduki peringkat ke dua sebagai angka kesakitan akibat penyakit kanker pada
wanita. Dari data Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2008, diketahui terdapat
493.243 jiwa per tahun penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka
kematian karena kanker ini sebanyak 273.505 jiwa per tahun. Dimana pada tahun
2012 terdapat kasus baru sebanyak 445.000 kasus 85% lebih diantaranya beresiko
kematian. (WHO, 2014). Pada tahun 2016 di Amerika Serikat terdapat 12.990
kasus baru tentang kanker serviks dan telah meninggal sebanyak 4.120 wanita
akibat kanker serviks. Kebanyakan terjadi pada wanita usia di bawah 50 tahun,
tetapi jarang ditemukan pada usia lebih muda dari 20 tahun. Lebih dari 15 %
kasus masih ditemukan pada usia 65 tahun. (American Cancer Society, 2016)
2.3 Kanker Serviks
Kanker serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada jaringan serviks
(leher rahim)/ Kanker serviks merupakan kanker primer yang berasal dari serviks
(Kanalis servikalis dan atau porsio). Serviks adalah bagian ujung depan rahim
yang menjulur ke vagina. (American Cancer Society, 2016)
Kanker Serviks yang disebabkan oleh suatu infeksi virus HPV tidak
menimbulkan suatu gejala secara langsung sampai suatu lesi pracancer muncul.
Biasanya gejala paling sering muncul saat mencapai stadium penyakit lanjutan.
Beberapa gejala yang paling sering muncul adalah: (WHO, 2014)
a. pendarahan vagina yang tidak normal saat melakukan hubungan seksual

b. Menstruasi tidak normal (bukan saat periode menstruasi)


c. Nyeri pada pinggang, pinggul, dan menjalar pada kaki
d. Lemas, kehilangan berat badan dan nafsu makan
e. Rasa gatal dan nyeri pada vagina disertai keluarnya cairan keputihan yang
berbau.
2.4 Patogenesis Kanker Serviks
Karsinoma serviks biasanya timbul di daerah squamo-columnar junction
(SCJ) yaitu batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks
kanalis servikalis, dimana secara histologis terjadi perubahan dari epitel
ektoserviks yaitu epitel skuamosa berlapis dengan epitel endoserviks yaitu epitel
kuboid/kolumnar pendek selapis bersilia. Karsinogenesis tersebut diawali dari
infeksi virus HPV yang melakukan invasi pada sel epithel dari vagina dan serviks.
Invasi diawali dari menempelnya virus tersebt pada mukosa dan epithel dari orang
yang terinfeksi dengan pasangan sexualnya. Invasi akan lebih banyak apabila
terjadi perlukaan pada mukosa sehingga terdapat robekan dari lapisan ephitel
sehingga memudahkan invasi virus ke bagian dalam lapisan epithel. Selanjutnya
Asam nukleat virus (DNA) masuk ke dalam gen dan DNA sel host (ephithel)
sehingga menyebabkan suatu mutasi sel. Gen E6 dan E7 adalah gen yang dapat
melakukan transformasi sel epithel dengan meakukan mekanisme reduksi
(penurunan) kemampuan intraselular epithel untuk berkembang, selain itu E6 juga
menghambat kerja protein p53 sebagai protein oncosupressor (penekan
perkembangan sel kanker) ,selain itu gen E6 dapat bergabung dengan protein Rb
menyebabkan terjadinya suatu degradasi sel epitel lebih cepat. Semua proses
tersebut menyebabkan mutasi sel epitel. Mutasi sel tersebut dapat menjadi sel
diplasia. Displasia mencakup pengertian berbagai gangguan maturasi epitel
skuamosa secara sitologik dan histologik sehingga berbeda dari sel epitel normal.
Displasia belum dapat dikategoriakn menjadi suatu karsinoma. Perbedaan derjata
displasia didasarkan atas tebal epitel yang mengalami kelainan dan abnormalitas
pada sel epithel. Sedangkan karsinoma in-situ adalah gangguan maturasi epitel
skuamosa yang menyerupa karsinoma invasif tetapi membran basalis masih utuh.
Kemudian terjadi karsinoma invasif saat virus sudah merusak membran basalis

sehingga virus masuk lebih ke dalam. Klasifikasi terbaru menggunakan istilah


Neoplasia Intraepitel Serviks (NIS) : 1) NIS 1 untuk dispplasia ringan 2) NIS 2
untuk displasia sedang 3) NIS 3 untuk displasia berat dan karsinoma insitu.
(Arends, 1998)
2.5 Faktor Resiko Kanker Serviks dan Pencegahan infeksi

Human

Pappiloma Virus (HPV) sebagai pencegahan penyakit Kanker Serviks


Faktor Resiko yang meningkatkan seseorang terinfeksi virus HPV dan
kemudian berkembang menjadi kanker serviks adalah sebagai berikut: (WHO,
2014)
a. Usia yang terlalu muda untuk melakukan hubungan sexual
b. Berhubungan sexual yang berganti-ganti pasangan
c. Merokok
d. Terdapat gangguan imun (immunosupresive) misalnya orang dengan HIV
atau penyakit imunitas yang lain.
e. Wanita dengan jumlah paritas terlalu tinggi
f. Memiliki riwayat keluarga penderita kanker serviks
Selain faktor resiko seorang wanita yang dapat menderita kanker serviks,
sebenarnya angka kejadian kanker serviks dapat dicegah dengan beberapa hal
sebagai berikut: (American Cancer Society, 2016):
a. Mendeteksi sedini mungkin lesi pra-kanker dengan skrinning Pap Smear yang
dimulai saat usia 30 tahun
b. Menghindari hubungan sexual dengan seorang yang menderita infeksi virus
HPV
c. Menghindari merokok
d. Melakukan vaksinasi HPV pada usia yang tepat yaitu usia 9-13 tahun
e. Menggunakan kondom saat melakukan hubungan sexual.
f. Sirkumsisi pada laki-laki (WHO, 2014)

2.6 Sirkumsisi

sebagai

metode

Bedah Minor dan Manfaatnya dalam

berbagai aspek
Sirkumsisi adalah membuang prepusium penis sehingga glans penis
menjadi terbuka. Tindakan ini murupakan tindakan bedah minor yang paling
banyak dikerjakan di seluruh dunia, baik dikerjakan oleh dokter ataupun petugas
medis lainnya. Di Amerika Serikat metode bedah minor ini sudah menjadi hal
yang umum dan bukan karena suatu alasan ritual keagamaan tertentu. Sekitar
hampir 80% dari laki-laki pada usia 14-59 tahun di Amerika Serikat telah
dilakukan sirkumsisi. Dimana warga Amerika Serikat memiliki asumsi sebanyak
40-67% dikarenakan fungsinya untuk kesehatan dan hanya 11-19 % karena alasan
agama. Sementara di negara-negara lain angka dilakukannya pembedahan minor
atau sirkumsisi seperti di Australia, Canada, Inggris, Philipina, dan Afrika Selatan
sudah lebih dari 90%. Pada negara-negara tersebut sirkumsisi biasanya dilakukan
pada bayi laki-laki baru lahir sebagai salah satu perawatan rutin kecuali jika
orangtuanya menolak dengan alasan tertentu. Sirkumsisi sudah dilakukan di
Amerika Serikat pada tahun 2015 yaitu sebanyak 200.000 kali, dimana setelah
satu bulan hanya terdapat 0,2% yang mengalami komplikasi. (American Academy
Paediatrics, 2012)
Manfaat sirkumsisi dalam segi medis dan kesehatan, sirkumsisi memiliki
banyak manfaat dalam segi medis yaitu sebagai terapi kelainan retraksi pada penis
seperti phimosis dan paraphimosis, manfaat sirkumsisi juga memiliki hubungan
erat dengan berbagagai penyakit menular sexual yang ada seperti HIV/AIDS,
penyakit infeksi saluran kencing, infeksi kelamin (gonorhoe, sifilis, dan herpes
simplex), selain itu juga mengurangi infeksi virus HPV sebagai penyebab
beberapa kanker terutama pada organ genital. Sirkumsisi juga menjaga higienitas
penis

diakarenakan

semakin

berkurangnya

area

yang

dapat

dijadikan

akumulasinya kotoran seperti smegma, sehingga semakin berkurang pula virus


dan bakteri yang berada pada kulit penis. Kemudian dengan melakukan sirkumsisi
maka penis akan semakin mudah untuk dibersihkan jika dibandingkan dengan
penis yang tidak dilakukan sirkumsisi dikarenakan pada orang yang tidak
dilakukan sirkumsisi maka bagian kulit luar penis susah untuk ditarik secara
penuh sehingga masih terdapat sisa kotoran yang ada. ( Laurence, 2015)

Jika melihat dari manfaat sirkumsisi dalam segi medis. Selanjutnya akan
dijelaskan mengenai penelitian yang mengarah pada efektifitas biaya kesehatan
yang ada sebagai faktor kebermanfaatan yang lain. Penelitian yang telah
dilakukan oleh Konsil Kanker Australia menunjukkan bahwa biaya sirkumsisi
pada seorang bayi laki-laki adalah sekitar 300-800$. Sementara biaya perawatan
untuk seorang pasien kanker serviks yang ditanggung asuransi ataupun tidak
adalah sebesar 33.000$ untuk setiap pasien. Dengan pengeluaran biaya
pertahunnya mencapai 3,8miliar $, sangat jauh berbeda jika dibandingkan biaya
yang dianggarkan untuk sirkumsisi yaitu sebesar 70-200 juta $. Sehingga
sirkumsisi menjadi salah satu metode kesehatan yang dianjurkan di Australia
untuk menghemat biaya kesehatan. Secara umum diseluruh negara di dunia
prediksi biaya yang dianggarkan setiap negara untuk melakukan metode bedah
minor sirkumsisi hanya sekitar 9 juta $, jauh dibawah pengeluaran sebuah negara
untuk membiayai vaksin HPV yaitu sebesar 89 juta $. (Brian, 2012)
2.7 Mekanisme sirkumsisi dapat mencegah penularan Human Pappiloma
Virus (HPV) dalam Kanker Serviks
Sirkumsisi pada laki-laki memegang peranan penting dalam menurunkan
angka infeksi Human Papilloma Virus pada laki-laki dan perempuan. Penelitianpenelitain sebelumnya menunjukkan suatu hasil bahwa seorang perempuan yang
menikah dengan seorang laki-laki yang telah melakukan sirkumsisi memiliki
resiko lebih rendah terinfeksi virus HPV dan menderita kanker serviks
dibandingkan seorang wanita yang memiliki partner seksual aktif laki-laki yang
tidak melakukan sirkumsisi. Dengan hasil menunjukkan bahwa wanita yang
memiliki partner hubungan seksual seorang laki-laki yang melakukan sirkumsisi
memiliki jumlah virus HPV lebih rendah jika dibandingkan dengan wanita yang
memiliki partner hubungan seksual adalah seorang laki-laki yang tidak melakukan
sirkumsisi. Dalam ringkasan ini, tidak hanya membahas perempuan yang
memiliki resiko rendah terhadap penularan virus HPV juga akan dibahas
penularan virus HPV pada perempuan yang memiliki resiko tinggi tertular virus
HPV. Perempuan yang memiliki resiko tinggi terular virus HPV adalah yang telah

memiliki gejala infeksi pada genitalnya (penyakit ulkus genital, keputihan, dan
disuria). (Davis, 2013)
Pada suatu penelitian acak menunjukkan bahwa sirkumsisi pada laki-laki
menunjukkan 98% perlindungan terhadap suatu lesi pada penis penyebab dari
berbagai macam genotipe onkogenik pada virus HPV yaitu HPV56 (yang bukan
merupakan target dari vaksin HPV) dan HPV 16 (yang merupakan penyebab
kanker serviks terbanyak). Selain itu pada suatu penelitian metaanalisis pada 21
percobaan menunjukkan bahwa sirkumsisi pada laki-laki akan menurunkan angka
infeksi HPV pada laki-laki dan pada wanita yang berhubungan sexual aktif
dengannya. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa 95% pengurangan jumlah
virus HPV pada perempuan yang memiliki resiko tinggi terinfeksi virus HPV
yang mana dibuktikan dengan kesesuaian jumlah dari pengukuran secara
kuantitativ pada reaksi polimerase. (Brian, 2012)
Pada suatu penelitian di Australia, dimana kanker serviks masih
menyebabkan kematian 200 orang wanita Australia setiap tahunnya, menunjukkan
bahwa perempuan dengan pasangan sexual aktifnya adalah seorang laki-laki yang
telah dilakukan sirkumsisi memiliki faktor resiko 28% lebih rendah jika
dibandingkan dengan perempuan yang memiliki pasangan sexual aktif yang tidak
disunat. Hal ini dapat dijelaskan yaitu perpindahan virus HPV pada penis laki-laki
yang telah terinfeksi kepada mukosa vagina dan serviks wanita yang merupakan
pasangan hubungan seksualnya akan lebih rendah karena jumlah dan luas paparan
yang lebih sedikit. Dalam sebuah penelitian lainj di Jurnal New England
menemukan bahwa resiko kanker serviks pada wanita monogami yang memiliki
pasangan laki-laki yang telah memiliki lima atau lebih pasangan seksual
sebelumnya enam kali lipat lebih rendah ketika laki-laki tersebut disunat. Suatu
penelitian lain di Eropa dari 3261 wanita dengan pasangan seksual aktif yaitu dua
atau lebih dengan laki-laki yang telah disunat memiliki resiko lebih rendah
sebesar 40%. Sementara itu cara mencegah penularan virus yang lain seperti
penggunaan kondom hanya memberikan sedikit perlindungan. Vaksin HPV yang
ditemukan dapat mengurangi neoplasia intraepithelial sebesar 46,3% tetapi vaksin
tersebut tidak mencakup seluruh jenik spektrum HPV onkogenik, sementara
sirkumsisi melindungi terhadap semua jenis HPV onkogenik. Jadi seharusnya

sunat dan vaksinasi harus menjadi suatu intervensi sinergeis untuk mencegah
virus HPV dan kejadian kanker serviks. (Brian, 2012)
Pada suatu penelitian meta-analisis, mekanisme yang menunjukkan bahwa
sirkumsisi akan mencegah infeksi dari HPV masih belum terlalu jelas. Tetapi
terdapat suatu penjelasan yaitu bagian batang penis dan bagian kulit terluar
ditutupi oleh jaringan epitel skuamosa berlapis dan berkeratin yang menyediakan
pelindung untuk mencegah infeksi HPV. Tetapi bagian mukosa dari preputium
tidak berkeratin sehingga lebih rentan untuk terinfeksi virus HPV. Virus HPV pada
laki-laki akan lebih banyak berada pada bagian mukosa dari penis. Pada saat
terjadi hubungan sexual (sexual intercourse) maka pada laki-laki yang tidak
dilakukan sirkumsisi akan tertarik bagian preputiumnya dan bagian luas mukosa
penis akan lebih banyak terpapar oleh cairan dan mukosa vagina. Bagian mukosa
penis yang terpapar oleh virus HPV akan lebih lama bersentuhan dengan mukosa
dari vagina. Setelah penis ditarik maka preputitum akan kembali menutup penis,
sehingga hal tersebut akan membuat suatu perlukaan kecil pada dinding vagina,
hal tersebut akan menambah semakin banyaknya virus yang masuk ke dalam
jaringan sel basal dari vagina dan serviks. Sementara itu pada laki-laki yang telah
dilakukan sirkumsisi bagian kulit terluar dari penis telah diambil sebagian
kemudian dijahit, sehingga saat melakukan hubungan sexual, bagian mukosa
penis yang akan terpapar oleh mukosa vagina dan serviks akan semakin sempit.
Selain itu ditambahkan juga pada laki-laki yang telah dilakukan sirkumsisi saat
penis ditarik keluar dari vagina, maka penis tidak akan menutup bagian
preputiumnya sehingga dapat mengurangi perlukaan terutama pada lapisan epitel
dan basalis yang ada pada dinding mukosa vagina dan serviks. Dari penjelasan
tersebut sesuia dengan patogenesis dari kanker serviks yang diawali dari virus
HPV akan menginfeksi bagian dari epitel skuamosa daerah peralihan antara
mukosa vagina dan mukosa kanalis servikalis. Kemudian akan terjadi proses
selanjutnya yaitu perkembangan kanker ke arah yang lebih progresif. Jadi dari
penjelasan mengenai mekanisme sirkumsisi saat berhubungan sexual dan
patogenesis kanker serviks, maka sirkumsisi dapat mengurangi infeksi virus HPV
penyebab kanker serviks. (Ginesa, 2012)

10

Kanker organ genital lain seperti kanker penis pada laki-laki yang
disebabkan oleh virus HPV juga dapat berkurang resikonya dengan sirkumsisi.
Dalam hal ini pada suatu penelitian metaanalisis dan dikonfirmasi kembali pada
suatu penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa phimosis, balanitis, dan
terdapatnya smegma pada kelenjar penis akan meningkatkan resiko terjadinya
kanker penis. Setiap faktor resiko tersebut sama pada setiap laki-laki yang tidak
dilakukan sirkumsisi. Tetapi akan berbeda pada laki-laki yang dilakukan
sirkumsisi. Inflamasi pada kulit luar dan kepala penis akan meningkatkan resiko
terjadi kanker penis. Laki-laki yang telah melakukan sirkumsisi akan terlindungi
dari berbagai resiko infeksi HPV onkogenik yang akan mengenai bagian kulit luar
penis. Selain itu vaksin HPV hanya memiliki efek sebagian untuk mengurangi
angka kejadian kanker penis pada laki-laki. (Natasha, 2011)
Dari berbagai macam penelitian terhadap sirkumsisi dan hubungannya
dalam mencegah infeksi virus HPV penyebab kanker genital pada laki-laki dan
perempuan terutama kanker serviks masih didapatkan beberapa keterbatasan salah
satunya adalah dari variabilitas desain penelitian, metodologi pengambilan sampel
studi,dan analisis sensitivitas desain penelitian. Meskipun studi metasnanalisis
telah dilakukan diberbagai negara namun memungkinkan masih terdapat faktorfaktor lain yang dapat mempengaruhi hubungan infeksi HPV dan sirkumsisi pada
laki-laki yaitu usia dilakukan sirkumsisi, waktu hubungan seksual dan waktu
sirkumsisi dilakukan, dan prosedur bedah yang mungkin berbeda untuk
menghilangkan prepusium. Sehingga masih perlu dilakukan suatu penelitian dan
studi lainnya yang lebih menguatkan bahwa sirkumsisi sebagai salah salah satu
dari faktor pencegahan virus HPV penyebab dari kanker serviks dan kanker
genital yang lain. (Ginesa, 2012)

11

BAB III
KESIMPULAN
Sirkumsisi adalah suatu metode bedah minor yang banyak dilakukan pada
seorang laki-laki. Dalam beberapa penelitian sirkumsisi memiliki peran dan
manfaat dalam segi medis untuk menurunkan beberapa resiko penyakit menular
seksual serta memiliki manfaat dalam aspek ekonomi dan sosial. Pada beberapa
penelitian menyatakan bahwa sirkumsisi pada laki-laki juga dapat menjadi suatu
metode pencegahan penularan virus HPV antara laki-laki dan perempuan yang
memiliki hubungan sexual yang aktif. Selain itu HPV yang juga merupakan
penyebab kanker genital yang lain dapat diturunkan angka penularannya dengan
melakukan metode sirkumsisi pada laki-laki. (Davis, 2013)
Sampai sekarang masih terdapat pro dan kontra mengenai metode
sirkumsisi sebagai tindakan medis umum dan bukan merupakan suatu ritual
agama tertentu. Di daerah asia pasifik seperti di Korea, Filipina, dan negara yang
memiliki penduduk muslim yang banyak seperti Indonesia sirkumsisi telah
dilakukan oleh hampir seluruh laki-laki dewasa di negara tersebut. Namun
dinegara yang lain seperti di Benua Amerika, Eropa, dan Afrika, sirkumsisi juga
telah menjadi suatu perawatan rutin bayi laki-laki baru lahir dengan angka
tindakan sirkumsisi sangat tinggi. Diharapkan sirkumsisi dapat menjadi suatu
pembelajaran medis yang umum diberbagai negara dan populasi diseluruh dunia,
yaitu sebagai salah satu metode ideal bedah minor pada laki-laki. Walaupun masih
banyak keterbatasan tetapi bukti-bukti lain seperti efektivitas biaya yang jauh
lebih rendah jika dibandingkan dengan merawat penderita kanker ataupun
memberikan vaksin HPV gratis, kemudian fakta bahwa kondom hanya
memberikan perlindungan yang marginal terhadap virus HPV, dan faktor
patogenesis dari penularan HPV antara laki-laki dan perempuan. Sehingga
diharapkan sirkumsisi dapat menjadi salah satu metode pencegahan penularan
virus HPV pada laki-laki dan perempuan sehingga menekan angka kejadian
kanker genital ataupun kanker serviks pada khususnya. (Brian, 2012)
.

12

Anda mungkin juga menyukai

  • Keloid
    Keloid
    Dokumen14 halaman
    Keloid
    Sabrina T. Okta Ranti
    Belum ada peringkat
  • Teknik Sampling
    Teknik Sampling
    Dokumen11 halaman
    Teknik Sampling
    VilasineeAriHaraKumar
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi Cancer
    Daftar Isi Cancer
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi Cancer
    VilasineeAriHaraKumar
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen6 halaman
    Bab I
    VilasineeAriHaraKumar
    Belum ada peringkat
  • Recombinant
    Recombinant
    Dokumen5 halaman
    Recombinant
    VilasineeAriHaraKumar
    Belum ada peringkat
  • 6 Infeksi Virus (Triana)
    6 Infeksi Virus (Triana)
    Dokumen48 halaman
    6 Infeksi Virus (Triana)
    VilasineeAriHaraKumar
    Belum ada peringkat
  • 12 Infeksi Menular Seksual (Herry)
    12 Infeksi Menular Seksual (Herry)
    Dokumen64 halaman
    12 Infeksi Menular Seksual (Herry)
    Nugraha Gunamanta
    Belum ada peringkat
  • Informed Consent Ravi
    Informed Consent Ravi
    Dokumen3 halaman
    Informed Consent Ravi
    VilasineeAriHaraKumar
    Belum ada peringkat
  • 4 Lembar Bedah Saraf
    4 Lembar Bedah Saraf
    Dokumen4 halaman
    4 Lembar Bedah Saraf
    Hafiz Hamdan
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen18 halaman
    Bab I
    VilasineeAriHaraKumar
    Belum ada peringkat
  • Script BS
    Script BS
    Dokumen3 halaman
    Script BS
    VilasineeAriHaraKumar
    Belum ada peringkat
  • Sepsis
    Sepsis
    Dokumen11 halaman
    Sepsis
    VilasineeAriHaraKumar
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    VilasineeAriHaraKumar
    Belum ada peringkat
  • Patogenesis HPV
    Patogenesis HPV
    Dokumen3 halaman
    Patogenesis HPV
    Wida Ismail
    Belum ada peringkat
  • Recombinant
    Recombinant
    Dokumen5 halaman
    Recombinant
    VilasineeAriHaraKumar
    Belum ada peringkat
  • Presentation 1
    Presentation 1
    Dokumen11 halaman
    Presentation 1
    VilasineeAriHaraKumar
    Belum ada peringkat
  • Responsi Sirosis Hepatis
    Responsi Sirosis Hepatis
    Dokumen31 halaman
    Responsi Sirosis Hepatis
    vimal
    Belum ada peringkat
  • PBL Psy Daksha
    PBL Psy Daksha
    Dokumen15 halaman
    PBL Psy Daksha
    VilasineeAriHaraKumar
    Belum ada peringkat
  • 2nd Topic-Management of Acute-ED 20MEI
    2nd Topic-Management of Acute-ED 20MEI
    Dokumen35 halaman
    2nd Topic-Management of Acute-ED 20MEI
    tirtateku
    Belum ada peringkat
  • CBD Cardio Tabanan
    CBD Cardio Tabanan
    Dokumen11 halaman
    CBD Cardio Tabanan
    Komang Arya
    Belum ada peringkat
  • BAB I TP
    BAB I TP
    Dokumen8 halaman
    BAB I TP
    VilasineeAriHaraKumar
    Belum ada peringkat
  • Sirosis Hepatis
    Sirosis Hepatis
    Dokumen46 halaman
    Sirosis Hepatis
    vimal
    Belum ada peringkat
  • PBL Psy Mesha
    PBL Psy Mesha
    Dokumen16 halaman
    PBL Psy Mesha
    VilasineeAriHaraKumar
    Belum ada peringkat
  • DM 2
    DM 2
    Dokumen12 halaman
    DM 2
    VilasineeAriHaraKumar
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen6 halaman
    Bab Iii
    VilasineeAriHaraKumar
    Belum ada peringkat
  • CBD Nefro
    CBD Nefro
    Dokumen11 halaman
    CBD Nefro
    VilasineeAriHaraKumar
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii Laporan Kasus 3.1 Identitas Pasien
    Bab Iii Laporan Kasus 3.1 Identitas Pasien
    Dokumen9 halaman
    Bab Iii Laporan Kasus 3.1 Identitas Pasien
    VilasineeAriHaraKumar
    Belum ada peringkat
  • Referat Retensi Urin Post Partum
    Referat Retensi Urin Post Partum
    Dokumen14 halaman
    Referat Retensi Urin Post Partum
    Febrian Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Infeksi Menular Seksual (Ims)
    Infeksi Menular Seksual (Ims)
    Dokumen57 halaman
    Infeksi Menular Seksual (Ims)
    VilasineeAriHaraKumar
    Belum ada peringkat