PENDAHULUAN
Teh merupakan salah satu minuman favorit yang banyak disukai dan dikonsumsi
oleh masyarakat. Berbagai kalangan usia menggemari minuman teh dengan tujuan
konsumsi yang berbeda-beda, antara lain untuk kesehatan, menurunkan berat
badan, atau untuk sekedar menambah kesegaran dan pelepas dahaga. Budaya
minum teh di Indonesia adalah menyeduh air dengan daun teh dan biasanya
ditambahkan gula. Teh dibuat dari pucuk daun muda tanaman teh (Camellia
sinensis). Ada tiga jenis teh yang dikonsumsi di dunia yang dibedakan
berdasarkan cara pengolahannya, yaitu 78% teh hitam (mengalami proses oksidasi
enzimatis), 2% teh oolong (mengalami proses semioksidasi enzimatis), dan 20%
teh hijau (diolah tanpa melewati proses oksidasi enzimatis) (Mukhtar dan Ahmad,
2000).
1.2 Tujuan
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Teh hitam merupakan salah satu jenis teh yang namanya diambil dari
warnanya yang hitam atau gelap akibat fermentasi sempurna dari daun teh segar.
Secara ringkas, pengolahan daun teh menjadi teh hitam ialah dengan cara daun
the yang telah dipanen dan dibersihkan dilayukan agar tidak putus saat
penggulungan dan proses kimia berlangsung dengan baik saat fermentasi
(Adisewojo 1982). Pelayuan daun teh biasanya dilakukan pada ruangan bersuhu
30-40oC selama 16-20 jam untuk mengurangi kadar air dari 70-85% menjadi 55-
65% (Ullah 1991).
Teh hijau adalah pucuk dan daun muda tanaman teh (Camellia sinesis) yang
telah diolah tanpa melalui proses fermentasi khusus (SNI 01-3945-1995).
Pengolahan teh hijau merupakan serangkaian proses fisik dan mekanis tanpa
proses oksidasi enzimatis (fermentasi) terhadap pucuk teh dengan menggunakan
sistem panning. Tidak diharapkannya proses fermentasi bertujuan untuk
mempertahankan kandungan di dalam daun teh segar yang baru dipetik. Hal inilah
yang membuat produk teh hijau lebih banyak memiliki nilai nutrisi dan kesehatan
bila dibandingkan dengan teh hitam. Senyawa penting yang memberikan manfaat
pada teh hijau adalah senyawa polifenol atau catechin, beberapa jenis vitamin dan
unsur mikro, seperti mangan (Mn) (Arifin, 1994). Menurut Arifin (1994), proses
pengolahan teh hijau secara umum antara lain : 1. Proses Pelayuan. pada silinder
panas ± sekitar 5 menit (sistem panning) atau dilewatkan beberapa saat pada uap
panas bertekanan tinggi (sistem steaming), Proses Penggulungan daun, Proses
Pengeringan untuk menurunkan kadar air menjadi 30 - 35 % dan akan
memperpekat cairan sel. Produk teh hijau yang dihasilkan mempunyai kadar air 4
- 6 %. 4. Proses sortasi. Proses ini bertujuan untuk mendapatkan teh hijau dengan
berbagai kualitas mutu, yaitu Peko (daun pucuk), Jikeng (daun bawah/tua),
Bubuk/kempiring (remukan daun), dan Tulang.
c. Teh Oolong
Teh oolong diproses secara semi fermentasi dan dibuat dengan bahan baku
khusus, yaitu varietas tertentu seperti Camellia sinensis varietas Sinensis yang
memberikan aroma khusus. Proses pembuatan dan pengolahan teh oolong berada
diantara teh hijau dan teh hitam, dimana teh oolong dihasilkan melalui proses
pemanasan yang dilakukan segera setelah proses penggulungan daun, dengan
tujuan untuk menghentikan proses fermentasi, oleh karena itu tehoolong disebut
sebagai teh semi fermentasi.
Bahan baku teh oolong diambil dari 3 daun teh teratas, yang dipetik tepat
pada waktunya, yaitu pada saat tidak terlalu muda dan juga tidak terlalu
tua. Langkah pertama pengolahan teh oolong adalah membuat daun dibiarkan
layu selama beberapa jam dibawah sinar matahari, tapi kurang dari satu hari.
Setelah daun layu, daun diaduk untuk mengeluarkan tetes kecil air dari daun
sehingga proses oksidasi bisa dimulai. Ketika daun terpapar udara, maka akan
berubah warna menjadi lebih gelap. Lamanya waktu daun mengalami oksidasi
tergantung dari jenis oolong, beberapa jenis hanya 10% teroksidasi, sedangkan
yang lain bisa sampai 50% yang teroksidasi. Daun teh kemudian dipanaskan
untuk menghentikan proses oksidasi dan mengeringkannya.
d. Gula
Gula pasir yang bermutu baik mengacu pada syarat mutu SNI 01-3140-
2001, Gula Kristal Putih, bersih, putih/jernih, tidak berwarna dan tidak berbau.
Kadar gula yang tinggi bersama dengan kadar asam yang tinggi, perlakuan dengan
pasteurisasi secara pemanasan, penyimpanan dengan suhu rendah, dehidrasi dan
bahan-bahan pe ngawet kimia (seperti asam benzoat) merupakan teknik-teknik
pengawetan pangan yang penting (Buckle, dkk, 1987). Gula mempunyai daya
larut yang tinggi, kemampuan mengurangi kelembaban dan mengikat air yang ada
sehingga tidak tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme (Buckle, dkk., 1987).
Sukrosa atau gula pasir dikenal sebagai bubuk sweetener, yaitu bahan pemanis
yang biasanya digunakan dalam jumlah yang banyak. Merupakan dissacharide
yang tersusun atas D–glucopyranosil dan D-fructofuranosil. Bersifat mudah larut
dalam air (semakin tinggi suhu, kelarutan semakin besar) dengan sifat sedikit
higroskopis (Pulungan dkk, 2004).
e. Air
Air dalam pembuatan manisan mangga digunakan untuk mencuci buah,
pembuatan larutan gula dan sebagainya. Air yang digunakan harus memenuhi
persyaratan air minum dan air bersih sesuai standar Permenkes RI No.
416/MENKES/PERK/IX/90. Air tersebut tidak berwarna, tidak berasa, tidak
berbau dan tidak mengandung zat yang membahayakan. Fungsi gula dalam
pembuatan manisan mangga adalah untuk bahan pemanis sekaligus bahan
pengawet dalam proses kering atau basah. Kadar gula yang tinggi (60% - 70%)
akan memperlambat pertumbuhan jasad renik.
2.1.2 Natrium Bikarbonat
2.3 Kristalisasi
Teh instan merupakan teh kering yang diolah lebih lanjut sehingga
dihasilkan serbuk teh yang langsung dapat diseduh dengan air dingin atau air
hangat tanpa menyisakan residu. Teh jenis ini merupakan teh berbentuk bubuk
yang tinggal dilarutkan dalam air panas atau air dingin. Pertama kali diciptakan
pada tahun 1930-an tapi tidak diproduksi hingga akhir tahun 1950-an. Teh instan
ada yang mempunyai rasa vanila, madu, buah-buahan atau dicampur susu bubuk.
Pembuatan teh instan dilakukan melalui dua tahap, yaitu tahap ekstraksi dan
pengeringan. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
• Pada tahap ekstraksi digunakan air sebagai pelarut yang diharapkan dapat
mengekstrak semua komponen teh sehingga akan dihasilkan flavor khas teh yang
maksimal. Untuk mengekstraksi komponen kimia teh secara optimal biasanya
digunakan air mendidih.
lain pengering semprot (spray dryer), pengering beku (freeze dryer) dan
kristalisasi menggunakan gula dan panas (Winarno, 1993).
Warna seduhan teh hitam lebih pekat daripada teh hijau dan teh oolong, hal
ini dikarenakan adanya fermentasi yang lebih lama menyebabkan terjadinya
oksidasi pada berbagai komponen kimiawi pada pengolahan teh hitam dan
menyebabkan penurunan nilai kecerahan dari teh hitamdibandingkan teh oolong
(short fermented) dan teh hijau (unfermented). Hasil pengamatan pada the,
dimana warna seduhan the yang dihasilkan semakin kuat .Hal ini menunjukkan
bahwa aroma teh merupakan faktor yang berperan cukup besar dalam penentuan
mutu teh. Kriteria pertama yang dinilai adalah warna seduhan teh. Teh yang
mengandung zat tanin membuat seduhannya memilik warna yang kuat. Warna
yang kuat ini dibentuk bersama zat tearubigin yang merupakan hasil oksimatis
dari katekin.
Penambahan gula pada pembuatan teh instant berfungsi sebagai pemanis serta
mempercepat terjadinya proses kristalisasi/ proses terbentuknya kristal dari
partikel teh karena gula berfungsi sebagai pengikat air dan pada saat gula
ditambahkan, maka partikel gula akan mengikat air dan menyebabkan
peningkatan viskositas bahan, molekul-molekul teh akan semakin berdekatan dan
membentuk ikatan antarmolekul teh, akibatnya partikel teh akan mengalami
pemadatan/mengkristal. Semakin banyak jumlah gula yang digunakan, maka
kristal akan makin cepat terbentuk. Penggunaan panas juga dapat mempercepat
terjadinya penguapan air sehingga peningkatan viskositas bahan akan semakin
cepat pula dan kristal akan cepat terbentuk. Jika kristal sudah terbentuk, maka
segera dilaku`kan penggilingan dan pengayakan guna mendapatkan partikel teh
instant yang halus dan siap diseduh tanpa menyisakan residu. (Winarno, 1993).
5.3 Acara 3
Berdasarkan hasil pengamatan pada acara 3 mengenai pengaruh jenis the
terhadap sifat-sifat the instan didapatkan hasil perhitunngan rendemen pada the
hitam sebanyak 70% dengan warna serbuk cokelat dan warna seduhan kekuningan
serta memiliki kelarutan 00,07. pada the oolong didapatkan hasil perhitungan
rendemen sebanyak 69% dengan warna sebuk putih kecoklatan dan warna
seduhan berwana cokelat serta memiliki kelarutan 14,45. pada the hijau didpatkan
hasil perhitungan rendemen sebanyak 69,3% dengan warna serbuk abu-abu muda
dan warna seduhan cokelat muda serta memiliki kelarutan 12,57.
Berdasarkan hasil perhitungan rendemen pada the hitam lebih banyak yaitu
70% dibandingkan dengan the oolong dan the hijau secara berurutan 69% dan
69,3%. Perbedaan ini terjadi akibat pemanasan dan lama pemanasan yang
dilakukan berbeda sehingga hasil yang diperoleh berbeda. Semakin lama proses
pemanasan menunjukkan bahwa sampel yang dihasilkan akan memiliki
kandungan air yang relatif rendah sehingga pengeringan maksimal namun yang
dihasilkan sedikit. Menurut Liliana (2005) semakin banyak komponen bahan yang
hilang selama proses pengolahan maka rendemen semakin kecil. Sehingga
semakin lama fermentasi maka rendemennya akan semakin kecil.
Berdasarkan hasil pengamatan warna sebuk pada the hitam berwarna coklat
, the oolong berwarna putih kecoklatan dan the hijau berwarna abu-abu muda. Hal
ini menunjukkan the hitam memiliki warna yang lebih gelap dibandingkan the
oolong dan the hijau. Perbedaan warna dari masing-masing serbuk dipengaruhi
oleh jenis teh yang digunakan serta proses pemanasan yang terjadi selama
pembuatan serbuk teh. Secara fisik warna teh hitam lebih gelap dibandingkan teh
oolong ataupun teh hijau. Rizal dkk (2014) menyatakan selain itu selama
pemanasan, gugus gula pada Kristal putih mengalami browning dari gula Kristal
putih berwarna putih dengan tingkat kecerahan yang cenderung tinggi akan
berubah seiring dengan proses pemanasan yang akan cenderung berwarna coklat.
Berdasarkan hasil pengamatan warna seduhan pada the hitam berwarna
coklat kekuningan,warna seduhan the oolong berwarna coklat dan warna seduhan
the hijau berwarna coklat muda. Hal ini menunjukkan bahwa warna seduhan pada
the hitam lebih gelap dibandingkan the oolong dan the hijau. Perbedaan warna
dari masing-masing larutan dipengaruhi oleh jenis teh yang digunakan serta
proses pemanasan yang terjadi selama pembuatan serbuk teh. Secara fisik warna
teh hitam lebih gelap dibandingkan teh oolong ataupun teh hijau. Rizal dkk (2014)
menyatakan selain itu selama pemanasan, gugus gula pada Kristal putih
mengalami browning dari gula Kristal putih berwarna putih dengan tingkat
kecerahan yang cenderung tinggi akan berubah seiring dengan proses pemanasan
yang akan cenderung berwarna coklat.
Berdasarkan hasil pengamatan kelarutan the instan, kelarutan the hitam
sebanyak 00,07; kelarutan the oolong sebanyak 14,45 dan kelarutan the hijau
sebanyak 12,57. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat tingkat kelarutan the hitam
tinggi dengan waktu larut 00.07, dan jenis the yang memiliki waktu paling lama
untuk larut ialah pada the oolong selama 14.45 dan the hijau selama 12,57. Waktu
larut serbuk teh ini dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk partikel dari teh instan
yang dihasilkan, semakin kecil ukuran partikel, maka tingkat kelarutannya akan
semakin besar (Martin, 1993).
5.4 Acara 4