BAB III-TINJAUAN PUSTAKA - DBD Anak
BAB III-TINJAUAN PUSTAKA - DBD Anak
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
18
B. Epidemiologi
Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan
sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan
pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu,
terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization
(WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD
tertinggi di Asia Tenggara.
19
C. Etiologi
Virus dengue termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviruses)
yang sekarang dikenal sebagai genus flavivirus, famili Flaviviridae.
Bedasarkan genom yang dimiliki, virus dengue termasuk virus (positive
sense single stranded) RNA. Genom ini dapat ditranslasikan langsung
menghasilkan satu rantai polipeptida berupa tiga protein struktural
( capsid, pre-membrane, envelope )dan tujuh protein non struktural (NS1,
NS2A, NS2B, NS3, NS4A, NS4B, dan NS5). Berdasarkan sifat antigen
dikenal ada empat serotipe virus dengue, yaitu: DEN-1, DEN2, DEN-3,
DEN-4. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap
serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap
serotipe
lain
sangat
kurang,
sehingga
tidak
dapat
memberikan
20
21
kompleks
antigen-antibodi
pada
membran
trombosit
22
sel
dendritik
yang
terinfeksi
memproduksi
banyak
sitokin
23
1.
Fase
Demam,
ditandai
dengan
dengan
demam
tinggi 2-7
hari
(>38,3 C), kadang dapat disertai kejang demam. Timbul facial flush,
muntah, nyeri kepala, nyeri otot, nyeri sendi, nyeri tenggorok dengan
faring hiperemis, nyeri hipokondrium kanan dan nyeri perut. Pada
pemeriksaan fisik sering didapatkan manifestasi perdarahan: uji
torniquet positif, petekiae, epistaksis, perdarahan gusi, perdarahan
24
plasma .
Tanda-tanda syok: anak gelisah sampai terjadi penurunan
kesadaran, sianosis, nafas cepat, nadi teraba lembut sampai tidak
teraba. Hipotensi, tekanan nadi 20 mmHg, dengan peningkatan
tekanan diastolik. Akral dingin, capillary refill time memanjang
(>3 detik). Diuresis menurun (< 1ml/kg berat badan/jam), sampai
anuria.
Komplikasi
berupa
asidosis
metabolik,
hipoksia,
kembali.
Dua
tanda
tersebut
adalah
indikasi
untuk
25
bifasik.
Manifestasi perdarahan baik spontan seperti, ptekie, purpura,
ekimosis, epitaksis, perdarahan gusi, hemetesis, dan atau
rumah.
Leukopenia <4000/mm3
Trombositopenia <100.000/mm3
26
Hepatomegali
27
adanya
infeksi
dengue,
namun
tidak
dapat
infeksi
sekunder.
Apabila
rasio
IgM:IgG>1,2
IgM
Infeksi primer
Infeksi sekunder
Infeksi lampau
Bukan dengue
positif
positif
negatif
negatif
IgG
negatif
positif
positif
negatif
Keterangan
Apabila
mengarah
dengue,
klinis
ke
pada
infeksi
fase
28
IgG diulang
Tabel 3. Derajat DBD berdasarkan klasifikasi WHO 2011
DD/DB
Derajat
D
Demam
Demam
Dengue
dengan 2 gejala
Laboratorium
minimal Leukopenia
disertai
leukosit
Nyeri kepala
Trombositopenia (jumlah
trombosit
sel/mm3)
(5%-10%)
Tidak
ada
(uji
bendung <100.000
II
plasma
Seperti
derajat
<100.000
peningkatan
III
Seperti
derajat
atau
DBD*
IV
hipotensi,
sel/mm3,
hematokrit
sel/mm3,
hematokrit
20%
II Trombositopenia
bukti
20%
ditambah Trombositopenia
perdarahan spontan
DBD*
hematokrit
perembesan plasma
manifestasi Trombositopenia
dan
perdarahan
<100.000
Peningkatan
Manifestasi perdarahan
4000
sel/mm3)
Nyeri retro-orbital
DBD
(jumlah
sel/mm3;
hematokrit
gelisah, 20%
diuresis menurun
Syok hebat dengan tekanan Trombositopenia
darah dan nadi yang tidak <100.000
terdeteksi
peningkatan
20%
sel/mm3;
hematokrit
29
terjadi
pada
pasien
dengan
ulkus
peptik,
3.7 Tatalaksana
Terapi infeksi virus dengue dibagi menjadi 4 bagian, (1) Tersangka DBD, (2)
Demam Dengue (DD) (3) DBD derajat I dan II (4) DBD derajat III dan IV
(DSS).
1. Penatalaksanan DBD sesuai fase penyakit
30
Fase Demam
Pada fase demam, dapat diberikan antipiretik + cairan rumatan / atau
cairan oral apabila anak masih mau minum, pemantauan dilakukan
setiap 12-24 jam
a. Medikamentosa
1) Antipiretik dapat diberikan, dianjurkan pemberian parasetamol
apabila suhu 38C dengan interval 4-6 jam bukan aspirin.
2) Diusahakan tidak memberikan obat-obat yang tidak diperlukan
(misalnya antasid, anti emetik) untuk mengurangi beban
detoksifikasi obat dalam hati.
3) Kortikosteroid diberikan pada DBD ensefalopati apabila
terdapat
perdarahan
saluran
cerna
kortikosteroid
tidak
diberikan.
4) Antibiotik diberikan untuk DBD ensefalopati.
b. Supportif
Cairan: cairan pe oral + cairan intravena rumatan per hari + 5%
defisit Diberikan untuk 48 jam atau lebih. Kecepatan cairan IV
disesuaikan dengan kecepatan kehilangan plasma, sesuai keadaan
klinis, tanda vital, diuresis, dan hematokrit .
Fase Kritis
Pada fase kritis pemberian cairan sangat diperlukan yaitu kebutuhan
rumatan + deficit, disertai monitor keadaan klinis dan laboratorium
setiap 4-6 jam(WHO, 2011)
Terapi cairan pada DBD Grade III/Syok terkompensasi pada anak.
Syok pada infeksi dengue merupakan syok hipovolemik dengan fase
awal berupa syok terkompensasi dan fase selanjutnya adalah fase
dekompensasi.
31
Pada kondisi syok tak teratasi setelah pemberian cairan inisial, periksa
analisa gas darah, hematokrit, kalsium dan gula darah untuk menilai
kemungkinan
A-B-C-S
(A=asidosis,
B=bleeding/perdarahan,
32
2.
3.
Produksi urin
4.
5.
6.
Apabila
sumber
perdarahan
dapat
diidentifikasi,
segera
33
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
nadi teratur
Jumlah urin cukup
Minimum 2-3 hari setelah sembuh dari syok
Tidak ada kegawatan napas karena efusi pleura, tidak ada asites
Trombosit >50.000 /mm3. Apabila masih rendah namun klinis
baik,pasien boleh pulang dengan nasihat jangan melakukan aktivitas
yang memudahkan untuk mengalami trauma selama 1-2 minggu atau
penyakit lain yang menyertai, contoh: ITP. Pada kasus DBD tanpa
34
35
dan jumlah cairan segera dikurangi. Larutan ringer laktat segera ditukar
dengan larutan NaCl (0,9%) : glukosa (5%) = 3:1.
Indikasi rawat
(lihat bagan 1)
Pemantauan
-
12 jam.
Balans cairan, catat jumlah cairan yang masuk, diuresis ditampung,
Pasien tidak dapat asupan yang adekuat untuk cairan per oral atau
muntah
Hematokrit meningkat 10%-20% meskipun dengan rehidrasi oral
Ancaman syok atau dalam keadaan syok
yang diberikan.
Volume cairan rumatan + dehidrasi 5% harus diberikan untuk menjaga
36
tidak dianjurkan
Pemeriksaan laboratorium baik pada kasus syok maupun non syok saat
tidak ada perbaikan klinis walaupun penggantian volume sudah cukup,
maka perhatikan ABCS yang terdiri dari, A Acidosis: gas darah, B
Bleeding: hematokrit, C Calsium: elektrolit, Ca++ dan S Sugar:
gula darah (dekstrostik)
37
38
39
40
3.8 Komplikasi
Demam Dengue
Perdarahan dapat terjadi pada pasien dengan ulkus peptik, trombositopenia hebat,
dan trauma.
Demam Berdarah Dengue
Ensefalopati dengue dapat terjadi pada DBD dengan atau tanpa syok.
41
Edema paru dan/ atau gagal jantung seringkali terjadi akibat overloading
pemberian cairan pada masa perembesan plasma
Selama fase akut penyakit, sulit untuk membedakan DBD dari demam
dengue dan penyakit virus lain yang ditemukan di daerah tropis. Maka
untuk membedakan dengan campak, rubela, demam chikungunya,
leptospirosis, malaria, demam tifoid, perlu ditanyakan gejala penyerta
lainnya yang terjadi bersama demam. Pemeriksaan laboratorium
diperlukan sesuai indikasi.