Apa jadinya jika dibagi Tanah ini akan retak Jika tak ada lagi irigasi
Bagaimana nasib kami para petani?
Jika pupuk ini tak lagi kau beri Bagaimana nasib kami para petani? Hanya bisa makan, sekali dalam satu hari
Kemana kami harus menggali?
Lahan ini sudah habis kau curi Mau kau jadikan apa kami ini? Ketika tanah ini jadi sengketa akibat kau manipulasi
Bulir padi habis digerogoti
Bukan tikus tanah yang ditakuti Kini si tikus telah beralih generasi Ingin membangun gedung tinggi
Dengan lobi birokrasi sana sini
Membungkam aparat, cerdik... cerdik sekali Slogan mengayomi kalian tak lagi berarti Kini menindas keji, seakan seekor sapi
Lihatlah... Karawang telah menjadi saksi Air mata ini menangis mengikis hati Siapa peduli dengan kami Si kuli tani yang tak lagi berarti ini
Pemuda-pemudi tak lagi ada jati diri
Jadi akademisi tapi tak sudi mengabdi Ilmumu hanya abadi dalam diri Tak pernah mau implementasi
Hai sarjana muda.....
Seberapa banyak dari kalian yang tidak bekerja? Benar, memang lebih banyak dari kalian yang bekerja Tapi dimana..?? dimana??? Dimana kalian semua ketika kami membutuhkannya?
Sakit hati melihat petani berdasi
Itulah hasil dari demokrasi negeri ini Tak tahu diri, sudah korupsi masih berani unjuk gigi Jangan kau jawab beras warna putih itu dari mana..... Jangan kau tanya beras kami warna kuning ini kenapa ???
Di atas kata yang sering kalian ucapkan
Jasa petani penting untuk sebuah kehidupan Tapi seberapa penting kehidupan ini Jika lelah kami tak lagi kau hargai
Bersyukurlah pada ilahi
Berdoalah untuk negeri Berharap ini hanya puisi Tak terjadi di kemudian hari
Dibacakan pada Aksi Hari Tani Nasional
Banda Aceh, 24 September 2014 Rizki Satria Irawan
BEM-Fakultas Pertanian Unsyiah
Dibawah panji Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia