Rifki Fikasari
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya
Email: rifkifikasari26@gmail.com
Abstract
TM
The purpose of this study is to investigate the effect of intellectual capital with iB- VAIC
(Islamic Banking Value Added Intellectual Capital) on the bank health with measurement
method by RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning, Capital). This study
is quantitative research and used secondary data from annual report y of Indonesian Islamic
bank for 2011-2015 period. The sampling technique used purposive sampling which obtained
9 Islamic Banks and the data used as many as 45 data. The data analysis technique is Partial
TM
Least Square (PLS). The finding show that intellectual capital with iB- VAIC influences
positively to the bank health with measurement method by RGEC. For the most significant
TM
indicator for intellectual capital (iB- VAIC and bank health are Value Added Capital
Employed (VACA) and Return on Asset (ROA)
TM
Keywords: Intellectual Capital, iB- VAIC , Bank Health, RGEC
Abstrak
TM
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh intellectual capital dengan iB- VAIC
(Islamic Banking Value Added Intellectual Capital) terhadap kesehatan Bank yang dinilai
dengan metode RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning, Capital)
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan data sekunder berupa
annual report tahunan Bank Umum Syariah untuk periode 2011-2015. Teknik pengambilan
sampel menggunakan teknik purposive sampling, diperoleh sampel 9 Bank Umum Syariah
dan data yang digunakan sebanyak 45 data. Teknik analisis data yang digunakan adalah
Partial Least Square (PLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa intellectual capital dengan
TM
iB- VAIC berpengaruh positif terhadap kesehatan bank yang dinilai dengan RGEC.
TM
Untuk indikator yang paling kuat mengukur intellectual capital (iB- VAIC dan
kesehatan bank adalah Value Added Capital Employed (VACA) dan Return on Asset (ROA).
TM
Kata Kunci: Intellectual Capital, iB- VAIC , Kesehatan Bank, RGEC
PENDAHULUAN
Pada akhir tahun 2015 telah dimulai pelaksanaan ASEAN Economic Community
(AEC). AEC merupakan satu pasar tunggal dengan keterbukaan arus perdagangan barang dan
jasa di kawasan Asia Tenggara. Hal ini menyebabkan semua negara anggota ASEAN,
termasuk Indonesia harus membuka arus perdagangan barang dan jasa dengan mudah ke
negara-negara di Asia yaitu arus barang, arus jasa, arus modal, arus investasi dan arus
Pada awalnya negara-negara anggota ASEAN melakukan pertemuan di Bali pada tahun
2003 yang menghasilkan sebuah gagasan awal untuk melaksanakan AEC yang diperkirakan
baru akan dimulai tahun 2020. Namun pada pertemuan tahun 2007 di Filipina, para negara
anggota ASEAN menyepakati percepatan pembentukan AEC. Para negara anggota ASEAN
menginginkan percepatan ini karena sebagai sebuah persiapan untuk menghadapi globalisasi
ekonomi dan perdagangan melalui ASEAN Free Trade Area (AFTA). Hal ini menunjukkan
bahwa negara anggota ASEAN ingin segera meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta daya
Dengan dimulainya era AEC, para pelaku ekonomi negara anggota ASEAN dituntut
suatu bagian yang memiliki peran yang sangat penting dalam menggerakkan roda
syariah yang dalam 5 tahun belakangan mengalami jumlah pertumbuhan yang cukup
signifikan. Bank yang berlandasakan prinsip syariah dipelopori oleh berdirinya PT Bank
Muamalat Indonesia pada tahun 1992 dan terus mengalami pertumbuhan selama tahun 2007-
2014 dengan jumlah saat ini yaitu 14 bank. Pertumbuhan jumlah bank umum syariah ini
entitas, bank umum syariah memerlukan kesehatan entitas untuk meningkatkan kepercayaan
investor. Semakin tinggi tingkat kepercayaan investor maka nilai modal yang ditanamkan
Dengan tuntutan atas era AEC dan pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia, bank
umum syariah memerlukan bukan sekedar pemanfaatan atas physical capital, namum lebih
fokus terhadap pemanfaatan intellectual capital untuk meningkatkan kinerja yang akan
akuntansi juga mengalami perubahan. Awalnya paradigma akuntansi hanya memiliki fungsi
paradigma tersebut bergeser yang menunjukkan bahwa laporan keuangan memiliki fungsi
manajemen, juga memiliki fungsi decision making untuk para stakeholder sebagai dasar
pengambilan keputusan sebagaimana tertera pada PSAK nomor 1 alinea 5 tentang tujuan
laporan keuangan.
Perubahan paradigma tersebut menimbulkan munculnya era ekonomi yang baru secara
prinsip didukung oleh perkembangan teknologi informasi dan ilmu pengetahuan (Prtty dan
Guthrie, 2000; Bontis, 2001 dalam ulum, 2007). Kekayaan intelektual merupakan faktor
aset tidak berwujud yang merupakan bagian dari Intellectual Capital yaitu human capital,
structural caital dan customer capital. Sejalan menurut Susi Hendriani (2009) modal
Selain itu Intellectual Capital dapat digunakan untuk menilai kinerja keuangan
sebagaimana menurut Mayo (2000) dalam Endri menjelaskan bahwa mengukur kinerja
keuangan keuangan perusahaan dari perspektif keuangan sangatlah akurat, tetapi sebenarnya
dasar penggerak nilai dari keuangan tersebut adalah sumber daya manusia (human capital)
dengan segala pengetahuan, ide dan inovasi yang dimilikinya. Serta menurut Ulum (2009)
menyatkan bahwa peningkatan dan digunakannya pengetahuan dengan lebih baik akan
Selain itu penerapan Intellectual Capital juga dapat berupa manajemen risiko.
Manajemen risiko diaplikasikan bertujuan untuk menekan segala risiko yang akan dihadapi
perusahaan ke tingkat yang paling rendah. Sehingga penerapan Intellectual Capital yang
memiliki fungsi menurunkan risiko dan meningkatkan kinerja perusahaan. Risiko dan kinerja
bank.
Penelitian yang dilakukan Ulum (2013) dalam Dina menemukan pengukuran Itellectual
TM
Capital dalam perbankan syariah yaitu iB- VAIC (Islamic Banking Value Added
TM
Intellectual Capital). iB- VAIC merupakan hasil modifikasi pengukuran Intellectual
Capital yang didesain untuk perusahaan jenis transaksi yang umum dan terdapat pada
TM TM
perbankan konvensional yaitu VAIC . Sehingga iB- VAIC didesain untuk
memenuhi kebutuhan pengukuran Intellectual Capital yang sedikit berbeda karena perbankan
syariah memiliki jenis transaksi dan akun yang berbeda dari perbankan konvensional.
Penelitian tentang pengaruh Intellectual Capital terhadap tingkat kesehatan bank telah
dibuktikan secara empiris. Penelitian tersebut dilakukan oleh Nurmawati (2014) yang
menguji hubungan VAIC TM dengan kesehatan bank konvensional (metode RGEC) tahun
signfikan terhadap kesehatan bank. Penelitian lain dilakukan oleh Kamilia (2015) yang
melakukan penelitian mengenai pengaruh Intellectual Capital dengan menguji hubungan iB-
VAIC TM terhadap Return on Asset pada Bank Umum Syariah tahun 2011-2014, diperoleh
Asset.
Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk menguji hubungan
TM
Intellectual Capital dengan menggunakan pengukuran iB- VAIC terhadap tingkat
kesehatan bank yang dinilai dengan metode RGEC pada bank umum syariah di Indonesia.
KAJIAN PUSTAKA
mengemukakan bahwa sumber daya perusahaan bersifat heterogen dan jasa produktif yang
berasal dari sumber daya perusahaan memberikan karakter unik bagi setiap perusahaan.
keunggulan kompetitif dengan memanfaatkan dan mengelola sumber daya yang dimiliki
secara efektif. Salah satunya yang paling utama adalah modal capital yaitu kemampuan
Legitimacy Theory
Deegan (2004) menyatakan bahwa teori legitimasi adalah sebagai, Teori yang
menyatakan bahwa organisasi secara berkelanjutan mencari cara untuk menjamin operasi dan
norma yang berlaku di masyarakat. Suatu perusahaan akan secara sukarela melaporkan
aktivitasnya jika manajemen menganggap bahwa hal ini adalah yang diharapkan komunitas.
komunitas dalam (pemilik perusahaan). Dalam hal ini bank umum syariah akan menyusun
daya yang dimilikinya untuk menghasilkan kinerja perusahaan dan melaporkannya kepada
seluruh pengguna laporan keuangan. Salah satu hal perlu dilaporkan adalah self assessment
Intellectual Capital
Develompment (OECD, 1999 dalam Ulum) mendefinisikan IC sebagai nilai ekonomi dari dua
kategori aset tak berwujud yaitu organizational (structural) dan human capital. Sedangkan
(structural capital) merupakan sarana dan prasarana yang mendukung sumber daya manusia
Human Capital merupakan nilai tambah yang dimilki sumber daya manusia perusahaan,
bagaimana efesiensi modal intelektual menciptakan nilai tambah bagi perusahaan sektor
TM
konvensional adalah Value Added Intellectual Capital ( VAIC . VAIC TM pertama kali
dikembangkan oleh Pulic (1997) yang didesain untuk menentukan nilai tambah perusahaan
dari tiga komponen yaitu capital employed, human capital dan structural capital.
Untuk metode pengukuran dalam sektor perbankan syariah sedikit berbeda dengan
TM TM
iBVAIC . iB- VAIC pertama kali dikembangkan oleh Ulum (2013) dengan
memodifikasi model Pulic. Perbedaan ini terletak pada akun-akun yang digunakan untuk
menghitung Value Added (VA). Akun-akun yang digunakan untuk mengembangkan rumus VA
TM
dalam model Pulic dikonstruksi dari total pendapatan, sementara pada iB- VAIC , VA
dikonstruksikan dari akun-akun pendapatan yang semuanya berbasis syariah, yaitu pendapatan
bersih kegiatan syariah dan pendapatan non-operasional syariah. Sehingga VA terbentuk dari
penjumlahan Value Added Capital Employed (iB-VACA), Value Added Human Capital (iB-
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 dan SE No. 13/ 24/ DPNP
tanggal 25 Oktober 2011 yang menjadi indikator penilaian adalah sebagai berikut:
1. Risk Profil (Profil Risiko) merupakan penilaian terhadap Risiko inheren dan kualitas
penerapan Manajemen Risiko dalam aktivitas operasional Bank terdiri 8 risiko yang harus
dinilai yaitu risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum,
peraturan. Bank perlu memperhitungkan dampak GCG perusahaan pada kinerja GCG
bank dengan memperhitungkan signifikan dan materialitas entitas anak dan atau
mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang
bersangkutan
4. Capital (Permodalan) melalui CAR (Capital Adequacy Ratio) yang telah ditetapkan BI.
CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah rasio perbandingan rasio modal terhadap Aset
Penelitian Terdahulu
CAMEL (metode penilaian kesehatan bank sebelum RGEC), dengan uji statistik SPSS
diperoleh hasil penelitian terdapat pengaruh signifikan VAIC terhadap indikator penilaian
CAMEL.
terhadap kinerja keuangan bank umum syariah di Indonesia menggunakan uji SPSS dengan
variabel independen VAIC, sedangkan variabel dependen Profit Sharing Ratio, Zakat
Performance Ratio dan Equietable Distribution Ratio, diperoleh hasil pengaruh yang tidak
signifikan.
TM
Nurmawati (2014) yang menguji hubungan VAIC dengan kesehatan bank
konvensional (metode RGEC) tahun 2009-2013 dengan, menggunakan uji statistik dengan
PLS diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan Intellectual Capital berpengaruh signfikan
capital dan metode penilaian kesehatan bank RGEC serta beberapa penelitian terdahulu,
H1: Intellectual capital berpengaruh positif terhadap kesehatan bank umum syariah di
Indonesia.
METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif untuk
TM
mengetahui pengaruh intellectual capital dengan iB- VAIC terhadap kesehatan bank
umum syariah. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa
laporan keuangan untuk periode 2011-2015. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dari
laporan keuangan Bank Umum Syariah (BUS) tahun 2010-2014 dan dipublikasikan dari
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling dengan berdasarkan kriteria BUS yang diteliti masih beroperasi pada periode waktu
penelitian tahun 2011-2015 dan menerbitkan laporan keuangan secara berturut-turut selama
periode penelitian yang telah diaudit. Kriteria lainnya yaitu bank yang menerbitkan laporan
GCG beserta self assessment atas pelaksanaan GCG. Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh
sampel sebanyak 9 bank umum syariah dengan periode penelitian 5 tahun. Sehingga sampel
untuk jumlah laporan keuangan bank umum syariah di Indonesia yang digunakan sebanyak
45 data.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesehatan bank yang memiliki indikator
1. Risk Profile
Pengukuran risk profile dalam penelitian ini adalah dengan penulis melakukan
penilaian terhadap risiko kredit dan risiko likuiditas, karena menurut Ali (2006) dua risiko
yang paling banyak dihadapi dan paling mendasar bagi bank adalah risiko kredit dan
likuiditas.
Menurut Lampiran I Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP tanggal 25
Oktober 2011 untuk mengukur risiko kredit dengan menggunakan Net Performing Loan
(NPL):
Kredit Bermasalah
NPL= 100
Total Kredit
Oktober 2011 untuk mengukur risiko likuiditas pada penelitian ini adalah menggunakan
Loan to Deposit Ratio (LDR). Selain itu pengukuran risiko likuiditas juga dapat dihitung
tentang Good Corporate Governance, Bank Indonesia mewajibkan Bank umum untuk
kinerja bank yang melakukan penerapan Good Corporate Governance. Data untuk
pengukuran Good Corporate Governance diukur berdasarkan self assessment perusahaan
Margin (NIM) yang dalam sektor syariah menggunakan Net Yield Margin (NYM):
Pendapatan Bagi Hasil Bersih
NYM=
RatarataTotal Aset Produktif
4. Capital
Untuk mengukur tingkat permodalan/capital dalam penelitian ini menggunakan
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu iB- VAIC TM Islamic-
Banking Value Added Intellectual Capital) dengan formulasi dan tahapan perhitungan adalah
sebagai berikut:
lainnya - hak pihak ketiga atas bagi hasil dan syirkah temporer, dan pendapatan non
operasional.
IN (input): Beban usaha/operasional dan beban non operasional kecuali beban
kepegawaian/karyawan
Pendapatan operasi utama kegiatan syariah yang terdiri atas seluruh komponen
pendapatan penyaluran dana dari pihak ketiga, dari Bank Indonesia, dan dari bank-bank
lain di Indonesia. Pendapatan operasi lainnya terdiri atas jasa investasi terikat, jasa
layanan, pendapatan dari transaksi valuta asing, koreksi PPAP, koreksi penyisihan
penghapusan transaksi rek. administrasi, dan lainnya. Sedangkan hak pihak ketiga atas
bagi hasil syirkah temporer terdiri dari seluruh komponen pihak ketiga bukan bank, Bank
kerugian asset produktif-bersih, beban estimasi kerugian komitmen dan kontijensi, beban
operasi lainnya.
2. Menghitung iB-Value Added Capital Employed (iB-VACA)
iBVA
iBVACA=
CE
iBVA
iBVAHU =
HC
HC = Beban karyawan
SC
iBSTVA =
iBVA
SC = iB-VA HC
TM
5. Menghitung Value Added Intellectual Coefficient (iB- VAIC )
TM
iB- VAIC = iB-VACA + iB-VAHU + iB-STVA
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Partial Least Square (PLS). PLS
dependen berganda dan variabel independen berganda. Selain itu pemilihan analisis data
dengan PLS adalah karena terdapat dua variabel laten yang dibentuk dengan indicator
formative. Terdapat dua bagian analisis yang harus dilakukan dalam PLS yaitu:
1. Menilai outer model atau measurement model untuk menguji signifikansi pengaruh
indikator terhadap variabel laten. Menurut Ghozali (2008), konstruk formatif pada
dasarnya merupakan hubungan regresi dari indikator ke konstruk maka cara menilaianya
adalah dengan melihat nilai koefisien regresi dan signifikansi dari koefesien regresi
tersebut. Dengan melihat outer weight masing-masing indikator yang disarankan adalah >
0.50. Dan menilai signifikansinya melalui nilai T-statistic > 1.96 dengan = 0.05 (one-
tailed).
2. Menilai inner model atau structural model untuk menguji signifikansi pengaruh variabel
iB-STVA Stone-Geisser Q-Square test untuk predictive relevance dan uji t serta
signifikansi dari koefisien parameter jalur struktural Perubahan nilai R-squares dapat
digunakan untuk menilai pengaruh variabel laten independen tertentu terhadap variabel
mengukur seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh model dan juga estimasi
Model Penelitian
NPL
LDR
iB-VACACR
H1
TM LAR
Kesehatan Bank
iB- VAIC
(Y) GCG
(X)
NYM
ROA
CAR
Gambar 1. Model Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah Structural Equation Modeling
(SEM) berbasis Partial Least Square (PLS) dengan menggunakan software SmartPLS 3.0.
Tahap pengujian yaitu: (1) Uji model pengukuran/outerweight, dan (2) Uji model
struktural/inner model.
Uji outer model merupakan pengujian yang bertujuan untuk mengevaluasi signifikansi
atau kekuatan indikator dalam membentuk variabel laten. Variabel laten dalam penelitian ini
menggunakan indikator formatif yang berarti bahwa untuk pengujian outer model dengan
membandingkan besarnya relatif weight dan melihat signifikansi dari ukuran weight tersebut
yaitu iB-VACA, iB-VAHU dan iB-STVA. Untuk mengevaluasi indikator pembentuk variabel
dengan melihat T Statistics dan P Values pada tabel outer weight hasil pengujian berikut ini:
TM
Tabel 1. Outer Weight Value Indikator Variabel iB- VAIC
TM
Berdasarkan Tabel 1, untuk indikator variabel iB- VAIC yaitu iB-VAHU dan iB-
STVA dengan nilai T Statistics < 1,96 dan P Value > 0,05 maka dapat dikatakan ke dua
TM
indikator tersebut tidak signifikan mengukur iB- VAIC . Sedangkan untuk indikator iB-
VACA dengan nilai T Statistics > 1,96 dan P Value < 0,05 maka dapat dikatakan indikator iB-
TM
VACA signifikan mengukur iB- VAIC .
Untuk model formatif menghilangkan (droping) satu indikator dalam model akan
menimbulkan persoalan yang serius. Jadi menghilangkan satu indikator akan menghilangkan
bagian yang unik dari konstruk laten dan merubah makna dari konstruk (Ghozali, 2008). Hal
ini berbeda dengan model refleksif yang mengharuskan untuk menghilangkan (droping)
indikator yang tidak signifikan mengukur variabel dari model penelitian. Sehingga indikator
iB-VAHU dan iB-STVA dalam penelitian ini yang tidak signifikan mengukur variabel iB-
Variabel dependen kesehatan bank dengan metode RGEC diukur melalui delapan
indikator yang bersifat formatif yaitu CAR, CR, GCG, LAR, LDR, NPL, NYM dan ROA
dengan hasil outer weight untuk masing-masing indikator adalah sebagai berikut:
Berdasarkan tabel 2, indikator variabel kesehatan bank yaitu Capital to Asset Ratio
(CAR), Net Yield Margin (NYM) dan Return on Asset (ROA) dengan nilai T Statistics > 1,96
dan P Value < 0,05 maka dapat dikatakan ke tiga indikator tersebut signifikan mengukur
kesehatan bank.
Sedangkan untuk ke enam indikator variabel kesehatan bank lainnya adalah Cash Ratio
(CR), Good Corporate Governance (GCG), Loan to Asset Ratio (LAR), Loan to Deposit
Ratio (LDR) dan Net Performing Loan (NPL) dengan nilai T Statistics < 1,96 dan P Value >
0,05 maka dapat dikatakan ke enam indikator tersebut tidak signifikan mengukur kesehatan
TM
bank. Sebagaimana telah dijelaskan pada indikator iB- VAIC bahwa untuk model
formatif menghilangkan (droping) satu indikator dalam model akan menimbulkan persoalan
yang serius, maka untuk indikator yang tidak signifikan mengukur kesehatan bank
indikator formatif diperlukan pengujian multikolinieritas. Variabel manifest dalam blok harus
diuji apakah terdapat multikol. Nilai variance inflation factor (VIF) dapat digunakan untuk
menguji hal ini. Nilai VIF diatas 10 mengindikasikan terdapat mutikol (Chin, 1998 dalam
Ghozali, 2008). Berikut ini nilai VIF hasil pengujian dengan SmartPLS:
VIF
CAR 2,896
CR 1,386
GCG 1,488
LAR 2,627
LDR 1,382
NPL 2,139
NYM 1,311
ROA 1,999
iB-STVA 1,009
iB-VACA 1,009
iB-VAHU 1,006
Sumber: Hasil Olah Data SmartPLS 3.0, 2016
Berdasarkan Tabel 2, semua Nilai VIF dari indikator pembentuk variabel laten iB-
VAIC TM dan kesehatan bank menunjukkan hasil dibawah 10. Nilai VIF dibawah 10 berarti
Terdapat dua tahap uji inner model dalam penelitian ini yaitu uji Goodness of Fit
Modeln dan pengujian hipotesis. Pengujian terhadap inner model tahap pertama merupakan
uji Goodness of Fit Model. Uji Goodness of Fit Model adalah pengujian yang bertujuan untuk
menilai seberapa besar variabel dependen dapat menjelaskan variabel independen dalam
model penelitian. Pengujian ini dengan menggunakan nilai R2 , yang dalam hasil
penelitian nilai R2 sebesar 0,755. Ini berarti bahwa informasi yang terkandung dalam data
75,5% dapat dijelaskan oleh model dan 24,5% dijelaskan oleh variabel lain yang belum
terdapat dalam model, atau dengan kata lain variabilitias konstruk Kesehatan Bank yang
dapat dijelaska oleh variabilitas Islamis-Banking Value Added intellectual Capital (iB-
TM 2
VAIC sebesar 75,5%. Hasil R > 0,67 mengindikasikan variabel laten independen
memiliki pengaruh yang substantive terhadap variabel laten dependen dan model struktural
Pengujian berikutnya adalah menguji hubungan variabel independen dan dependen atau
dapat dikatakan sebagai pengujian atas hipotesis. Pengujian ini melihat signifikansi pengaruh
TM
Islamis-Banking Value Added intellectual Capital (iB- VAIC terhadap Kesehatan Bank
dengan melihat nilai koefisien parameter, nilai signifikansi T-Statistics dan P-Values, sebagai
berikut:
TM
Berdasarkan tabel 4, hasil pengujian menunjukan pengaruh langsung iB- VAIC
terhadap tingkat kesehatan bank yang dinilai dengan metode RGEC dengan nilai T Statistics
22,239 > 1,96 dan P Value 0,000 < 0,05, menunjukan terdapat pengaruh langsung yang
TM
signifikan iB- VAIC terhadap tingkat kesehatan bank yang dinilai dengan metode
RGEC. Sedangkan nilai koefisien parameter positif yaitu 0,869 menunjukan bahwa terdapat
TM
pengaruh positif dan satu arah iB- VAIC terhadap tingkat kesehatan bank yang dinilai
dengan metode RGEC. Artinya semakin tinggi Islamic Banking-Value Added Intelectual
TM
Capital (iB- VAIC ) akan berdampak semakin tinggi pula kesehatan bank.
PEMBAHASAN
Intelletual Capital dengan iBVAIC TM terhadap tingkat kesehatan bank dengan penilaian
memiliki hubungan dengan pergerakkan searah. Artinya semakin perusahaan bank umum
TM
syariah mampu mengelola dan memanfaatkan intellectual capital ( iBVAIC ) yang
dimiliki perusahaan dengan baik maka semakin tinggi tingkat kesehatan bank. Sehingga
dalam hal ini bank umum syariah sebaiknya lebih memperhatikan intellectual capital yang
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa untuk indikator yang secara statistik signifikan
TM
dalam menjelaskan konstruk iB- VAIC adalah iB-VACA, sedangkan untuk indikator
yang signifikan untuk menjelaskan konstruk kesehatan bank adalah ROA, NYM dan CAR.
Rasionalisasi yang dapat diberikan untuk menjelaskan temuan ini adalah untuk hasil
value added terbesar yang dimiliki perusahaan dihasilkan oleh efesiensi penggunaan dan
pemanfaatan physical capital (modal fisik) yang dimiliki oleh perusahaan. Artinya bahwa
physical capital merupakan komponen penting dalam membentuk nilai perusahaan. Physical
capital merupakan sebuah bentuk kemampuan sebuah entitas menyediakan modal untuk
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dan meningkatkan kemampuan bank untuk
menanggung aset yang mengandung risiko yang dimiliki oleh perusahaan. Hal ini juga
dibuktikan dengan data statistik hasil penelitian ini bahwa tingkat kesehatan bank yang
dipengaruhi oleh efisiensi physical capital adalah ROA, NYM dan CAR. Dengan ROA
sebagai indikator paling kuat dalam membentuk kesehatan bank, hal ini selaras dengan
pernyataan Dendawijaya (2003) dalam Kamilia (2015) yang menyatakan bahwa dalam
penentuan tingkat kesehatan bank, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian besarnya
ROA dan tidak memasukkan unsur Return On Equity (ROE). Hal ini dikarenakan Bank
Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas
suatu bank yang diukur dengan asset yang dananya sebagian besar berasal dari dana
simpanan masyarakat.
Untuk physical capital yang terdapat pada bank umum syariah adalah dapat berupa
total modal yang dimiliki, total aset, dan terutama aset produktif yang berupa pinjaman yang
diberikan. Unsur tersebut membantu bank umum syariah dalam meningkatkan kinerja
keuangan untuk mendukung tingkat kesehatan bank. Hasil penelitian ini juga tercermin dalam
sampel penelitian. Rata-rata dalam waktu lima tahun sampel penelitian, bank umum syariah
mengalami peningkatan atas modal yang dimiliki, total aset dan pinjaman yang diberikan
oleh bank umum syariah. Kenaikan tersebut juga diikuti kenaikan atas pendapatan bagi hasil
yang diperoleh bank. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan bank dalam mengelola physical
capital akan berdampak positif pada pendapatan bagi hasil yang nantinya digunkan untuk
mengukur unsur earning dalam kesehatan bank. Selain itu peningkatan atas physical capital
juga akan bedampak pada kemampuan modal yang dimiliki bank dalam mengelola aset yang
berisiko. Sehingga semakin tinggi peningkatan atas physical capital yang dimiliki oleh bank,
akan semakin meningkatkan timgkat kesehatan bank yang diprosikan dengan peningkatan
Secara umum, hasil penelitian ini relatif sama dengan temuan Firer dan Williams
TM
(2003) dalam Ulum (2009) bahwa (1) tidak seluruh komponen VAIC memiliki pengaruh
signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan, dan (2) bahwa tidak semua ukuran kinerja
TM
keuangan yang digunakan berkorelasi dengan komponen-komponen VAIC , hanya
VACA yang secara statistik signifikan berhubungan positif dengan ukuran kinerja keuangan
perusahaan. Sedangkan hasil penelitian Ulum (2009), menunjukan bahwa (1) tidak seluruh
TM
komponen-komponen VAIC , hanya VAHU yang secara statistik signifikan berhubungan
positif dengan ukuran kinerja keuangan perusahaan dan hanya ROA yang signifikan untuk
menjelaskan variabel kinerja keuangan perusahaan. Selain itu hasil penelitian ini juga
konsisten dengan hasil penelitian oleh Nurmawati (2014), analisis pengaruh intellectual
capital terhadap kesehatan bank yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode 2009-2013,
TM
bahwa (1) tidak seluruh komponen VAIC memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja
keuangan perusahaan, dan (2) bahwa tidak semua ukuran kesehatan bank yang digunakan
berkorelasi dengan komponen-komponen VAIC TM , hanya VACA dan VAHU yang secara
statistik signifikan berhubungan positif dengan kesehatan bank dengan indokator yang
signifikan mengukur kesehatan bank adalah NPL, IRR, GCG, ROA, CAR dan CR.
Bank yang sehat merupakan bank yang mampu memelihara dan meningkatkan kinerja
dari para stakeholder. Hal tersebut mampu menunjang agar bank dapat menghasilkan
pengelolaan semua komponen intellectual capital. Sebagaimana hasil penelitian ini yang
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa intellectual capital
berpengaruh positif terhadap tingkat kesehatan bank. Dalam hal ini intellectual capital diukur
dengan iBVAIC TM dan kesehatan bank dinilai menggunakan metode RGEC. Dari tiga
paling kuat yang membentuk konstruk variabel independen tersebut. Sedangkan dari delapan
indikator pembentuk konstruk variabel kesehatan bank dengan metode RGEC, ROA
merupakan indikator paling kuat yang membentuk konstruk variabel dependen tersebut.
Saran
1. Untuk bank umum syariah yang ada di Indonesia sebaiknya lebih memperhatikan
pemanfaatan intellectual capital yang dimiliki, terutama untuk human capital dan
structural capital. Karena berdasarkan hasil penelitian, dua komponen intellectual capital
tersebut tidak signifikan mengukur intellectual capital. Hal tersebut menunjukkan bank
umum syariah di Indonesia belum memanfaatkan human capital dan structural capital
dengan baik.
2. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan metode lain dalam mentukan nilai
intellectual capital serta penambahan indikator penilaian tingkat kesehatan bank melalui
data primer, karena terdapat beberapa data yang tidak dapat dipenuhi melalui laporan
DAFTAR PUSTAKA