OLEH
TUMBUHAN AIR
Disbatraksikan oleh
Smno.jursntnhfpub.2014
. Rascio, N. dan F.N.Izzo. 2011. Heavy metal hyperaccumulating plants: How and why do they do it?
And what makes them so interesting?. Plant Science, 180(2): 169-181.
. Ye,W.L., M.A.Khan, S.P. McGrath dan F.J. Zhao. 2011. Phytoremediation of arsenic contaminated
paddy soils with Pteris vittata markedly reduces arsenic uptake by rice. Environmental Pollution,
159(12): 3739-3743.
. . Weis,J.S. dan P. Weis. 2004. Metal uptake, transport and release by wetland plants: implications for
phytoremediation and restoration. Environment International, 30(5): 685-700.
. . Zhang,X., Y. Hu, Y. Liu dan B. Chen. 2011. Arsenic uptake, accumulation and phytofiltration by
duckweed (Spirodela polyrhiza L.). Journal of Environmental Sciences, 23(4): 601-606.
Zhang et al. (2011) meneliti akumulasi arsen (As) dan toleransi duckweed
Spirodela polyrhiza L. dan potensinya untuk fito-filtrasi As. Jenis S. polyrhiza
mampu bertahan dalam konsentrasi tinggi As(V) dalam larutan. Nilai-nilai
EC50 ( SE) berdasarkan As(V) eksternal adalah sebesar (181,66 20,12)
umol / L. Spesies ini mampu mengakumulasi (999 95) mg As / kg bobot
kering, bila terpapar dengan larutan 320 umol / L As(V) selama satu minggu,
dan mampu menyerap 400 mg As/ kg bobot kering dalam jaringan tubuhnya
tanpa kehilangan biomassa yang signifikan. Nilai-nilai EC50 (konsentrasi
efektif As(V) dalam larutan hara yang menyebabkan penghambatan 50%
terhadap produksi biomassa) adalah sebesar (866 68) mg / kg bobot
kering, menunjukkan bahwa S. polyrhiza memiliki kemampuan tinggi
mengakumulasi As dan toleran terhadap As. Parameter kinetik serapan
Vmax adalah (55,33 2,24) nmol / (g dw-min) dan Km adalah (0.144 0,011)
mmol / L. Dalam 72 jam, S. polyrhiza mampu menurunkan konsentrasi As
dalam larutan 190-113 ng / mL dengan tingkat penghapusan 41%. Studi ini
menunjukkan bahwa tanaman air yang mengambang memiliki potensi
sebagai fitofiltrasi As dalam tubuh perairan yang terkontaminasi As atau
tanah sawah (Zhang et al., 2011).
Bhattacharya, P., A.H. Welch, K.G. Stollenwerk, M.J. McLaughlin, J.Bundschuh dan G. Panaullah.
2007. Arsenic in the environment: Biology and Chemistry. Science of The Total Environment, 379(23):
109-120..
. Zhang, B.Y., J.S. Zheng dan R.G. Sharp. 2010. Phytoremediation in Engineered
Sharma, V.K. dan M. Sohn. 2009. Aquatic arsenic: Toxicity, speciation, transformations,
and remediation. Environment International, 35(4): 743-759. .
Lizama, A.K., T.D. Fletcher dan G. Sun. 2011. Removal processes for arsenic in
constructed wetlands. Chemosphere, 84(8): 1032-1043.
. . Mirza, N., Q. Mahmood, A. Pervez, R. Ahmad, R. Farooq, M.M.Shah dan M.R. Azim.
. Natarajan, S., R.H. Stamps, L.Q. Ma, U.K. Saha, D.Hernandez, Y.Cai dan E.J. Zillioux.
2011. Phytoremediation of arsenic-contaminated groundwater using arsenic
hyperaccumulator Pteris vittata L.: Effects of frond harvesting regimes and arsenic levels
in refill water. Journal of Hazardous Materials, 185(23): 983-989.
Natarajan, et al. (2011) meneliti sebuah sistem hidroponik skala besar untuk
fitoremediasi air-tanah yang tercemar As dengan menggunakan Pteris vittata
(Pakis Cina) di lapangan. Dalam studi selama 30 minggu ini, dipelajari tiga
pola panen pakis (semua, dewasa, dan daun-tua) dan dua skema isi-ulang
air untuk mengimbangi evapotranspirasi (air kaya As 140-180 mg / L dan air
miskin As < 7 mg / L). Dua percobaan (Siklus 1 dan Siklus 2) dilakukan
dengan menggunakan tanaman yang sama dalam 24 tangki dengan masingmasing berisi 600 L air tanah yang tercemar As dan 32 pakis. Selama Siklus
1 dan dengan konsentrasi As awal 140 mg / L, tangki yang diisi ulang dengan
air miskin As, etika konsnetrasi As menurun menjadi <10 mg / L pada 8
minggu, dibandingkan dengan <10 mg / L pada 17 minggu dalam tangki yang
diisi dengan air kaya As. Selama Siklus 2 dan dengan konsnetrasi awal 180
mg / L, waktu remediasi berkurang menjadi 2-5 minggu, menunjukkan bahwa
pakis lebih efisien menyerap As. Di daerah di mana air bersih sangat
terbatas, pengisian dnegan air yang tercemar As, dibarengi denegan
pemanenan daun-daun tua (mati) sangat dianjurkan untuk lebih efektifnya
fitoremediasi As.
. . Zhang, X., A.J. Lin, F.J.Zhao, G.Z.Xu, G.L.Duan dan Y.G. Zhu. 2008.
Zhang, et al. (2008) meneliti akumulasi As dan toleransi pakis air Azolla
terhadap As. Lima puluh strain Azolla menunjukkan variasi yang besar dalam
hal kemampuannya mengakumulasikan As. Jenis-jenis pakis yang
mempunyai kemampuan tertinggi dan terendah di antara 50 strain tersebut
dipilih untuk penelitian lebih lanjut. Jenis Azolla carolininia
mengakumulasikan As dua kali lebih banyak dibandingkan dengan jenis
Azolla filiculoides , karena kecepatan penyerapan arsenate yang lebih tinggi.
Jenis A. filiculoides lebih tahan terhadap arsenat eksternal karena
penyerapannya lebih rendah. Kedua strain ini menunjukkan tingkat toleransi
terhadap As yang sama. Arsenat dan arsenit adalam spesies As yang
dominan dalam kedua strain Azolla ini, dengan spesies As-metilasi sebesar
< 5% dari total As. Jenis A. filiculoides memiliki proporsi arsenite yang lebih
tinggi daripada jenis A. carolininia. Kedua strain ini mengekskresikan lebih
banyak arsenate daripada arsenit, dan jumlah ekskresi As sebanding dengan
jumlah akumulasi As. Potensi Azolla yang tumbuh di lahan sawah untuk
mengurangi transfer As dari tanah dan air memasuki tanaman padi masih
harus dikaji secara lebih mendalam (Zhang, et al., 2008) .
. . Lee, C.K., K.S. Low dan N.S. Hew. 1991. Accumulation of arsenic by aquatic plants.
Lee, Low dan Hew (1991) meneliti sepuluh jenis tumbuhan air yang
dikumpulkan dari 22 kolam yang dibentuk dari kegiatan pertambangan timah
di Kuala Lumpur. Konsentrasi arsenik dalam tumbuhan ini sebagian
mencerminkan konsentrasi arsenik air kolam, yang berkisar 0,002-0,25 mg /
ml. Serapan arsenik oleh salah satu tumbuhan air, Hydrilla verticillata Casp.,
dipelajari di laboratorium. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa serapan As
merupakan fungsi dari konsentrasi arsenik awal. Dengan adanya konsentrasi
fosfat yang tinggi, penyerapan arsenik oleh Hydrilla verticillata dihambat.
Hydrilla verticillata dapat digunakan sebagai bioindikator pencemaran arsenik
dalam ekosistem akuatik, karena ia memenuhi kriteria untuk organisme
indikator (Lee, Low dan Hew, 1991) .
Litter, et al. (2012) mengkaji teknologi Skala kecil dan sekala rumah tangga
yang murah untuk mengolah air minum bebas As, cocok untuk daerah
pedesaan dan pinggir kota yang terisolasi tidak terhubung ke jaringan air
bersih di Amerika Latin. Beberapa dari teknologi ini hanyalah adaptasi dari
teknologi konvensional yang sudah digunakan pada skala besar dan
menengah, tetapi teknologi lainnya ternyata ramah lingkungan dan
menggunakan bahan-bahan lokal dan sumberdaya dari wilayah yang terkena
dampak. Teknologi ini membutuhkan peralatan yang sederhana dan murah
yang dapat dengan mudah ditangani dan dikelola oleh penduduk setempat.
Metode pengolahan air ini didasarkan pada proses-proses berikut: kombinasi
koagulasi / flokulasi dengan adsorpsi, adsorpsi dengan bahan geologi dan
bahan alami lainnya yang murah, teknologi elektrokimia, metode biologis
termasuk fitoremediasi, penggunaan besi bervalensi-nol dan proses
fotokimia. Dalam beberapa kasus, proses-proses ini telah diuji pada tingkat
laboratorium dan tidak ada informasi yang cukup tentang biayanya. Namun
. Lafabrie, C., K.M. Major, C.S. Major dan J. Cebrin. 2011. Arsenic and
mercury bioaccumulation in the aquatic plant, Vallisneria neotropicalis.
Chemosphere, 82(10): 1393-1400.
Arsen (As) dan merkuri (Hg) adalah salah satu logam yang paling beracun /
metaloid. . Lafabrie, et al. (2011) melakukan penelitian untuk menyelidiki
bioakumulasi ini elemen dalam spesies Vallisneria neotropicalis, spesies
trofik kunci dalam lingkungan perairan. Untuk tujuan ini, konsentrasi As dan
Hg ditentukan dalam sedimen dan populasi alami V. neotropicalis di submuara Mobile Bay (Alabama, USA), dibedakan sehubungan dengan masa
lalunya dan dampak antropogeniknya. Analisis menunjukkan bahwa ikan-ikan
sungai ternyata paling terkontaminasi; kandungan As yang ditemukan dalam
sedimen sungai berada dalam kisaran yang berpotensi menimbulkan efek
samping pada biota. Konsentrasi As dalam sedimen cukup berkorelasi
dengan konsentrasi As dalam V. neotropicalis; tidak ada korelasi yang
ditemukan antara konsentrasi Hg sedimen dan Hg dalam tumbuhan.
Beberapa parameter menunjukkan hubungan potensial tersebut (misalnya,
perbedaan karakteristik sedimen dan fenomena "pengenceran biologis).
Hasil penelitian ini menyoroti berbagai parameter yang dapat mempengaruhi
akumulasi logam / metaloid di dalam tumbuhan air , serta respon spesiesspesifik untuk melacak kontaminasi (Lafabrie, et al., 2011) . Penelitian ini
Kamal, et al. (2004) meneliti kemampuan tiga jenis tumbuhan air untuk
menghilangkan logam berat dari air yang terkontaminasi, yaitu: spesies
Myriophylhum aquaticum, Ludwigina palustris, dan Mentha aquatic.
Tanaman ini diperoleh dari Sistem Aquatic Surya yang mengolah air limbah
kota. Semua jenis tumbuhan ini mampu menyerap Fe, Zn, Cu, dan Hg dari air
limbah yang terkontaminasi. Efisiensi serapannya rata-rata untuk tiga spesies
tanaman adalah 99,8%, 76,7%, 41,62%, dan 33,9% untuk logam Hg, Fe, Cu,
dan Zn. Tingkat penyerapan seng dan tembaga relatif konstan (0,48 mg / l /
hari untuk Zn , dan 0,11 mg / l / hari untuk Cu), sedangkan serapan besi dan
merkuri tergantung pada konsentrasinya dalam air yang terkontaminasi dan
berkisar dari 7,00-0,41 mg / l / hari untuk Fe dan 0,0787-0,0002 mg / l / hari
untuk Hg. Spesies Myriophylhum aquaticum menunjukkan toleransi yang
lebih besar , diikuti oleh Mentha aquatic dan Ludwigina palustris.
Pertumbuhan Ludwigina palustris secara nyata dipengaruhi oleh keracunan
logam berat. Selektivitas logam berat untuk tiga spesies tanaman ini adalah
sama (Hg> Fe> Cu> Zn). Keseimbangan massa yang terjadi pada sistem ini
menunjukkan bahwa sekitar 60,45-82,61% seng dan 38,96-60,75% tembaga
telah dihapus oleh pengendapan seng-fosfat dan tembaga-fosfat (Kamal, et
. Miretzky, P., A.Saralegui dan A.F.Cirelli. 2004. Aquatic macrophytes potential for the
. . Fritioff, A. dan M.Greger. 2006. Uptake and distribution of Zn, Cu, Cd, and Pb in an
aquatic plant Potamogeton natans. Chemosphere, 63(2): 220-227.
Pemahaman yang lebih baik tentang serapan logam dan translokasinya oleh
tumbuhan air dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja sistem Lahan
Basah Buatan (LBB) untuk pengolahan limpasan air hujan. Fritioff dan Greger
(2006) melakukan penelitian untuk menguji apakah penyerapan Zn, Cu, Cd,
dan Pb oleh spesies Potamogeton natans terjadi melalui daun, batang, atau
akar, dan apakah ada translokasi logam dari organ serapan ke bagian
tanaman lainnya. Analisis juga dilakukan terhadap persaingan di antara
logam dalam proses penyerapan dan pada tingkat dinding sel di tempat
akumulasi logam dalam batang dan daun. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa Zn, Cu, Cd, dan Pb dapat diserap oleh daun, batang, dan akar,
dengan akumulasi tertinggi ditemukan dalam akar. Pada konsentrasi logam
yang tinggi dalam limpasan air-hujan ternyata penyerapan Cu agak terbatas,
tetapi hal ini tidak terjadi pada penyerapan Zn, Cd, atau Pb, oleh akar; hal ini
menunjukkan adanya persaingan di antara logam. Sebesar 24% - 59% dari
kandungan logam ternyata terikat pada dinding sel tanaman. Kecuali dalam
kasus Pb, fraksi logam yang dinding sel umumnya lebih kecil di batang
daripada di daun. Tidak ada translokasi logam ke bagian lain dari tanaman,
kecuali Cd yang ditranslokasikan dari daun ke batang dan sebaliknya. Oleh