Lapkas Cholelithiasis
Lapkas Cholelithiasis
CHOLELITHIASIS
DISUSUN OLEH :
Halaman Judul..........................................................................................................................
Daftar Isi...................................................................................................................................
Bab 3 Kesimpulan................................................................................................................
Daftar Pustaka.......................................................................................................................
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kolelitiasis adalah salah satu dari penyakit gastrointestinal yang paling sering di
jumpai di praktek klinik. Penelitian dengan ultrasonografi menunjukkan bahwa
60-80% pasien batu empedu adalah asimtomatik. Secara umum dapat dikatakan
bahwa pasienpasien yang asimtomatik akan kambuh dan memperlihatkan
gejala-gejala pada sebanyak 1-2% per tahun follow up. Manifestasi klinik dari
batu empedu dapat berupa nyeri episodik (kolik bilier), inflamasi akut di
kandung empedu (kolesistitis akut) atau saluran empedu (kolangitis akut),
komplikasikomplikasi akibat migrasi batu empedu ke dalam koledokus seperti
pankreatitis, obstruksi saluran empedu yang dapat mengganggu fungsi hati
yakni ikterus obstruktif sampai sirosis bilier. Tidak semua batu empedu
memerlukan tindakan untuk mengeluarkannya. Ada beberapa faktor yang
menentukan bagaimana penatalaksanaannya antara lain lokasi batu tersebut,
ukurannya dan manifestasi kliniknya. Kemajuan-kemajuan yang pesat di bidang
iptek kedokteran pada dua dekade ini terutama kemajuan di bidang pencitraan
(imaging), endoskopi diagnostik dan endoskopi terapetik membawa perubahan
yang sangat mendasar dalam penatalaksanaan batu empedu.
Pada masa-masa yang lalu kira-kira sebelum tahun delapan puluhan, sarana
diagnostik imejing untuk batu empedu hanya dari foto polos abdomen,
iv
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
2.2. ANATOMI
Kandung empedu (vesika felea), yang merupakan organ berbentuk seperti buah
pir, berongga dan menyerupai kantong dengan panjang 7,5 hingga 10 cm,
terletak dalam suatu cekungan yang dangkal pada permukaan inferior hati oleh
jaringan ikat yang longgar. Dinding kandung empedu terutama tersusun dari
otot polos. Kandung empedu dihubungkan dengan duktus koledokus lewat
duktus sistikus. Kandung empedu memiliki bagian berupa fundus, korpus, dan
kolum. Fundus berbentuk bulat, berujung buntu pada kandung empedu sedikit
memanjang di atas tepi hati.
Korpus merupakan bagian terbesar dari kandung empedu. Kolum adalah bagian
sempit dari kandung empedu yang terletak antara korpus dan duktus sistika.
vi
Empedu yang disekresikan dari hati akan disimpan sementara waktu dalam
kandung empedu. Saluran empedu terkecil yang disebut kanalikulus terletak
diantara lobulus hati. Kanalikulus menerima hasil sekresi dari hepatosit dan
membawanya ke saluran empedu yang lebih besar yang akhirnya akan
membentuk duktus hepatikus. Duktus hepatikus dari hati dan duktus sistikus
dari kandung empedu bergabung untuk membentuk duktus koledokus (common
bile duct) yang akan mengosongkan isinya ke dalam intestinum. Aliran empedu
ke dalam intestinum dikendalikan oleh sfingter oddi yang terletak pada tempat
sambungan (junction) dimana duktus koledokus memasuki duodenum.
2.3. EPIDEMIOLOGI
Di negara barat 10-15% pasien dengan batu vesica fellea juga disertai batu
saluran empedu. Pada beberapa keadaan, batu saluran empedu dapat terbentuk
primer di dalam saluran empedu intra atau ekstra hepatik tanpa melibatkan
vii
vesica fellea. Batu saluran empedu primer banyak ditemukan pada pasien di
wilayah Asia dibandingkan dengan pasien di negara barat
2.4. Etiologi
Penyebab dan faktor resiko terjadinya batu empedu masih belum diketahui
secara pasti. Diduga penyebab batu kandung empedu adalah idiopatik, penyakit
hemolitik, dan penyakit spesifik non-hemolitik.Pada wanita yang menggunakan
kontrasepsi hormonal, pembentukan batu empedu terjadi karena adanya
peningkatan saturasi kolesterol bilier. Kegemukan merupakan faktor yang
signifikan untuk terjadinya batu kandung empedu. Pada keadaan ini hepar
memproduksi kolesterol yang berlebih, kemudian dialirkan ke kandung empedu
sehingga konsentrasinya dalam kandung empedu menjadi sangat jenuh.
Keadaan ini merupakan faktor predisposisi terbentuknya batu. Orang dengan
usia lebih dari 40 tahun lebih cenderung untuk terkena kolelitiasis dibandingkan
viii
dengan orang yang usia lebih muda. Hal ini terjadi akibat bertambahnya sekresi
kolesterol oleh hati dan menurunnya sintesis asam empedu. Selain itu adanya
proses aging, yaitu suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas dan
memperbaiki kerusakan yang diderita.
Angka prevalensi orang dewasa lebih tinggi di negara Amerika latin (20-40%)
dan rendah di negara Asia (3-4%). Di Amerika Serikat, terhitung lebih dari 20
juta orang Amerika dengan batu empedu dan dari hasil otopsi menunjukkan
angka kejadian batu empedu paling sedikit 20% pada wanita dan 8% pada laki-
laki di atas umur empat puluhan. Berdasarkan jenis batu yang terbentuk, faktor
yang mempengaruhi terbentuknya batu berbeda-beda. Kondisi-kondisi yang
menjadi faktor predisposisi terbentuknya batu pigmen adalah penyakit
hemolitik yang kronik, pemberian nutrisi parenteral total, kolestasis kronik dan
sirosis dan pemberian obat (cefriaxone). Sedangkan faktor predisposisi
terbentuknya batu pigmen coklat adalah adanya infestasi parasit seperti
Ascharis lumbricoides.
jenis gejala: gejala yang disebabkan oleh penyakit kandung empedu itu sendiri
dan gejala yang terjadi akibat obstruksi pada jalan perlintasan empedu oleh batu
empedu. Gejalanya bisa bersifat akut atau kronis. Gangguan epigastrium,
seperti rasa penuh, distensi abdomen dan nyeri yang samar pada kuadran kanan
atas abdomen dapat terjadi. Gangguan ini dapat terjadi bila individu
mengkonsumsi makanan yang berlemak atau yang digoreng. Gejala yang
mungkin timbul pada pasien kolelitiasis adalah nyeri dan kolik bilier, ikterus,
perubahan warna urin dan feses dan defisiensi vitamin. Pada pasien yang
mengalami nyeri dan kolik bilier disebabkan karena adanya obstruksi pada
duktus sistikus yang tersumbat oleh batu empedu sehingga terjadi distensi dan
menimbulkan infeksi. Kolik bilier tersebut disertai nyeri hebat pada abdomen
kuadran kanan atas, pasien akan mengalami mual dan muntah dalam beberapa
jam sesudah mengkonsumsi makanan dalam posi besar. Gejala kedua yang
dijumpai pada pasien kolelitiasis ialah ikterus yang biasanya terjadi pada
obstruksi duktus koledokus. Salah satu gejala khas dari obstruksi pengaliran
getah empedu ke dalam duodenum yaitu penyerapan empedu oleh darah yang
membuat kulit dan membran mukosa berwarna kuning sehingga terasa gatal-
gatal di kulit. Gejala selanjutnya terlihat dari warna urin yang berwarna sangat
gelap dan feses yang tampak kelabu dan pekat. Kemudian gejala terakhir
terjadinya defisiensi vitamin atau terganggunya proses penyerapan vitamin A,
D, E dan K karena obstruksi aliran empedu, contohnya defisiensi vitamin K
dapat menghambat proses pembekuan darah yang normal.
antasida. Kalau terjadi kolelitiasis, keluhan nyeri menetap dan bertambah pada
waktu menarik nafas dalam.
2) Pemeriksaan Fisik
3) Pemeriksaan penunjang
a) Laboratorium
b) Pencitraan
Foto polos perut biasanya tidak memberikan gambaran yang khas karena
hanya sekitar 10-15% batu kandung empedu yang bersifat radioopak. Kadang
kandung empedu yang mengandung cairan empedu berkadar kalsium tinggi
dapat dilihat pada foto polos. Pada peradangan akut dengan kandung empedu
yang membesar atau hydrops, kandung empedu kadang terlihat sebagai massa
xi
jaringan lunak di kuadran kanan atas yang menekan gambaran udara dalam usus
besar, di fleksura hepatica.
Manifestasi Klinis
a. Usia
b. Jenis Kelamin
Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko lebih
tinggi untuk terjadi kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI maka
kadar kolesterol dalam kandung empedu pun tinggi, dan juga mengurasi garam
empedu serta mengurangi kontraksi/ pengosongan kandung empedu.
d. Makanan.
kelamaan menjadi batu. Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang
cepat mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia dari empedu dan dapat
menyebabkan penurunan kontraksi kandung empedu.
e. Aktifitas fisik.
2.7. Patofisiologi
ditemukan pada anemia hemolitik atau haematopoiesis yang tidak efektif dan
pada pasien dengan cystic fibrosis.7
a) Supersaturasi kolestrol
b) Hipomotilitas kandung empedu
c) Pembentukan inti kolesterol
Supersaturasi kolesterol
Secara normal, komposisi empedu terdiri atas 70 % garam
empedu, 22% fosfolipid (terutama lesitin), 4% kolesterol, 3% protein,
dan 0,3% bilirubin.18 Terbentuknya batu empedu tergantung dari
keseimbangan kadar garam empedu, kolesterol dan lesitin. Semakin
tinggi kadar kolesterol atau semakin rendah kandungan garam empedu,
akan membuat kondisi di dalam kandung empedu jenuh akan kolesterol
(supersaturasi kolesterol). Kolesterol disintesis dihati dan diekskresikan
dalam bentuk garam empedu. Dengan meningkatnya sintesis dan sekresi
kolesterol, resiko terbentuknya empedu
juga meningkat. Penurunan berat badan yang terlalu cepat (karena hati
mensintesis kolesterol lebih banyak), maka esterogen dan kontrasepsi
(menurunkan sintesis garam empedu) menyebabkan supersaturasi
kolesterol.
2.8. Penatalaksanaan
2.9. Komplikasi
2.10. Prognosis
xvii
BAB 2
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Rosmawati Ginting
Usia : 50 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Mataram No. 19 Medan Petisah Hulu
Tanggal Masuk : 07 Maret 2016
II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Nyeri perut kanan atas
Telaah : Hal ini dialami pasien sejak 2 tahun yang lalu
dan memberat 7 hari ini. Nyeri dirasakan os
seperti tersusuk-tusuk dan menjalar hingga
punggung dan kaki kanan. Nyeri bersifat hilang
timbul. Nyeri pinggang kanan juga dirasakan os
7 hari ini, nyeri hilang timbul.
Demam (-). Mual (+). Muntah (-).
BAK (+) normal. BAB (+) normal.
Os sebelumnya sudah dilakukan USG dari RS
luar dengan diagnosis multiple cholelithiasis dan
multiple nefrolithiasis. Riwayat kulit dan mata
kuning (-). Hipertensi (-). Kencing manis (-).
RPT : tidak jelas
RPO : tidak jelas
xix
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
xx
VII. PENATALAKSANAAN
xxii
- Diet MB
- IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/i
- Inj. Ceftriaxon 1 gr/12 jam
- Inj. Metronidazol 500 mg/8 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/8jam
- Inj. Ranitidin 50 mg/12jam
1
BAB 3
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA