BAB 3
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Cedera kepala, atau dinamakan cedera otak didapat, terjadi ketika suatu
trauma mendadak menyebabkan kerusakan pada otak. Kerusakan tersebut dapat
bersifat lokal yang mengenai satu area otak akibat trauma kontak yang
menyebabkan kontusio, laserasi, dan perdarahan intrakranial atau difus yang
mengenai lebih dari satu area otak akibat trauma akselerasi atau deselerasi yang
menyebabkan kerusakan axon difus atau pembengkakan otak. Epidural
Hematoma (EDH) merupakan akumulasi darah yang potensial di ruangan epidural
(antara tabula interna dan duramater) yang dapat terjadi di intrakranial atau di
medula spinalis. EDH terjadi lebih kurang 2% dari pasien dengan cedera kepala,
dan 5-15% EDH terjadi pada cedera kepala berat.
Seorang pasien laki-laki usia 37 tahun datang dibawa oleh keluarganya
dengan keluhan utama penurunan kesadaran. Hal ini dialami os sejak 17 jam
sebelum masuk Rumah Sakit. Os mengalami kecelakaan lalu lintas akibat terjatuh
dari sepeda motor dan pasien tidak menggunakan helm, sehingga kepala os
membentur aspal. Riwayat pingsan dijumpai setelah pasien tabrakan, kemudian
pasien sempat sadar sekitar 10-15 menit, setelah itu pasien pingsan kembali, mual
dan muntah (+), kejang (-) dengan diagnosis Head Injury dengan GCS 7 + V.
Excoriated.
Biasanya pada pasien dengan trauma kepala timbul gejala peningkatan
tekanan intrakranial seperti nyeri kepala, muntah proyektil, dan penurunan
kesadaran. Pada pasien ini, ditemukan mual, muntah, dan penurunan kesadaran.
Pasien diduga kuat mengalami trauma kepala sehingga pada saat pasien masuk
langsung dilakukan inline immobilitation agar tidak terjadi cedera pada tulang
servikal. Hal ini sesuai dengan pedoman tatalaksana pasien trauma dari ATLS.
Selanjutnya dilakukan primary survey berupa pemeriksaan airway,
breathing, circulation, disability, dan exposure. Pada airway ditemukan jalan
nafas tidak bebas dimana ditemukan gurgling. Lalu, memastikan patensi jalan
nafas dapat dilakukan dengan cara head tilt, chin lift, dan jaw thrust. Pada pasien
31
ini dilakukan tidak dilakukan jaw thrust karena dicurigai mengalami trauma
servikal. Selanjutnya, dilakukan suction airway dan pemasangan intubasi ETT
dengan ambu manual.
Pada breathing didapati respirasi spontan, frekuensi nafas 16 x/menit, dan
suara pernafasan vesikuler dengan saturasi oksigen 88%. Pasien lalu diberikan
oksigen via ETT sebesar 10L/I dengan saturasi oksigen menjadi 92%.
Pada circulation ditemukan akral hangat, merah, kering, CRT < 2 detik,
TD 110/70 mmHg, pols 108 x/menit, reguler, t/v cukup, dan temperatur aksila
36,9C. Untuk mempertahankan volume yang cukup pada os, dilakukan
pemasangan dua IV line 18G pada tangan kanan dan kiri dengan cairan Rsol
sebanyak 30 gtt/menit. Pemilihan jenis cairan Rsol ini sesuai dengan pedoman
ATLS di mana pada pasien dengan cedera kepala, cairan tetap harus diberikan
untuk menjaga kondisi normovolemia. Sebagai tambahan, pemberian cairan yang
mengandung glukosa atau cairan hipotonik tidak dianjurkan karena keadaan
hiperglikemia dapat memperparah keadaan cedera otak dan cairan hipotonik dapat
memperburuk edema otak. Pemantauan circulation tidak hanya pada input, output
pasien juga harus dinilai. Sebagai pemantau output cairan pasien, maka
dipasanglah kateter urin serta dinilai jumlah urin yang keluar per jam dan didapat
urin output pasien ini 800cc/jam dengan warna kuning.
Pada pemeriksaan disability ditemukan tingkat kesadaran os koma dengan
GCS 7, pupil anisokor, kanan 4 mm, kiri 2 mm, RC +/+ melambat, dan tidak
ditemukan kejang maupun muntah. Penurunan kesadaran dialami pasien EDH dan
merupakan salah satu indikasi operasi menurut Bullock, M.R. et al. Akan tetapi
hal ini tidaklah mutlak, di mana pada pasien dengan volume perdarahan yang
besar dapat juga dijumpai tingkat kesadaran yang baik dengan GCS dapat
mencapai 15. Pada pemeriksaan exposure ditemukan adanya luka laserasi kepala
pada regio temporal kanan .
Setelah dilakukan primary survey, dilakukan secondary survey berupa
penilaian breathing, blood, brain, bladder, bowel, dan bone. Pada pemeriksaan
sekunder dijumpai tekanan darah yang masih tinggi dengan nadi yang cepat. Hal
ini menunjukkan bahwa tubuh pasien masih melakukan kompensasi untuk
32
meningkatkan MAP agar CPP tetap. Selain itu, saturasi oksigen pasien masih
dibawah 94 sehingga menandakan oksigenasi ke jaringan masih kurang sehingga
tubuh mengkompensasi dengan peningkatan denyut nadi.
Dari hasil pemeriksaan CT-scan kepala, didapati gambaran horse shoe
yang menandakan adanya perdarahan pada rongga epidural dengan volume
perdarahan 80 cc. Pasien ini dilakukan kraniotomi evakuasi EDH
33
DAFTAR PUSTAKA
1. National Institute of Neurological Disorders and Stroke. Traumatic Brain
Injury. National Institutes of Health. 2002.
Available from: http://www.ninds.nih.gov/disorders/tbi/tbi_htr.pdf
[Accessed on 25th June 2014]
2. Werner C dan Engelhard K. Pathophysiology of Traumatic Brain Injury.
3.
34