1. METODE RASIO
Metode ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai denominator personal yang
diperlukan. Metode ini paling sering digunakan karena sederhana dan mudah.
Metode ini hanya mengetahui jumlah personal secara total tetapi tidak bisa mengetahui
produktivitas SDM rumah sakit, dan kapan personal tersebut dibutuhkan oleh setiap unit
atau bagian rumah sakit yang mebutuhkan.
Bisa digunakan bila : kemampuan dan sumber daya untuk perencanaan personal
terbatas, jenis, tipe, dan volume pelayanan kesehatan relatif stabil.
Tujuan dari metode ini adalah merencanakan kebutuhan tenga kesehatan dengan
membandingkan ketersediaan tempat tidur di unit-unit perawatan sesuai dengan tipe
institusi layanan kesehatan yang tersedia.
Cara rasio yang umumnya digunakan adalah berdasarkan surat keputusan Menkes R.I.
Nomor 262 tahun 1979 tentang ketenagaan rumah sakit, dengan standar sebagai berikut :
Cara perhitungan ini masih ada yang menggunakan, namun banyak rumah sakit yang
lambat laun meninggalkan cara ini karena adanya beberapa alternatif perhitungan yang
lain yang lebih sesuai dengan kondisi rumah sakit dan profesional.
2. METODE NEED
Cara ini dihitung berdasarkan kebutuhan menurut beban kerja yang diperhitungkan
sendiri dan memenuhi standar profesi. Untuk menghitung seluruh kebutuhan tenaga,
diperlukan terlebih dahulu gambaran tentang jenis pelayanan yang diberikan kepada
klien selama di rumah sakit. Diskripsi tentang pelayanan yang diberikan kepada pasien.
Misalnya saja untuk klien yang berobat jalan, ia akan melalui/mendapatkan pelayanan,
antara pembelian karcis, pemeriksaan perawat/dokter, penyuluhan, pemeriksaan
laboratorium, apotik dan sebagainya. Kemudian dihitung standar waktu yang diperlukan
agar pelayanan itu berjalan dengan baik. (Hudgin’s 82).
Menurut Hundgins (1992) menggunakan standar waktu pelayanan pasien adalah
sebagai berikut :
Tugas Lama waktu (menit) untuk Pasien
Baru Lama
Pendaftaran 3 4
Pemerikasaan dokter 15 11
Pemeriksaan asisten dokter 18 11
Penyuluhan 51 0
Laboratorium 5 7
3. METODE DOUGLAS
Untuk pasien rawat inap, Douglas (1984) menyampaikan standar waktu pelayanan
pasien rawat inap sebagai berikut :
1) Perawatan minimal memerlukan waktu : 1 - 2 jam/24 jam
2) Perawatan intermediet/parsial memerlukan waktu : 3 - 4 jam/24 jam
3) Perawatan maksimal/total memerlukan waktu : 5 - 6 jam/24 jam
Dalam penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori tersebut di atas adalah
sebagai berikut :
a. Kategori I : Self Care / Perawatan Mandiri (Minimal)
Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri, penampilan secara umum baik, tidak ada
reaksi emosional, pasien memerlukan orientasi waktu, tempat dan pergantian shift,
tindakan pengobatan biasanya ringan dan simpel.
Asuhan keperawatan minimal mempunyai kriteria sebagai berikut ::
1. Kebersihan diri, mandi ganti pakaian dilakukan sendiri
2. Makan dan minum dilakukan sendiri
3. Ambulansi dengan pengawasan
4. Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap jaga (shift)
5. Pengobatan minimal dengan status psikologis stabil
6. Persiapan prosedur memerlukan pengobatan
b. Kategori II : Intermediet Care / Perawatan Sedang(Partial)
Kegiatan sehari-hari untuk makan dibantu, mengatur posisi waktu makan. memberi
dorogan agar mau makan,eliminasi dan kebutuhan diri juga dibantu atau menyiapkan alat
untuk ke kamar mandi.Penampilan pasien sakit sedang.Tindakan perawatan pada pasien
ini monitor tanda-tanda vital,periksa urine reduksi,fungsi fisiologis,status
emosinal,kelancaran drainage atau infus.Pasien memerlukan bantuan pendidikan
kesehatan untuk support emosi 5-10 menit/shift atau 30-60 menit/shiftdengan
mengobservasi side efek obat atau reaksi alergi.
Asuhan keperawatan parsial mempunyai kriteria sebagai berikut :
1. Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu
2. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam sekali
3. Ambulansi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
4. Pasien dengan kateter urine, pemasukan dan pengeluaran intake output cairan dicatat /
dihitung.
5. Pasien dengan infus, persiapan pengobatan yang memerlukan prosedur
1. Dilakukan 1x sehari pada waktu yang sama dan sebaiknya dilakukan oleh perawat
yang sama selama beberapa hari sesuai kebutuhan, dengan menggunakan format
klasifikasi pasien berdasarkan derajat ketergantungan
2. Setiap pasien dinilai berdasarkan kriteria klasifikasi pasien (minimal memenuhi 3
kriteria)
3. Pasien dikelompokkan sesuai dengan klasifikasi tersebut dengan memberi tanda (I)
pada kolom yang tersedia sehingga dalam waktu 1 hari dapat diketahui beberapa
jumlah pasien dengan klasifikasi minimal, parsial dan total.
4. Bila pasien hanya mempunyai 1 kriteria dari klasifikasi tersebut, maka pasien
dikelompokkan pada klasifikasi diatasnya.
4. METODE DEMAND
Cara demand adalah perhitungan jumlah tenaga mennurut kegiatan yang memang nyata
dilakukan oleh perawat. Konversi Kebutuhan Tenaga adalah seperti pada perhitungan
cara Need.
Menurut Tutuko (1992) setiap klien yang masuk Ruang Gawat Darurat dibutuhkan waktu
sebagai berikut :
* Untuk Kasus Gawat Darurat : 86,31 menit 87 menit
* Untuk Kasus Mendesak : 71,28 menit 71 menit
* Untuk Kasus Tidak Mendesak : 33,69 menit 34 menit
Keterangan :
A = rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari
B = rata-rata jumlah pasien /hari
C = Jumlah hari/tahun
D = Jumlah hari libur masing-masing perawat
E = jumlah jam kerja masing-masing perawat
F = Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahun
G = Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
H = Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut
Keterangan :
TP : Tenaga Perawat
A : Rata-rata jam perawatan/hari
B : Sensus harian rata-rata (Rumus sensus harian : TT x BOR)
C : Jumlah hari libur
365 : Jumlah hari kerja selama setahun
Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada klien meliputi : aktifitas, pengobatan serta
tindak lanjut pengobatan.
- Menurut Mayer dalam Gillies (1994), waktu yang dibutuhkan untuk pendidikan
kesehatan / penyuluhan kesehatan ialah 15 menit/klien/hari = 0,25 jam/klien/hari
- Rata-rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatu unit berdsasarkan
rata-ratanya atau menurut “Bed Occupancy Rate” (BOR) dengan rumus :
6. METODE NINA
Nina (1990) menggunakan 5 tahapan dalam menghitung kebutuhan tenaga adalah
sebagai berikut :
1) Tahap I
Hitung A : Jumlah jam perawatan dalam 24 jam perpasien.
2) Tahap II
Hitung B : A x TT.
3) Tahap 3
Hitung C : Jumlah jam perawatan seluruh pasien selama 1 tahun. (C = B x 365)
4) Tahap IV
Hitung D : Jumlah perkiraan realistis jam perawatan yang perawatan yang dibutuhkan
selama 1 tahun.(D = C x BOR / 80)
5) Tahap V
Diperoleh E : Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan. (E = D / 1878)
Hari efektif – 52 dan jam kerja.
Efektif perhari (8-2 jam).
7. METODE HASIL LOKAKARYA KEPERAWATAN
Menurut hasil lokakarya keperawatan (Depkes RI, 1989), rumusan yang dapat
digunakan untuk perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan adalah sebagai berikut :
Prinsip perhitungan rumus ini adalah sama dengan rumus dari Gillies (1989) diatas,
tetapi ada penambahan pada rumus ini yaitu 25% untuk penyesuaian ( sedangkan angka 7
pada rumus tersebut adalah jumlah hari selama satu minggu).
A. RAWAT INAP
Berdasarkan klasifikasi pasien, cara perhitungannya berdasarkan sebagai berikut :
Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus
Rata-rata pasien per hari
Jumlah perawatan yang diperlukan / hari / pasien
Jam perawatan yang diperlukan/ ruanagan / hari
Jam kerja efektif tiap perawat atau bidan 7 jam per hari
Formula Rawat Inap :
Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (Faktor Koreksi) dengan :
Hari Libur/Cuti/Hari Besar (Loss Day)
Perawat atau bidan yang mengejakan tugas-tugas non-profesi (Non - Nursing Jobs),
seperti : membuat perincian pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat
makan pasien, dll. Diperkirakan 25% dari jam pelayanan keperawatan.
TP = (Jumlah tenaga perawat + loss day) x 25% = (13 + 3,5) x 25% = 4,1
Jadi jumlah tenaga yang diperlukan= tenaga yang tersedia + factor koreksi = 13 + 3,5 + 4,1
= 20,6 (dibulatkan menjadi 21 orang perawat/bidan)
Tingkat Ketergantungan Pasien
Pasien diklasifikasikan berdasarkan pasda kebutuhan terhadap asuhan
keperawatan/asuhan kebidanan, meliputi :
a) Asuhan keperawatan minimal
b) Asuhan keperawatan sedang
c) Asuhan keperawatan agak berat
d) Asuhan keperawatan maksimal
Jadi, jumlah tenaga yang diperlukan = tenaga yang tersedia + faktor koreksi= 12,5 + 3,4 +
3,9 = 19,8 (dibulatkan menjadi 20 orang perawat/bidan)
B. RAWAT JALAN
Dasar perhitungan jumlah tenaga untuk Rawat Jalan adalah sebagai berikut :
a) rata-rata jumlah pasien perhari
b) Jumlah jam perawatan perhari
Formula Rawat Jalan :
Keterangan :
TP = Tenaga
perawat
365 = Jumlah hari kerja
255 = Hari kerja efektif perawat/tahun
D = Jam keperawatan
A1 = Waktu perawatan untuk pasien gawat darurat (87 menit)
A2 = Waktu perawatan untuk pasien kasus mendesak (71 menit)
A3 = Waktu perawatan untuk pasien kasus tidak mendesak (34 menit)
Adm time = Waktu administrasi yang dibutuhkan untuk penggantian sif selama 45 menit
D. KAMAR OPERASI
Dasar perhitungan jumlah tenaga di Kamar Operasi adalah sebagai berikut :
a) Jumlah dan jenis operasi
b) Jumlah kamar operasi
c) Pemakain kamar operasi (diprediksi 6 jam perhari) pada hari kerja
d) Tugas perawat di kamar operasi: instrumentator, perawat sirkulasi (2 orang/tim)
e) Tingkat ketergantungan pasien :
Operasi Besar : 5 jam/1operasi
Operasi Sedang : 2 jam/1operasi
Operasi Kecil : 1 jam /1operasi
JAWABAN :
A. RAWAT INAP
Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (Faktor Koreksi) dengan :
Hari Libur/Cuti/Hari Besar (Loss Day)
Perawat atau bidan yang mengejakan tugas-tugas non-profesi (Non - Nursing Jobs),
seperti : membuat perincian pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat
makan pasien, dll. Diperkirakan 25% dari jam pelayanan keperawatan.
TP = (Jumlah tenaga perawat + loss day) x 25% = (13 + 3,5) x 25% = 4,1
Jadi jumlah tenaga yang diperlukan= tenaga yang tersedia + factor koreksi = 13 + 3,5 + 4,1
= 20,6 (dibulatkan menjadi 21 orang perawat/bidan)
Jadi, jumlah tenaga yang diperlukan = tenaga yang tersedia + faktor koreksi= 12,5 + 3,4 +
3,9 = 19,8 (dibulatkan menjadi 20 orang perawat/bidan)
METODE DOUGLAS
Untuk pasien rawat inap, Douglas (1984) menyampaikan standar waktu pelayanan
pasien rawat inap sebagai berikut :
1) Perawatan minimal memerlukan waktu : 1 - 2 jam/24 jam
2) Perawatan intermediet/parsial memerlukan waktu : 3 - 4 jam/24 jam
3) Perawatan maksimal/total memerlukan waktu : 5 - 6 jam/24 jam
Dalam penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori tersebut di atas adalah
sebagai berikut :
a. Kategori I : Self Care / Perawatan Mandiri (Minimal)
Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri, penampilan secara umum baik, tidak
ada reaksi emosional, pasien memerlukan orientasi waktu, tempat dan pergantian shift,
tindakan pengobatan biasanya ringan dan simpel.
Asuhan keperawatan minimal mempunyai kriteria sebagai berikut ::
1. Kebersihan diri, mandi ganti pakaian dilakukan sendiri
2. Makan dan minum dilakukan sendiri
3. Ambulansi dengan pengawasan
4. Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap jaga (shift)
5. Pengobatan minimal dengan status psikologis stabil
6. Persiapan prosedur memerlukan pengobatan
METODE GILLIES
Gillies (1989) mengemukakan rumus kebutuhan tenaga keperawatan di satu unit perawatan
adalah sebagai berikut :
Keterangan :
A = rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari
B = rata-rata jumlah pasien /hari
C = Jumlah hari/tahun
D = Jumlah hari libur masing-masing perawat
E = jumlah jam kerja masing-masing perawat
Gillies (1994) mengemukakan rumus Kebutuhan Tenaga Keperawatan adalah sebagai
berikut :
Keterangan :
TP : Tenaga Perawat
A : Rata-rata jam perawatan/hari
B : Sensus harian rata-rata (Rumus sensus harian : TT x BOR)
C : Jumlah hari libur
365 : Jumlah hari kerja selama setahun
Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada klien meliputi : aktifitas, pengobatan serta
tindak lanjut pengobatan.
- Menurut Mayer dalam Gillies (1994), waktu yang dibutuhkan untuk pendidikan
kesehatan / penyuluhan kesehatan ialah 15 menit/klien/hari = 0,25 jam/klien/hari
- Rata-rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatu unit berdasarkan rata-
ratanya atau menurut “Bed Occupancy Rate” (BOR) dengan rumus :
METODE SWANSBURG
METODENINA
Nina (1990) menggunakan 5 tahapan dalam menghitung kebutuhan tenaga adalah
sebagai berikut :
1) Tahap I Hitung A : Jumlah jam perawatan dalam 24 jam per pasien.
2) Tahap II Hitung B : A x TT.
3) Tahap III Hitung C : Jumlah jam perawatan seluruh pasien selama 1 tahun. (C = B x 365)
4) Tahap IV Hitung D : Jumlah perkiraan realistis jam perawatan yang perawatan yang
dibutuhkan selama 1 tahun.(D = C x BOR / 80)
5) Tahap V Diperoleh E : Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan. (E = D / 1878)
Hari efektif – 52 dan jam kerja.
Efektif per hari (8 – 2 jam).
Prinsip perhitungan rumus ini adalah sama dengan rumus dari Gillies (1989) diatas,
tetapi ada penambahan pada rumus ini yaitu 25% untuk penyesuaian (sedangkan angka 7
pada rumus tersebut adalah jumlah hari selama satu minggu).
METODE RASIO
Metode ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai denominator personal yang
diperlukan. Metode ini paling sering digunakan karena sederhana dan mudah. Metode ini
hanya mengetahui jumlah personal secara total tetapi tidak bisa mengetahui produktivitas
SDM rumah sakit, dan kapan personal tersebut dibutuhkan oleh setiap unit atau bagian
rumah sakit yang mebutuhkan. Bisa digunakan bila : kemampuan dan sumber daya untuk
perencanaan personal terbatas, jenis, tipe, dan volume pelayanan kesehatan relatif stabil.
Tujuan dari metode ini adalah merencanakan kebutuhan tenga kesehatan dengan
membandingkan ketersediaan tempat tidur di unit-unit perawatan sesuai dengan tipe
institusi layanan kesehatan yang tersedia.Cara perhitungan ini masih ada yang
menggunakan, namun banyak rumah sakit yang lambat laun meninggalkan cara ini
karena adanya beberapa alternatif perhitungan yang lain yang lebih sesuai dengan kondisi
rumah sakit dan profesional.
Cara rasio yang umumnya digunakan adalah berdasarkan surat keputusan Menkes
R.I. Nomor 262 tahun 1979 tentang ketenagaan rumah sakit, dengan standar sebagai
berikut :
Peraturan Menkes RI No. 262/Menkes/Per/VII/1979
Tipe RS TM/TT TPP/TT TPNP/TT TNM/TT
A dan B 1 / (4 – 7) (3 – 4) / 2 1/3 1/1
C 1/9 1/1 1/5 3/4
D 1 / 15 1/2 1/6 2/3
Khusus Disesuaikan Disesuaikan Disesuaikan Disesuaikan
Keterangan :
TM = Tenaga Medis
TT = Tempat Tidur
TPP = Tenaga Para Medis Perawatan
TPNP = Tenaga Para Medis Non Perawatan
TNP = Tenaga Non Medis
B. RAWAT JALAN
Dasar perhitungan jumlah tenaga untuk Rawat Jalan adalah sebagai berikut :
a) rata-rata jumlah pasien perhari
b) Jumlah jam perawatan perhari
Formula Rawat Jalan :
METODE NEED
Cara ini dihitung berdasarkan kebutuhan menurut beban kerja yang diperhitungkan
sendiri dan memenuhi standar profesi. Untuk menghitung seluruh kebutuhan tenaga,
diperlukan terlebih dahulu gambaran tentang jenis pelayanan yang diberikan kepada
klien selama di Rumah Sakit. Diskripsi tentang pelayanan yang diberikan kepada pasien.
Misalnya saja untuk klien yang berobat jalan, ia akan melalui/mendapatkan pelayanan,
antara pembelian karcis, pemeriksaan perawat/dokter, penyuluhan, pemeriksaan
laboratorium, apotik dan sebagainya. Kemudian dihitung standar waktu yang diperlukan
agar pelayanan itu berjalan dengan baik. (Hudgin’s 82).
Menurut Hundgins (1992) menggunakan standar waktu pelayanan pasien adalah
sebagai berikut :
Tugas Lama waktu (menit) untuk Pasien
Baru Lama
Pendaftaran 3 4
Pemerikasaan dokter 15 11
Pemeriksaan asisten dokter 18 11
Penyuluhan 51 0
Laboratorium 5 7
Dasar perhitungan jumlah tenaga di Unit Gawat Darurat adalah sebagai berikut :
a) Rata-rata jumlah pasien perhari
b) Jumlah jam perawatan perhari
c) Jam efektif perhari
METODE DEMAND
Cara demand adalah perhitungan jumlah tenaga mennurut kegiatan yang memang
nyata dilakukan oleh perawat. Konversi Kebutuhan Tenaga adalah seperti pada
perhitungan cara Need.
Menurut Tutuko (1992) setiap klien yang masuk Ruang Gawat Darurat dibutuhkan
waktu sebagai berikut :
* Untuk Kasus Gawat Darurat : 86,31 menit 87 menit
* Untuk Kasus Mendesak : 71,28 menit 71 menit
* Untuk Kasus Tidak Mendesak : 33,69 menit 34 menit
D. KAMAR OPERASI
METODESTANDAR KETENAGAAN PERAWAT DAN BIDAN DI RUMAH SAKIT
Pedoman cara perhitungan kebutuhan tenaga perawat dan bidan menurut direktorat
pelayanan keperawatan Dirjen Yan-Med Depkes RI (2001) dengan memperhatikan unit
kerja yang ada pada masing-masing rumah sakit. Model pendekatan yang digunakan
adalah sebagai berikut :