Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

Pancasila Sebagai Sistem Etika

KELOMPOK 10
NAMA ANGGOTA KELOMPOK :
1.
2.
3.
4.

DENY EKO PRASETYO


DINI FEBRIYANTI
MOH. ERI PRASESA
DINDA NOVITA SARI

(151710301007)
(151710301024)
(151710301035)
(151710301060)

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pancasila adalah ideologi yang dianut oleh negara kesatuan republik
Indonesia. Dan salah satu fungsinya adalah sebagai sistem etika dimana etika itu
sendiri merupakan gabungan dari tiga unsur, yaitu nilai, norma, dan moral. Ketiga
unsur tersebut saling berhubungan satu sama lain. Pada hakikatnya, pancasila
bukan merupakan suatu pedoman yang langsung bersifat normatif ataupun praksis
melainkan merupakan suatu sistem nilai-nilai etika yang merupakan sumber
norma.
Namun, pada kenyataannya sekarang sudah berubah. Tingkah laku
masyarakat Indonesia dalam prakteknya sekarang tidak lagi mewujudkan
bagaimana bentuk pancasila dan tidak lagi memperlihatkan nilai etika yang baik
itu sendiri. Akhir akhir ini nilai pancasila sudah memudar, maksudnya hanya
sedikit bangsa Indonesia yang menggunakan nilai pacasila bagi kehidupannya.
Makalah ini berisi tentang konsep pancasila sebagai system etika,
dinamika dan tantangan pancasila sebagai system etika, serta esensi dan urgensi
pancasila sebagai system etika.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, terdapat beberapa rumusan masalah antara lain
sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep pancasila sebagai sistem etika?
2. Bagaimana dinamika dan tantangan pancasila sebagai sistem etika?
3. Bagaimana esensi dan urgensi pancasila sebagai sistem etika?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut :
1. Untuk memahami konsep pancasila sebagai sistem etika.
2. Untuk memahami dinamika dan tantangan pancasila sebagai sistem etika.
3. Untuk memahami esensi dan urgensi pancasila sebagai sistem etika.

BAB 2. KAJIAN PUSTAKA


Istilah etika berasal dari bahasa Yunani, Ethos yang artinya tempat
tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan,

sikap, dan cara berpikir. Secara etimologis, etika berarti ilmu tentang segala
sesuatu yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Dalam arti ini,
etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, tata cara hidup yang baik, baik
pada diri seseorang maupun masyarakat. Kebiasaan hidup yang baik ini dianut
dan diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain. Dalam artian ini, etika
sama maknanya dengan moral. Etika selalu terkait dengan masalah nilai sehingga
perbincangan tentang etika, pada umumnya membicarakan tentang masalah nilai
(baik atau buruk).
Etika dalam arti yang luas ialah ilmu yang membahas tentang kriteria baik
dan buruk (Bertens, 2004). Etika pada umumnya dimengerti sebagai pemikiran
filosofis mengenai segala sesuatu yang dianggap baik atau buruk dalam perilaku
manusia. Keseluruhan perilaku manusia dengan norma dan prinsip-prinsip yang
mengaturnya itu kerapkali disebut moralitas atau etika (Sastrapratedja, 2002: 81).

BAB 3. PEMBAHASAN
3.1 Konsep Pancasila sebagai Sistem Etika
Etika Pancasila adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila
Pancasila untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara di Indonesia. Oleh karena itu, dalam etika Pancasila terkandung nilainilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai
tersebut

membentuk

perilaku

manusia

Indonesia

dalam

semua

aspek

kehidupannya.
Etika Pancasila itu lebih dekat pada pengertian etika keutamaan atau etika
kebajikan, meskipun corak kedua mainstream yang lain, deontologis dan
teleologis termuat pula di dalamnya. Namun, etika keutamaan lebih dominan
karena etika Pancasila tercermin dalam empat tabiat saleh, yaitu kebijaksanaan,
kesederhanaan, keteguhan, dan keadilan. Kebijaksanaan artinya melaksanakan
suatu tindakan yang didorong oleh kehendak yang tertuju pada kebaikan serta atas
dasar kesatuan akal rasa kehendak yang berupa kepercayaan yang tertuju pada
kenyataan mutlak (Tuhan) dengan memelihara nilai-nilai hidup kemanusiaan dan
nilai-nilai hidup religius. Kesederhaaan artinya membatasi diri dalam arti tidak
melampaui batas dalam hal kenikmatan. Keteguhan artinya membatasi diri dalam
arti tidak melampaui batas dalam menghindari penderitaan. Keadilan artinya
memberikan sebagai rasa wajib kepada diri sendiri dan manusia lain, serta
terhadap Tuhan terkait dengan segala sesuatu yang telah menjadi haknya.
3.2 Dinamika dan Tantangan Pancasila Sebagai Sistem Etika
3.2.1 Dinamika Pancasila Sebagai Sistem Etika
Dinamika Pancasila sebagai sistem etika dalam penyelenggaraan
pemerintahan di Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pada

zaman

Orde

Lama,

pemilu

diselenggarakan

dengan

semangatdemokrasi yang diikuti banyak partai politik, tetapi dimenangkan


empat partaipolitik, yaitu Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai
Muslimin Indonesia(PARMUSI), Partai Nahdhatul Ulama (PNU), dan
Partai

Komunis

Indonesi

(PKI).

Tidak

dapat

dikatakan

bahwa

pemerintahan di zaman Orde Lama mengikuti sistem etika Pancasila,


bahkan ada tudingan dari pihak Orde Baru bahwa pemilihan umum pada
zaman Orde Lama dianggap terlalu liberal karena pemerintahan Soekarno
menganut sistem demokrasi terpimpin, yang cenderung otoriter.
2. Pada zaman Orde Baru sistem etika Pancasila diletakkan dalam bentuk
penataran P-4. Pada zaman Orde Baru itu pula muncul konsep manusia
Indonesia seutuhnya sebagai cerminan

manusia yang berperilaku dan

berakhlak mulia sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Manusia Indonesia


seutuhnya dalam pandangan Orde Baru, artinya manusia sebagai makhluk
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang secara kodrati bersifat monodualistik,
yaitu makhluk rohani sekaligus makhluk jasmani, dan makhluk individu
sekaligus makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk pribadi memiliki
emosi yang memiliki pengertian, kasih sayang, harga diri, pengakuan, dan
tanggapan emosional dari manusia lain dalam kebersamaan hidup.
Manusia sebagai mahluk sosial, memiliki tuntutan kebutuhan yang makin
maju dan sejahtera. Tuntutan tersebut hanya dapat terpenuhi melalui
kerjasama dengan orang lain, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itulah, sifat kodrat manusia sebagai mahluk individu dan sosial
harus dikembangkan secara selaras, serasi, dan seimbang (Martodihardjo,
1993: 171).
3. Sistem etika Pancasila pada era reformasi tenggelam dalam eforia
demokrasi. Namun seiring dengan perjalanan waktu, disadari bahwa
demokrasi tanpa dilandasi sistem etika politik akan menjurus pada
penyalahgunaan kekuasaan, serta machiavelisme (menghalalkan segala
cara untuk mencapi tujuan). Sofian Effendi, Rektor Universitas Gadjah
Mada dalam sambutan pembukaan Simposium Nasional Pengembangan
Pancasila sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan dan Pembangunan
Nasional.
3.2.2 Tantangan Pancasila Sebagai Sistem Etika
Bentuk tantangan terhadap Pancasila sebagai sistem etika yang muncul
dalam kehidupan bangsa Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada zaman Orde Lama berupa
sikap otoriter dalam pemerintahan sebagaimana yang tercermin dalam
penyelenggaraan negara yang menerapkan sistem demokrasi terpimpin.
Hal tersebut tidak sesuai dengan sistem etika Pancasila yang lebih
menonjolkan semangat musyawarah untuk mufakat.
2. Tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada zaman Orde Baru terkait
dengan masalah NKK (Nepotisme, Kolusi, dan Korupsi) yang merugikan
penyelenggaraan negara. Hal tersebut tidak sesuai dengan keadilan sosial
karena nepotisme, kolusi, dan korupsi hanya menguntungkan segelintir
orang atau kelompok tertentu.
3. Tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada era Reformasi berupa
eforia kebebasan berpolitik sehingga mengabaikan norma-norma moral.
Misalnya, munculnya anarkisme yang memaksakan kehendak dengan
mengatasnamakan kebebasan berdemokrasi.
3.3 Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika
3.3.1 Esensi Pancasila sebagai Sistem Etika
Hakikat Pancasila sebagai sistem etika terletak pada hal-hal sebagai
berikut:
1. Hakikat sila ketuhanan terletak pada keyakinan bangsa Indonesia bahwa
Tuhan sebagai penjamin prinsip-prinsip moral. Artinya, setiap perilaku
warga negara harus didasarkan atas nilai-nilai moral yang bersumber pada
norma agama. Setiap prinsip moral yang berlandaskan pada norma agama
maka prinsip tersebut memiliki kekuatan untuk dilaksanakan oleh
pengikut-pengikutnya.
2. Hakikat sila kemanusiaan terletak pada actus humanus, yaitu tindakan
manusia yang mengandung implikasi dan konsekuensi moral yang
dibedakan dengan actus homini, yaitu tindakan manusia yang biasa.
Tindakan kemanusiaan yang mengandung implikasi moral diungkapkan
dengan cara dan sikap yang adil dan beradab sehingga menjamin tata
pergaulan antarmanusia dan antarmakhluk yang bersendikan nilai-nilai
kemanusiaan yang tertinggi, yaitu kebajikan dan kearifan

3. Hakikat sila persatuan terletak pada kesediaan untuk hidup bersama


sebagai warga bangsa yang mementingkan masalah bangsa di atas
kepentingan individu atau kelompok. Sistem etika yang berlandaskan pada
semangat kebersamaan, solidaritas sosial akan melahirkan kekuatan untuk
menghadapi penetrasi nilai yang bersifat memecah belah bangsa.
4. Hakikat sila kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah untuk mufakat.
Artinya, menghargai diri sendiri sama halnya dengan menghargai orang
lain.
5. Hakikat sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan
perwudan dari sistem etika yang tidak menekankan pada kewajiban semata
(deontologis) atau menekankan pada tujuan belaka (teleologis), tetapi
lebih menonjolkan keutamaan (Virtue ethics) yang terkandung dalam nilai
keadilan itu sendiri.
3.3.2 Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika
Hal-hal penting yang sangat urgen bagi pengembangan Pancasila sebagai
sistem etika meliputi hal-hal sebagai berikut.
1. Meletakkan sila-sila Pancasila sebagai sistem etika berarti menempatkan
Pancasila sebagai sumber moral dan inspirasi bagi penentu sikap,
tindakan, dan keputusan yang diambil setiap warga negara.
2. Pancasila sebagai sistem etika memberi guidance bagi setiap warga negara
sehingga memiliki orientasi yang jelas dalam tata pergaulan baik lokal,
nasional, regional, maupun internasional.
3. Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi dasar analisis bagi berbagai
kebijakan yang dibuat oleh penyelenggara negara sehingga tidak keluar
dari semangat Negara kebangsaan yang berjiwa Pancasilais.
4. Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi filter untuk menyaring
pluralitas nilai yang berkembang dalam kehidupan masyarakat sebagai
dampak globalisasi yang memengaruhi pemikiran warga negara.

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Dalam etika Pancasila terkandung nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai tersebut membentuk
perilaku manusia Indonesia dalam semua aspek kehidupannya.
2. Dinamika Pancasila sebagai sistem etika dalam penyelenggaraan
pemerintahan di Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Pada zaman Orde Lama
b. Pada zaman Orde Baru
c. Pada zaman Reformasi
3. Hakikat Pancasila sebagai sistem etika terletak pada hal-hal sebagai
berikut:
Hakikat sila ketuhanan terletak pada keyakinan bangsa Indonesia bahwa
Tuhan sebagai penjamin prinsip-prinsip moral, Hakikat sila kemanusiaan
terletak pada actus humanus, yaitu tindakan manusia yang mengandung
implikasi dan konsekuensi moral, Hakikat sila persatuan terletak pada
kesediaan untuk hidup bersama sebagai warga bangsa yang mementingkan
masalah bangsa di atas kepentingan individu atau kelompok, Hakikat sila
kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah untuk mufakat. Artinya,
menghargai diri sendiri sama halnya dengan menghargai orang lain.
Hakikat sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan
perwudan dari sistem etika
3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan di atas, kiranya dapat diuraikan beberapa saran,
yaitu:
1. Pancasila

harus

senantiasa

diaktualisasikan

dalam

kehidupan

berbangsa dan bernegara di Indonesia sehingga ciri kekeluargaan dan


gotong royong senantiasa dapat terwujud dalam kehidupan di Indonesia.
2. Implementasi pancasila harus senantiasa tertuang dalam setiap
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, termasuk dalam
penyelenggaraan hak berpolitik seperti pemilu dan kehidupan sehari-hari
sehingga terwujud perilaku atau etika yang sesuai dengan karakter Bangsa
Indonesia.

4.

DAFTAR PUSTAKA
Bertens, K. 2004. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Munir, M., Mustansyir, R., dan Nurdin, E.S. 2014. Program Perkuliahan
Pendidikan Pancasila.Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi KEMDIKBUD.
Sastrapratedja, M.2001. Pancasila sebagai Visi dan Referensi Kritik Sosial.
Yogyakarta: Penerbitan Universitas Sanata Dharma.

Anda mungkin juga menyukai