Oleh :
Dyah Rohmi Nugraheni G99151025/E-3
Azizah Amalia Novia S. G99151028/E-6
Shinta Retno Wulandari G99152051/F-6
Asticha Erlianing Sari G99152052/F-7
Pembimbing :
Noor Alifah, dr., Sp.A., M.Kes
Oleh:
Dyah Rohmi Nugraheni G99151025/E-3
Azizah Amalia Novia S. G99151028/E-6
Shinta Retno Wulandari G99152051/F-6
Asticha Erlianing Sari G99152052/F-7
1
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. K
Usia : 4 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Randusari, Teras, Boyolali
No RM : 165xxxx
Tanggal masuk : 30 Mei 2016
Tanggal periksa : 30 Mei 2016
Berat Badan : 28 kg
Tinggi Badan : 105 cm
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Demam
B. Riwayat Penyakit Sekarang
I II III IV
Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin
26/05/2016 27/05/2016 28/05/2016 29/05/2016 30/05/2016
20.00 20.00 20.00 20.00 20.00
2
makan berkurang. Pasien juga mengeluhkan batuk, tetapi tidak mengeluh
pilek. Tidak ada mimisan, gusi berdarah, ataupun BAB hitam.
Tiga hari sebelum masuk rumah sakit, pasien dibawa berobat oleh
orang tua ke dokter karena keluhan belum berkurang. Oleh dokter, pasien
diberi 1 macam obat berupa puyer penurun panas. Demam turun saat
pasien minum obat tersebut, tetapi kemudian pasien demam kembali.
Minggu, 29 Mei 2016 pasien mulai mengeluhkan mual dan muntah setiap
kali minum, serta nafsu makan berkurang. Pasien juga mulai tampak
gelisah serta tangan dan kaki teraba dingin.
SMRS pasien dibawa ke klinik swasta untuk cek lab. Kemudian di
klinik tersebut pasien disarankan untuk mondok dan diinfus sebanyak 400
cc. Kemudian pasien dirujuk ke RSUD Pandan Arang.
Saat di IGD Rumah Sakit Pandan Arang, pasien tampak gelisah,
tidak demam, tidak didapatkan mimisan, gusi berdarah, ataupun BAB
hitam, telinga merah (-), nyeri telinga (-), pembengkakan pada sendi (-),
sesak (-), minum mau, nafsu makan menurun. BAK terakhir 5 jam
sebelum masuk rumah sakit, berwarna kuning pekat dan sedikit.
3
Dari alloanamnesis diketahui bahwa terdapat tetangga depan
rumah pasien yang menderita demam berdarah dengue satu minggu
sebelum pasien demam. Di sekitar rumah pasien terdapat selokan air yang
mengalir lancar dan tempat penampungan air di kamar mandi rumah
pasien dikuras setiap 7 hari sekali. Tidak didapatkan riwayat pasien
bepergian jauh ke manapun.
Sumber air minum keluarga adalah sumur air PDAM yang
kemudian dimasak. Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan diterapkan
dalam keluarga. Makanan keluarga sehari-hari dimasak sendiri hingga
matang.
G. Riwayat Kelahiran
Pasien lahir dari ibu usia 24 tahun dengan umur kehamilan 36
minggu secara sectio caesaria atas indikasi kembar dengan berat badan
lahir 2600 gram dan panjang 40 cm, langsung menangis kuat segera
setelah lahir dan tidak ada kebiruan. Kesan kelahiran tidak ada kelainan.
H. Riwayat Imunisasi
Dasar:
Hep B0 : 0 bulan
BCG : 1 bulan
Polio : 1,2,3,4 bulan
4
DPT- HB : 2,3,4 bulan
Campak : 9 bulan
Kesimpulan : imunisasi lengkap sesuai Kemenkes 2013.
J. Riwayat Nutrisi
Pasien mendapatkan air susu ibu (ASI) eksklusif sejak lahir hingga
usia 6 bulan. Pada usia 6 bulan, pasien mulai diberikan makanan
pendamping ASI (MP-ASI).
Saat ini, pasien makan sehari tiga kali dengan porsi makan orang
dewasa dan selalu habis. Menu makan sehari-hari berupa nasi dan lauk
pauk seperti tempe, tahu, telur, ikan, dan sayur.
Kesan : kualitas dan kuantitas cukup.
5
6
K. Pohon Keluarga
II
Ny. S, 28
Tn. A, tahun
32 tahun
III
7
f. Hidung : napas cuping hidung(+/+), sekret (-/-), epistaksis (-/-)
g. Telinga : sekret (-/-)
h. Mulut : mukosa basah (+), gusi berdarah (-), faring
hiperemis (-), tonsil T1-T1 hiperemis (-)
i. Leher : kelenjar getah bening tidak membesar
j. Toraks : bentuk simetris, retraksi (+)
k. Cor
I : iktus cordis tidak tampak
P : iktus cordis tidak kuat angkat
P : batas jantung kesan tidak melebar
A : bunyi jantung I-II interval normal, reguler, bising (-)
l. Pulmo
I : pengembangan dinding dada kanan = kiri
P : fremitus raba kanan = kiri
P : sonor / sonor
A : suara dasar vesikuler +/+, suara tambahan +/+ RBH di basal
paru kanan
m. Abdomen
I : dinding perut sejajar dinding dada
A : bising usus (+) normal
P : timpani, pekak alih (+), undulasi (+)
P : nyeri tekan (-), hepar teraba 2 cm bawah arcus costae dextra
dan 2 cm bawah processus xiphoideus, permukaan rata, tepi
tajam, konsistensi lunak, lien tidak teraba,
Lingkar perut : 81 cm
n. Ekstremitas :
Edema Akral dingin Ptechiae
- - + + - -
- - - - - -
Arteri dorsalis pedis teraba melemah
Capillary Refill Time kurang dari 2 detik
8
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tabel 1.1. Laboratorium Darah
Hematologi rutin
Hb 17.7 g/dL
Hct 48%
AL 7400 /ul
AT 32000 /ul
AE 7.26 juta/ul
Protein Plasma 4.6 g/dL
Index Eritrosit
MCV 67 /um
MCH 24 pg
MCHC 36 g/dl
RDW 12.9 %
Golongan Darah ABO A
Hitung Jenis
Eosinofil 1.30 %
Basofil 0.30 %
Netrofil 59 %
Limfosit 38 %
Monosit 3.0 %
Kimia
SGOT 158 u/L
SGPT 41 u/L
ELEKTROLIT
Natrium 131 mmol/L
Kalium 3.9 mmol/L
Chloride 97 mmol/L
Imunoserologi
HbsAg Non reactive
Kesan: hemokonsentrasi dan trombositopenia
9
V. KEBUTUHAN ENERGI HARIAN
Kebutuhan energi harian berdasarkan tabel recommended dietary
allowances (RDA) untuk bayi dan anak berdasarkan TB/U pada pasien ini
adalah sekitar 90 kkal/kg/hari. Jadi, kebutuhan energi harian pasien adalah
sebesar 1512 kkal/hari, di mana berat badan ideal pasien sebesar 16 ,8kg.
VI. RESUME
Sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit pasien demam mendadak,
tinggi, terus menerus sepanjang hari, disertai dengan nyeri di seluruh
badan dan nyeri kepala. Tiga hari SMRS karena keluhan belum berkurang,
pasien diperiksakan ke dokter dan diberi obat puyer penurun panas.
Demam mereda setelah pasien meminum obat penurun panas namun
kemudian panas lagi setelah efek obat habis.
Satu hari SMRS pasien mulai mengeluhkan mual dan muntah
setiap kali minum. Pasien mulai tampak gelisah serta tangan dan kaki
terasa dingin. Hari Senin, 30 Mei 2016 pasien dibawa berobat ke klinik
swasta, disarankan untuk cek lab dan mondok. Saat di klinik pasein
mendapatkan terapi cairan sebanyak 400 cc.
Pasien kemudian dirujuk ke RSUD Pandan Arang. Saat di IGD
pasien tampak gelisah, tidak demam, nyeri pada perut dan nyeri seluruh
badan masih dirasakan. Tidak didapatkan adanya tanda-tanda perdarahan
seperti mimisan, gusi berdarah, ruam atau bintik merah di ekstremitas dan
badan. Minum mau, nafsu makan menurun. BAK terakhir 5 jam sebelum
masuk rumah sakit, sedikit, warna kuning pekat, nyeri saat BAK (-), BAB
normal. Nadi teraba cepat dan lemah, A. Dorsalis pedis teraba lemah, dan
didapatkan akral dingin pada ekstremitas atas. Karena didapatkan tanda
syok, pasien mendapat terapi cairan berupa infus Asering 10ml/KgBB/jam
atau setara 280cc/jam dan dilanjutkan dengan 7cc/kgBB/jam atau setara
dengan 196cc/jam.
10
Hasil laboratorium darah saat di IGD didapatkan hemokonsentrasi
dan trombositopenia dengan jumlah hematokrit 48%. trombosit 32.000 /ul,
jumlah lekosit 7400 /ul, eritrosit 7,26 juta/ul, dan Hb 17,7 g/dl.
11
X. PENATALAKSANAAN
a. Rawat bangsal infeksi anak
b. O2 nasal kanul 2 lpm
c. Diet nasi lauk 1512 kkal/hari
d. Infus Asering (7mL/kgBB/jam) = 196 mL/jam
e. Paracetamol syr 3 x 1 cth
f. Ambroxol 3 x 1 cth
XI. MONITORING
a. Keadaan umum, vital sign, dan tekanan darah per 2 jam
b. Lingkar perut per hari
c. Awasi tanda-tanda syok
XII. PLAN
a. DL2 series tiap 8 jam
XIII. EDUKASI
a. Edukasi keluarga tentang penyakit pasien, edukasi untuk
menambah intake makanan dan minuman pasien, prognosis pasien
baik dengan penanganan yang tepat.
b. Lapor bila ada tanda-tanda perdarahan.
c. Kompres hangat apabila demam lebih dari 37,5C dan pemberian
paracetamol bila demam lebih dari 38,5C.
d. Edukasi untuk melakukan 3M plus di rumah.
XIV. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
12
XV. FOLLOW UP
Tanggal 30 Mei 2016 (DPH 0) Pukul 19.00
S : Demam (-), sesak (+), pasien gelisah
O : Keadaan umum : Tampak sakit berat, letargis, gelisah
Tanda Vital
Tekanan darah : 100/70mmHg.
Laju nadi : 139 x/menit, lemah
Laju napas : 56 x/menit
Suhu : 350C per aksiler
SiO2 : 93%
Kepala
Bentuk mesosefal
Mata
Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil isokor
(2 mm/ 2mm), edema palpebra (+/+), sekret (-/-)
Hidung
Napas cuping hidung (+/+), epistaksis (-/-), sekret (-/-)
Telinga
Sekret (-/-).
Mulut
Mukosa basah (+), faring hiperemis (-), tonsil T1-T1, gusi berdarah (-)
Leher
Kelenjar getah bening tidak membesar
Toraks
Bentuk simetris, retraksi (+) suprasternal
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak.
Palpasi : Iktus cordis tidak kuat
Perkusi : batas Jantung kesan tidak melebar.
Auskultasi : Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-).
13
Pulmo
Inspeksi : pengembangan dinding dada kanan = kiri
Palpasi : fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor / sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler + /+, suara tambahan +/+ RBH
Abdomen
Inspeksi : dinding perut lebih tinggi daripada dinding dada
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani, pekak alih (+), undulasi (+)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), teraba pembesaran hepar 2 jari di
bawah arcus costa dan lien tidak teraba.
Lingkar perut : 81 cm
Ekstremitas
Edema Akral dingin Ptechiae
- - + + - -
- - - - - -
Evalusasi KU VS
Tidak ada perbaikan
Inf. HES 20ml/KgBB/jam setara 600cc/jam
Evaluasi KU VS
14
Inj Dobutamin 5g/KgBB/menit = 200 mg dilarutkan dalam D5 24
cc dengan kecepatan 1 cc/jam
2. Plan
a. Lab Hct, PP cito
3. Monitoring
a. Keadaan
Pemeriksaan 30/5/16
Hematokrit 41.0 % Umum,
Protein plasma 3.6 g/dL Tanda-
tanda vital, Tekanan Darah per 2 jam
b. Lingkar perut
c. Awasi tanda tanda syok
Hasil Pemeriksaan Lab
I II III IV V
Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa
26/05/2016 27/05/2016 28/05/2016 29/05/2016 30/05/2016 31/05/2016
20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00
O : Keadaan umum : Tampak sakit sedang, kompos mentis, gelisah, gizi obese
normoweight, obese
Tanda Vital
Tekanan darah : 100/70mmHg.
15
Laju nadi : 152 x/menit, isi dan tegangan cukup,
Laju napas : 50x/menit, reguler, kedalaman cukup
Suhu : 350C per aksiler
SiO2 : 98%
Kepala
Bentuk mesosefal
Mata
Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil isokor
(2 mm/ 2mm), edema palpebra (+/+), sekret (-/-)
Hidung
Napas cuping hidung (+/+), epistaksis (-/-), sekret (-/-)
Telinga
Sekret (-/-).
Mulut
Mukosa basah (+), faring hiperemis (-), tonsil T1-T1, gusi berdarah (-)
Leher
Kelenjar getah bening tidak membesar
Toraks
Bentuk simetris, retraksi (+)
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak.
Palpasi : Iktus cordis tidak kuat
Perkusi : batas Jantung kesan tidak melebar.
Auskultasi : Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-).
Pulmo
Inspeksi : pengembangan dinding dada kanan = kiri
Palpasi : fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor / sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler + /+, suara tambahan +/ RBH
Abdomen
Inspeksi : dinding perut lebih tinggi dinding dada
16
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani, pekak alih (+), undulasi (+)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), teraba pembesaran hepar 2 jari di
bawah arcus costa dan lien tidak teraba.
Lingkar perut : 81 cm
Ekstremitas
Edema Akral dingin Petechiae
- - + + - -
- - - - - -
17
Pemeriksaan 31/5/16
Hematokrit 43.3 %
Kesan :
Trombosit 26 ribu /ul
Protein plasma 4.0 g/dL
Pemeriksaan 31/5/16
Hematokrit 38.7 %
Trombosit 19 ribu /ul
Protein plasma 4.2 g/dL
hemokonsentrasi, trombositopenia
Kesan : trombositopenia
18
Tanggal 1 Juni 2016 (DPH 2)
S : Demam (-) 1 hari, mimisan (-), gusi berdarah (-), makan (-), minum (+),
buang air besar (+) kuning lembek, buang air kecil (+) kuning jernih dan
jumlah banyak
I II III IV V VI
Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu
26/05/2016 27/05/2016 28/05/2016 29/05/2016 30/05/2016 31/05/2016 01/06/2016
20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00
O : Keadaan umum : Tampak sakit sedang, compos mentis, gelisah, gizi obese,
obese, normoheight
Tanda Vital
Tekanan darah : 110/70mmHg.
Laju nadi : 132 x/menit, isi dan tegangan cukup,
Laju napas : 48 x/menit, reguler, kedalaman cukup
Suhu : 37,60C per aksiler
SiO2 : 85%
Kepala
Bentuk mesosefal
Mata
Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil isokor
(2 mm/ 2mm), edema palpebra (+/+), sekret (-/-).
Hidung
Napas cuping hidung (+/+), sekret (-/-), epistaksis (-/-).
Telinga
Sekret (-/-)
Mulut
Mukosa basah (+), faring hiperemis (-), tonsil T1-T1, gusi berdarah (-)
19
Leher
Kelenjar getah bening tidak membesar
Toraks
Bentuk simetris, retraksi (-)
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak.
Palpasi : Iktus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-).
Pulmo
Inspeksi : pengembangan dinding dada kanan = kiri
Palpasi : fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor / sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler +/+, suara tambahan -/-
Abdomen
Inspeksi : dinding perut lebih sejajar dinding dada
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani, undulasi (+), pekak alih (+)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), teraba pembesaran hepar 2 jari di
bawah arcus costa dan lien tidak teraba.
Lingkar perut : 80 cm
Ekstremitas
Edema Akral dingin Petechiae
- - + + - -
- - - - - -
A:
a. Dengue hemorrhagic fever grade III
b. Gizi obese, obese, normoheight (antropometri)
20
Pemeriksaan 1/6/16
Hematokrit
P: 33.3 %
Trombosit 44 /uL
1. Terapi
Protein plasma 5.4 g/dL
a. O2 nasal kanul 2 lpm
b. Diet nasi lauk 2115 kkal/hari
c. Inf Asering (3 mL/kgBB/jam) = 84 mL/jam
d. Inj Dobutamin 5g/KgBB/menit = 200 mg dilarutkan dalam
D5 24 cc dengan kecepatan 1 cc/jam
e. Inj Furosemid 1 mg/KgBB/12 jam = 20 mg/12 jam
f. Paracetamol 3 x 1 cth
g. Ambroxol 3 x 1 cth
3. Plan
a. DL2 / 8 jam
3. Monitoring
a.
Pemeriksaan 1/6/16
Hematokrit 33,3 %
Trombosit 44000/ ul
Protein plasma 5.4 g/dL
Keadaan Umum, Tanda-tanda vital, TD /4 jam
b. Lingkar perut per hari
c. Awasi tanda tanda syok
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah ( 1 Juni 2016, pukul 08.00 )
Kesan : trombositopenia
I II III IV V VI VII
21
Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis
26/5/2016 27/5/2016 28/5/16 29/5/2016 30/5/2016 31/5/2016 1/6/2016 2/6/2016
20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00
22
Auskultasi : Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-).
Pulmo
Inspeksi : pengembangan dinding dada kanan = kiri
Palpasi : fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor / sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler + /+ , suara tambahan -/-
Abdomen
Inspeksi : dinding perut lebih sejajar dinding dada
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani, pekak alih (-), undulasi (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), teraba pembesaran hepar 1 jari di
bawah arcus costa dan lien tidak teraba.
Lingkar perut : 78 cm
Ekstremitas
Edema Akral dingin Petechiae
- - + + - -
- - - - - -
A:
a. Dengue hemorrhagic fever riwayat DSS
b. Gizi obese, obese, normoheight (antropometri)
P:
1. Terapi
a. O2 nasal kanul 2 lpm
b. Diet nasi lauk 2115 kkal/hari
c. Inf Asering 60ml/jam
d. Inj Dobutamin 2,5g/KgBB/menit = 100 mg dilarutkan dalam
D5 24 cc dengan kecepatan 1 cc/jam
e. Paracetamol 3 x 1 cth
f. Ambroxol 3 x 1 cth
2. Plan
23
a. DL2 / 24 jam
3. Monitoring
a. Keadaan Umum, Tanda-tanda vital, TD / 8 jam
b. Lingkar perut per hari
c. Awasi tanda tanda syok
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah ( 2 Juni 2016 )
Pemeriksaan 02/06/16
Hematokrit 38.2 %
Trombosit 87000 /ul
Protein plasma 6.0 g/dl Kesan :
trombositopenia
BAB II
ANALISIS KASUS
24
Pada tahun 2014, sampai pertengahan bulan Desember tercatat penderita
DBD di 34 provinsi di Indonesia sebanyak 71.668 orang, dan 641 diantaranya
meninggal dunia. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya,
yakni tahun 2013 dengan jumlah penderita sebanyak 112.511 orang dan jumlah
kasus meninggal sebanyak 871 penderita.
Menurut WHO tahun 2009 salah satu penyakit dengan gejala klinis
demam tinggi mendadak kurang dari 7 hari adalah infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue. Infeksi dengue memiliki gejala demam tinggi mendadak 2-7 hari,
selain itu diikuti pula dengan adanya gejala klinis lain berupa manifestasi
perdarahan baik spontan maupun diprovokasi, hepatomegali, dan syok. Pada
pasien ini didapatkan gejala-gejala tersebut yang menguatkan pada diagnosis
demam berdarah dengue.
Pada awal perjalanan penyakit infeksi dengue terkadang susah dibedakan
dengan penyakit yang memiliki gejala klinis demam lainnya sehingga diperlukan
suatu tes yaitu uji rumple leede untuk menunjang diagnosis penyakit ke arah
infeksi dengue. Pada pasien ini tidak dilakukan uji rumple leede karena pasien
tidak kooperatif. Selain uji rumple leede dilakukan pemeriksaan fisik. Dari hasil
pemeriksaan fisik didapatkan edema pada palpebra kedua mata, hepatomegali dan
acites, yang merupakan tanda adanya kebocoran plasma pada pasien dengan
infeksi dengue.
Keadaan umum pasien tampak sakit berat dengan kesan gizi lebih (klinis).
Dari pemeriksaan fisik didapatkan suhu 37,6oC, tekanan darah 110/80 mmHg,
nadi 120x/menit teraba lemah, frekuensi nafas 24x/menit, ADP teraba lemah,
didapatkan akral dingin pada ektremitas atas, tidak didapatkan tanda perdarahan
spontan seperti mimisan, perdarahan gusi, peteki, dan lainya. Ditemukan adanya
tanda-tanda kebocoran plasma seperti edema palpebra, hepatomegali, dan ascites.
Pada pemeriksaan abdomen juga ditemukan perbesaran hepar 2 cm di bawah
arcus costa. Hasil pemeriksaan lab darah pada tanggal 30 Mei 2016 didapatkan
trombosit 32.000 /ul, jumlah lekosit 7400 /ul, eritrosit 7,26 juta/ul, Hb 17,7 g/dl,
dan hematokrit 48%. Penurunan trombosit yang cepat dan progresif dan adanya
hemokonsentrasi pada pasien ini terjadi akibat proses kebocoran plasma. Plasma
25
darah yang normalnya berada di dalam pembuluh darah keluar menuju ke jaringan
interstisial sehingga menyebabkan darah menjadi lebih kental.
Berdasarkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan
laboratorium di atas dapat disimpulkan terdapat beberapa gejala klinis dan hasil
laboratoris yang mendukung ke arah Dengue Hemorraghic Fever (DHF) grade III
menurut klasifikasi WHO tahun 2011. Berdasarkan WHO 2011 pasien tersebut
dirawat inap di pelayanan kesehatan seperti rumah sakit. Pasien tersebut
memenuhi kriteria rawat inap berupa adanya tanda bahaya pada demam berdarah
dengue yaitu: demam turun tetapi keadaan anak memburuk, letargi dan gelisah,
hepatomegali, akumulasi cairan dan oligouri, serta hasil Laboratorium
menunjukkan peningkatan kadar Hematokrit disertai dengan penurunan jumlah
trombosit. Tata laksana yang tepat dan segera dapat mengurangi morbiditas dan
mortalitas dengue hemorraghic fever atau demam berdarah dengue (DBD).
Pengobatan pada saat dirawat inap pasien tersebut diberikan terapi penggantian
cairan dan terapi simtomatis. Terapi cairan meliputi jenis dan jumlah cairan yang
diberikan. Cairan kristaloid isotonik merupakan pilihan untuk pasien DBD. Tidak
dianjurkan pemberian cairan hipotonik seperti NaCl 0,45%, kecuali bagi pasien
usia <6 bulan. Dalam keadaan normal setelah satu jam pemberian cairan
hipotonis, hanya 1/12 volume yang bertahan dalam ruang intravascular sedangkan
cairan isotonis volume yang bertahan, sisanya terdistribusi ke ruang intrseluler
dan ekstraseluler. Pada keadaan permeabilitas yang meningkat, volume cairan
yang bertahan akan semakin berkurang sehingga lebih mudah terjadi kelebihan
cairan pada pemberian cairan hipotonis. Pada pasien ini diberikan cairan kristaloid
isotonik berupa asering. Asering dipilih karena cairan memiliki sifat
dimetabolisme di otot dan bukan di hepar. Pada pasien DBD terjadi hepatomegali
sebagai akibat proses infeksi yang terjadi sehingga pemilihan asering diharapkan
tidak membuat kerja hepar semakin berat karena harus memetabolisme cairan
infus.
Menurut Pedoman Diagnosis dan Tata Laksana Infeksi Virus Dengue
(IDAI), pasien yang datang dengan kondisi syok, diberikan tatalaksana oksigen
nasal 2 lpm, infus Ringer asetat 10-20 mL/kgBB dalam 1 jam. Apabila kondisi
26
umum dan vital sign terdapat perbaikan, maka cairan dapat diturunkan hingga 10
mL/kgBB. Jika kondisi stabil pemberian cairan dapat diturunkan secara bertahap
menjadi 7ml/kgBB, 5mL/kgBB, 3mL/kgBB, 1,5mL/kgBB hingga pada dosis
maintainance. Pada pasien diberikan cairan sebanyak 2 mL/kgBB/jam =
84mL/jam dikarenakan kondisi pasien masih stabil, tidak didapatkan tanda- tanda
syok. Volume cairan yang diberikan pada pasien DHF disesuaikan dengan berat
badan, kondisi klinis dan temuan laboratorium. Pada pasien dengan obesitas
pemberian jumlah cairan harus berhati-hati karena mudah terjadi kelebihan cairan,
penghitungan carian sebaiknya berdasarkan berat badan ideal. Selain dengan
pemberian cairan melewati infus pasien juga dianjurkan untuk minum yang cukup
terutama minum cairan yang mengandung elektrolit. Pemberian cairan harus
diawasi supaya tidak terjadi overload cairan.
Pemberian obat simtomatis pada pasa pasien ini dapat diberikan antipiretik
dengan pilihan parasetamol 10-15mg/ kgBB/ kali apabila demam. Berat pasien 42
kg sehingga untuk dosis parasetamol yang diberikan sebanyak 500 mg sekali
minum. Parasetamol sebaiknya diberikan hanya pada keadaan pasien demam
(suhu >38,5C) dengan interval 6 jam. Pemberian aspirin atau golongan NSAID
serta ibuprofen tidak dianjurkan karena akan memperparah manifestasi
perdarahan pada pasien.
27