Pedoman Gabah Dan Beras 2014 PDF
Pedoman Gabah Dan Beras 2014 PDF
Buku Pedoman Pelaksanaan Pemantauan Harga Produsen Gabah dan Beras 2014
merupakan acuan dan petunjuk bagi petugas lapangan dalam pemantauan harga produsen gabah
dan beras beserta kualitasnya di daerah. Buku ini menjelaskan tentang tujuan, metodologi, konsep
dan definisi, analisis mutu gabah dan beras, tata cara pengisian daftar, dan sistem penyusunan dan
pengiriman laporan yang berkaitan dengan operasional pemantauan harga produsen gabah dan
beras di lapangan.
Di samping itu, buku ini mencantumkan lokasi sampel kabupaten/kecamatan terpilih
pemantauan harga produsen gabah dan beras sebagai panduan bagi BPS Propinsi/BPS
Kabupaten baik dalam pengumpulan data maupun dalam melakukan pengawasan terhadap
ketepatan waktu dan ketelitian hasil pelaksanaan di masing-masing daerah.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan buku ini.
Akhirnya kepada seluruh petugas lapangan diucapkan " Selamat Bekerja".
Yunita Rusanti
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.
iii
1.
2.
3.
4.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..
1.2. Tujuan .
METODOLOGI
2.1. Waktu Pencatatan . ..
11
3.2
13
15
4.1.2.
16
4.1.3.
21
4.1.4.
22
iii
4.2.
24
4.2.2.
24
4.2.3.
24
5. PEDOMAN PENGISIAN
5.1. Tata Cara Pengisian Daftar HP-G..
25
33
37
42
LAMPIRAN
45
iv
23
Tabel 2.
23
Tabel 3.
43
Tabel 4.
43
Tabel 5.
43
Gambar 1.
39
Gambar 2.
40
Gambar 3.
41
Gambar 4.
44
Lampiran 1.
45
Lampiran 2.
61
Lampiran 3.
67
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
71
73
74
75
iv
1
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Demikian juga dengan Peran komoditas beras yang sangat strategis telah
mendorong Pemerintah untuk berusaha mengambil langkah-langkah yang diperlukan
secara terkoordinasi dan terintegrasi dengan membuat dan melaksanakan kebijaksanaan
perberasan melalui inpres no. 8 tahun 2011 tentang Kebijakan Pengamanan Cadangan
Beras yang Dikelola oleh Pemerintah dalam Menghadapi Kondisi Iklim Ekstrim. Inpres yang
mulai dikeluarkan tanggal 15 April 2011, mengintruksikan pembelian beras oleh BULOG
dalam rangka pengamanan cadangan beras yang dikelola oleh Pemerintah, dilakukan
dengan memperhatikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) dan harga pasar yang dicatat
oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Undang-undang No. 16/1997 tentang Statistik dan Peraturan Pemerintah (PP) No.
51/1999 tentang Penyelenggaraan Statistik menyatakan bahwa Badan Pusat Statistik
(BPS) berkewajiban menyediakan statistik dasar. Dengan undang-undang, PP dan Inpres
tersebut BPS melalui Subdirektorat Statistik Harga Produsen secara kontinu menyediakan
data harga gabah dan beras di penggilingan dengan melaksanakan Survei Pemantauan
Harga Produsen Gabah (HPG) dan Survei Pemantauan Harga Produsen Beras di
Penggilingan (HPBG).
1.2.
TUJUAN
Kegiatan pemantauan harga produsen gabah dimaksudkan untuk melakukan
pemantauan dan pengumpulan data harga produsen gabah dan kualitas gabah di tingkat
petani dan di tingkat penggilingan selama tahun 2014. Informasi harga yang diperoleh di
lapangan, digunakan sebagai sistem peringatan dini (early warning system) dalam rangka
pengamanan Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Hasilnya dapat digunakan sebagai data
operasional bagi berbagai pihak yang berkepentingan, misalnya Perum Bulog.
Survei Pemantauan Harga Produsen Beras di Penggilingan (HPBG) diperlukan untuk
merekam variabilitas data harga beras dari berbagai kualitas beras di tingkat penggilingan.
Hasil survei ini dapat menyediakan data harga yang valid sebagai referensi atau
rekomendasi kepada pemerintah guna menentukan patokan harga maksimum pembelian
beras oleh BULOG dan juga memberikan informasi dalam rangka ketersediaan pangan
bagi konsumen. Sehingga bisa memberikan langkah antisipatif oleh pihak yang
berkepentingan terhadap transaksi harga beras demi menjaga stabilitas harga beras dan
meningkatnya kesejahteraan petani.
1.3.
RUANG LINGKUP
1. Pemantauan harga produsen gabah tahun 2014 dilaksanakan di 25 provinsi di
Indonesia (tidak termasuk Sumatera Selatan, Bengkulu, Bangka Belitung, Kepulauan
Riau, DKI Jakarta, Gorontalo, Maluku, dan Maluku Utara).
2. Monitoring harga beras dilakukan di unit penggilingan di 26 provinsi terpilih di Indonesia
yang memiliki potensi produksi padi, gabah dan beras yang cukup besar (tidak termasuk
Bengkulu, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Gorontalo, Maluku, dan
Maluku Utara).
3. Wilayah pencacahan harga produsen gabah mencakup
kecamatan sampel, terdiri dari
91 kecamatan
2
METODOLOGI
2.1.
WAKTU PENCATATAN
Pengumpulan data harga produsen gabah dilakukan dengan pencatatan
mingguan dan bulanan. Pencatatan mingguan dilakukan jika terjadi panen raya pada
wilayah sampel terpilih. Pada musim panen raya biasanya produksi padi berlimpah dan
banyak transaksi penjualan gabah oleh petani. Kondisi ini menjadi penyebab gejolak harga
gabah di pasaran, sehingga fluktuasi harga perlu dipantau secara lebih intensif. Secara
umum, waktu panen raya berbeda antar lokasi sampel/kecamatan. Informasi tentang panen
raya biasanya berasal dari laporan petugas tingkat kecamatan. Sedangkan pencatatan
bulanan dilakukan tiap tanggal 10-15 tiap bulan. Pencatatan bulanan ini diterapkan pada
saat panen raya berakhir atau tidak ada panen.
Pengumpulan data harga beras di penggilingan dilakukan dengan dua sistem
pendekatan pencatatan, yakni pertama, dengan sistem kunjungan dan wawancara secara
langsung ke lokasi unit penggilingan terpilih. Pada sistem pertama, data diperoleh hanya
berdasarkan pengakuan atau jawaban responden. Sedangkan untuk yang kedua,
pencatatan berdasarkan hasil observasi dan pengukuran yang dilakukan oleh pencacah itu
sendiri dengan bantuan alat ukur tester dan timbangan.
Kegiatan monitoring harga dilakuan secara bulanan, yakni setiap tanggal 10 - 15.
Secara umum, guna efisiensi pelaksanaan survei, jadwal kegiatan lapangan mengikuti
jadwal monitoring harga produsen gabah.
2.2.
PENENTUAN RESPONDEN
Dari 25 provinsi yang menjadi lokasi Pemantauan Harga Produsen Gabah, terpilih
158 Kabupaten yang menjadi sentra produksi padi. Dari 158 kabupaten, terpilih 244
Kecamatan sampel tetap yang menjadi sentra produksi padi, disamping itu masih bisa
dipilih 91 kecamatan sampel berpindah (mobile). Setiap kecamatan sampel, dipilih 3 (tiga)
responden yang berasal dari desa berbeda sebagai nara sumber pengumpulan data harga.
Responden adalah petani
setempat (kemudian diwakili tiga petani yang menjual gabah terbesar di antara petani lain di
sekitarnya). Diutamakan petani yang sedang/baru menjual hasil produksi gabah sehingga
pengambilan sampel lebih mudah karena gabah hasil transaksi belum mengalami
perubahan kualitas. Hal ini bertujuan agar Kadar Air (KA) dan Kadar Hampa/Kotoran (KH)
yang dicatat mencerminkan keadaan pada saat transaksi terjadi.
Guna memberikan gambaran tingkat harga yang berlaku umum di suatu lokasi
sampel, terdapat beberapa hal penting yang harus dihindari dalam proses pencatatan
adalah sebagai berikut:
1.
Petani penderep (buruh tani yang mendapatkan upah panen dalam bentuk gabah/
natura).
2.
Petani yang menjual gabah dalam jumlah yang relatif kecil menurut ukuran setempat.
3.
4.
5.
6.
Petani yang menjual gabah sebelum waktu panen (diijonkan) atau yang diborongkan
/ditebaskan.
Catatan: Responden petani diharapkan mereka yang melakukan sistem panen sendiri,
kecuali di provinsi Bali, selain panen sendiri diperbolehkan juga responden petani tebasan
apabila memang dominan.
Pada pemantauan harga produsen beras dalam satu kecamatan, dipilih 2 (dua)
sampel penggilingan yang berasal dari desa berbeda sebagai narasumber pengumpulan
data harga. Dalam proses penentuan kabupaten/kecamatan terpilih, perlu diperhatikan
beberapa kriteria sebagai bahan pertimbangan, antara lain:
1.
2.
Kecamatan tersebut memiliki kapasitas produksi beras relatif besar dan daya serap
beras tinggi dibandingkan kecamatan lainnya,
3.
dengan memperhatikan pertimbangan dari BPS Provinsi. Jika tidak menemukan maka
dapat diganti dengan kabupaten/kecamatan lain yang dianggap memenuhi kriteria di atas.
Kriteria dalam menentukan penggilingan sebagai responden adalah penggilingan
menetap yang menghasilkan kapasitas beras yang digiling paling banyak menurut ukuran
setempat dan yang terus kontinu menggiling serta melakukan penjualan.
Untuk memperoleh data harga jual yang berlaku umum di suatu lokasi sampel,
terdapat beberapa hal penting yang harus dihindari dalam proses pencatatan yaitu
sebagai berikut:
1. Penggiling yang hanya memberikan jasa menggiling saja tapi tidak menjual (maklon)
2. Penggiling yang menggiling dan menjual beras dalam jumlah yang relatif kecil menurut
ukuran setempat.
3. Penggiling yang menjual kepada keluarga/famili/kerabat sendiri.
4. Penggiling yang menjual kepada pedagang eceran
5. Penggiling yang menjual secara mendadak untuk memenuhi kebutuhan mendesak.
6. Penggiling yang tidak kontinu memproduksi/menggiling beras
7. Penggiling keliling
Apabila terjadi yang demikian, maka perlu ada pergantian sampel responden dalam
kecamatan yang sama, atau di kecamatan yang lain. Pergantian sampel harus dilaporkan
ke BPS Pusat.
2.3.
2.4.
PENGUMPULAN DATA
Data yang dikumpulkan meliputi nama responden/desa, kode lokasi tempat
dilakukannya pemantauan (kecamatan), data harga transaksi petani, ongkos angkut ke
penggilingan terdekat yang melakukan pengadaan, serta kualitas dan varietas gabah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh petugas adalah sebagai berikut:
1.
2.
Ketelitian dalam menentukan mutu/kualitas gabah (kadar air dan kadar lainnya)
berdasarkan sampel gabah yang dicatat.
3.
Data mengenai ongkos angkut gabah dari tempat transaksi petani ke penggilingan
terdekat dapat diperoleh dengan cara :
a)
b)
c)
Apabila petani dan tengkulak setempat juga tidak mengetahui, maka dapat
ditanyakan kepada petugas dari penggilingan setempat.
2.5.
LOKASI PENCATATAN
Lokasi pencatatan harga produsen gabah sebanyak 335 kecamatan sampel yang
tersebar di 25 provinsi dan dibedakan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu:
1. Kecamatan sampel tetap (fixed sample) sebanyak 244 kecamatan, ditentukan oleh BPS
RI berdasarkan masukan Tim Pemantauan Harga Gabah.
2. Kecamatan sampel tidak tetap (mobile sample) sebanyak 91 kecamatan, ditentukan
oleh BPS Daerah.
Dalam proses penentuan kecamatan terpilih, perlu diperhatikan beberapa kriteria
sebagai bahan pertimbangan, antara lain:
1.
Kecamatan tersebut memiliki luas panen yang cukup besar dibandingkan kecamatan
lain selama periode pencatatan yang ditetapkan.
2.
Kecamatan tersebut memiliki kelebihan produksi yang dapat dijual (marketable surplus)
paling besar dibandingkan kecamatan lainnya.
3.
2.6.
ORGANISASI LAPANGAN
1.
Kepala BPS Provinsi dan BPS Kabupaten bertanggung jawab atas kualitas data
pemantauan harga produsen gabah dan beras di penggilingan, dan kelancaran
pelaksanaan di lapangan dan pengiriman hasilnya ke BPS Pusat/BPS Provinsi.
2.
Kepala Bidang Statistik Distribusi di BPS Provinsi dan Kepala Seksi Statistik Distribusi
di BPS Kabupaten bertanggung jawab atas pengawasan/pemeriksaan hasil
pengumpulan data harga gabah dan harga beras di penggilingan, kebenaran isian,
serta pembekalan petunjuk teknis dan operasional secara berkala kepada pencacah
dan petugas lapangan lainnya.
3.
di kecamatan sampel tetap, dan staf BPS Kabupaten yang ditunjuk dari
10
3
KONSEP DAN DEFINISI
3.1
Ongkos angkut adalah biaya yang ditanggung oleh petani untuk mengangkut gabah dari
tempat terjadinya transaksi ke lokasi unit penggilingan terdekat yang melakukan
pengadaan gabah. Ongkos ini sudah termasuk biaya bongkar/muat gabah dan sewa
kendaraan.
11
b.
Ongkos lainnya adalah biaya lainnya (selain ongkos angkut) yang harus dikeluarkan oleh
petani selama perjalanan dari tempat terjadinya transaksi ke lokasi unit penggilingan
terdekat, misalnya retribusi, konsumsi, dan lain sebagainya. Biaya ini bisa tidak ada
(isian nol).
KELOMPOK KUALITAS
Berdasarkan Inpres tahun 2012, kualitas gabah dibedakan ke dalam 2 (dua) kelompok,
yaitu :
a)
12
hampa/kotoran maksimum 3,0 persen.
b)
2.
KOMPONEN MUTU
Beberapa pengertian yang berkaitan dengan mutu gabah terdiri dari 3 (tiga) komponen
masing-masing adalah sebagai berikut :
a)
b)
Butir Hampa
Butir gabah yang tidak berkembang secara sempurna akibat serangan hama,
penyakit, atau sebab lain sehingga tidak berisi butir beras meskipun kedua tungkup
sekamnya tertutup ataupun terbuka. Butir gabah setengah hampa tergolong dalam
butir hampa.
c)
Kotoran
Segala benda asing yang tidak tergolong bagian dari gabah, misalnya debu, butiran
tanah, butiran pasir, batu kerikil, potongan kayu, potongan logam, tangkai padi,
biji-bijian lain, bangkai serangga, dan lain sebagainya. Termasuk dalam kategori
kotoran adalah butiran gabah yang telah terkelupas (beras pecah kulit) dan gabah
patah.
3.2
PENGGILINGAN
Tempat usaha mengubah gabah menjadi beras
BERAS
Hasil utama yang diperoleh dari proses penggilingan gabah hasil tanaman padi (Oryza Sativa
Linaeus) yang seluruh lapisan sekamnya terkelupas dan seluruh atau sebagian lembaga dan
lapisan bekatulnya telah dipisahkan
13
LAPISAN BEKATUL
Lapisan terluar beras pecah kulit
DERAJAT SOSOH
Tingkat terlepasnya lapisan bekatul dan lembaga dari butir beras
DERAJAT SOSOH 95%
Tingkat terlepasnya sebagian besar lapisan bekatul, lembaga dan sedikit endosperm dari
butir beras sehingga sisa yang belum terlepas sebesar 5%
KADAR AIR BERAS (KA)
Jumlah kandungan air di dalam butir beras yang dinyatakan dalam satuan persen dari berat
basah (wet basis).
BUTIR BERAS PATAH/PECAH (BROKEN)
Butir beras baik sehat maupun cacat yang mempunyai ukuran lebih besar dari 0,25 sampai
dengan lebih kecil 0,75 dari butir beras utuh (berdasarkan SNI 628 : 2008; Beras, BSN).
BUTIR BERAS MENIR
Butir beras baik sehat maupun cacat yang mempunyai ukuran lebih kecil dari 0,25 bagian
butir beras utuh
14
4
ANALISIS MUTU
4.1. PEMANTAUAN HARGA PRODUSEN GABAH
Dalam pemasaran gabah, varietas dan kualitas merefleksikan besaran harga di
pasaran. Adapun kualitas ditentukan oleh beberapa komponen mutu, yang relatif
dipengaruhi oleh perlakukan sebelum, saat, dan pasca panen ataupun keadaan alam
sekitar. Untuk mengantisipasi masalah kualitas, dalam pencatatan data harga dilakukan
analisis mutu terhadap komponen kadar air, kadar hampa, dan kadar kotoran. Dalam bab
ini dijelaskan peralatan dan tatacara untuk memenuhi analisis mutu gabah.
4.1.1.
1.
2.
3.
Baki analisis
Digunakan untuk menampung contoh analisis, sekaligus melakukan analisis pilih tangan.
4.
Neraca/timbangan
Digunakan 2 (dua) macam tipe yakni timbangan berkapasitas maksimal 200 gram
dengan tingkat akurasi 0,1 gram dan berkapasitas maksimal 2,5 kg dengan tingkat
akurasi 0,2 gram jika sampel dalam jumlah relatif besar.
5. Pinset
Digunakan sebagai alat bantu analisis pilih tangan, misalnya mengambil atau
memisahkan komponen mutu kotoran.
6. Piring kecil
15
Digunakan untuk menampung tiap komponen mutu yang telah dipilih dari baki analisis.
7. Sendok
Digunakan sebagai alat bantu pengambilan contoh/sampel pada saat penimbangan
komponen mutu.
8. Kantong plastik
Digunakan untuk menampung sampel dan komponen mutu hasil analisis.
Bila jarum penunjuk tidak berada pada garis hitam sebelah kiri yang
menunjukkan titik nol, aturlah jarum tersebut agar berada pada titik nol dengan
cara memutar baut di bawah skala dengan obeng ke kanan atau ke kiri sehingga
tepat pada jarum penunjuk.
2)
Tekanlah tombol merah dan putarlah tombol "ADJ" searah dengan tanda panah,
lalu aturlah jarum agar berada pada garis ujung merah pada posisi 19%/30%.
Bila jarum penunjuk tidak mau bergerak ke garis merah sebelah kanan berarti
voltase baterai lemah dan baterai harus diganti. Penyetelan alat ini harus di
tempat yang datar/horizontal agar posisi jarum penunjuk betul-betul berada di titik
yang dikehendaki.
b)
Bila kadar air bahan yang akan kita ukur diperkirakan kurang dari 19%,
putarlah tombol kadar air pada posisi 19%.
Bila kadar air bahan yang akan kita ukur diperkirakan lebih dari 19% putarlah
tombol kadar air pada posisi 30%.
16
2)
Letakkan contoh gabah yang akan diukur kadar airnya pada piring contoh
dengan menggunakan sendok, pinset, atau alat lain. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pengambilan contoh:
3)
Masukkan piring contoh yang sudah terisi gabah ke dalam lubang alat ini sampai
pada ujungnya.
4)
Putarlah tombol pemecah gabah ke arah kanan, searah jarum jam sampai cukup
kencang/berhenti.
5)
Perhatikan tombol:
9
Bila tombol di tengah berada pada posisi 19%, skala yang dibaca adalah
skala bagian bawah.
Bila tombol di tengah berada pada posisi 30%, skala yang dibaca adalah
skala bagian atas.
6)
Koreksilah angka persentase (%) yang tertera dengan angka yang tercetak pada
suhu kompensator. Suhu kompensator menunjukkan nilai nol di tengah, di
sebelah kanan plus (+) dan di sebelah kiri minus (-).
Contoh 1:
Skala yang tertera
15,2%
-0,3%
14,9%
10,4%
+0,3%
10,7%
Pembersih alat
Setiap kali alat-alat tersebut habis dipakai, seperti piring contoh beserta
permukaannya, lubang tempat memasukkan piring contoh dan titik kontak baterai
harus dibersihkan dengan sikat yang disediakan.
Perhatian:
1)
Berhati-hatilah pada waktu memutar tombol pemecah gabah. Bila tombol tersebut
17
diputar ke kanan, posisi harus horisontal. Peganglah dengan tangan kiri baik-baik
dan putarlah tombol tersebut ke kanan sampai berhenti.
2)
Berhati-hatilah dalam membaca skala. Karena sesuatu hal, jarum penunjuk yang
sangat sensitif ini mungkin sedikit bergeser ke kanan setelah tombol pemecah
gabah diputar sampai berhenti. Untuk mengatasi hal tersebut, bacalah jarum
penunjuk pada saat tidak bergoyang kira-kira sepuluh detik setelah tombol
pemecah gabah diputar sampai berhenti.
3)
Alat pengukur kadar air ini, beserta contoh yang akan diukur, jangan
diletakkan/digunakan di bawah sinar matahari langsung. Dengan demikian
proses pengukuran harus dilakukan di suatu tempat teduh sehingga suhu
udara tidak berpengaruh.
Suhu pada alat pengukur kadar air dan suhu kompensator harus sama.
Sesuaikan pula suhu kompensator dengan udara di sekitar alat pengukur
tersebut.
4)
Frekuensi pengukuran:
Untuk penghitungan yang lebih akurat, contoh gabah yang akan diukur tidak
berasal tidak dari satu tumpukan. Dari pengukuran 3 (tiga) kali hasilnya
dirata-ratakan.
5)
Untuk mengukur contoh bahan yang mempunyai kadar air tinggi dan contoh
bahan yang mempunyai kadar air rendah, harus menggunakan piring contoh
yang berbeda demi mencegah pengaruh kelembaban. Bila piring contoh yang
sama akan digunakan lagi maka harus dibersihkan dengan kain kering terlebih
dahulu.
Putar dan letakkan piring skala (scale disc) pada tanda 5 (segi tiga angka 5) dari
skala normal/biasa. Aturlah penunjuk jarumnya agar berada di tengah indicator
scale, dengan jalan menekan tombol merah dan hitam sekaligus, sambil
memutar sekrup yang ada di samping alat ini dengan memakai batang hitam
18
pada tas kulit (lihat adjustment). Kemudian tekan sekali lagi tombol merah dan
hitam sekaligus. Bila penunjuk jarum tetap pada posisi di tengah berarti alat ini
siap dipakai.
2)
Pengaturan alat biasanya hanya satu kali sehari, tetapi bilamana letaknya sering
dipindah-pindahkan alat tersebut harus distel kembali.
b)
Timbang contoh gabah seberat 100 gram bila diperkirakan kadar airnya kurang
dari 22% dan 65 gram bila diperkirakan kadar airnya lebih besar dari 22%.
2)
3)
Tekan tombol yang hitam saja beberapa kali sambil memutar piring skala agar
penunjuk jarum tepat berada di tengah kembali dan baca hasilnya pada piring
skala tersebut. Angka yang didapat langsung menunjukkan persentase (%) kadar
air gabah yang diukur.
4)
5)
Untuk mendapatkan angka persentase kadar air yang akurat pengukuran ini
perlu dilakukan paling sedikit 3 (tiga) kali kemudian diambil rata-ratanya.
c)
Pengecekan baterai
Letakan piring skala pada angka 6,5 dari skala normal/biasa. Tekan tombol merah
dan hitam sekaligus. Bila baterai masih berfungsi dengan baik, maka jarum penunjuk
akan menyimpang jauh ke kanan.
d)
e)
19
2)
Setelah contoh biji-bijian dimasukkan ke dalam Cera Tester, alat tersebut tidak
boleh diangkat atau digoyang untuk mencegah kemampatan atau kepadatan
setelah proses penuangan.
3)
Harap dijaga agar timbangan dan piring timbang jangan tertukar dengan alat
yang lain.
Menyetel alat
Langkah pertama adalah menekan tombol POWER. Setelah tombol Power ditekan
maka akan nampak semua indikator, nomor, nama produk, TIMES dan %
selama kurang lebih 3 detik. Jika tidak nampak semua indikator maka ada
permasalahan pada alat ini.
b)
c)
siapkan dulu
sampel
Lepaskan corong dengan cara menggeser dari tepi mangkok untuk peres
(meratakan permukaan gabah), sehingga sampel gabah pas penuh pada mangkok.
d)
20
hasil pengukuran ini. Jika penuangan sampel gabah tidak merata di setiap sisi
keliling dan kurang atau melebihi dari waktu 5-6 detik, maka hasilnya tidak sesuai
dengan prosedur kandungan kadar airnya.
e)
f)
Guna mempertahankan ketepatan dan keseragaman dalam pencatatan, ketiga alat ukur di atas
harus dilakukan kalibrasi (tera ulang) tiap akhir tahun ke BMKG.
4.1.3.
b)
Timbang sampel gabah yang akan dianalisis kadar hampa/kotorannya sebanyak 100
gram atau 50 gram.
c)
Tuang ke dalam ayakan slot lebar 1.7 mm untuk gabah tipe gemuk (misalnya Cisadane
dan sejenisnya); lebar 1,6 mm untuk gabah tipe ramping (misal IR dan sejenisnya).
d)
Tutup dan ayak searah dengan panjang slot selama 2 (dua) menit sambil diputar balik.
e)
Buka tutupnya jika ada potongan atau tangkai daun padi yang panjang/lebar kemudian
ambil dengan pinset/tangan dan satukan dengan gabah hampa/kotoran yang lolos dalam
wadahnya.
f)
Timbang semua gabah hampa/setengah hampa, potongan batang, tangkai dan daun
21
padi, kotoran, debu, pasir dan kerikil yang lolos pada butir (e) di atas.
g)
h)
4.1.4.
diberikan ilustrasi mengenai penentuan harga gabah di tingkat petani berdasarkan transaksi
yang terjadi di lapangan.
Dasar Perhitungan
1)
2)
Kadar air
: maksimum 14,00%
Tabel HPP menurut kelompok kualitas gabah pada berbagai kadar air dan
hampa + kotoran
Sebagai contoh, seorang petani menjual gabah kepada si A dengan harga = Rp 4.100,- per kg.
Setelah dilakukan pengukuran komponen mutunya diketahui sebagai berikut :
Kadar air
: 15,02 %
4,12 %
Sedangkan penentuan kelompok kualitas, HPP, harga gabah, dan ongkos yang terjadi dari
transaksi di atas antara lain sebagai berikut:
a) Dari tabel kelompok kualitas, gabah yang berkadar air 15,02 % dan kadar
hampa/kotoran 4,12%, termasuk kelompok kualitas Gabah Kering Panen (GKP). HPP
untuk GKP adalah Rp 3.300,-/Kg di tingkat petani dan Rp 3.350,-/Kg di tingkat
penggilingan.
TABEL 1. PEDOMAN KELOMPOK KUALITAS GABAH
Kadar Hampa/
Kotoran
(%)
22
14,01 - 25,00
> 25,00
3,00
GKG
GKP
---
3,01 10,00
GKP
GKP
---
> 10,00
---
---
---
GKG
GKP
Penggilingan
Petani
Penggilingan
14,00%
3,00%
25,00%
10,00%
25,00%
10,00%
4.150,-
3.300,-
3.350,-
23
Premium I
Broken maximum 5 %
Premium II
Broken 5,1 - 10 %
Gabungan Premium I + II
Broken maximum 10 %
Medium
Broken 10,1 20 %
Rendah
Broken 20,1 25 %
Luar kualitas
Broken di atas 25 %
24
5
PEDOMAN PENGISIAN
5.1. TATA CARA PENGISIAN DAFTAR HP-G
Untuk Survei Pemantauan Harga Produsen Gabah tahun 2014 digunakan Daftar HP-G,
berisi pertanyaan tentang beberapa variabel yang dapat dikelompokkan ke dalam 4 (empat)
blok meliputi 1). Keterangan tempat dan periode pencacahan, 2). Keterangan pencacahan, 3).
Catatan, dan 4). Hasil pemantauan transaksi gabah.
BLOK I. KETERANGAN TEMPAT DAN PERIODE PENCACAHAN
Blok ini digunakan untuk mencatat keterangan tempat/wilayah, bulan dan periode
pencacahan.
BLOK II. KETERANGAN PENCACAHAN
Blok ini digunakan untuk mencatat petugas pencacah dan pemeriksa.
BLOK III. CATATAN
Blok ini digunakan untuk mencatat hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan survei dan
dianggap penting.
BLOK IV. HASIL PEMANTAUAN TRANSAKSI GABAH
Blok ini digunakan untuk mencatat harga dan karakteristik gabah yang diproduksi dan
dijual petani serta karakteristik petani dan situasi panen gabah di sekitar lokasi pencatatan.
Urutan tata cara pengisian daftar HP-G antara lain :
1. TATA TERTIB PENGISIAN DAFTAR
a) Setiap set Daftar HP-G dapat digunakan untuk mencatat 1 - 5 responden/petani
penjual gabah. Dalam situasi panen raya bisa saja lebih dari 5 responden.
b) Daftar HP-G diisi oleh pencacah sesuai dengan wilayah kerjanya.
c) Pengisian daftar harus menggunakan pensil hitam.
d) Isian harus ditulis dengan huruf balok/kapital dengan benar, jelas, dan dapat dibaca.
e) Isian tidak boleh diisi dengan singkatan.
25
f)
Pemindahan angka ke kotak yang disediakan harus mengikuti aturan penuh tepi
kanan (right justified).
g) Lingkari atau pilih jawaban yang telah tersedia sesuai dengan keadaan di lapangan
pada saat observasi, dan kemudian pindahkan kodenya ke kotak di sebelah kanan.
2. CARA PENGISIAN DAFTAR
BLOK I. KETERANGAN TEMPAT DAN PERIODE PENCACAHAN
Rincian (1) s.d (3): Tuliskan nama Provinsi, Kabupaten, dan Kecamatan dengan
huruf kapital/balok, kemudian isikan kodenya pada kotak di bawahnya.
Rincian (4): Bulan
Tuliskan bulan pencacahan pada saat observasi dan pindahkan dalam bentuk
angka ke kotak di bawahnya.
Rincian (5): Periode pencacahan
Lingkari salah satu periode pencacahan pada saat observasi dan pindahkan ke
kotak di sebelah kanan.
Rincian (6) : Tahun
Tuliskan tahun pencacahan pada saat observasi dan pindahkan dalam bentuk
angka ke kotak di bawahnya.
Contoh:
Transaksi penjualan gabah dilakukan di Provinsi Banten, Kabupaten Pandeglang,
Kecamatan Munjul, bulan September 2014 setelah panen berakhir.
I. KETERANGAN TEMPAT DAN PERIODE PENCACAHAN
1. PROVINSI
BANTEN
.
2. KABUPATEN
4. BULAN
MUNJUL
SEPTEMBER
PANDEGLANG
- Minggu III
1
0
- Minggu I 1
- Minggu II 2
lingkari kode periode pencacahan yang sesuai
26
3. KECAMATAN
- Minggu IV
- Minggu V
5.
TAHUN
2014
........
4
5
*)
b).
c).
d).
2014
3 6
b. Kabupaten
PANDEGLANG
0 1
c. Kecamatan
MUNJUL
2. a. Provinsi
0 7 0
SEPTEMBER
0 9
Nomor Responden
Isi nomor urut responden sesuai dengan jumlah responden yang dipantau
pada survei ini. Apabila jumlah responden lebih dari 5, agar diisi pada
27
DULHADI
CIBITUNG
4.000,00
28
menjual gabahnya ke penggilingan terdekat.
Ongkos Angkut, isian dibulatkan dua angka di belakang koma dan dalam
satuan Rp/Kg.
Contoh:
Sewa kendaraan termasuk buruh bongkar muat 1 ton gabah dari tempat
terjadinya transaksi ke penggilingan terdekat sebesar Rp 70.000,-. Untuk
menghitung ongkos angkut ke Penggilingan = Rp 70.000,- : 1000 = Rp 70,- /
Kg.
b.
Ongkos Lainnya, isian dibulatkan dua angka di belakang koma dan dalam
satuan Rp/Kg (isian boleh kosong atau Rp 0,-).
Contoh:
Selama mengangkut gabah sebanyak 1 Ton tersebut ditengah jalan harus
bayar retribusi sebesar Rp 10.000,- dan makan + minum sebesar Rp 20.000,-.
Untuk menghitung ongkos lainnya = (Rp 10.000,- + Rp 20.000,-) : 1.000 = Rp
30,- / Kg.
9. Biaya Ke Penggilingan (Rp/Kg)
100,00
70,00
30,00
4.100,00
29
CIHERANG
11. Varietas
Rincian (12): Kadar Air (%)
Lakukan pengukuran kadar air sebanyak tiga kali dengan alat alat uji kelembaban,
baik merk Rika, Cera, maupun merk KETT yang baru, dan setelah itu hasil
pengukurannya dirata-ratakan. Tuliskan hasilnya pada tempat yang tersedia.
Isiannya dibulatkan dua angka dibelakang koma dan dalam satuan persen.
Contoh:
Pada saat observasi dilakukan pengukuran kadar air sebanyak tiga kali di
antaranya:
Pengukuran kedua
= 14,50%
Pengukuran ketiga
= 15,38%
Hasil pengukuran
Isikan dalam persentase, Kadar Hampa/Kotoran (KH) pada tempat yang tersedia.
Isian dibulatkan dalam dua angka di belakang koma.
Contoh:
Dalam penghitungan komponen mutu gabah dihasilkan butir hampa/kotoran = 4,12
%
13. Kadar Hampa/Kotoran (%)
4,12
30
Contoh:
Berdasarkan pada contoh Rincian (12) dan Rincian (13), dapat ditarik garis lurus
posisi kadar air 15,02% ke arah kanan pada posisi kadar hampa/kotoran 4,12%.
Titik temu dari kedua garis tersebut bersesuaian pada kelompok kualitas gabah.
Dalam hal ini, kualitas gabah yang diobservasi adalah GKP.
14. Kualitas Gabah Hasil Observasi
1. GKG 2. GKP 0. Luar Kualitas
3.300,00
3.350,00
KETT
31
2. - 1 Ha
3. > 1 Ha
2. Tebasan
32
2. Puncak
3. Akhir
4. Tidak ada
2. Sedang
3. Sepi
2. < 25
3. 25-50
4. > 50
33
34
Rincian (3) : Volume yang digiling selama sebulan (Ton)
Tulis perkiraan berapa banyaknya ton beras yang sudah digiling selama sebulan untuk
setiap jenis beras. Keterangan ini untuk mengetahui daya serap gabah di daerahnya
sebagai proxy produksi beras.
Rincian (4): Kadar Air (%)
Tanyakan berapa persentase Kadar Air / tingkat basah pada setiap jenis beras menurut
hasil wawancara dengan responden. Isikan sampai dua desimal di belakang koma.
Rincian (5) : Pecah / Broken (%)
Catat berdasarkan pengakuan responden, persentase butir beras patah/pecah pada
setiap jenis beras, dengan menunjukkan contoh butir beras patah pada sampel beras.
Isikan sampai dua desimal di belakang koma.
Rincian (6) : Asal Gabah
Tanyakan asal pembelian gabah untuk masing-masing jenis beras, apakah diperoleh
dari petani (kode 1), pedagang/pengumpul, (kode 2) ataukah gabungan dari keduanya
(kode 3). Tulis kodenya saja pada kolom (6).
Rincian (7) : Varietas Gabah
Tulis varietas gabah dari jenis beras yang diperjualbelikan. Nama varietas gabah bisa
berbeda dengan jenis beras. Satu jenis beras bisa juga berasal dari beberapa varietas
gabah.
Rincian (8) : Harga penjualan beras (Rp/Kg)
Tulis harga jual masing-masing jenis beras per kilogram pada saat terjadinya transaksi
penjualan beras oleh penggilingan sampel.
Rincian (9) : Stock Gabah akhir bulan yang lalu (Kg)
Tanyakan berapa kilogram stock/persediaan gabah yang dimiliki responden pada akhir
bulan sebelum bulan pencacahan. Contoh : Bulan pencacahan : September, maka yang
ditanyakan stock gabah pada akhir bulan Agustus.
Rincian (10) : Stock Beras pada bulan yang lalu (Kg)
Isikan banyaknya kilogram stock beras yang dimiliki penggilingan pada akhir bulan
sebelum bulan pencacahan.
35
36
6
SISTEM PENGIRIMAN LAPORAN
6.1
DAFTAR HP-G
Guna memenuhi standar dimensi kualitas data yang dihasilkan, penyajian laporan secara
tepat waktu merupakan hal penting disamping validitas isian data. Faktor kecepatan pengiriman
laporan dari daerah sangat berpengaruh terhadap kelancaran proses mulai dari penyiapan
kegiatan, pengolahan, evaluasi, hingga publikasi.
Sistem pengiriman laporan hasil pencatatan Survei HPG ke BPS RI dilakukan dengan 2 (dua) cara
yakni:
Pengiriman melalui media elektronik, seperti electronic mail (e-mail), faksimili dan
sejenisnya.
Setelah dilakukan pencatatan, petugas pencacah (KSK) langsung mengirimkan isian
Daftar HPG ke BPS Kabupaten, dan diteruskan ke BPS Provinsi secara berantai
hingga BPS RI. Jika di BPS Kabupaten telah tersedia fasilitas e-mail, dapat langsung
mengirimkan Blok IV nya dalam format kertas A4 ke BPS Provinsi dengan tembusan
BPS RI. Alamat pengiriman yang disediakan oleh Sub Direktorat Statistik Harga
Produsen BPS RI adalah shprod@bps.go.id. Batas waktu pengiriman paling lambat
tanggal 18 tiap bulan (data bulanan) atau hari Selasa minggu berikutnya (data
mingguan).
37
3. Pengiriman dokumen sebaiknya dilakukan pada kesempatan pertama dan tidak perlu
menunggu hingga target laporan kecamatan terpenuhi. Oleh karena itu, pengiriman secara
bertahap lebih disarankan.
4. Pengentrian data hasil pemantauan HPG dilakukan oleh BPS Provinsi dengan memakai
aplikasi program entri yang doberikan oleh BPS RI.
5. Laporan yang dikirim ke BPS RI adalah dalam bentuk :
a. Tabel worksheet ( hasil transfer Program Entri ke format MS.Excel ).
b. Tabel database ( Format Ms.Access ).
38
GAMBAR 1
SISTEM PENGIRIMAN LAPORAN HP-G
BPS
BPS
PROVINSI
BPS
KABUPATEN
KSK
KSK
KETERANGAN:
= Dokumen/Daftar Isian
= E-mail/Faksimili
39
GAMBAR 2
SISTEM DAN JADWAL PENGIRIMAN LAPORAN BULANAN HP-G
BPS
Paling lambat
tgl 18 setiap
bulan
Paling lambat
tgl 18 setiap
bulan
Paling lambat
tgl 20 setiap
bulan
BPS
PROVINSI
Paling lambat
tgl 17
BPS
KABUPATEN
Paling lambat tgl 16
Pencacahan
Tgl 10 s/d 15
Pencacahan
Tgl 10 s/d 15
KSK
KSK
KETERANGAN:
= Dokumen/Daftar Isian
= E-mail/Faksimili
40
GAMBAR 3
SISTEM DAN JADWAL PENGIRIMAN LAPORAN MINGGUAN HP-G
BPS
Paling lambat
Selasa minggu
berikutnya
Paling lambat
Selasa minggu
berikutnya
Paling lambat
akhir minggu
berikutnya
BPS
PROVINSI
Paling lambat
Senin minggu
berikutnya
BPS
KABUPATEN
Pencacahan
Senin s/d Kamis
KSK
Pencacahan
Senin s/d Kamis
KSK
KETERANGAN:
= Dokumen/Daftar Isian
= E-mail/Faksimili/Telex
41
6.2
DAFTAR HP-BG
Sistem penyusunan dan pengiriman laporan hasil Survei HPBG ke BPS RI dilakukan
Tahap Kedua, Isian dokumen dicek kelengkapan dan validitas datanya di BPS Kabupaten.
Dokumen yang telah diperiksa dikirim ke BPS Provinsi paling lambat tanggal 17 setiap
bulannya.
Tahap ke empat, Di BPS Pusat, dilakukan penggabungan data dari 26 provinsi dan
pengolahan data dari ke 3 tabel di atas. Lalu disusun laporan hasil Survei HPBG dalam
bentuk tabulasi.
42
Contoh Format Tabel Pemasukan dan Rekapitulasi Data Survei HP-BG (dilakukan di BPS
Provinsi)
Tabel 3. Hasil Monitoring Survei Harga Beras di Penggilingan (sama persis dengan dokumen)
g
g
gg g (
g
)
Provinsi
Kabupaten
Kecamatan
Nama
Bulan Penggilingan
Jenis
Beras
HasilWawancara
yg
Digiling
Slm
Sebulan Kadar Pecah/Bro AsalGabah
(Ton)
Air(%) ken(%) (Kode)
VarietasGabah
HasilPengukuranKSK
StockAkhirBulanyl
(Kg)
HargaPenjualan
Beras(Rp/Kg)
Gabah
Kadar
Beras Air(%)
Merk
Pecah/ Mouisture
Broken TesterUtk
(%)
KadarAir Catatan
*)Isiankolom(6) Petani(Kode1),Pedagang/Pengumpul(Kode2),Gabungandarikeduanya(Kode3).
Provinsi
Bulan
JenisBeras
Rata2
Pecah/
Broken
(%)
Ratarata
HargaBeras
(Rp/Kg)
ContohJenisBeras:IR64I;IR64II;IR64III;MunculI;MunculII;
MunculIII;CianjurKepala;Setra;Saigon;IR42
Provinsi
Bulan
KualitasBeras
Rata2
RatarataHarga
Kualitas Beras :
Pecah/Broken(%) Beras(Rp/Kg)
1.PremiumI
2.PremiumII
3.GabPremium
4.Medium
5.Rendah
6.LuarKualitas
1.
2.
3.
4.
5.
6.
43
GAMBAR 4
SISTEM DAN JADWAL PENGIRIMAN LAPORAN BULANAN HPBG
BPS
Pengecekan pemasukan
data, kompilasi/
gabungan 26 provinsi
sampel, pengolahan data
dan tabulasi laporan
Worksheet
Paling lambat
tgl 20 setiap
bulan
BPS
PROVINSI
Pengentrian data,
rekapitulasi dan
pembuatan
laporan worksheet
Dokumen dikirim
Paling lambat tgl 17
BPS
KABUPATEN
Pencacahan
Tgl 10 s/d 15
Dokumen dikirim
Paling lambat tgl 16
KSK
Pemeriksaan
kelengkapan dan
validitas data
Pencacahan
Tgl 10 s/d 15
KSK
Lampiran 1
44
DAFTAR SAMPEL
SURVEI PEMANTAUAN HARGA PRODUSEN GABAH (HP-G)
2014
KECAMATAN SAMPEL
NO
PROVINSI
NO
KABUPATEN
TETAP
TIDAK
TETAP
[030] BAMBEL
[110] PEUREULAK
2
JUMLAH
NO
46
PROVINSI
NO
[09] PIDIE
[080] MUTIARA
[10] BIREUEN
[080] PEUSANGAN
[040] SEUNAGAN
KABUPATEN
KECAMATAN SAMPEL
TETAP
2
TIDAK
TETAP
[050] PENYABUNGAN
[080] SIABU
10
11
12
13
[08] ASAHAN
1
[080] PAHAEJAE
[030] BALIGE
[080] LUMBAN JULU
[130] BILAH HILIR
1
[060] TANAH JAWA
14
[09] SIMALUNGUN
[160] SIANTAR
[180] PEMATANG
BANDAR
15
16
[13] LANGKAT
[060] BANDAR
KHALIPAH
17
JUMLAH
18
19
20
47
KECAMATAN SAMPEL
NO
PROVINSI
NO
KABUPATEN
TETAP
TIDAK
TETAP
22
[03] SOLOK
[080] GUNUNG
TALANG
[110] KUBUNG
[020] BATIPUH
23
1
[040] RAMBATAN
[020] LUBUK ALUNG
24
[06] PADANG
PARIAMAN
[07] AGAM
26
27
[09] PASAMAN
[020] LUHAK
[050] SULIKI GUNUNG
MAS
[070} BONJOL
1
[121] RAO
JUMLAH
48
14
KECAMATAN SAMPEL
NO
PROVINSI
[14] RIAU
NO
TETAP
28
[03] INDRAGIRI
HILIR
[020] RETEH
29
[04] PELALAWAN
30
[05] SIAK
31
[08] BENGKALIS
32
JUMLAH
5
KABUPATEN
TIDAK
TETAP
[15] JAMBI
33
[01] KERINCI
34
35
JUMLAH
6
[06] TANJUNG
JABUNG TIMUR
[07] TANJUNG
JABUNG BARAT
[18] LAMPUNG
36
[120] PALAS
1
[130] PENENGAHAN
37
[04] LAMPUNG
TIMUR
[05] LAMPUNG
TENGAH
[050] TRIMURJO
38
[10] PRINGSEWU
[020] AMBARAWA
39
JUMLAH
[03] LAMPUNG
SELATAN
[120] PURBOLINGGO
1
[060] PUNGGUR
49
KECAMATAN SAMPEL
NO
PROVINSI
NO
KABUPATEN
TETAP
JUMLAH
50
TIDAK
TETAP
40
[01] BOGOR
41
[02] SUKABUMI
42
[03] CIANJUR
43
[04] BANDUNG
44
[05] GARUT
45
[06] TASIKMALAYA
46
[07] CIAMIS
47
[08] KUNINGAN
48
[09] CIREBON
49
[10] MAJALENGKA
50
[11] SUMEDANG
51
[12] INDRAMAYU
52
[13] SUBANG
53
[15] KARAWANG
54
[16] BEKASI
15
[030] PAMIJAHAN
[051] TENJOLAYA
[170] SUKARAJA
[200] CISAAT
[120] CIBEBER
[170] CIRANJANG
[130] CIPARAY
[191] KUTAWARINGIN
[260] CIBATU
[280] KADUNGORA
[190] SINGAPARNA
[210] LEUWISARI
[090] PADAHERANG
[110] LAKBOK
[130] KUNINGAN
[180] KAPETAKAN
[230] GEGESIK
[180] KERTAJATI
[200] LIGUNG
[120] TOMO
[030] GABUS WETAN
[070] WIDASARI
[170] BINONG
[200] PUSAKANAGARA
[120] RAWAMERTA
[160] PEDES
[041] CIKARANG
TIMUR
[120] SUKATANI
28
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
KECAMATAN SAMPEL
NO
PROVINSI
NO
KABUPATEN
TETAP
TIDAK
TETAP
JUMLAH
55
[01] CILACAP
56
[02] BANYUMAS
57
[05] KEBUMEN
58
[06] PURWOREJO
59
[08] MAGELANG
60
[09] BOYOLALI
61
[10] KLATEN
62
[11] SUKOHARJO
63
64
[14] SRAGEN
65
[15] GROBOGAN
66
[16] BLORA
67
[18] PATI
68
[21] DEMAK
69
[22] SEMARANG
70
[24] KENDAL
71
[27] PEMALANG
72
[28] TEGAL
73
[29] BREBES
19
[080] KEDUNGREJO
[100] GANDRUNGMANGU
[030] JATILAWANG
[070] AMBAL
[160] KUWARASAN
[020] NGOMBOL
[070] BANYU URIP
[060] DUKUN
[170] SECANG
[080] SAWIT
[160] ANDONG
[050] CAWAS
[160] JUWIRING
[060] BENDOSARI
[080] MOJOLABAN
[080] KARANG PANDAN
[140] KEBAKRAMAT
[040] KEDAWUNG
[110] SIDOHARJO
[130] PURWODADI
[160] GODONG
[040] KEDUNG TUBAN
[150] KUNDURAN
[010] SUKOLILO
[040] WINONG
[090] DEMPET
[100] GAJAH
[030] SUSUKAN
[070] BANYUBIRU
[080] KALIWUNGU
[120] WELERI
[090] TAMAN
[100] PETARUKAN
[060] LEBAKSIU
[170] SURODADI
[090] BANJARHARJO
[130] BULAKAMBA
37
1
1
1
7
51
KECAMATAN SAMPEL
NO
PROVINSI
NO
KABUPATEN
TETAP
TIDAK
TETAP
[100] NANGGULAN
[34] DI YOGYAKARTA
74
[01] KULONPROGO
[050] BAMBANG
LIPURO
[02] BANTUL
[080] JETIS
75
[140] SEWON
[010] MOYUDAN
76
[04]SLEMAN
[100] KALASAN
[130] SLEMAN
JUMLAH
52
KECAMATAN SAMPEL
NO
PROVINSI
NO
KABUPATEN
TETAP
10
TIDAK
TETAP
JUMLAH
77
[02] PONOROGO
78
[05] BLITAR
79
[06] KEDIRI
80
[08] LUMAJANG
81
[09] JEMBER
82
[10] BANYUWANGI
83
[11] BONDOWOSO
84
[13] PROBOLINGGO
85
[14] PASURUAN
86
[16] MOJOKERTO
87
[17] JOMBANG
88
[18] NGANJUK
89
[19] MADIUN
90
[20] MAGETAN
91
[21] NGAWI
92
[22] BOJONEGORO
93
[23] TUBAN
94
[24] LAMONGAN
[080] MLARAK
[120] KAUMAN
[090] TALUN
[140] WLINGI
[140] PARE
[160] PLEMAHAN
[060] LUMAJANG
[090] YOSOWILANGUN
[100] JENGGAWAH
[260] SUMBERJAMBE
[100] GENTENG
[140] SINGOJURUH
[061]
SUMBERWRINGIN
[080] WONOSARI
[100] GADING
[160] KREJENGAN
[110] SUKOREJO
[120] PANDAAN
[070] KUTOREJO
[060] MOJOWARNO
[150] TEMBELANG
[060] TANJUNGANOM
[130] SUKOMORO
[010] KEBONSARI
[100] MEJAYAN
[040] TAKERAN
[130] BARAT
[050] GENENG
[130] KEDUNGGALAR
[090] KEPOH BARU
[150] KAPAS
[090] PLUMPANG
[100] WIDANG
[070] SUGIO
[120] SUKODADI
18
35
1
1
1
1
1
1
1
1
10
53
KECAMATAN SAMPEL
NO
PROVINSI
NO
KABUPATEN
TETAP
11
TIDAK
TETAP
BANTEN
[070] MUNJUL
95
[01] PANDEGLANG
[110] PAGELARAN
[160] CIMANUK
96
[02] LEBAK
[010] MALINGPING
97
[04] SERANG
JUMLAH
12
[51] BALI
98
[01] JEMBRANA
[020] NEGARA
[020] KERAMBITAN
99
[02] TABANAN
1
[070] PENEBEL
100
[03] BADUNG
[040] MENGWI
[010] SUKAWATI
101
[04] GIANYAR
1
[030] GIANYAR
102
[05] KLUNGKUNG
103
[07] KARANGASEM
104
[08] BULELENG
1
[060] BEBANDEM
[050] SUKASADA
1
[070] SAWAN
JUMLAH
54
KECAMATAN SAMPEL
NO
PROVINSI
NO
KABUPATEN
TETAP
13
TIDAK
TETAP
1
[050] NORMADA
[070] JONGGAT
106
1
[090] BATUKLIANG
[050] MASBAGIK
107
108
[04] SUMBAWA
[050] ALAS
109
JUMLAH
14
JUMLAH
110
[022] WANOKAKA
111
[010] LEWA
112
[030] LEMBOR
113
[060] WAWEWA
TIMUR
114
[18] NAGEKEO
[060] AESESA
55
KECAMATAN SAMPEL
NO
PROVINSI
NO
KABUPATEN
TETAP
15
TIDAK
TETA
P
[01] SAMBAS
[030] TEBAS
[050] JAWAI
116
[04] PONTIANAK
JUMLAH
16
JUMLAH
56
117
[02] KOTAWARINGIN
TIMUR
118
[03] KAPUAS
119
[09] KATINGAN
120
121
1
1
KECAMATAN SAMPEL
NO
PROVINSI
NO
KABUPATEN
TETAP
17
TIDAK
TETAP
[030] KURAU
[020] GAMBUT
123
[03] BANJAR
1
[030] KERTAK HANYAR
[030] MEKARSARI
124
1
[110] RANTAU BADAUH
125
[05] TAPIN
126
127
128
129
[09] TABALONG
130
131
[11] BALANGAN
JUMLAH
10
15
57
KECAMATAN SAMPEL
NO
PROVINSI
NO
KABUPATEN
TETAP
18
19
TIDAK
TETA
P
[010] BABULU
[110] TENGGARONG
SEBERANG
2
1
1
[02] MINAHASA
2
[250] TONDANO TIMUR
JUMLAH
20
JUMLAH
58
135
[02] BANGGAI
136
[03] MOROWALI
137
[020] BATUI
KECAMATAN SAMPEL
NO
PROVINSI
NO
KABUPATEN
TETAP
21
TIDAK
TETAP
[02] BULUKUMBA
139
[05] TAKALAR
[010] GANTARANG
KINDANG
[040] POLOMBANGKENG
UTARA
[06] GOWA
[010] BONTONOMPO
141
[09] PANGKAJENE
KEP.
[060] BUNGORO
[040] BANTIMURUNG
142
[08] MAROS
[041] SIMBANG
[050] TANRALILI
[020] LALABATA
143
[12] SOPPENG
[030] LILIRIAJA
144
[13] WAJO
[050] TAKKALALLA
145
[14] SIDENRENG
RAPPANG
146
[15] PINRANG
1
[040] WATANG SAWITTO
JUMLAH
147
[17] LUWU
[080] WALENRANG
148
[050] BONE-BONE
11
16
59
KECAMATAN SAMPEL
NO
PROVINSI
NO
KABUPATEN
TETAP
22
[04] KOLAKA
[040] LADONGI
150
[100] LANDONO
151
[71] KENDARI
JUMLAH
23
TIDAK
TETA
P
1
2
1
[050] POLEWALI
[051] BINUANG
[030 KALUKKU
153
[04] MAMUJU
1
[031] PAPALANG
JUMLAH
60
KECAMATAN SAMPEL
NO
PROVINSI
NO
KABUPATEN
TETAP
24
[05] MANOKWARI
[110] WARMARE
155
[07] SORONG
[170] AIMAS
JUMLAH
25
TIDAK TETAP
[94] PAPUA
JUMLAH
156
[01] MERAUKE
[040] MERAUKE
157
[03] JAYAPURA
[160] NIMBORAN
158
[04] NABIRE
[080] NABIRE
61
Lampiran 2
SAMPEL WILAYAH PENCACAHAN SURVEI HARGA BERAS DI
PENGGILINGAN 2014
NO
PROVINSI
[11] ACEH
Total : 7
[12] SUMATERA UTARA
Total : 7
[13] SUMATERA BARAT
Total : 7
[14] RIAU
Total : 3
[15] JAMBI
NO
KABUPATEN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
[01] KERINCI
[06] TANJUNG JABUNG TIMUR
[07] TANJUNG JABUNG BARAT
Total : 3
62
Total : 3
[18] LAMPUNG
Total : 5
[32] JAWA BARAT
Total : 15
[33] JAWA TENGAH
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
[01] BOGOR
[02] SUKABUMI
[03] CIANJUR
[04] BANDUNG
[05] GARUT
[06] TASIKMALAYA
[07] CIAMIS
[08] KUNINGAN
[09] CIREBON
[10] MAJALENGKA
[11] SUMEDANG
[12] INDRAMAYU
[13] SUBANG
[15] KARAWANG
[16] BEKASI
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
[01] CILACAP
[02] BANYUMAS
[05] KEBUMEN
[06] PURWOREJO
[08] MAGELANG
[09] BOYOLALI
[10] KLATEN
[11] SUKOHARJO
[13] KARANGANYAR
[14] SRAGEN
[15] GROBOGAN
[16] BLORA
[18] PATI
63
10
Total : 19
[34] D. I. YOGYAKARTA
11
Total : 3
[35] JAWA TIMUR
12
Total : 18
[36] BANTEN
65
66
67
68
69
70
[21] DEMAK
[22] SEMARANG
[24] KENDAL
[27] PEMALANG
[28] TEGAL
[29] BREBES
71
72
73
[01] KULONPROGO
[02] BANTUL
[04] SLEMAN
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
[02] PONOROGO
[05] BLITAR
[06] KEDIRI
[08] LUMAJANG
[09] JEMBER
[10] BANYUWANGI
[11] BONDOWOSO
[13] PROBOLINGGO
[14] PASURUAN
[16] MOJOKERTO
[17] JOMBANG
[18] NGANJUK
[19] MADIUN
[20] MAGETAN
[21] NGAWI
[22] BOJONEGORO
[23] TUBAN
[24] LAMONGAN
92
93
94
[01] PANDEGLANG
[02] LEBAK
[04] SERANG
Total : 3
64
13
[51] BALI
14
Total : 7
[52] NTB
15
Total : 6
[53] NTT
16
Total : 5
[61]KALIMANTAN BARAT
17
Total : 2
[62] KALIMANTAN TENGAH
18
Total : 5
[63] KALIMANTAN SELATAN
95
96
97
98
99
100
101
[01] JEMBRANA
[02] TABANAN
[03] BADUNG
[04] GIANYAR
[05] KLUNGKUNG
[07] KARANGASEM
[08] BULELENG
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
[01] SAMBAS
[12] KUBU RAYA
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
Total : 7
65
19
21
Total : 2
[71] SULAWESI UTARA
Total : 1
[72] SULAWESI TENGAH
22
Total : 3
[73] SULAWESI SELATAN
23
Total : 11
[74] SULAWESI TENGGARA
24
Total : 3
[76] SULAWESI BARAT
25
Total : 2
[91] PAPUA BARAT
26
Total : 2
[94] PAPUA
20
127
128
129
[02] MINAHASA
130
131
132
[02] BANGGAI
[03] MOROWALI
[06] TOLI TOLI
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
[02] BULUKUMBA
[05] TAKALAR
[06] GOWA
[09] PANGKAJENE KEP.
[11] BONE
[12] SOPPENG
[13] WAJO
[14] SIDENRENG RAPPANG
[15] PINRANG
[17] LUWU
[22] LUWU UTARA
144
145
146
[04] KOLAKA
[05] KONAWE SELATAN
[71] KENDARI
147
148
149
150
[05] MANOKWARI
[07] SORONG
151
152
153
[01] MERAUKE
[03] JAYAPURA
[04] NABIRE
Total : 3
66
67
Lampiran 3
HP-G
2014
REPUBLIK INDONESIA
BADAN PUSAT STATISTIK
PERHATIAN
1. Tujuan pemantauan adalah untuk mengetahui apak ah harga yang terjadi di lapangan sesuai
dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP);
2. Pemantauan dilak uk an pada saat terjadinya transak si penjualan gabah antara petani penjual
dengan pembeli;
3. Pemantauan dilak sanak an bulanan (sek itar tanggal 10-15) atau mingguan (saat panen raya)
sek itar hari Senin - Kamis;
4. Dok umen ini harus sampai di BPS paling lambat tanggal 20 bulan pencacahan / ak hir minggu
pencacahan.
1. PROVINSI
2. KABUPATEN
3. KECAMATAN
4. BULAN
..
5. PERIODE PENCACAHAN *) :
- Bulanan
- Minggu III
6. TAHUN
- Minggu I
- Minggu II
1
2
- Minggu IV
- Minggu V
4
5
*) Lingkari kode dan isikan kode periode pencacahan yang sesuai pada kotak
1. N A M A
2. N I P
3. TANGGAL
4. TANDA TANGAN
PENCACAH
PEMERIKSA
III. CATATAN
68
URAIAN
No.
1.
Tahun Pencacahan
2.
a. Provinsi
..
b. Kabupaten
.....
c. Kecamatan
..
3.
Bulan Pencacahan
4.
Nomor Responden
5.
Periode Pencacahan
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Varietas
12.
13.
14.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
3,00
3,01 - 10,00
14,00
GKG
GKP
14,01 - 25,00
GKP
GKP
> 25,00
-----
> 10,00
---
---
---
Untuk mempercepat pengolahan, laporan isian dokumen dapat dikirimkan melalui e-mail : shprod@bps.go.id atau Fax: (021)3863818
69
Responden dalam survei ini adalah Petani padi yang menghasilkan gabah cukup besar menurut
ukuran setempat atau petani yang volume penjualannya terbesar di antara petani-petani lain. Juga
diutamakan petani yang sedang/baru menjual hasil produksi gabah, sehingga selain pengambilan
sampel gabah tidak mengalami kesulitan juga hasil analisa terutama untuk mengukur Kadar Air harus
dilakukan tepat saat terjadi transaksi sehingga belum mengalami perubahan kualitas. Untuk mengukur
Kadar Hampa/Kotoran dapat dilakukan di rumah/tempat lain.
Untuk menggambarkan tingkat harga produsen yang berlaku umum di desa tersebut, maka harus
dihindari pengumpulan data dari:
1. Petani penderep (petani/buruh tani yang mendapatkan upah panen dalam bentuk
gabah/natura).
2. Petani yang menjual gabah dalam jumlah yang relatif kecil menurut ukuran setempat.
3. Petani yang menjual kepada keluarga/famili atau kerabat.
4. Petani yang menjual secara mendadak untuk memenuhi kebutuhan yang sangat mendesak.
5. Petani yang menjual dalam bentuk beras.
6. Petani yang menjual gabah sebelum waktu panen (diijonkan) dan yang diborongkan
(ditebaskan).
Rincian (5):
Tuliskan kembali kode periode pencacahan pada rincian ini, bukan tanggal pencacahan. Contoh:
Bulanan maka pada rincian (5) cukup ditulis 0.
Rincian (8):
Tanyakan harga gabah yang terjadi atau harga yang disepakati pada saat petani melakukan
transaksi/penjualan dengan pedagang pengumpul/tengkulak/pihak penggilingan dengan kualitas apa
adanya. Isian dibulatkan dua angka di belakang koma dan dalam satuan Rp/Kg, kemudian tuliskan
harga tersebut pada tempat yang tersedia.
70
Rincian (9):
Besarnya biaya ke Penggilingan adalah penjumlahan dari ongkos angkut dan ongkos lainnya.
a. Ongkos angkut: Ongkos yang diperlukan untuk mengangkut gabah dari tempat terjadinya transaksi
(harga tingkat petani) ke lokasi unit penggilingan terdekat yang melakukan pengadaan gabah.
Ongkos angkut disini sudah termasuk biaya buruh bongkar muat gabah ditambah sewa kendaraan.
Isiannya dibulatkan dua angka di belakang koma dan dalam satuan Rp/Kg.
b. Ongkos Lainnya: Pengeluaran lainnya selain ongkos angkut yang terjadi selama perjalanan dari
tempat transaksi ke penggilingan terdekat, seperti retribusi di jalan, konsumsi dan sebagainya.
Isian ini bisa tidak ada (Rp 0,-).
Informasi besarnya biaya ke penggilingan dapat ditanyakan kepada petani setempat, pedagang
pengumpul/tengkulak, atau pihak penggilingan terdekat yang melakukan pengadaan gabah.
Rincian (10):
Harga di tingkat penggilingan adalah penjumlahan rincian (8) dan rincian (9).
Rincian (12) :
Ukur jumlah kandungan air dalam sampel gabah dengan menggunakan alat moisture tester. Isikan
persentase Kadar Air dengan pembulatan dua angka di belakang koma.
Rincian (13):
Isikan persentase Kadar Hampa/Kotoran pada sampel gabah dengan pembulatan dua angka di
belakang koma.
Komponen mutu gabah untuk Kadar Hampa/Kotoran, terdiri dari:
1. Butir hampa: Butir gabah yang tidak berkembang secara sempurna akibat serangan hama,
penyakit atau sebab lain sehingga tidak berisi butir beras walaupun kedua tungkup sekamnya
tertutup maupun terbuka. Butir gabah setengah hampa tergolong dalam butir hampa.
2. Kotoran: Segala benda asing lainnya yang tidak tergolong bagian dari gabah, misalnya: debu,
butir-butir tanah, butir-butir pasir, batu-batu kerikil, potongan kayu, potongan logam, tangkai
padi, biji-biji lain, bangkai serangga, hama dan sebagainya. Termasuk dalam kategori kotoran
adalah butir-butir gabah yang telah terkelupas (beras pecah kulit) dan gabah patah.
Rincian (18):
Pilihan jawaban boleh lebih dari satu, kemudian kode jawaban dijumlahkan. Contoh: Status lahan yang
diusahakan adalah milik sendiri dan sewa, maka isiannya adalah 3 (1 + 2).
71
Lampiran 4
71
PEDOMANPENGISIANDAFTAR
I. KeteranganUmum
MemuatinformasimengenaiwilayahpencacahanmeliputiProvinsi,Kabupaten,danKecamatansertaperiodepelaksanaanpencacahanlapangan.
1. Wilayah pencacahan adalah wilayah propinsi dan kabupaten penghasil gabah/beras cukup besar, dengan sampel wilayah kecamatan
yangterdapatperusahaanpenggilingandengankapasitasproduksiyangcukupbesar,danmenjualberas,diwilayahnya.
2. Namadanalamatperusahaanpenggilinganyangdipilihsebagaisampelharusdicatatdenganlengkap
3.Bulanpencacahandantahundiisisesuaidenganjadwalpelaksanaanpencacahanlapangan.
II. IdentitasPencacah/Pemeriksa
Untukmengetahuiidentitaspencacah/pemeriksasesuaidenganwilayahtugasnyagunamemudahkanklarifikasilebihlanjutterhadapdata
hasilmonitoringsehinggavaliditasdatadapatdipertanggungjawabkan.
III. MonitoringHarga
1. Jenisberas;jenisberasyangdijualolehpenggilingansampelkepadapihaklain.Namajenisberasadalahjenisberasyangdikenalpada
umumnyadipasarankonsumen,contoh:IR64,Cilosari,dll.
2. Volumeyangdigilingperjenisberas;(perkiraan)banyaknyatonberasyangdigilingselamasebulanuntuksetiapjenisberas,
3. KadarAir;tingkatbasah/kadarairsetiapjenisberas
4. Persentasebroken;persentasekondisiberasbroken(patah/pecah)yangdiperolehdariperbandinganbobotberaspatahdenganbobot
berassampel,dikalikan100%.Kondisiberaspatahadalahbutirberaspecahyangmempunyaiukuran0,25<broken<0,75daripanjang
rataratabutirberasutuh.
5. Asalgabah;untukmengetahuiasalpembeliangabaholehpenggilingan,apakahdiperolehdaripetani,pedagang/pengumpul,ataukah
gabungandarikeduanya.
6. Varietasgabah;untukmengetahuivarietasgabahdarijenisberasyangdiperjualbelikan.Namavarietasgabahbisaberbedadenganjenis
beras.Satujenisberasbisajugaberasaldaribeberapavarietasgabah.
7. Hargapenjualanberas;hargaperkilogrampadasaatterjadinyatransaksipenjualanberasoleh penggilingansampel.
8. Stockakhirbulanyanglalu:ditanyakanmeliputistockgabahdanberas(Kg)diakhirbulansebelumbulanpencacahan.
Penentuankadarairdanbrokenjugadilakukanolehpencacahdenganmenggunakanalatmoisturetesterdantimbangan
IV. OrganisasiLapangan
1. Pencatatan data dilakukan dengan sistem kunjungan ke lokasi penggilingan sampel dengan metode wawancara langsung dan observasi
pengukuranolehKSK
2. Untukefisiensipelaksanaansurvei,jadwalkegiatanlapanganmengikutijadwalkegiatanmonitoringhargaprodusengabah.
3. DiBPSDaerah,KabidStatistikDistribusibertanggungjawabatasteknisdankoordinasisedangkanKasieStatistikKeuangandanHarga
Produsenbertanggungjawabataspengawasanteknis.
72
Lampiran 5
TABEL PATOKAN KELOMPOK KUALITAS GABAH
Kadar Hampa/
Kotoran
(%)
14,00
14,01 - 25,00
> 25,00
3,00
GKG
GKP
Luar Kualitas
3,01 10,00
GKP
GKP
Luar Kualitas
> 10,00
Luar Kualitas
Luar Kualitas
Luar Kualitas
GKG
GKP
Penggilingan
Petani
Penggilingan
14,00%
3,00%
25,00%
10,00%
25,00%
10,00%
4.150,-
3.300,-
3.350,-
73
74
75
76
77
78
79
80
81