RUMAH SAKIT
Januari 3, 2010 pukul 9:00 am Filed under Uncategorized
1. Cara rasio
Metoda ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai denominator personal yang
diperlukan.Metoda ini paling sering digunakan karena sederhana dan mudah.Metoda ini
hanya mengetahui jumlah personal secara total tetapi tidak bisa mengetahui produktivitas
SDM rumah sakit,da kapan personal tersebut dibutuhkan oleh setiap unit atau bagian rumah
sakit yang mebutuhkan.Bisa digunakan bila: kemampuan dan sumber daya untuk prencanaan
personal terbatas,jenis,tipe, dan volume pelayanan kesehatan relatif stabil.Cara rasio yang
umumnya digunakan adalah berdasarkan surat keputusan menkes R.I. Nomor 262 tahun 1979
tentang ketenagaan rumah sakit,dengan standar sebagai berikut :
Tipe RS TM/TT TPP/TT TPNP/TT TNM/TT
A & B 1/(4-7) (3-4)/2 1/3 1/1
C 1/9 1/1 1/5 3/4
D 1/15 1/2 1/6 2/3
Khusus Disesuiakan
Keterangan :
TM = Tenaga Medis
TT = Tempat Tidur
TPP = Tenaga Para Medis Perawatan
TPNP = tenaga para medis non perawatan
TNP = tenaga non medis
Cara perhitungan ini masih ada yang menggunakan, namun banyak rumah sakit yang lambat
laun meninggalkan cara ini karena adanya beberapa alternatif perhitungan yang lain yang
lebih sesuai dengan kondisi rumah sakit dan profesional.
2. Cara Need
Cara ini dihitung berdasarkan kebutuhan menurut beban kerja yang diperhitungkan sendiri
dan memenuhi standar profesi.Untuk menghitung seluruh kebutuhan tenaga,diperlukan
terlebih dahulu gambaran tentang jenis pelayanan yang diberikan kepada klien selama di
rumah sakit. Misalnya saja untuk klien yang berobat jalan,ia akan melalui/mendapatkan
pelayanan, antara pembelian karcis, pemeriksaan perawat / dokter, penyuluhan, pemeriksaan
laboratorium, apotik dan sebagainya. Kemudian dihitung standar waktu yang diperlukan agar
pelayanan itu berjalan dengan baik. Hundgins(1992)menggunakan standar waktu pelayanan
pasien sebagai berikut :
Tugas Lama waktu(menit) untuk pasien
Baru Lama
Pendaftaran
Pemerikasaan dokter
Pemeriksaan asisten dokter
Penyuluhan
Laboratorium 3
15
18
51
5
4
11
11
0
7
Contoh perhitunganya:
Rumah sakit A tipe B memberikan pekayanankepada pasien rata-rata 500 orang perhari
dimana 50% adalah pasien baru,maka seorang pimpinan keperawatan akan memperhitungkan
jumlah tenaga sebagai berikut :
Tenaga yang diperlukan untuk bertugas di bagian pendaftaran adalah : (3+4)/2= 3,5 x
500/240 = 7,29 (7 orang tenaga) jika ia bekerja dati jam 08.00 sampai jam 12.00(240 menit).
Tenaga dokter yang dibutuhkan adalah : (15+1)/2=13500/180=36,11 (36 orang dokter),jika
ia bekerja dari jam 09.00 sampai 12.00)(180 menit)Tenaga asisten dokter yang diperlukan
adalah (18+11)/2 = 14,5 x500/240=30,2 orang(30 oarang asisten dokter),jika bekerja dari jam
08.00sampai 12.00(240 menit).
Tenaga penyuluhan yang dibutuhkan adalah 5/12 =25,5 x500/240 = 53,13 (53 orang tenaga
penyuluhan),jika ia bekerja dari jam08.00 sampi12.00 (240 menit)
Tenaga laboratorium yang dibutuhkan adalah : (5+7)/2=6500/240 =12,5 (13 oarang tenaga
laboratorium jika ia bekerja dari jam 08.00 sampai jam12.00(240 menit)
Untuk pasien rawat inap, Douglas (1984) menyampaikan standar waktu pelayanan pasien
rawat inap sebagai berikut :
Perawatan minimal memerlukan waktu : 1-2 jam/24 jam
Perawatan intermediet memerlukan waktu : 3-4 jam/24 jam
Perawatan maksimal/total memerlukan waktu : 5-6 jam/24 jam
Dalam penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori tersebut di atas adalah
sebagai berikut :
a. Kategori I : Self care/perawatan mandiri
Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri,penampilan secara umum baik,tidak ada reaksi
emosional,pasien memerlukan orientasi waktu,tempat dan pergantian shift,ttindakan
pengobatan biasanya ringan dan simpel
b. Kategori II : intermediet care/perawatan sedang
Kegiatan sehari-hari untuk makan dibantu,mengatur pisisi waktu makan.meberi dorogan agar
mau makan,eliminasi dan kebutuhan diri juga dibantu atau menyiapkan alat untuk ke kamar
mandi.Penampilan pasien sakit sedang.Tindakan perawatan pada pasien ini monitor tandatanda vital,periksa urine reduksi,fungsi fisiologis,status emosinal,kelancaran drainage atau
infus.Pasien memerlukan bantuan pendidikan kesehatan untuk support emosi 5-10 menit/shift
atau 30-60 menit/shiftdengan mengobservasi side efek obat atau reaksi alergi.
c. Kategori III : Intensive care/perawatan total
Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilaksanakan sendiri,semua dibantu oleh perawat penampian
sakit berat.pasien memerlukan observasi terus-menerus.
Dalam penelitian Douglas (1975) tentang jumlah tenaga pearawat di rumah sakit, didapatkan
jumlah perawat yang dibutuhkan pada pagi, sore dan malam teragantung pada tingkat
ketergantungan pasien seperti pada table di bawah ini:
Jumlah pasien KLASIFIKASI PASIEN
minimal Parsial Total
pagi Siang malam pagi Siang malam Pagi Siang malam
1 0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60
dst
Contoh perhitungan:
Di ruang bedah RSU Sehat dirawat 20 orang pasien dengan kategori sebagai berikut: 5
pasien dengan perawatan minimal, 10 pasien dengan perawatan parsial dan 5 pasien dengan
perawatan total. Maka kebutuhan tenaga perawatan adalah sebagai berikut:
1. untuk shift pagi:
5 ps x 0,17 = 0,85
10 ps x 0,27 = 2,70
5 ps x 0,36 = 1,80
total tenaga pagi = 5,35 2. untuk shift siang:
5 ps x 0,14 = 0,70
10 ps x 0,15 = 1,50
5 ps x 0,30 = 1,50
total tenaga siang = 5,35 3. untuk shift malam:
5 ps x 0,10 = 0,50
10 ps x 0,07 = 0,70
5 ps x 0,20 = 1,00
total tenaga malam = 2,20
Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan adalah: 5,35 + 3,70 + 2,20 = 11,25 (11 orang perawat)
Klasifikasi Klien Berdasarkan Derajad Ketergantungan
Kriteria Ketergantungan Jumlah Klien Perhari Sesuai Kriteria
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 dst
Perawatan Minimal:
1. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
2. Makan dan minum dilakukan sendiri
3. Ambulasi dengan pengawasan
4. Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift
5. Pengobatan minimal, status psikologis stabil
6. Persiapan prosedur memerlukan pengobatan
Perawatan Parsial:
1. Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu
2. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam sekali
3. Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
4. Folly cateter intake output dicatat
5. Klien dengan pasang infus, persiapan pengobatan memerlukan prosedur
Perawatan total:
Rata-rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatau unit berdsasarkan rataratanya atau menurut Bed Occupancy Rate (BOR) dengan rumus:
Jumlah hari perawatan rumah sakit dalam waktu tertentu x 100%
Jumlah tempat tertentu x 365
Jumlah hari pertahun, yaitu 365 hari
Hari libur masing-masing perawat pertahun, yaitu 128 hari, hari minggu= 52 hari dan hari
sabtu = 52 hari. Untuk hari sabtu tergantung kebijakan RS setempat, kalau ini merupakan hari
libur maka harus diperhitungkan, begitu juga sebaliknya, hari libur nasional = 12 hari dan
cuti tahunan = 12 hari.
Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau hari kerja efektif 5 hari
maka 40/5 = 8 jam, kalu hari kerja efektif 6 hari per minggu maka 40/6 jam = 6,6 jam
perhari)
Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan di satu unit harus ditambah 20% (untuk
antisiapasi kekurangan/ cadangan)
Contoh perhitungannya:
Dari hasil observasi dan sensus harian selama enam bulan di sebuah rumah sakit A yang
berkapasitas tempat tidur 20 tempat tidur, didapatkan jumlah rata-rata klien yang dirawat
(BOR) 15 orang perhari. Kriteria klien yang dirawat tersebut adalah 5 orang dapat melakukan
perawatan mandiri, 5 orang perlu diberikan perawatan sebagian, dan 5 orang lainnya harus
diberikan perawatan total. Tingkat pendidikan perawat yaitu, SPK dan D III Keperawatan.
Hari kerja efektif adalah 6 hari perminggu. Berdasarkan situasi tersebut maka dapat dihitung
jumlah kebutuhan tenaga perawat di ruang tersebut adalah sbb:
a. Menetukan terlebih dahulu jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari, yaitu:
keperawatan langsung
keperawatan mandiri 5 orang klien : 5 x 2 jam = 10 jam
keperawatan parsial 5 orang klien : 5 x 3 jam = 15 jam
keperawatan total 5 orang klien : 5 x 6 jam = 30 jam
keperawatan tidak langsung 15 orang klien : 5 x 1 jam = 15 jam
-penyuluhan kesehatan 15 orang klien : 15 x 0,25 jam = 3,75 jam
total jam keperawatan secara keseluruhan 73,75 jam
b. Menetukan jumlah jam keperawatan per klien per hari = 73,75 jam / 15 klien = 4,9 jam
c. Menetukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada ruangan tersebut adalah klangsung
dengan menggunakan rumus (Gillies, 1989) diatas, sehingga didapatkan hasil sbb:
d. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang dibutuhkan perhari, yaitu:
e. Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift, yaitu dengan ketentuan
menurut Warstler ( dalam Swansburg, 1990, h. 71). Proporsi dinas pagi 47%, sore 36%, dan
malam 17%. Maka pada kondisi di atas jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift
adalah:
shift pagi: 5,17 orang (5 orang)
shift sore: 3,96 orang (4 orang)
shift malam: 1, 87 orang (2 orang)
f. Kombinasi jumlah tenaga menurut Intermountain Health Care Inc. adalah:
58% = 6,38 (6 orang) S I keperawatan
26% = 2,86 (3 orang) D III keperawatan
16% = 1,76 (2 orang) SPK
2,5
Jumlah 23 93,0
Keterangan :
* berdasarkan penelitian dari luar negeri
Jadi jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan adalah:
Jumlah jam perawatan = 93 = 13 perawat
Jam kerja efektif per shift 7
Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (factor koreksi) dengan :
Hari libur/ cuti/ hari besar (loss day)
Jumlah hari miggu dalam setahun + cuti + hari besar x Jumlah perawat tersedia
Jumlah hari kerja efektif
52 +12 + 14 x 13 = 3,5
286
Perawat atau bidan yang mengejakan tugas-tugas non-profesi (non-nursing jobs)
Seperti: membuat perincian pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat makan
pasien, dll. Diperkirakan 25% dari jam pelayanan keperawatan.
(Jumlah tenaga perawat + loss day) x 25% = (13 + 3,5) x 25% = 4,1
Jadi jumlah tenaga yang diperlukan= tenaga yang tersedia + factor koreksi
= 13 + 3,5 + 4,1 = 20,6 (dibulatkan menjadi 21 orang perawat/ bidan)
Tingkat ketergantungan pasien
Pasien diklasifikasikan berdasarkan pasda kebutuhan terhadap asuhan keperawatan/ asuhan
kebidanan, meliputi:
a. asuhan keperawatan minimal
b. asuhan keperawatan sedang
c. asuhan keperawatan agak berat
d. asuhan keperawatan maksimal
Contoh kasus:
No Kategori* Rata-rata jml pasien/ hari Jml jam perawat/ hari** Jml jam perawatan ruangan/
hari (c x d)
aBcde
1 Askep Minimal 7 2,00 14,00
2 Askep sedang 7 3,08 21,56
3 Askep agak berat 11 4,15 45,65
4 Askep maksimal 1 6,16 6,16
Jumlah 26 87,37
Keterangan:
* : uraian ada pada model Gillies di halaman depan
** : berdasarkan penelitian di luar negeri
Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah
Jumlah jam perawatan ruangan/ hari = 87,37 = 12,5 perawat
Jam kerja efektif perawat 7
kualitas pelayanan menurun bisa berdampak pada kunjungan pasien akan menurun dan ini
akan mengakibatkan income rumah sakit menurun dan seterusnya bisa membuat
kesejahteraan karyawan juga menurun.
Manajer keperawatan dituntut untuk bisa merencanakan jumlah tenaga oerawat yang betulbetul sesuai dengan kebutuhan yang real, sehuingga mutu pelayanan dapat terjamin.
Disamping itu manajer harus mempunyai visi dan misi sesuai dengan visi dan misi rumah
sakit. Dalam setuiap pengambilan keputusan harus betul-betul mempertimbangkan berbagai
aspek, baik aspek mikro maupun aspek makro rumah saikit.
Pendekatan perhitungan tenaga yang dibahas dalam makalah ini mudah-mudahan dapat
membantu para manajer keperawatan di rumah sakit dalam merencanakan penambahan
tenaga keperawatan.
TPNP/TT
1/3
1/5
1/6
Disesuaikan
TNM/TT
1/1
3/4
2/3
Disesuaikan
Cara perhitungan ini masih ada yang menggunakan, namun banyak rumah sakit
yang lambat laun meninggalkan cara ini karena adanya beberapa alternatif
perhitungan yang lain yang lebih sesuai dengan kondisi rumah sakit dan profesional.
2. METODE NEED
Cara ini dihitung berdasarkan kebutuhan menurut beban kerja yang
diperhitungkan sendiri dan memenuhi standar profesi. Untuk menghitung seluruh
kebutuhan tenaga, diperlukan terlebih dahulu gambaran tentang jenis pelayanan yang
diberikan kepada klien selama di rumah sakit. Diskripsi tentang pelayanan yang
diberikan kepada pasien. Misalnya saja untuk klien yang berobat jalan, ia akan
melalui/mendapatkan
pelayanan,
antara
pembelian
karcis,
pemeriksaan
perawat/dokter, penyuluhan, pemeriksaan laboratorium, apotik dan sebagainya.
Kemudian dihitung standar waktu yang diperlukan agar pelayanan itu berjalan dengan
baik. (Hudgins 82).
Menurut Hundgins (1992) menggunakan standar waktu pelayanan pasien adalah
sebagai berikut :
Tugas
Lama waktu (menit) untuk Pasien
Baru
Lama
Pendaftaran
3
4
Pemerikasaan dokter
15
11
Pemeriksaan asisten dokter
18
11
Penyuluhan
51
0
Laboratorium
5
7
3. METODE DOUGLAS
Untuk pasien rawat inap, Douglas (1984) menyampaikan standar waktu pelayanan
pasien rawat inap sebagai berikut :
1) Perawatan minimal memerlukan waktu : 1 - 2 jam/24 jam
2) Perawatan intermediet/parsial memerlukan waktu : 3 - 4 jam/24 jam
3) Perawatan maksimal/total memerlukan waktu : 5 - 6 jam/24 jam
a.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Dalam penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori tersebut di atas
adalah sebagai berikut :
Kategori I : Self Care / Perawatan Mandiri (Minimal)
Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri, penampilan secara umum baik, tidak ada
reaksi emosional, pasien memerlukan orientasi waktu, tempat dan pergantian shift,
tindakan pengobatan biasanya ringan dan simpel.
Asuhan keperawatan minimal mempunyai kriteria sebagai berikut ::
Kebersihan diri, mandi ganti pakaian dilakukan sendiri
Makan dan minum dilakukan sendiri
Ambulansi dengan pengawasan
Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap jaga (shift)
Pengobatan minimal dengan status psikologis stabil
Persiapan prosedur memerlukan pengobatan
1.
2.
3.
4.
5.
Tota
Siang
0,30
0,60
0,90
Keterangan :
A = rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari
B = rata-rata jumlah pasien /hari
C = Jumlah hari/tahun
Keterangan :
TP
: Tenaga Perawat
A
: Rata-rata jam perawatan/hari
B
: Sensus harian rata-rata (Rumus sensus harian : TT x BOR)
C
: Jumlah hari libur
365
: Jumlah hari kerja selama setahun
Hitung D : Jumlah perkiraan realistis jam perawatan yang perawatan yang dibutuhkan
selama 1 tahun.(D = C x BOR / 80)
5) Tahap V
Diperoleh E : Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan. (E = D / 1878)
Hari efektif 52 dan jam kerja.
Efektif perhari (8-2 jam).
Prinsip perhitungan rumus ini adalah sama dengan rumus dari Gillies (1989) diatas,
tetapi ada penambahan pada rumus ini yaitu 25% untuk penyesuaian ( sedangkan
angka 7 pada rumus tersebut adalah jumlah hari selama satu minggu).
8. METODE HASIL WORKSHOP PERAWATAN DI CILOTO (1971)
Jumlah perawat : Pasien = 5 : 9 /shift, dengan 3 shift/24 jam dengan perhitungan
adalah sebagai berikut :
Hari kerja efektif/tahun : 225 260 hari.
Libur mingguan : 52 hari.
Cuti tahunan : 12 hari.
Hari besar : 10 hari.
Sakit/Izin : 12 hari.
Cuti hamil rata-rata : 29 hari.
9. METODE STANDAR KETENAGAAN PERAWAT DAN BIDAN DI RUMAH SAKIT
Pedoman cara perhitungan kebutuhan tenaga perawat dan bidan menurut
direktorat pelayanan keperawatan Dirjen Yan-Med Depkes RI (2001) dengan
memperhatikan unit kerja yang ada pada masing-masing rumah sakit.
Model pendekatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
A. RAWAT INAP
Berdasarkan klasifikasi pasien, cara perhitungannya berdasarkan sebagai berikut :
Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus
Rata-rata pasien per hari
Jumlah perawatan yang diperlukan / hari / pasien
Jam perawatan yang diperlukan/ ruanagan / hari
Jam kerja efektif tiap perawat atau bidan 7 jam per hari
Perencanaan merupakan fungsi organic manajemen yang merupakan dasar atau titik tolak dan
kegiatan pelaksanaan kegiatan tertentu dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Apabila
proses perencanaan dilakukan dengan baik akan memberikan jaminan pelaksanaan kegiatan
menjadi baik sehingga dapat mencapai tujuan organisasi yang akan diciptakan, pengadaan
dan penggunaan tenaga kerja, system dan prosedur yang hendak digunakan serta peralatan
yang dibutuhkan untuk kelancaran suatu kegiatan. Perencanaan harus memenuhi prinsip yang
sesuai dengan situasi dan kondisi suatu organisasi.
Perencanaan tenaga keperawatan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan pelayanan
keperawatan yang optimal dan bermutu tinggi. Perencanaan ketenagaan menjadi
permasalahan besar diberbagai organisasi keperawatan seperti di tatanan rumah sakit,
perawatan di rumah dan tempat- tempat pelayanan keperawatan lain. Oleh karena itu,
perencanaan ketenagaan harus sesuai dengan ketentuan atau pedoman yang berlaku, tenaga
yang dibutuhkan dalam memberikan pelayanan keperawatan harus sesuai dengan standart
keperawatan yang ada.
Perencanaan tenaga keperawatan dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain lingkungan
(external change), keputusan, organisasi yang dapat berbentuk pension, pemutusan hubungan
kerja (PHK) dan kematian. Perencanaan ketenagaan merupakan suatu proses yang komplek
yang memerlukan ketelitian dalam menerapkan jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk
melaksanakan kegiatan dalam mencapai tujuan organisasi. Jumlah tenaga yang ada perlu
ditata atau dikelola dalam melaksanakan kegiatan melalui penjadwalan yang sistematis dan
terencana secara matang sehingga kegiatan yang dilakukan secara optimal.
1. Prinsip perencanaan
What : kegiatan apa yang harus dijalankan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
disepakati?
Where : dimana kegiatan akan dilakukan?
When
Who
Why
How
Jika ketiga prinsip tersebut dilaksanakan, maka dapat tersusun suatu perencanaan yang baik
termasuk perencanaan tenaga keperawatan.
1. PERENCANAAN TENAGA KEPERAWATAN
Perencanaan tenaga atau staffing merupakan salah satu fungsi utama seorang pemimpin
organisasi, termasuk organisasi keperawatan. Keberhasilan suatu organisasi salah satunya
ditentukan oleh kualitas SDM. Hal ini berhubungan erat dengan bagaimana seorang pimpinan
merencanakan ketenagaan di unit kerjanya.
Langkah perencanaan tenaga keperawatan menurut Gilies 1994 meliputi hal- hal sebagai
berikut:
1. Mengidentifikasi bentuk dan beban pelayanan keperawatan yang akan
diberikan
2. Menentukan kategori perawat yang akan ditugaskan untuk melaksanakan
pelayanan keperawatan
3. Menentukan jumlah masing- masing kategori perawat yang dibutuhkan
4. Menerima dan menyaribng untuk mengisi posisi yang ada
5. Melakukan seleksi calon- calon yang ada
6. Menentukan tenaga perawat sesuai dengan unit atau shift
7. Memberikan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas pelayanan
keperawatan
Penetapan jumlah tenaga keperawatan harus disesuaikan dengan kategori yang akan
dibutuhkan untuk asuhan keperawatan klien di setiap unit. Beberapa pendekatan dapat
digunakan untuk memperkirakan jumlah staf yang dibutuhkan berdasarkan ketegori klien
yang dirawat, rasio perawat dan klien untuk memenuhi standart praktek keperawatan.
Kategori perawatan klien:
1. Perawatan mandiiri (self care) yaitu klien memerlukan bantuan minimal
dalam melakukan tindakan keperawatan dan pengobatan. Klien
melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri
2. Perawatan sebagian (partial care) yaitu klien memerlukan bantuan
sebagian dalam tindakan keperawatan dan pengobatan tertentu misalnya
pemberian obat intravena, mengatur posisi, dsb
3. Perawatan total (total care) yaitu klien yang memerlukan bantuan secara
penuh dalam perawatan diri dan memerlukan observasi secara ketat
4. Perawatan intensif (intensive care) yaitu klien memerlukan obervasi dan
tindakan keperawatan yang terus menerus
Cara menentukan jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk setiap unit sebagai berikut:
1. Rasio perawat klien disesuaikan dengan standart perkiraan jumlah klien
sesuai data sensus
2. Pendekatan teknik industri yaitu identitas tugas perawat dengan
menganalisis alur kerja perawat atau work flow rata- rata frekuensi dan
waktu kerja ditentukan dengan data sensus klien. Dihitung untuk
menentukan jumlah perawat yang dibutuhkan.
Kebutuhan tenaga dapat ditinjau berdasarkan waktu. Perawatan langsung, waktu perawatan
tidak langsung dan waktu pendidikan kesehatan. Perkiraan jumlah tenaga dapat dihitung
berdasarkan waktu perawatan langsung yang dihitung berdasarkan tingkat ketergantungan
klien. Rata- rata waktu yang dibutuhkan untuk perawatan langsung (direct care adalah
berkisar 4-5 jam/klien/hari. Dalam Gillien 1994 waktu yang dibuthhkan untuk perawatan
langsung didasarkan pada kategori berikut:
1. Perawatan mandiri (self care) adalah x 4 jam = 2 jam
2. Perawatan sebagian (partial care) adalah 3/44 jam = 3 jam
3. Perawatan total (total care) adalah 1- 1,5 x 4 jam = 4-6 jam
4. Perawatan intensif (intensive care) adalah 2 x 4 jam = 8 jam
Perkiraan jumlah tenaga juga dapat didasarkan atas waktu perawaan tidak langsung.
Berdasarkan penelitian perawatan di rumah sakit menyatakan bahwa rata- rata waktu yang
dibutuhkan untuk perawatan tidak langsung adalah 36 menit/ klien/ hari. Di pihak lain,
menurut Wolfe dan Yong (1965) dalam buku yang sama menyatakan sebesar 60 menit/klien/
hari.
Selain cara diatas, waktu pendidikan kesehatan dapat juga digunakan sebagai dasar
perhitungan kebutuhan tenaga. Menurut Gilies, waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
pendidikan kesehatan berkisar 15 menit/ klien/ hari.
Menghitung waktu yang dibuuhkan dalam perawatan klien per hari, perlu menjumlahkan
ketiga cara tersebut yaitu waktu perawatan langsung, waktu perawatan tidak langsung dan
waktu pendidikan kesehatan. Selanjutnya jumlah tenaga yang dibutuhkan dihitung
berdasarkan beban kerja perawat.
Hal- hal yang perlu dipertimbnagkan dalam menentukan beban kerja perawat yaitu:
1. Jumlah klien yang dirawat setiap hari/ bulan/ tahun di unit tersebut
2. Kondisi atau tingkat ketergantungan
3. Rata- rata lama perawatan
4. Pengukuran keperawatan langsung, tidak langsung dan pendidikan
kesehatan
5. Frekuensi tindakan keperawatan yang dibutuhkan klien
Disamping itu ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi beban kerja perawat yaitu
masalah komunitas, bencana alam, kemajuan IPTEk, pendidikan konsumen, keadaan
ekonomi, iklim/musim, politik dan hukum /perarturan.
Dengan mengelompokkan klien menurut jumlah dan kompleksitas pelayanan keperawatan
yang dibutuhkan untuk masing- masing unit. Metode penghitungan yang digunakan yaitu
metode rasio, metode Gilies, metode lokakarya keperawatan, metode di Thailanda dan
Filiphina dan metode penghitungan ISN (indicator staf need)
Metode rasio didasarkan surat keputusan menteri kesehatan nomor 262 tahun 1979,
kebutuhan tenaga didasarkan pada rasio tempat tidur yang tersedia di kelas masing- masing.
rumah sakit
perbandingan
kelas A dan B
kelas C
kelasD
Metode Gilies 1994 digunakan khusus untuk menghitung tenaga keperawatan dengan
menggunakan rumus sbb:
Jumlah tenaga = (A x B x 365) : (hari libur 1 tahun x jam kerja per hari)
Keterangan :
A: jumlah kerja tenaga keperawatan per hari
B: jumlah pasien rata- rata per hari
Metode berikutnya yang dapat digunakan adalah metode lokakarya keperawatan (1989).
Metode ini juga dikhususkan untuk menghitung tenaga keperawatan dengan menggunakan
rumus:
Jumlah tenaga = A x 52x 7 (TT x BOR)
41
40
Metode keempat adalah metode Thailand dan Filiphina yang didasarkan pada jumlah jam
perawatan yang dibutuhkan per pasien, harm kerja efektif perawat dalam 1 tahun. Jumlah jam
perawatan per pasien terbagi dalam unit rawat map selama 24 jam yang terdiri dari penyakit
dalam (3,4 jam), bedah (3,5 jam), campuran bedah dan penyakit dalam (3,4 jam). Post partum
(3 jam), bayi neonatus (2,5jam) dan anak (4jam) sehingga rata- rata jam perawatan yang
dibutuhkan per pasien selama 24 jam adalah 3 jam. Unit rawat jalan yang jam perawatan per
pasiennya 0,5 jam. Kamar operasi untuk rumah sakit kels A dan B (5- 8 jam/24 jam) untuk
RS tipe C dan D (3 jam) dan kamar bersalin 5-8 jam. Hari kerja efektif perawatan dalam 1
tahun (365 hari), jumlah hari kerja non efektif dalam 1 tahun (jumlahan minggu 52 hari, libur
nasional 12 hari dan cuti bulanan 12 hari), jumlah hari efektif dalam 1 tahun yaitu 365- 76 =
289 hari. Dan jumlah hari efektif perminggu 289/7 = 41 minggu. Jumlah jam kerja efektif
dalam 1 tahun yaitu jam kerja dalam 1 tahun yaitu 41 minggu x 40 jam = 1640 jam/ tahun.
Cara menghitung kebutuhan tenaga perawat dapat menggunakan rumus:
1. Unit rawat inap (URI)
koreksi 25%
koreksi
koreksi 25%
koreksi
Metode lain yang dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan tenaga adalah dengan
metode perhitungan ISN (indikator staff need). Dasar yang digunakan setiap metode ini
adalah beban kerja dari setiap unit atau institusi. Setiap unit harus memproyeksikan kegiatan
atau keluaran yang akan dihasilkan pada masa mendatang. Tida faktor yang mendasari
formula ISN yaitu:
1. Indikator beban kerja
Indikator ini merupakan pembilang dan sebagai faktor variabel dalam formula ISN yang
dihitung berdasarkan hasil pelksanaan yang dicapai oleh masing- masing kategori tenaga
selama 1 tahun kalender. Untuk tenaga yang sama yang bertugas pada institusi yang berbeda
akan memilikibeban kerja dan kapasias yang berbeda pula.
1. Bobot (weighting)
2. Kapasitas tenaga
Contoh:
Diketahui kondisi tenaga keperawatan disalah satu RS berdasarkan laporan tahunan tahun
2010 sebagai berikut: bagian UPI rata- rata per hari 2,6 bagian bedah rata- rata per hari 44,7
bagian non bedah/non UPI rata- rata pasien per hari sebesar 211,3
Ditanyakan berapa tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk bagian UPI, bagian bedah dan
non bedah berdasarkan data diatas!
Jawab:
Asumsi A (jumlah jam kerja tenaga keperawatan per hari) untuk bagian UPI adalah 7 jam dan
B (jumlah pasien rata- rata per hari ) adalah 2,6; A bedah 5 jam dengan B 44,7 dan A non
bedah/ non UPI = 4 jam dengan B= 211,3
140) x 8 = 4 orang
140) x 8 = 45 orang
Dengan demikian jumlah kebutuhan tenaga keperawatan secara keseluruhan di rumah sakit
tersebut adalah 220 orang.
1. Pembagian tenaga keperawatan dan penyusunan jadwal
Penyusunan jadwal dinas merupakan tanggung jawab kepala ruang atau pengawas tetapi
lebih diutamakan kepala ruang karena lebih mengetahui tingkat kesibukan ruangan dan
karakteristik stafnya. Hal ini akan memudahkan dalam menerapkan orang yang tepat untuk
setiap periode jaga (shift)
Prinsip penyusunan jadwal hendaknya memenuhi beberapa prinsip diantaranya harus ada
kesinambungan antara kebutuhan unit kerja dan kebutuhan staf. Misalnya kebutuhan staf
untuk rekreasi, memperhatikan siklus jadwal penugasan yang sibuk dan tidak sibuk, berat dan
ringan, harus dilalui oleh semua staf yang terlibat dalam rotasi serta staf yang mempunyai
jam kerja yang sama. Prinsip berikutnya yaitu setiap staf harus terlibat dalam siklus atau
rotasi pagi- sore- malam; metode yang dipakai harus sesuai dengan kuantitas dan kualitas
staf dalam suatu unit kerja; siklus yang digunakan mengikuti metode penugasan yang
dipakai dan setiap staf harus dapat mencatat hasil dinas, libur dan shift.
Berdasarkan prinsip tersebut, dapat diperkirakan formulasi jumlah staf pada setiap shiftnya.
1. Modifikasi kerja mingguan
Beberapa pendekatan yang digunakan untuk penyusunan jadwal dinas mingguan. Pendekatan
tersebut dapat dilihat dari karakteristik staf yang ada dalam tim. Modifikasi tugas mingguan
meliputi:
1) Total jam kerja per minggu adalah 40 jam dengan 10 jam per hari dan 4 hari kerja per
minggu. Pada metode ini terjadi tumpang tindih kurang lebih 6 jam per 24 jam. Dimana jamjam tersebut dapat dipergunakan untuk ronde keperawatan, penyelesaian rencana
keperawatan atau kegiatan lainnya. Kelemahan cara ini adalah memerlukan staf yang banyak.
2)
Perincian 12 jam dalam satu shift yaitu 3 hari kerja, 4 hari libur dan 4 hari kerja. Sistem
ini sama dengan sistem yang pertama yang membutuhkan tenaga yang banyak.
3)
Perincian 70 jam dalam 2 minggu yaitu 10 jam per hari (7 hari kerja dan 7 hari libur)
4)
Sistem 8 jam per hari dengan 5 hari kerja per minggu. Sistem ini lebih banyak disukai
karena mengurangi kelelahan staf dan produktivitas staf tetap dapat dipertahankan.
Pendekatan yang dilakukan adalah bagaimana staf akan terlibat dalam proses pendidikan
melalui berlangsungnya pelayanan kesehatan atau keperawatan yang terus diberikan kepada
klien. Hal demikian dapat dilakukan baik di dalam maupun diluar rumah sakit.
1. Orientasi
Program ini diberikan kepada staf yang baru atau sebaliknya untuk mengenalkan tugas- tugas
yang harus dilakukannya atau mengetahui adanya perkembangan teknologi di bidang
kesehatan.
1. Job training
Dilakukan melaui program pelatihan bagi staf sesuai bidang penugasannya atau job tertentu
1. Continuing nursing education
Program ini merupakan program berkelanjutan sesuai dengan sistem pendidikan formal yang
berlaku yaitu sistem pendidikan tinggi bagi perawat selaras dengan statusnya sebagai insan
profesi. Sesuai dengan kebutuhan pengembangan, seluruh perawat layak untuk mengikuti
program ini dengan pertimbangan harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada
1. Pelatihan kepemimpinan
Hakekatnya semua perawat adalah pemimpin. Oleh sebab itu ia perlu mengembangkan
kemampuan leadershipnya sebagai seorang profesional
1. Pengembangan karier
Staf mempunyai hak atas pengembangan karirnya sesuai dengan sistem yang berlaku.
Pimpinan harus mampu merencanakan, melaksanakan dan menilai pengembangan masingmasing stafnya serta melihat semua itu sebagai upaya memotivasi, menstimulasi dan
memberikan penghargaan untuk peningkatan prestasi kerja
1. Studi banding
Unit kerja satu dengan yang lain ternyata bersifat kompetitif. Oleh sebab itu bukan tidak
mungkin unit kerja lain mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan unit kerja sendiri.
Rencana untuk tukar pengalaman dan institusi atau unit kerja lain perlu diprogramkan dalam
rangka membangun motivasi, pengembangan dan peningkatan prestasi kerja. Bentuk lain
yang sekarang sedang menjadi tren aalah melalui kegiatan study branch marking
1. Penilaian kinerja
Seluruh staf diberikan penilaian atas kinerjanya melalui sistem penilaian yang berlaku.
Cakupannya antara lain tanggung jawab, loyalitas, kerajinan, kedisiplinan, kepemimpinan
dan kejujuran
1. Pendidikan dan pelatihan
Program ini dirancang untuk memberikan pendidikan dan pelatihan terhadap staf melalui
kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dengan target waktu tertentu (waktu, materi,
ketrampilan). Pelaksanaan dan program ini adalah melalui kepanitiaan atau lembaga institusi
tertentu yang berkompeten
1. Magang di rumah sakit yang lebih maju
Harus diakui bahwa rumah sakit lain yang memiliki nilai lebih harus menjadi target untuk
mencari serta menambah ilmu. Program ini dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan
kesepakatan kedua belah pihak yang terlibat.
1. Kelompok kerja keperawatan
Program ini perlu dilaksanakan selaras dengan keperawatan sebagai profesi yang telah,
tengah dan terus dikembangkan. Produk kelompok kerja ini adalah hasil diskusi
pengembangan keperawatan, karya tulis dan prosedur tetap, materi buku ajar, temu ilmiah,
penelitian keperawatan, pengembangan sistem pendidikan keperawatan dan masukan untuk
organisasi profesi
1. Pengembangan kerja tim di ruangan
Konsep kerja tim ini masih banyak kendala dalam pelaksanaanya, namun semua komponen
dalam tim tersebut perlu mengidentifikasi semua masalah di lapangan yang dilakukan oleh
semua profesi kesehatan yang terlibat. Staf keperawatan dengan otonomi dan kemandiriannya
harus lebih proaktif dalam membangun pelaksanaan kerja tim dalam memeberikan asuhan
keperawatan secara paripurna.