Anda di halaman 1dari 4

Kandungan hara mineral kulit buah kakao cukup tinggi, khususnya hara Kalium dan

Nitrogen. Dilaporkan bahwa 61% dari total nutrien buah kakao disimpan di dalam kulit buah kakao
itu sendiri. Kandungan hara kompos yang dibuat dari kulit buah kakao adalah 1,81 % N, 26,61 %
C-organik, 0,31%P2O5, 6,08% K2O, 1,22% CaO, 1,37 % MgO, dan 44,85 cmol/kg KTK. Kompos
kulit buah kakao mengandung 1,232 g/100 g K total, 0,476 g/100 g P total, 2,731 g/100 g N total,
4,26 C/N, pH 5,88 dan 11,637 g/100 g C-organik (Lab. Kimia Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, 2016).

Pertambahan tinggi tanaman sangat erat kaitannya dengan unsur hara makro seperti
nitrogen, fosfor dan kalium.Menurut Lingga dan Marsono (2001) bahwa unsur haranitrogen
merupakan komponen penyusun asam amino, protein dan pembentukan protoplasma sel yang
dapat berfungsi dalam merangsang pertumbuhan tinggi tanaman. Fosfor berperan terhadap
pembelahan sel pada titik tumbuh yang berpengaruh pada tinggi tanaman. Unsur kalium juga
berperan meningkatkan pertumbuhan tanaman yang berperan sebagai aktivator berbagai enzim.
Menurut Harjadi (2002), tanaman akan tumbuh baik apabila unsur hara yang dibutuhkan cukup
tersedia dalam bentuk yang diserap oleh tanaman dan didukung oleh kondisi struktur tanah yang
gembur.

Kompos kulit buah kakao mengandung hara mineral cukup tinggi, khususnya hara Kalium
dan Nitrogen, unsur K berperan dalam mempercepat pertumbuhan meristematik. Sedangkan N
berperan untuk mempercepat pertumbuhan vegetatif tanaman seperti tinggi tanaman, besar batang,
dan pembentukan daun (Lingga dan Marsono, 2001). Pemberian kompos kulit buah kakao mampu
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Thabrani (2011) menyatakan bahwa bahan
organik akan meningkatkan aktifitas biologi tanah dan kegiatan jasad mikro dalam membantu
proses dekomposisi. Bahan organik yang terkandung didalam kompos kulit buah kakao dapat
meningkatkan daya ikat air, serta memperbaiki aerase dan drainase tanah.

Hardjowigeno (2004) menyatakan bahwa bahan organik akan memperbaiki struktur tanah
sehingga ketersedian unsur hara yang akan diserap tanaman semakin meningkat pula. Peningkatan
penyerapan unsur hara akan meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman, dengan demikian
hal ini sangat mendukung pertumbuhan yang lebih baik dari pembibitan.

-
Pada fase pertumbuhan vegetatif perlu diberikan pupuk dengan kandungan N yang tinggi,
karena unsur tersebut merupakan bahan utama untuk menyusun protein yang dibutuhkan dalam
pembelahan sel (Sandra, 2001). Pada tanaman anggrek muda pemberian pupuk dengan kandungan
N tinggi akan memberikan pertumbuhan yang lebih baik dan cepat, karena nitrogen adalah bahan
utama penyusun asam amino, protein, asam nukleat, berbagai enzim dan sebagai zat penghijau
daun. Sandra, Edhi. 2001. Membuat Anggrek Rajin Berbunga. Agromedia Pustaka. Jakarta. 54
hlm

Dari sekian unsur hara, nitrogen utama dibutuhkan anggrek dalam pertumbuhan
vegetatifnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Tisdale et al. (1990) bahwa nitrogen adalah unsur
hara makro yang sangat diperlukan tanaman. Bila dalam keadaan kekurangan akan menghambat
pertumbuhan vegetatif tanaman dan sebaliknya akan memperpanjang fase pemasakan buah.
Nitrogen adalah unsur makro primer yang merupakan komponen utama berbagai senyawa dalam
tubuh tanaman. Tanaman yang tumbuh harus mengandung nitrogen dalam membentuk sel-sel
baru. Fotosintesis menghasilkan karbohidrat dan O2, namun proses tersebut tidak bisa berlangsung
untuk menghasilkan protein dan asam nukleat bilamana nitrogen tidak tersedia. Nitrogen yang
tersedia bagi tanaman dapat mempengaruhi pembentukan protein, dan disamping itu juga
merupakan bagian integral dari klorofil (Nyakpa dkk., 1988). Pemberian dosis pupuk N yang
semakin meningkat mengakibatkan peningkatan ketersediaan unsur N dalam tanah, yang memacu
aktifitas fotosintesis dan pertumbuhan vegetatif tanaman (Havlin et al., 1999).

-Havlin, J.L, J.D. Beaton, S.L. Tisdale, and W.L.Nelson. 1999. Soil Fertility and Fertilizers. An
Introduction to Nutrient Management. Sixth edition. Upper Saddle River: Prentice Hall.
-Nyakpa, Y.M., A.A. Lubis., M.A. Pulung, A.G. Amrah, A. Munawar, B.H. Go, dan N. Hakim.
1988. Kesuburan Tanah. Lampung: Universitas Lampung.

-Tisdale, S.L., E.L. Nelson, and J.D. Beaton. 1990. Soil Fertility and Fertilizer. Fourth edition.
New York: Mc Millan Pub. Co.

Setiawan (2003) menegaskan syarat media tanam yang digunakan untuk tanaman anggrek
memiliki kemampuan untuk menjaga kelembaban, tidak mudah lapuk (dapat bertahan 2-3 tahun),
drainase dan aerasenya baik dan mampu mengikat air serta unsur hara.

Ditegaskan Setyati (1979) tersedianya unsur hara dalam jumlah yang cukup dan seimbang
untuk pertumbuhan tanaman, menyebabkan proses pembelahan, pembesaran dan pemanjangan sel
akan berlangsung.

Nitrogen merupakan unsur esensial dalam sintesis asam amino, protein dan klorofil serta
bersamaan dengan unsur P sebagai senyawa pembentuk asam amino yang akan diubah menjadi
protein. Unsur fosfor dalam tanaman berfungsi dalam pembentukan sel dan meningkatkan kualitas
hasil tanaman (Hardjowigeno, 1987). Fosfor sebagai orthofosfat, mempunyai peranan dasar dalam
reaksi enzim yang tergantung pada fosforilasi (Winangun, 2009). Kalium berperan sebagai
pengatur proses fisiologis tanaman seperti fotosintesis, akumulasi, translokasi, transportasi
karbohidrat, membuka menutupnya stomata atau mengatur distribusi air dalam jaringan dan sel.

kalium merupakan unsur hara yang berperan sebagai aktivator dari berbagai enzim yang
esensial dalam reaksi-reaksi fotosintesis. Menurut Mengel dan Kirkby (1987) dalam Husma (2010)
bahwa kalium dapat meningkatkan fotosintesis tanaman melalui peningkatan fotofosforilasi akan
menghasilkan ATP dan NADPH.

Menurut Laegreid, dkk (1999) unsur Mg merupakan penyusun pigmen klorofil pada
tanaman yang berperan mengambil dan mengubah energi cahaya menjadi bentuk Mg2+ yang dapat
digunakan dalam proses fotosintesis.

-Setiawan, H. dan L, Setiawan. 2003. Merawat Dendrobium. Penebar Swadaya. Jakarta.

-Setyati, S. 1979. Pengantar Agronomi. Gramedia. Jakarta.

-Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.


-Winangun, Y. W. 2009. Membangun Karakter Petani Organik Sukses dalam Era Globalisasi.
Kanisius. Yogyakarta.

-Mengel, K. and E.A. Kirkby. 1987. Principles of plant nutrition. 4th edition. Internatoinal Potash
Institute, Bern/Switzerland

-Husma, M. 2010. Pengaruh bahan organik dan pupuk kalium terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman melon (Cucumis melo L.). Tesis Pascasarjana. Unhalu. Kendari. Diakses pada tanggal 28
Mei 2014.

-Laegreid, M., O. C. Backman dan O. Kaarstad. 1999. Agriculture Fertilizers and The Enviroment.
CABI Publishing. Norway.

Anda mungkin juga menyukai