Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kata epilepsi berasal dari Yunani Epilambanmein yang berarti serangan. Epilepsi
sebetulnya sudah dikenal sekitar tahun 2000 sebelum Masehi. Hippokrates adalah orang
pertama yang mengenal epilepsi sebagai gejala penyakit dan menganggap bahwa epilepsi
merupakan penyakit yang didasari oleh adanya gangguan di otak. Epilepsi merupakan
kelainan neurologi yang dapat terjadi pada setiap orang di seluruh dunia.1
Epilepsi merupakan salah satu kelainan otak yang serius dan umum terjadi, sekitar
lima puluh juta orang di seluruh dunia mengalami kelainan ini. Angka epilepsi lebih tinggi di
negara berkembang. Insiden epilepsi di negara maju ditemukan sekitar 50:100,000 sementara
di negara berkembang mencapai 100:100,000. Di Indonesia belum ada data epidemiologis
yang pasti tetapi diperkirakan ada 900.000 - 1.800.000 penderita, sedangkan penanggulangan
penyakit ini belum merupakan prioritas dalam Sistem Kesehatan Nasional., karena cukup
banyaknya penderita epilepsi dan luasnya aspek medik dan psikososial, maka epilepsi tetap
merupakan masalah kesehatan masyarakat sehingga ketrampilan para dokter dan paramedis
lainnya dalam penatalaksanaan penyakit ini perlu ditingkatkan.2,3
Salah satu masalah dalam penanggulangan epilepsi ialah menentukan dengan pasti
diagnosis epilepsi oleh karena sebelum pengobatan dimulai diagnosis epilepsi harus
ditegakkan dulu. Diagnosis dan pengobatan epilepsi tidak dapat dipisahkan sebab pengobatan
yang sesuai dan tepat hanya dapat dilakukan dengan diagnosis epilepsi yang tepat pula.
Diagnosis epilepsi berdasarkan atas gejala dan tanda klinis yang karakteristik. Jadi membuat
diagnosis tidak hanya berdasarkan dengan beberapa hasil pemeriksaan penunjang diagnostik
saja, justru informasi yang diperoleh sesudah melakukan wawancara yang lengkap dengan
pasien maupun saksi mata yang mengetahui serangan kejang tersebut terjadi dan kemudian
baru dilakukan pemeriksaan fisik dan neurologi. Begitu diperkirakan diagnosis epilepsi telah
dibuat barulah dilanjutkan pemeriksaan tambahan untuk memastikan diagnosis dan mencari
penyebabnya, lesi otak yang mendasari , jenis serangan kejang dan sindrom epilepsi.4,5

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui definisi, etiologi, klasifikasi,
patofisiologi, diagnosis, gejala klinis, terapi, komplikasi dan prognosis epilepsi pada anak.
1.

Tjahjadi Petrus, Dikot Yustiani, Gunawan Dede. Gambaran Umum Mengenai Epilepsi.
Dalam: Harsono, penyunting. Kapita Selekta Neurologi. Edisi-2. Yogyakarta: Gajahmada

2.

University Press; 2007: h.119-133.


Syeban Zakiah, Markam S, Harahap Tagor. Epilepsi. Dalam: Markam Soemarmo,
penyunting. Penuntun Neurologi. Edisi-1. Tangerang: Binarupa Akasara; 2009: h. 100-

3.

102.
Passat Jimmy. Epidemiologi Epilepsi. Dalam: Soetomenggolo Taslim, Ismael Sofyan,

4.

Penyunting. Neurologi Anak. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 1999: h.190-197.


Sunaryo utoyo.2007. Diagnosis Epilepsi. Surabaya; Bagian neurologi Fakultas

5.

Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma .


PERDOSSI. Pedoman Tatalaksana Epilepsi. Ed. 3. Jakarta. 2008

BAB 3
PENUTUP

Epilepsi merupakan kelainan neurologi yang dapat terjadi pada setiap orang di seluruh
dunia.1Epilepsi merupakan salah satu kelainan otak yang serius dan umum terjadi, sekitar lima
puluh juta orang di seluruh dunia mengalami kelainan ini. Angka epilepsi lebih tinggi di negara
berkembang
Bila serangan epilepsi tidak ditangani dengan baik dan berlangsung lama dapat
mengakibatkan kerusakan pada sistem otak dan syaraf anak tersebut hingga dapat
mengakibatkan kematian.
Pada kasus epilepsi, prognosis penyakit sangat tergantung terhadap intesitas tejadinya
serangan dimana intesitas serangan ini dapat dikuranggi dengan cara menghindari faktor
pencetus ataupun pengendalian aktifitas sehari hari. Penanganan pada kasus asma saat
serangan merupakan faktor penting penentuan prognosis.

Anda mungkin juga menyukai