Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI BARU LAHIR (BBL)


A. Definisi
Bayi baru lahir (neonatus) normaladalah bayi dari kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2.500 gr sampai dengan 4.000 gram.
Neonatus merupakan masa bayi baru lahir sampai usia 28 hari. Periode neonatal
adalah bulan pertama kehidupan. Selama periode neonatal bayi mengalami
pertumbuhan dan perubahan yang amat manakjubkan (Mary Hamilton, 1995 :
217).
B. Perubahan Fisiologis BBL
1. Sistem respirasi
Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran
oksigen melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran oksigen harus terjadi
melalui paru.
a. Perkembangan paru
Paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari faring yang bercabang
dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan
bronkus. Paru yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup
BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini disebabkan keterbatasan
permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru, dan tidak
tercukupinya jumlah surfaktan.
b. Awal adanya nafas
Faktor faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi
adalah :
Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar

rahim yang merangsang pusat pernafasan otak.


Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru
selama persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru
secara mekanis. Interaksi antara sistem pernafasan, kardiovaskuler
dan susunan saraf pusat menimbulkan pernafasan yang teratur dan
berkrsinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.

Penimbunan karbondioksida
Setelah bayi lahir, kadar karbondioksida meningkat dalam darah dan
akan

merangsang

pernafasan.

Berkurangnya

oksigen

akan

mengurangi gerakan pernafasan janin, tetapi sebaliknya peningkatan


karbondioksida akan menambah frekuensi dan tingkat gerakan
pernafasan janin.
Perubahan suhu Keadaan dingin akan merangsang pernafasan.
c. Surfaktan dan upaya pernapasan
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk
mengeluarkan cairan dalam paru dan mengembalikan jaringan alveolus
paru paru untuk pertama kali.
Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfaktan (lemak
lesitin/sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru. Produksi
surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan jumlahnya meningkat
sampai paru matang (sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi surfaktan
adalah untuk mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu untuk
menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir
pernafasan.
Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveolus kolaps setiap saat
akhir pernafasan yang menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan
kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan
glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stress pada bayi yang
sebelumnya sudah terganggu.
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di parunya. Pada saat bayi
melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas
keluar dari paru paru. Seorang bayi yang dilahirkan secara sectio sesaria
kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada dan dapat menderita paru
paru basah dalam jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan
nafas yang pertama udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa
cairan di paru paru dikeluarkan dari paru paru dan diserap oleh pembuluh
limfe dan darah.
Selama 1 jam pertama kehidupannya, system limfe melanjutkan
pengeluaran cairan dari paru. Proses ini juga merupakan akibat perbedaan
tekanan alveoli ke jaringan interstisiil ke kapiler. Penurunan tahanan
vaskuler memungkinkan aliran cairan paru tersebut. Pernafasan abnormal
dan kegagalan pengembangan paru yang maksimal memperlambat
perpindahan cairan paru dan interstisiil ke sirkulasi. Retensi cairan

mengganggu kemampuam bayi untuk mempertahankan oksigenasi yang


adekuat. Lingkar dada 30-33 cm saat lahir, sehingga fungsi respirasi bayi
lebih banyak menggunakan kontraksi diafragma ari pada costae.
2. Sistem Sirkulasi
Sistem sirkulasi mengalami perubahan pada saat bayi dilahirkan.
Terdapat dua perubahan yang harus terjadi untuk mendapatkan sistem
sirkulasi yang baik, yaitu menutupnya foramen ovale pada atrium dan ductus
arteriosus antara paru dan aorta. Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat
perubahan tekanan pada seluruh sistem vaskular. Oksigen menyebabkan
sistem vaskular mengubah tekanan dengan cara mengurangi atau
meningkatkan resistensinya, sehingga mengubah aliran darah.
Terdapat dua peristiwa yang dapat merubah tekanan dalam sistem
pembuluh darah, yaitu:
Pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh sistemik meningkat dan
tekanan atrium kanan menurun, tekanan atrium menurun kerena
berkurangnya aliran darah ke atrium kanan tersebut. Hal ini
menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan. Kedua
kejadian ini membantu darah dengan sedikit kandungan oksigen mengalir

ke paru untuk menjalani proses oksigenisasi ulang.


Pernafasan pertama menurunkan resistensi pada pembuluh darah paru
dan meningkatkan tekanan pada atrium kanan. Oksigen pada pernafasan
pertama ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya sistem pembuluh
darah paru. Peningkatan sirkulasi ke paru mengakibatkan peningkatan
volume darah dan tekanan pada atrium kanan dengan peningkatan
tekanan atrium kanan ini dan penurunan pada atrium kiri, foramen ovale
secara fungsional akan menutup.
Frekuensi nadi BBL 120-160x/menit, kadang mengalami murmur

yang akan hilang pada usia 6 bulan. Tekanan darah bayi bervariasi 78/42
mmHg. Menangis menyebabkan peningkatan tekanan sistolik. Volume darah
80-110 cc/kg/BB, menjadi 2x lipat pada akhir tahun pertama.
Perubahan yang terjadi pada sistem peredaran darah (sistem sirkulasi)
antara lain:
Struktur
Vena umbilikus

Sebelum Lahir
Membawa darah dari arteri

Setelah Lahir
Menutup, menjadi

ke hati dan jantung


Arteri umbilikalis Membawa darah arteri

ligamentum teres hepatis


Menutup, menjadi

venosa ke placenta

ligamentum vesikale pada

Duktus venosus

Pirau darah a. ke v. kava

dinding abdominal anterior


Menutup, menjadi

Duktus arteriosus

inferior
Pirau darah a.dan sebagian

ligamentum venosum
Menutup, menjadi lig.

darah v. dari a. pulmonalis

Arteriosum

Foramen ovale

ke aorta
Menghubungkan atrium

Biasanya menutup

Paru

kanan dan kiri


Tidak ada udara, sedikit

Berisi udara dengan suplai

Arteri pulmonalis

darah, berisi cairan


Membawa sedikit darah ke

darah yang baik


Membawa banyak darah ke

Aorta

paru
paru
Menerima darah dari kedua Menerima darah hanya dari

Vena cava

ventrikel
ventrikel kiri
Membawa darah dari tubuh Membawa darah hanya ke

inferior

dan darah arteri ke plasenta atrium kanan

3. Termoregulasi
Pengendalian panas adalah cara kedua untuk menstabilkan fungsi
pernafasan dan sirkulasi bayi. Termoregulasi adalah upaya mempertahankan
keseimbangan antara produksi dan pengeluaran panas. Bayi bersifat
homeothermic yang artinya berusaha menstabilkan suhu badan internal
dalam rentang yang pendek. Hipotermi dan kehilangan panas yang
berlebihan merupakan kejadian yang membahayakan.
Termogenesis pada bayi dipenuhi oleh brown fat dan meningkatkan
aktivitas metabolisme otak, jantung dan liver. Brown fat terletak diantara
kedua scapula dan axial, serta di dalam pintu masuk dada, sekitar ginjal dan
vertebra. Lemak tersebut banyak mengandung pembuluh darah dan saraf
daripada lemak biasa. Panas diproduksi dengan metabolisme dalam lemak
tersebut. Lemak tersebut ada sampai beberapa minggu setelah kelahiran dan
berkurang dengan suhu dingin. Semakin matur janin semakin banyak brown
fat.

Mekanisme kehilangan panas pada bayi meliputi :


1)

Konveksi
Bayi mengalami kehilangan panas karena panas mengalir dari permukaan
tubuh ke suhu udara yang lebih dingin di sekitarnya

2)

Radiasi
Bayi mengalami kehilangan panas dari permukaan tubuh ke permukaan
benda padat yang dekat dengan bayi tetapi tidak dengan kontak langsung.

3)

Evaporasi
Bayi mengalami kehilangan panas saat kulitnya basah. Kehilangan panas
terjadi oleh karena penguapan kulit tersebut.

4)

Konduksi
Bayi kehilangan panas dari permukaan tubuhnya ke permukaan benda
padat yang menempel ditubuhnya.
Mekanisme tubuh bayi saat mengalami kedinginan yaitu :
Cold stress

Meningkatkan frekuensi nafas karena kebutuhan oksigen meningkat akibat


konsumsi oksigen pada waktu dingin. Konsumsi oksigen dan energi yang
sebelumnya dipakai untuk mempertahankan fungsi otak, jantung dan pertumbuhan
dipakai untuk termoregulasi untuk mempertahankan hidup

Vasokonstriksi perifer

Penurunan oksigen pada jaringan

Vasokonstriksi pulmoner

Penurunan uptake oksigen

RDS
Glikolisis anaerob

Membuka right to left sunt

Asidosis metabolik

pH darah menurun

Asidosis respiratorik

Memisahkan bilirubin dari ikatan dengan albumin


Hyperbilirubinemia

4. Sistem Hematologi
Saat bayi lahir, nilai rata-rata hemoglobin, SDM, dan hematokrit lebih
tinggi dari dewasa. Hemoglobin BBL berkisar antara 14,5 sampai 22,5
gram/dl. Hematokrit bervariasi dari 44% sampai 72% dan hitung SDM
berkisar antara 5 sampai 7,5 juta/mm3. WBC 18.000/mm. Hb turun 11-17
gr/dl dan RBC turun menjadi 4,2-5,3 pada akhir bulan pertama.
5. Sistem Renal
Pada kehamilan cukup bulan, ginjal menempati sebagian besar dinding
abdomen posterior. Kandung kemih berada di dekat dinding abdomen
anterior. Pada bayi baru lahir, hampir semua massa yang teraba di abdomen
berasal dari ginjal. Fungsi renal seperti orang dewasa baru dapat dipenuhi
saat bayi berusia 2 bulan. Bayi baru lahir memiliki rentang keseimbangan
kimia dan rentang keamanan yang kecil. Infeksi, diare, atau pola makan yang
tidak

teratur

secara

cepat

dapat

menimbulkan

asidosis

dan

ketidakseimbangan cairan, seperti dehidrasi atau edema. Ketidakseimbangan


ginjal juga membatasi kemampuan bayi baru lahir untuk mengekskresi obat.
Saat lahir biasanya bayi akan BAK sedikit dan kemudian tidak BAK selama
12-2 jam, kemudian akan BAK 6-10x/hari. Urine berwarna kuning jernih,
berjumlah 15-60 cc/kgBB/hari. Kadang- kadang ada noda sedikit merah
karena kristal urat.
6. Sistem Gastrointestinal
Bayi baru lahir cukup bulan (aterm) sudah mampu menelan, mencerna,
memetabolisme, dan mengabsorbsi protein dan karbohidarat sederhana serta

mengemulsi lemak. Mukosa mulut basah, berwarna merah muda, pipi penuh
karena perkembangan bantalan menghisap yang baik. Bayi tidak dapat
memindahkan makanan dari bibir ke farink, oleh karena itu puting susu
harus diletakkan tepat diatas lidah dekat dengan farink. Aktivitas peristaltic
esofhagus belum terorganisasi, kemudian polanya akan menjadi teratur
sehingga bisa mulai menelan dengan baik. Tidak ada bakteri pada GIT pada
saat lahir, bakteri akan masuk setelah lahir melalui orifisium ovale anal dan
udara. Kapasitas lambung bayi 30-90 cc tergantung besarnya bayi.
Keasaman lambung lebih rendah dalam beberapa minggu sampai usia 2-3
bulan.
Saat lahir perut bawah dipenuhi oleh mekonium yang dibentuk setelah
janin di dalam uterus. Mekonium dibentuk dari cairan amnion, zat-zat yang
didalamnya (sel-sel epidermis, lanugo yang ditelan bayi), sekresi saluran
cerna dan pecahan sel dari mukosa. Warna hijau kehitaman dan lengket,
warna tersebut adalah akibat pigmen empedu. Keluaran mekonium yang
pertama adalah steril. Mekonium akan berganti dengan feses dalam 12-24
jam. Distensi otot abdomen mempengaruhi relaksasi dan kontraksi otot
kolon sehingga sering bayi segera BAB setelah makan.
7. Sistem Hepatika
Hati dan kandung empedu dibentuk pada minggu keempat kehamilan.
Pada bayi baru lahir, hati dapat dipalpasi sekitar 1 cm di bawah batas kanan
costae karena hati berukuran besar dan menempati sekitar 40% rongga
abdomen. Hati bertanggung jawab terhadap metabolisme billirubin. 50%
bayi aterm mengalami hyperbillirubinemia fisiologis. Ikterik neonates terjadi
akibat produksi bilirubin dengan kecepatan yang lebih besar dari dewasa dan
terdapat cukup banyak reabsorbsi bilirubin pada usus halus neonates.
Kriteria ikterik fisiologis atara lain:
a.

Bayi tampak normal

b.

Pada bayi aterm, jaundice muncul setelah 24 jam lalu hilang hari ke-7

c.

Pada bayi preterm, jaundice muncul setelah 48 jam lalu hilang pada
hari ke-9/10

d.

Jumlah bilirubin indirect < 12mg/100ml

e.

Jumlah bilirubin direct <1-1,5 mg/ml

f.

Peningkatan bilirubin tidak melebihi 5 mg/100ml perhari

8. Sistem Integument
Vernix caseosa, suatu lapisan putih seperti keju, menutupi kulit bayi
saat lahir, fungsinya masih belum jelas. Dalam 24 jam vernix caseosa akan
diabsorbsi kulit dan hilang seluruhnya, jadi tidak perlu dibersihkan. Kulit
bayi sangat sensitive dan mudah rusak, warnanya agak merah beberapa jam
setelah lahir. Pada wajah, bahu dan punggung ditumbuhi rambut lanugo.
Bayi baru lahir tampak montok, lemak subkutan terakumulasi sejak trimester
III.
9. Sistem Imunologi
Sel-sel yang menyuplai imunitas bayi berkembang pada awal
kehidupan janin, tetapi sel-sel ini tidak aktif selama beberapa bulan. Selama
tiga bulan pertama kehidupan, bayi dilindungi oleh imunitas pasif yang
diperoleh dari ibu. Barier alami, seperti asam lambung atau produksi pepsin
dan tripsin, yang tetap mempertahankan kestterilan usus halus, belum
berkembang dengan baik sampai tiga atau empat minggu. IgA tidak terdapat
pada saluran pernapasan, traktus urinarius, dan GIT. IgA aka nada pada GIT
jika bayi mendapatkan ASI. Bayi baru mensintesis IgG dan mencapai 40%
kadar IgG orang dewasa pada usia 9 bulan. IgA, IgD, dan IgE diproduksi
secara bertahap dan tidak mencapai kadar optimal pada masa kanak-kanak
dini. Bayi yang mendapatkan ASI mendapat imunitas pasif dari kolostrum
dan ASI.
10. Sistem musculoskeletal
Pertumbuhan tulang terjadi chepalocaudal. Kepala mempunyai panjang
dari panjang badan bayi, dengan lengan lebih panjang sedikit dari kaki.
Ukuran dan bentuk kepala dapat sedikit berubah akibat penyesuaian dengan
jalan lahir. Ubun-ubun (fontanel) anterior teraba lunak akan menutup pada
bulan ke 12-18. Lingkar kepala bervariasi 33-37 cm. vertebra harus dicek
adanya dimple (bengkok), mungkin berhubungan dengan spina bifida.
11. Sistem Reproduksi
Wanita
-

Ovarium sudah berisi ribuan sel-sel primitive (folikel


primordial).

Peningkatan estrogen selama kehamilan didikuti dengan


penurunan yang tiba-tiba saat kelahiran menyebabkan terjadinya
pengeluaran darah atau mucus dari vagina disebut pseudomenstruasi.

Genetalia eksterna edema dan hiperpigmentasi.

Labia mayor dan minor sudah menutupi vestibulum.

Vernix caseosa terdapat dikedua labia.


Pria

Testis sudah turun kedalam scrotum pada 90 % bayi.

Spermatogenesis belum terjadi, baru terjadi saat pubertas.

Preputium bisa berisi smegma yaitu suatu substansi putih


seperti keju

Genetalia eksterna membengkak dan hiperpigmentasi sebagai


efek dari hormone ibu

Sering terjadi hidroceles yaitu akumulasi cairan disekitar


testis, bisa sembuh sendiri.

C. Reflex pada Bayi Baru Lahir


1) Reflek Moro
Reflek ini terjadi karena adanya reaksi miring terhadap rangsangan
mendadak. Refleksnya simetris dan terjadi pada 8 minggu pertama setelah
lahir. Tidak adanya refleks moro menandakan terjadinya kerusakan atau
ketidakmatangan otak.
2) Refleks Rooting / Refleks Dasar
Dalam memberikan reaksi terhadap belaian di pipi atau sisi mulut, bayi akan
menoleh ke arah sumber rangsangan dan membuka mulutnya siap untuk
menghisap.
3) Refleks Menyedot dan Menelan / Refleks Sucking
Berkembang dengan baik pada bayi normal dan dikoordinasikan dengan
pernafasan. Ini penting untuk pemberian makan yang aman dan gizi yang
memadai.
4) Refleks Mengedip dan Refleks Mata
Melindungi mata dari trauma.
5) Refleks Graphs / Plantar

Genggaman tangan diperoleh dengan menempatkan jari atau pensil di dalam


telapak tangan bayi yang akan menggenggam dengan erat. Reaksi yang sama
dapat ditunjukkan dengan membelai bagian bawah tumit (genggam telapak
kaki).
6) Refleks Walking / Berjalan dan Melangkah
Jika disangga secara tegak dengan kaki menyentuh permukaan yang rata, bayi
akan terangsang untuk berjalan.
7) Refleks Tonik Neck
Pada posisi terlentang lengan disamping tubuh tempat kepala menoleh kearah
itu terulur sedangkan lengan sebelah terkulai.
8) Refleks Tarik
Jika didudukkan tegak, kepala bayi pada awalnya akan terkulai ke belakang
lalu bergerak ke kanan sesaat sebelum akhirnya tertunduk ke arah depan
D. Penanganan Bayi Baru Lahir
Menurut Prawirohardjo, (2002) tujuan utama perawatan bayi segera sesudah
lahir, adalah:
1. Membersihkan jalan nafas
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir, apabila bayi tidak
langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara
sebagai berikut :
a. Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.
b. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang
c. Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan
yang dibungkus kassa steril.
d. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi
dengan kain.
2. Memotong dan Merawat Tali Pusat
Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak begitu
menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi kurang
bulan. Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi dengan gunting steril
dan diikat dengan pengikat steril. Apabila masih terjadi perdarahan dapat
dibuat ikatan baru. Luka tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan alkohol
70% atau povidon iodin 10% serta dibalut kasa steril. Pembalut tersebut
diganti setiap hari dan atau setiap tali basah / kotor. Sebelum memotong tali
pusat, pastikan bahwa tali pusat telah diklem dengan baik, untuk mencegah
terjadinya perdarahan.
3. Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi

Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu
badannya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap
hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus hangat.
4. Memberi Vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan, semua bayi baru lahir normal
dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari,
sedangkan bayi resiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan dosis 0,5
1 mg I.M
5. Memberi Obat Tetes / Salep Mata
Di beberapa negara perawatan mata bayi baru lahir secara hukum
diharuskan untuk mencegah terjadinya oplitalmic neonatorum. Di daerah
dimana prevalensi gonorhoe tinggi, setiap bayi baru lahir perlu diberi salep
mata sesudah 5 jam bayi lahir. Pemberian obat mata eritromisin 0,5% atau
tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia
(penyakit menular seksual).
6. Identifikasi Bayi
a. Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat
penerimaan pasien, di kamar bersalin dan di ruang rawat bayi.
b. Alat yang digunakan hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus tidak
mudah melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas.
c. Pada alat/gelang identifikasi harus tercantum : nama (bayi, nyonya)
tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu.
d. Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan nama,
tanggal lahir, nomor identifikasi.
7. Pemantauan Bayi Baru Lahir
Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas
bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir
yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak
lanjut petugas kesehatan. Pemantauan 2 jam pertama sesudah lahir meliputi :
a. Kemampuan menghisap kuat atau lemah
b. Bayi tampak aktif atau lunglai
c. Bayi kemerahan atau biru
E. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin kelainan
pada bayi. Resiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama
kehidupan, sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk
tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.

Waktu pemeriksaan bayi baru lahir yaitu:


Baru lahir sebelum usia 6 jam
Usia 6-48 jam
Usia 3-7 hari
Minggu ke-2 pasca lahir
Langkah-langkah pemeriksaan:

Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang (tidak menangis)


Pemeriksaan tidak harus berurutan, dahulukan menilai pernafasan dan tarikan

dinding dada bawah, denyut jantung serta perut


Selalu mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir sebelum dan sesudah
memegang bayi
Pemeriksaan Fisik yang Dilakukan
Lihat postur, tonus dan aktivitas
Lihat kulit

Keadaan Normal
Posisi tungkai dengan lengan fleksi
Bayi sehat dan bergerak aktif
Wajah, bibir dan selaput lender, dada
harus berwarna merah muda, tanpa

adanya kemerahan atau bisul


Hitung pernapasan dan lihat tarikan Frekuensi normal 40-60x/menit
dinding dada bawah ketika bayi sedang Tidak ada tarikan dinding dada bawah
yang dalam
tidak menangis
Hitung
denyut
jantung
dengan Frekuensi denyut jantung normal 120meletakkan stetoskop di dada kiri
setinggi apeks kordis
Lakukan pengukuran

suhu

dengan thermometer
Lihat dan raba bagian kepala

160x/menit

ketiak Suhu normal adalah 36,5-37,5C


Bentuk kepala terkadang asimetris karena
penyesuaian pada saat proses persalinan,
umumnya hilang dalam 48 jam
Ubun-ubun besar rata atau

tidak

menonjol, dapat sedikit menonjol saat


Lihat mata
Lihat bagian dalam mulut

bayi menangis
Tidak ada kotoran/secret
Bibir, gusi, langit-langit utuh dan tidak

ada bagian terbelah

Nilai
kekuatan isap bayi. Bayi akan
Masukkan satu jari yang menggunakan
sarung tangan ke dalam mulut, raba mengisap kuat jari pemeriksa

langit-langit
Lihat dan raba perut
Lihat tali pusat

Perut bayi datar, teraba lemas


Tidak ada perdarahan, pembengkakan,
nanah, bau yang tidak enak pada tali

Lihat

punggung

dan

raba

pusat, atau kemerahan sekitar tali pusat


tulang Kulit terlihat utuh, tidak terdapat lubang

belakang
dan benjolan pada tulang belakang
Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah Tidak terdapat sindaktili, polidaktili,
siemenline, dan kelainan kaki (pes
equino varus da vagus)
Lihat lubang anus

Hindari memasukkan alat atau jari Terlihat lubang anus dan periksa apakah
dalam memeriksa anus
mekonium sudah keluar
Tanyakan pada ibu apakah bayi sudah Biasanya mekonium keluar dalam 24 jam
BAB
Lihat dan raba alat kelamin luar

setelah lahir
Bayi perempuan kadang terlihat cairan

Tanyakan kepada ibu apakah bayi sudah vagina berwarna putih atau kemerahan
Bayi laki-laki terdapat lubang uretra pada
BAK
ujung penis. Teraba testis di skrotum
Pastikan bayi sudah BAK dalam 24 jam
setelah lahir
Yakinkan tidak ada kelainan alat kelamin,
missal.hipospadia, rudimenter, kelamin
ganda
Berat lahir 2,5-4 kg
Timbang bayi dengan menggunakan Dalam minggu pertama, BB mungkin
selimut, hasil peimbangan dikurangi turun dahulu (tidak melebihi 10% dalam
waktu 3-7 hari) baru kemudian naik
berat selimut
Timbang bayi

kembali
Mengukur panjang dan lingkar kepala Panjang lahir normal 48-52 cm
Lingkar kepala normal 33-37 cm
bayi
F. Penilaian Bayi Baru Lahir Normal
APGAR SCORE
APGAR
Appearance/ warna kulit

0
Biru/pucat

1
Badan merah,

2
Seluruh tuubuh

seluruh tubuh

ekstremitas biru

merah

Pulse/denyut jantung

Tidak terdengar

<100x/menit

Grimace/reflek iritability

Tidak ada respon

Gerakan sedikit

Activity/tonus otot

Lemah

Respiration

Tidak ada

Fleksi pada
ekstremitas
Menangis
lemah/merintih

>100x/menit
Gerakan
kuat/melawan
Gerakan aktif
Menangis kuat

Interpretasi skor:
03
: asfiksia berat
46
: asfiksia sedang
7 10
: asfiksia ringan
PENILAIAN UNTUK TANDA-TANDA KEGAWATAN
1. Bayi baru lahir dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu atau beberapa
tanda tanda berikut :
1)

Sesak nafas.

2)

Frekuensi pernafasan 60 X/mnt.

3)

Gerak retraksi dada.

4)

Malas minum.

5)

Panas atau suhu badan bayi rendah.

6)

Bayi kurang aktif.

7)

Berat lahir rendah ( 1500 2500 gram ).


2.

Tanda tanda bayi sakit berat.


Apabila terdapat salah satu atau lebih tanda tanda berikut ini :
1)

Sulit minum.

2)

Sianosis sentral ( lidah biru ).

3)

Perut kembung.

4)

Periode apneu.

5)

Kejang / periode kejang kejang kecil.

6)

Merintih.

7)

Perdarahan.

8) Sangat kuning.
9) Berat badan lahir < 1500 gram.

PATHWAY

Bayi baru lahir


Perubahan fisiologis

Sistem Respirasi

Sistem Kardiovaskular

Hipoksia, tekanan
pada rongga dada,
penumpukan CO2,
perubahan suhu

Alveolus terisi O2

Merangsang saraf
pernapasan

Tidak ada
surfaktan
Alveolus tdk
berfungsi

Ketidakefek
tivan pola
napas

Pernapasan
pertama bayi

Pengeluaran
cairan paru
Cairan pada
jalan napas
Ketidakefektivan
bersihan jalan
napas

Resistensi
vascular paru

Resistensi
vascular paru
Tekanan a.
pylmonalis

Sistem GI

Termoregulasi

Pemotongan tali pusat

Asam lambung

Adaptasi hangat ke
dingin (kehilangan
panas)

Port de entry bakteri

Meningkatkan panas

Kegagalan
peningkatan panas

Kolik

Distress di antara
waktu makan

Risiko nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh

Pembakaran
brown fat

Tekanan atrium
kanan

Hipotermia

Aktivitas otot
Menangis, menggigil

Alirah darah paru


masuk jantung

Tekanan atrium
kiri tdk adekuat

Tekanan atrium kiri

Foramen ovale
tdk menutup

Penutupan foramen ovale

Non shivering
termogenesis

Risiko infeksi

Percampuran
darah

Hipoksia
jaringan

Gangguan
perfusi jaringan

ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR


1.
a.
b.
c.

PENGKAJIAN
Identitas Klien
Tanda tanda vital
Riwayat Kesehatan
1) Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal
pada kasus BBLR yaitu:

Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk,


merokok ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti
diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru.

Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran


multiple, kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm.

Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi


tidak teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.

Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan


(kehamilan postdate atau preterm).

2) Riwayat natalkomplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat


erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji :

Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun


plasenta previa.

Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian


obat penenang (narkose) yang dapat menekan sistem pusat
pernafasan.

3) Riwayat post natal


Yang perlu dikaji antara lain :

Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (03) asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.

Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm 2500
gram lingkar kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).

Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus anetrecial


aesofagal.

d.

Pemeriksaaan Fisik

1) Keadaan umum
Pada neonatus dengan BBLR, biasanya keadaannya lemah dan hanya
merintih. Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif
dan menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya
terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai
dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan
kondisi neonatus yang baik.
2) Kulit
Biasanya warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna
biru, pada bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
3) Kepala
Biasanya ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubunubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan
tekanan intrakranial.
4) Mata
Biasanya warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada
bleeding conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan
refleksi terhadap cahaya.
5) Hidung
Biasanya

terdapat

pernafasan

cuping

hidung

dan

terdapat

penumpukan lendir.
6) Mulut
Biasanya bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
7) Telinga
Biasanya tidak ada kelainan pada telinganya, tidak ada pembengkakan
8) Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
9) Thorax

Inspeksi :biasanya bentuk dada simetris, terdapat tarikan intercostals,

Palpasi : biasanya premitus simetris ki/ka

Perkusi : biasanya sonor

Auskultasi : biasanya vesikuler,suara tambahan wheezing

Jantung

10)

Inspeksi : biasanya ictus cordis terlihat, frekuensi jantung > 100

Palpasi : biasanya ictus cordis teraba 1 jari di intercostal IV

Perkusi : biasanya pekak

Auskultasi : biasanya irama jantung tidak teratur


Abdomen

Inspeksi : biasanya bentuk silindris, perut cekung adanya hernia


diafragma
Palpasi : biasanya hepar bayi terletak 1-2 cm dibawah arcus coatae
pada garis papilla mamae, lien tidak teraba
Perkusi : biasanya jarang dilakukan perkusi pada bayi
Auskultasi : bising usus timbul 1-2 jam setelah masa kelahiran bayi
11) Umbilikus
Biasanya tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya
tanda tanda infeksi pada tali pusat.
12)

Genitalia
Biasanya pada neonatus aterm testis turun, lihat adakah kelainan letak
muara uretra pada neonatus laki laki, neonatus perempuan lihat labia
mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang
perdarahan.

13)

Ekstremitas
Biasanya warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya
patah tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan
serta jumlahnya.

14)

Refleks
Biasanya pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan
sucking lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai
keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang

e. Pola-Pola Kebiasaan Sehari-hari

1)

Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi
gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu
diberikan cairan parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi
untuk mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk
mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk
pemberian obat intravena.

2)

Pola eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah BAB : frekwensi, jumlah,
konsistensi. BAK : frekwensi, jumlah

f. Latar belakang sosial budaya


Kebudayaan yang berpengaruh terhadap BBLR kebiasaan ibu merokok,
ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis psikotropikaKebiasaan ibu
mengkonsumsi minuman beralkohol, kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau
pantang makanan tertentu.
g. Hubungan psikologis
Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung dengan
ibu jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana bayi akan
mendapatkan kasih sayang dan perhatian serta dapat mempererat hubungan
psikologis antara ibu dan bayi. Lain halnya dengan BBLR karena
memerlukan perawatan yang intensif
1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kegagalan mempertahankan suhu
tubuh, penurunan jaringan lemak subkutan
b. Ketidakefektifan pola makan bayi b.d prematuritas
c. Diskontinuitas pemberian ASI b.d prematuritas
d. Resiko infeksi b.d pertahanan imunologis tidak adekuat
e. Iketrus neonates b.d bilirubin tak terkonjugasi dalam sirkulasi.
2. INTERVENSI KEPERAWATAN
N

Diagnosa

Tujuan dan Kriteria

Intervensi

keperawatan

Hasil

Resiko

NOC :

NIC :

ketidakseimbangan

v Hydration

Temperature Regulation

suhu tubuh b.d

v Adherence

(pengaturan suhu)

kegagalan

Behavior

mempertahankan

v Immune Status

minimal tiap 2 jam

suhu tubuh,

v Infection status

penurunan

v Risk control

monitoring suhu secara

jaringan lemak

v Risk detectio

kontinyu

Monitor suhu

Rencanakan

subkutan

Definisi : Risiko

dan RR

kegagalan

mempertahankan

suhu kulit

suhu tubuh dalam

batas normal.

hipertermi dan hipotermi

Faktor factor

resiko:

cairan dan nutrisi

Perubahan

Monitor TD, nadi,

Monitor warna dan

Monitor tanda-tanda

Tingkatkan intake

Selimuti pasien

metabolisme dasar

untuk mencegah hilangnya

kehangatan tubuh

Penyakit atau

trauma yang

mempengaruhi

cara mencegah keletihan

pengaturan suhu

akibat panas

Pengobatan

pengobatan yang

Ajarkan pada pasien

Diskusikan tentang

pentingnya pengaturan suhu

menyebabkan

dan kemungkinan efek

vasokonstriksi dan

negatif dari kedinginan

vasodilatasi

indikasi terjadinya

Pakaian yang

Beritahukan tentang

tidak sesuai dengan

keletihan dan penanganan

suhu lingkungan

emergency yang diperlukan

Ketidakaktifan atau

dari hipotermi dan

aktivitas berat

penanganan yang

Dehidrasi

diperlukan

Pemberian

obat penenang

Ajarkan indikasi

Berikan anti piretik

jika perlu

Paparan

dingin atau
hangat/lingkungan
yang panas
2

Ketidakefektifan

NOC :

NIC :

pola makan bayi

Breastfeeding assistance

b.d prematuritas

breastfeeding

Definisi : Gangguan

establishment :

dengan bayi sawal mungkin

kemampuan bayi

infant

(maksimal 2 jam setelah

untuk menghisap

atau

breastfeeding

mengkoordinasikan

bayi untuk menghisap

respons

breastfeeding

knowledge :

fasilitasi kontak ibu

lahir)
monitor kemampuan

dorong orang tua

menghisap/menelan

maintenance

untuk meminta perawat

yang mengakibatkan

Kriteria Hasil :

untuk menemani saat

ketidakadekuatan

menyusui sebanyak 8-10

nutrisi oral untuk

menyusui dengan

kali/hari

kebutuhan metabolik

efektif

Batasan

kenyamanan dan privasi

karakteristik:

memverbalisasikan

selama menyusui

teknik untuk

ketidakmampuan

mengatasi masalah

bayi untuk mengapai

untuk

menyusui

putting

mengkoordinasikan

menghisap, menelan

menandakan

tidak membatasi bayi

dan bernafas

kepuasaan menyusu

menyusu

ketidakmampuan

menunjukkan harga

kulit sekitar putting

untuk

diri yang positif

mempertahankan

dengan menyusui

perawatan putting untuk

menghisap yang

mencegah lecet

klien dapat

bayi

ibu

sediakan

monitor kemampuan

dorong ibu untuk

monitor integritas

instruksikan

efektif

diskusikan

penggunaan pompa ASI

ketidakmampuan

kalau bayi tidak mampu

untuk memulai

menyusu

menghisap yang

efektif

pengisian ASI

faktor yang

monitor peningkatan

jelaskan

berhubungan

penggunaan susu formula

hanya jika diperlukan

abnormalitas

anatomik

untuk makan makanan

keterlambatan

bergizi selama menyusui

neurologis

minum jika sudah merasa

gangguan

instruksikan ibu

dorong ibu untuk

neurologis

haus

hipersensitifitas oral

menghindari penggunaan

prematuritas

rokok dan pil KB selama

status puasa

menyusui

dorong ibu untuk

yang lama

anjurkan ibu untuk

memakai Bra yang nyaman,


terbuat dari cootn dan
menyokong payudara

dorong ibu untuk

melanjutkan laktasi setelah


pulang bekerja/sekolah
3

Diskontinuitas

Nj NOC:

NIC

pemberian ASI b.d

v Breastfeding

Bbottle feeding

prematuritas

ineffective

Defenisi:

v Breathing pattern

fowler

penghentian

ineeffective

kontinuitas proses

v Breasfeeding

diatas lidah bayi

Posisikan bayi semi

Leakkan pentil dot

pemberian ASI

interupted

akibat ketidak

Kriteria hasil:

evaluasi reflek menelan

mampuan atau

v Menyusui secara

sebelum memberiakn susu

kesalahan dalam

mandiri

mengubah posisi

v Tetap

yang digunakan untuk

bayi pada payudara

mempertahankan

mengencerkan susu formula

unttuk menyusui

laktasi

yang kental atau dalam

Batas karakteristik;

v Pertumbuhan dan

bentuk bubuk

kurang

perkembangan bayi

pengetahuan tentang

dalam batas normal

kandungan flouride air yang

cara pemberian ASI

v Mengetahui

digunakan untuk

tanda tanda

mengencerkan formula

pengetahuan tentang

penurunan suplai

bubuk atau konsentrat dan

cara penyimpanan

ASI

rujukan penggunaan

ASI

v Ibu mampu

suplemen lour,jika

mengumpulkan dan

diindikasikan

mendapat nutrisi

menyimpan ASI

dari payudara untuk

secara aman

bayi,jika diperlukan

beberapa atau semua

v Penyapihan

pemberian makanan

pemberian ASI

atau pengasuh bayi tentang

diskontinuitas

penggunaan oven

untuk untuk pada

proggresi

microwave untuk

akhirnya

pemberian ASI

menghangatkan formula

memberikan ASI

v Kemampuan

gguna memenuhi

penyedia perawatan

demonstrasikan keadaan

Kurang

Bayi tidak

Keinginan ibu

Monitor atau

Tentukan sumber air

Tentukan

Pantau berat badan

Ingatkan orangtua

Instruksikan dan

kebutuhan nutrisi

untuk

orangtua teknik

anak

mencairkan,mengha

membersihkan mulut bayi

ngatkan,dan

setelah bayi diberikan susu

untuk

menyimpan ASI

Lactation supresion

mempertahankan

secara aman

pemberian ASI

v Menunjukkan

bantuan interakti untuk

untuk memenuhhi

teknik dalam

membantu

kebutuhan nutrisi

memompa ASI

mempertahankan

anak

v Berat badan

keberhasilan proses

bayi=masa tubuh

pemberian ASI

dan anak

v Tidak ada respon

Faktor yang

aleri sistematik

tentang laktasi dan teknik

berhubungan:

v Respirasi status:

memompa ASI(secara

jalan

manual atau dengan pompa

Konttraindikasi

nafas,perttukaran

elektrik),cara

terhadap

gas,dan ventilasi

mengumpulkan dan

menyusui(mis.,agen

naas bayi adekuat

menyimpan ASI

s armaseutik

v Tanda-tanda vital

tertentu)

bayi dalam batas

demonsttrasikan berbagai

Penyakit bayi

normal

jenis pompa

Prematuritas

payudara,tentang

Ibu bekerja

biaya,keefektifan,dan

Penyakit ibu

ketersediaan alat tersebut

Kebutuhan

Keinginan ibu

Perpisahan ibu

untuk segera

Fasilitasi proses

Sediakan informasi

Tunjukkan dan

Ajarkan pengasuh

bayi mengenai topik-

menyapih bayi

tpoik,seperti penyimpanan
dan pencarian ASI dan
penghindaranmemberi susu
botol pada dua jam sebelum
ibu pulang

Ajarkan orang tua

mempersiapkan,menyimpan
,menghangatkan dan
kemungkinan tambahan
pemberian susu formula

Apabila penyapihan

diperlukan,inormasikan ibu
mengenai kembalinya
proses ovulasi dan seputar
alat kontrasepsi yang sesuai
Lactation counseling

Menggunakan

bantuan interaktif untuk


membantu ibu
mempertahankan
keberhasilan proses
pemberian ASI

Beri dorongan untuk

tetap menyusui sepulang


kerja atau sekolah

Resiko infeksi b.d

NOC

pertahanan

v Immune status

Infection control (kontrol

imunologis tidak

infeksi):

adekuat

Knowledge:infectio

n control

lingkungan setelah dipakai

hemoglobin

v Risk control

pasien lain

Kriteria hasil:

Imunosupresi(mis.i

v Klien bebas dari

isolasi

munitas didapat

tanda dan gejala

tidak adekuat,agen

infeksi

pengunjungan

farmaseutikal

v Mendeskripsikan

termasuk

proses penularan

berkunjung dan setelah

imunosupresan

penyakit,faktor

berkunjung meninggalkan

steroid,antibodi

yang

pasien

mempengaruhi

tidak adekuat

penularan serta

mikrobia untuk cuci tangan

penatalaksanaannya

terhadap patogen

v Menunjukkan

nutrisi

lingkungan

kemampuan untuk

meningkat

mencegah

antibiotik bila perlu

-wabah

timbulnya infeksi

v Jumlah leukosit

gejala infeksi sistemik dan

dalam batas normal

lokal

v Menunjukkan

Penurunan

Vaksinasi

Pemajanan

Prosedur

invasif

malnutrisi

NIC

Bersihkan

Pertahankan teknik

Batasi

Mencuci tangan saat

Gunakan sabun anti

Tingkatkan intake

Berikan terapi

Monitor tanda dan

Monitor hitungan

perilaku hidup sehat

granulosit

Inspeksi kulit dan

membran mukosa terhadap


kemerahan,panas,drainase

Instruksi pasien

untuk minum antibiotik


sesuai resep

Ajarkan keluarga

tanda dan gejala infeksi

Ajarkan cara

menghindari infeksi

Laporkan

kecurigaan infeksi
5

Iketrus neonates b.d

NOC

NIC

bilirubin tak

v Breasfeeding

Phototheraphy:neonatus

terkonjugasi dalam

infektif

sirkulasi

v Breasfeeding

ibu dan bayi faktor resiko

Defenisi: kulit dan

interupted

untuk hiperbilirubinemia

membran mukosa

v Liver

neonatus berwarna

function,risk of

ikteris

kuning yang terjadi

impaired

setelah 24 jam

v Blood

isolette

kehidupan sebagai

glucose,risk or

akibat bilirubin tak

unstable

pada prosedur fototerapi

terkonjugasi ada di

Kriteria hasil:

dan perawatan

Meninjau sejarah

Amati tanda-tanda

Tempat bayi di

Instruksi keluarga

dalam sirkulasi

v Menyusui secara

Batas karakteristik:

mandiri

untuk menutup

v Tetap

mata,menghindari

abnormal

mempertahankan

memonitor tanda-[tanda

(hemolisis;bilirubin

laktasi

vital perprotokol sesuai

serum total

v Pertumbuhan dan

kebutuhan memantau

>2mg/dl;bilirubin

perkembangan bayi

tingkat bilirubin

serum total pada

dalam batas

perprotokolmengevaluasi

rentang resiko tinggi

normalrespirasi

status neurologi setiap 4

menurut usia pada

status:jalan

jam atau perprotokol

nonmogram

nafas,pertukaran

spesifik-waktu)

gas,dan ventilasi

untuk berpartisipasi dalam

naas bayi adekuat

terapi cahaya

abnormal

v Penerimaan

:kondisi kesehatan

keluarga pada fototerapi

mukosa kuning

v Dapat

diruamh

mengontrol kadar

Proil darah

Memar kulit

Membran

Kulit kuning

sampai orange

glukosa darah

v Dapat

Sclera

kuning

memanajement dan

Factor yang

mencegah penyakit

berhubungan:

semakin parah

v Tingkat

Penurunan

berat badan

pemahaman untuk

abnormal (>7-8%

dan pencegahan

Terapkan tambalan

Dorong keluarga

Instruksikan

pada bayi baru lahir

komplikasi

yang menyusui ASI ;

v Dapat

15% pada bayi

meningkatkan

cukup bulan)

istirahat

v Status nutrisi

Pola

makanan tidak

adekuat

ditetapkan dengan

v Control resiko

baik

proses infeksi

Bayi

menunjukkan
kesulitan dalam
transaksi ke
kehidupan
ekstrauterin

Usia

neonatus 1-7 hari

Feses

(mekonium)
terlambat keluar

DAFTAR PUSTAKA
Bobak Irene, Lowdermik Deitra Leonard, Jensen Margaret Duncan. 2005.
Keperawatan Maternitas.Jakarta: EGC

Carpenito, Lynda juall. 2006. Buku Saku Diagosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Doenges, Marylinn E 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi : Pedoman untuk
Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien. Jakarta : EGC
Doenges, Marylinn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3. Jakarta: EGC
Hamilton, Persis Marry.1995. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Huda , Amin N dan Hardhi Kusuma. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa NANDA & NIC-NOC Jilid 1. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai

  • Waham
    Waham
    Dokumen14 halaman
    Waham
    Putri Yolla Dwi Meydani
    Belum ada peringkat
  • Metabolisme Lipid For Tarbiyah
    Metabolisme Lipid For Tarbiyah
    Dokumen19 halaman
    Metabolisme Lipid For Tarbiyah
    Rama Dewa
    Belum ada peringkat
  • Rencana Harian
    Rencana Harian
    Dokumen2 halaman
    Rencana Harian
    Putri Yolla Dwi Meydani
    Belum ada peringkat
  • Metabolisme Lipid For Tarbiyah
    Metabolisme Lipid For Tarbiyah
    Dokumen19 halaman
    Metabolisme Lipid For Tarbiyah
    Rama Dewa
    Belum ada peringkat
  • Biodata
    Biodata
    Dokumen1 halaman
    Biodata
    Putri Yolla Dwi Meydani
    Belum ada peringkat
  • Seminar Adhf
    Seminar Adhf
    Dokumen10 halaman
    Seminar Adhf
    Putri Yolla Dwi Meydani
    Belum ada peringkat
  • Makalah PK
    Makalah PK
    Dokumen15 halaman
    Makalah PK
    Putri Yolla Dwi Meydani
    Belum ada peringkat
  • LP RBD
    LP RBD
    Dokumen7 halaman
    LP RBD
    Putri Yolla Dwi Meydani
    Belum ada peringkat
  • Post SC Peb
    Post SC Peb
    Dokumen7 halaman
    Post SC Peb
    Putri Yolla Dwi Meydani
    Belum ada peringkat
  • Bab II Tinjauan Teoritis
    Bab II Tinjauan Teoritis
    Dokumen21 halaman
    Bab II Tinjauan Teoritis
    Putri Yolla Dwi Meydani
    Belum ada peringkat
  • LP Inc
    LP Inc
    Dokumen24 halaman
    LP Inc
    Putri Yolla Dwi Meydani
    Belum ada peringkat
  • LP Inc
    LP Inc
    Dokumen24 halaman
    LP Inc
    Putri Yolla Dwi Meydani
    Belum ada peringkat
  • Format Evaluasi Sikap
    Format Evaluasi Sikap
    Dokumen5 halaman
    Format Evaluasi Sikap
    Putri Yolla Dwi Meydani
    Belum ada peringkat
  • Blanko Resuma Kasus
    Blanko Resuma Kasus
    Dokumen3 halaman
    Blanko Resuma Kasus
    Putri Yolla Dwi Meydani
    Belum ada peringkat
  • LP Adhf 3
    LP Adhf 3
    Dokumen20 halaman
    LP Adhf 3
    Putri Yolla Dwi Meydani
    Belum ada peringkat
  • LP
    LP
    Dokumen28 halaman
    LP
    Putri Yolla Dwi Meydani
    Belum ada peringkat
  • ICCU
    ICCU
    Dokumen10 halaman
    ICCU
    Putri Yolla Dwi Meydani
    Belum ada peringkat
  • Askep Isk
    Askep Isk
    Dokumen12 halaman
    Askep Isk
    Dwi Abdul Rohman
    Belum ada peringkat
  • Seminar Peb
    Seminar Peb
    Dokumen5 halaman
    Seminar Peb
    Putri Yolla Dwi Meydani
    Belum ada peringkat
  • Infark Miokard Akut
    Infark Miokard Akut
    Dokumen26 halaman
    Infark Miokard Akut
    rudi-audia-1968
    Belum ada peringkat
  • Askep Lansia Kardiovaskuler
    Askep Lansia Kardiovaskuler
    Dokumen28 halaman
    Askep Lansia Kardiovaskuler
    Putri Yolla Dwi Meydani
    Belum ada peringkat
  • Obat Digestan
    Obat Digestan
    Dokumen20 halaman
    Obat Digestan
    Putri Yolla Dwi Meydani
    Belum ada peringkat
  • ASKEP Amputasi
    ASKEP Amputasi
    Dokumen13 halaman
    ASKEP Amputasi
    Rahmatul Fajra
    Belum ada peringkat
  • Materi Perawatan Kateter
    Materi Perawatan Kateter
    Dokumen2 halaman
    Materi Perawatan Kateter
    ixanz
    Belum ada peringkat
  • Askep Cedera Otak Berat
    Askep Cedera Otak Berat
    Dokumen14 halaman
    Askep Cedera Otak Berat
    Putri Yolla Dwi Meydani
    Belum ada peringkat
  • Askep Hernia Inguinalis
    Askep Hernia Inguinalis
    Dokumen5 halaman
    Askep Hernia Inguinalis
    Julian_Cristy
    Belum ada peringkat
  • ASKEP CA Colon
    ASKEP CA Colon
    Dokumen17 halaman
    ASKEP CA Colon
    mitra dwi
    Belum ada peringkat
  • BPH-TIPS
    BPH-TIPS
    Dokumen14 halaman
    BPH-TIPS
    Ayu Zibolobolo
    Belum ada peringkat
  • Askep Batu Ginjal
    Askep Batu Ginjal
    Dokumen9 halaman
    Askep Batu Ginjal
    Putri Yolla Dwi Meydani
    Belum ada peringkat