Anda di halaman 1dari 21

PRESENTASI KASUS

Seorang Anak Perempuan Usia 1 Tahun dengan


Disentri Basiler

Oleh :
Sabila Fatimah G99152021 (Q2)
Dewi Nareswari G99161032 (A9)
Reyhana Mustafa Banadji G99151014 (B8)
Pertiwi Rahmadhany G99151015 (B9)

Pembimbing :
Argadia, dr., Sp.A., M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RSUD PANDAN ARANG
BOYOLALI
2017
HALAMAN PENGESAHAN

Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi persyaratan kepaniteraan klinik


Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret / RSUD
Pandan Arang Boyolali. Presentasi kasus dengan judul:

Seorang Anak Perempuan 1 Tahun dengan Disentri Basiler

Hari/tanggal : 3 Februari 2017

Oleh:
Sabila Fatimah G99152021 (Q2)
Dewi Nareswari G99161032 (A9)
Reyhana Mustafa Banadji G99151014 (B8)
Pertiwi Rahmadhany G99151015 (B9)

Mengetahui dan menyetujui,


Pembimbing Presentasi Kasus

Argadia, dr., Sp.A., M.Kes

BAB I
STATUS PASIEN

1
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. AN
Usia : 9 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Kebonso, Pulisen, Boyolali
No RM : 165xxxx
Tanggal masuk : 30 Januari 2017
Tanggal periksa : 30 Januari 2017
Berat Badan : 6,5 kg
Panjang Badan : 70 cm

II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
BAB cair
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan BAB cair sejak 1 hari SMRS. Ibu
pasien mengatakan pasien BAB > 10 kali/hari sejak hari Minggu
(29/1/2017). BAB warna kuning kehijauan, cair, ada warna kemerahan
seperti benang, lendir (+). Volume BAB sedikit tapi sering. Ibu pasien
mengatakan setiap BAB pasien rewel dan tidak tenang seperti menahan
sakit. Pasien hanya mau makan bubur sedikit dan terus menerus ingin
minum ASI jika rewel. Mual (-), muntah (-), nafsu makan menurun (+),
BAK tidak ada kelainan.
Sebelumnya pasien pernah dirawat di RS Hidayah dengan keluhan
serupa 2 minggu SMRS. Pasien mondok selama 6 hari. Keluhan saat itu
BAB cair kehijauan > 10 kali, lendir (-), darah (-). Pasien lemas, dan
rewel. Karena sudah membaik pasien diizinkan pulang walaupun diare
masih didapatkan. Selama 4 hari dirumah diare semakin bertambah parah.
1 hari SMRS diare > 10 kali sehari, cairan > ampas, berwarna kuning

2
kehijauan disertai lendir dan darah. Pasien juga tampak kesakitan sebelum
BAB dan lemas. Oleh keluarga pasien kemudian dibawa ke IGD RSPA.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan serupa : (+), 2 minggu yang lalu
Riwayat alergi susu sapi : disangkal
Riwayat mondok : (+), 2 minggu yang lalu di RS Hidayah
dengan keluhan BAB cair kehijauan > 10
kali/hari
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluhan serupa : disangkal

E. Riwayat Lingkungan dan Kebiasaan


Air minum keluarga bersumber dari air sumur yang kemudian
dimasak. Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan tidak diterapkan
dalam keluarga. Makanan keluarga sehari-hari dimasak sendiri hingga
matang.

F. Riwayat Kehamilan dan Persalinan


Selama hamil, ibu pasien rutin melakukan pemeriksaan kehamilan
di Bidan. Pada trimester I ibu pasien melakukan kontrol sebanyak 1x. Pada
trimester II ibu pasien melakukan kontrol sebanyak 1x dan pada trimester
ke III juga melakukan kontrol 2x. Ibu pasien tidak pernah sakit selama
hamil serta selalu rutin minum vitamin dan tablet penambah darah yang
diberikan bidan. Kesan kehamilan dalam batas normal.

G. Riwayat Kelahiran
Pasien lahir dari ibu usia 33 tahun dengan umur kehamilan 41
minggu secara spontan dengan berat badan lahir 2900 gram dan panjang
45 cm, langsung menangis kuat segera setelah lahir dan tidak ada
kebiruan. Kesan kelahiran tidak ada kelainan.

3
H. Riwayat Imunisasi
Dasar:
Hep B0 : 0 bulan
BCG : 1 bulan
Polio : 1,2,3,4 bulan
DPT- HB : 2,3,4 bulan
Campak : belum
Kesimpulan : imunisasi dasar belum lengkap

I. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


a. Pertumbuhan
Pasien lahir dengan berat badan lahir 2900 gram, panjang
badan 45 cm, dan lingkar kepala 33 cm. Saat ini, pasien berusia 9
bulan dengan berat badan 6,2 kg, tinggi badan 74 cm.
Kesan : pertumbuhan sesuai usia
b. Perkembangan
1 bulan : menatap wajah, bersuara, bereaksi terhadap bel,
mengangkat kepala.
2 bulan : tersenyum spontan, kedua tangan bersentuhan, bersuara
ooo/aaa dan kepala mengangkat 45o.
3 bulan : mengamati tangannya sendiri, mengikuti objek 180o,
berteriak, kepala terangkat 90o.
4 bulan : melihat barang yang ditunjukkan, tengkurap sendiri.
6 bulan : duduk bersandar, mengambil mainan, mengoceh.
9 bulan : merangkak, bicara penggal kata.
Kesan : Perkembangan sesuai usia.

J. Riwayat Nutrisi
Pasien mendapatkan air susu ibu (ASI) eksklusif sejak lahir hingga
usia 6 bulan. Pada usia 6 bulan, pasien mulai diberikan makanan
pendamping ASI (MP-ASI).

4
Saat ini, pasien makan sehari tiga kali dengan porsi cukup. Menu
makan sehari-hari berupa bubur dan lauk pauk seperti tempe, tahu, telur,
ikan, dan sayur yang dilumatkan.
Kesan : kualitas dan kuantitas cukup.

K. Pohon Keluarga

II
Ny. S, 34
Tn. A, tahun
35 tahun

III

An. AN
(9bulan
)

III. PEMERIKSAAN FISIS (30/01/2017)


1. Status Generalis
a. Keadaan Umum:
tampak sakit sedang , compos mentis (GCS:E3V3M6), gizi kurang
(klinis)
b. Tanda vital
Laju nadi : 120x/menit, lemah
Laju napas : 24x/menit, reguler, kedalaman cukup
Suhu : 37,6 C

5
c. Status Gizi Secara Antropometri
BB / U = -3 SD < z-score <-2 SD underweight
TB / U = -2 SD < z-score <+2SD normoheight
BB/TB = -3 SD< z-score <-2SD gizi kurang
(Kurva WHO, 2005)
Interpretasi: normoweight, normoheight, gizi kurang.
d. Kepala : mesocephal, UUB cekung, lingkar kepala = 44cm (-
2<lk<+2 SD nellhause)
e. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema
palpebra (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil isokor diameter
2mm/2mm, mata cekung (+/+), air mata berkurang.
f. Hidung : napas cuping hidung(-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-)
g. Telinga : sekret (-/-)
h. Mulut : mukosa basah (+), gusi berdarah (-), faring
hiperemis (-), tonsil T1-T1 hiperemis (-), rasa haus (+).
i. Leher : kelenjar getah bening tidak membesar
j. Toraks : bentuk simetris, retraksi (-)
k. Cor
I : iktus cordis tidak tampak
P : iktus cordis tidak kuat angkat
P : sde
A : bunyi jantung I-II interval normal, reguler, bising (-)
l. Pulmo
I : pengembangan dinding dada kanan = kiri
P : fremitus raba kanan = kiri
P : sonor / sonor
A : suara dasar vesikuler +/+, suara tambahan -/-
m. Abdomen
I : dinding perut lebih tinggi dari dinding dada
A : bising usus (+) meningkat
P : timpani, pekak alih (-), undulasi (-)
P : nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)
n. Ekstremitas :
Edema Akral dingin Petechiae
- - - - - -

6
- - - - - -
Arteri dorsalis pedis teraba kuat
Capillary Refill Time kurang dari 2 detik

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tabel 1.1. Laboratorium Darah
Hematologi rutin
Hb 9.9 g/dL
Hct 31.3 %
AL 12800 /ul
AT 400 ribu /ul
AE 4.05 juta/ul
Index Eritrosit
MCV 77.4 /um
MCH 24.6 pg
MCHC 31.7 g/dl
RDW 14.3 %
Hitung Jenis
Eosinofil 0.0 %
Basofil 0.9 %
Netrofil 69.1 %
Limfosit 23.4 %
Monosit 6.6 %
Kimia
ELEKTROLIT
Natrium 139 mmol/L
Kalium 4.2 mmol/L
Chloride 108 mmol/L
Kesan: anemia hipokromik mikrositik dan leukositosis

7
Tabel 1.2 Feses Rutin
Feses Rutin
Warna Kehijauan
Konsistensi Cair
Lendir Positif
Eritrosit Negatif
Leukosit Positif
Telur Cacing Negatif
Amoeba Vegetatif Negatif
Amoeba Kista Negatif
Bakteri Positif
Lemak Negatif
Sisa Makanan Negatif
Kesan: infeksi bakteri

IV. KEBUTUHAN ENERGI HARIAN

Kebutuhan energi harian berdasarkan tabel recommended dietary


allowances (RDA) untuk bayi berdasarkan usia menurut TB pada pasien
ini adalah sekitar 80,5 kkal/kg/hari. Jadi, kebutuhan energi harian pasien
adalah sebesar 523,5 kkal/hari, di mana berat badan ideal pasien sebesar
9,4 kg.

V. RESUME
Pasien datang dengan keluhan BAB cair sejak 1 hari SMRS. BAB
> 10 kali/hari sejak hari Minggu (29/1/2017). BAB warna kuning
kehijauan, cair, ada warna kemerahan seperti benang, lendir (+). Volume
BAB sedikit tapi sering. Setiap BAB pasien rewel dan tidak tenang seperti
menahan sakit. Pasien hanya mau makan bubur sedikit dan terus menerus
ingin minum ASI jika rewel. Mual (-), muntah (-), nafsu makan menurun
(+), BAK tidak ada kelainan.
Sebelumnya pasien pernah dirawat di RS Hidayah dengan keluhan
serupa 2 minggu SMRS. Pasien mondok selama 6 hari. Keluhan saat itu
BAB cair kehijauan > 10 kali, lendir (-), darah (-). Pasien lemas, dan
rewel. Karena sudah membaik pasien diizinkan pulang walaupun diare
masih didapatkan. Selama 4 hari dirumah diare semakin bertambah parah.

8
1 hari SMRS diare > 10 kali sehari, cairan > ampas, berwarna kuning
kehijauan disertai lendir dan darah. Pasien juga tampak kesakitan sebelum
BAB dan lemas. Oleh keluarga pasien kemudian dibawa ke IGD RSPA.
Saat di IGD pasien tampak gelisah, demam. Minum mau, nafsu
makan menurun.
Hasil laboratorium darah didapatkan anemia hipokromik mikrositik
dan leukositosis dengan jumlah hemoglobin 9.9 g/dL dan leukosit
12800/ul

VI. DAFTAR MASALAH


Anak perempuan umur 9 bulan dengan :
- BAB cair lendir kehijauan disertai lendir dan darah > 10 kali
- Dehidrasi ringan sedang
- Anemia hipokromik mikrositik (Hb 9.9 g/dL)
- Leukositosis (12800/ul)

VII. DIAGNOSIS BANDING


a. Disentri basiler
b. Disentri amoeba
c. Diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang

VIII. DIAGNOSIS KERJA


a. Disentri basiler
b. Gizi kurang, underweight, normoheight (antropometri)

9
IX. PENATALAKSANAAN
a. Rawat bangsal anak
b. Infus Asering 8 tpm
c. Cotrimoxazole 2 x 1 cth
d. L-bio 1 x 1 sachet
e. Zinkid syrup 1 x 1 cth
f. Paracetamol syrup 3 x cth

X. MONITORING
a. Keadaan umum, vital sign.
b. Status hidrasi
c. Awasi tanda-tanda dehidrasi

XI. EDUKASI
a. Edukasi keluarga tentang penyakit pasien, gejala, diagnosa, terapi,
komplikasi, dan prognosis penyakitnya.
b. Edukasi untuk menambah intake makanan dan minuman pasien,
dengan porsi kecil frekuensi lebih sering.
c. Edukasi keluarga mengenai pencegahan berulangnya penyakit
dengan menjga kebersihan diri dan lingkungan dengan cara paling
sederhana yaitu cuci tangan dengan air dan sabun.

XII. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad sanam : bonam
Ad fungsionam : bonam

10
XIII. FOLLOW UP
Tanggal 31Januari 2017 (DPH I) Pukul 05.00
S : BAB cair warna kuning kehijauan semburat merah > 10 kali, rewel saat BAB,
nafsu makan menurun, minum (+) ASI.
O : Keadaan umum : Tampak sakit berat, rewel
Tanda Vital
Laju nadi : 130 x/menit, lemah
Laju napas : 28 x/menit
Suhu : 370C per aksiler
Kepala
Bentuk mesosefal
Mata
Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil isokor
(2 mm/ 2mm), edema palpebra (+/+), sekret (-/-)
Hidung
Napas cuping hidung (+/+), epistaksis (-/-), sekret (-/-)
Telinga
Sekret (-/-).
Mulut
Mukosa basah (+), faring hiperemis (-), tonsil T1-T1, gusi berdarah (-)
Leher
Kelenjar getah bening tidak membesar
Toraks
Bentuk simetris, retraksi (+) suprasternal
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak.
Palpasi : Iktus cordis tidak kuat
Perkusi : batas Jantung kesan tidak melebar.
Auskultasi : Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-).
Pulmo
Inspeksi : pengembangan dinding dada kanan = kiri

11
Palpasi : fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor / sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler + /+, suara tambahan -/-
Abdomen
Inspeksi : dinding perut lebih tinggi daripada dinding dada
Auskultasi : bising usus (+) meningkat
Perkusi : timpani, pekak alih (-), undulasi (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), teraba pembesaran hepar 2 jari di
bawah arcus costa dan lien tidak teraba.
Lingkar perut : 81 cm
Ekstremitas
Edema Akral dingin Ptechiae
- - - - - -
- - - - - -

Arteri dorsalis pedis kuat


Capilary refill time kurang dari 2 detik
A:
DADRS dengan febris H+2
P:
1. Terapi
a. Infus Asering 8 tpm
b. Cotrimoxazole 2 x 1 cth
c. L-bio 1 x 1 sachet
d. Zinkid syrup 1 x 1 cth
e. Paracetamol syrup 3 x cth
2. Plan
a. Feses Rutin
3. Monitoring
a. Keadaan umum, vital sign.
b. Status hidrasi
c. Awasi tanda-tanda dehidrasi
Tabel 1.2 Feses Rutin
Feses Rutin
Warna Kehijauan
Konsistensi Cair

12
Lendir Positif
Eritrosit Negatif
Leukosit Positif
Telur Cacing Negatif
Amoeba Vegetatif Negatif
Amoeba Kista Negatif
Bakteri Positif
Lemak Negatif
Sisa Makanan Negatif
Kesimpulan : kesan infeksi bakteri

Tanggal 1 Februari 2016 (DPH 2) Pukul 05.00


S : BAB cair warna kuning kehijauan semburat merah > 10 kali, rewel dan
tenesmus (+) saat BAB, nafsu makan menurun, minum (+) ASI, muntah (-).
O : Keadaan umum : Tampak sakit berat, rewel
Tanda Vital
Laju nadi : 130 x/menit, lemah
Laju napas : 26 x/menit
Suhu : 36,80C per aksiler
Kepala
Bentuk mesosefal
Mata
Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil isokor
(2 mm/ 2mm), edema palpebra (+/+), sekret (-/-)
Hidung
Napas cuping hidung (+/+), epistaksis (-/-), sekret (-/-)
Telinga
Sekret (-/-).

Mulut
Mukosa basah (+), faring hiperemis (-), tonsil T1-T1, gusi berdarah (-)
Leher
Kelenjar getah bening tidak membesar
Toraks

13
Bentuk simetris, retraksi (+) suprasternal
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak.
Palpasi : Iktus cordis tidak kuat
Perkusi : batas Jantung kesan tidak melebar.
Auskultasi : Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-).
Pulmo
Inspeksi : pengembangan dinding dada kanan = kiri
Palpasi : fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor / sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler + /+, suara tambahan -/-
Abdomen
Inspeksi : dinding perut lebih tinggi daripada dinding dada
Auskultasi : bising usus (+) meningkat
Perkusi : timpani, pekak alih (-), undulasi (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), teraba pembesaran hepar 2 jari di
bawah arcus costa dan lien tidak teraba.
Lingkar perut : 81 cm
Ekstremitas
Edema Akral dingin Ptechiae
- - - - - -
- - - - - -

Arteri dorsalis pedis kuat


Capilary refill time kurang dari 2 detik

A: Diare disentri et causa bacterial dd parasit


Dehidrasi ringan sedang
P:
1. Terapi
f. Infus Asering 8 tpm
g. Cotrimoxazole 2 x 1 cth

14
h. L-bio 1 x 1 sachet
i. Zinkid syrup 1 x 1 cth
j. Paracetamol syrup 3 x cth

3. Plan
-
3. Monitoring
d. Keadaan umum, vital sign.
e. Status hidrasi
f. Awasi tanda-tanda dehidrasi

Tanggal 2 Februari 2016 (DPH 3) Pukul 05.00


S : BAB cair warna kuning kehijauan > 4 kali, rewel dan tenesmus (-) saat
BAB, nafsu makan meningkat, minum (+) ASI, muntah (-).
O : Keadaan umum : Tampak sakit sedang, rewel
Tanda Vital
Laju nadi : 120 x/menit, lemah
Laju napas : 28 x/menit
Suhu : 36,80C per aksiler
Kepala
Bentuk mesosefal
Mata
Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil isokor
(2 mm/ 2mm), edema palpebra (+/+), sekret (-/-)

Hidung
Napas cuping hidung (+/+), epistaksis (-/-), sekret (-/-)
Telinga
Sekret (-/-).
Mulut
Mukosa basah (+), faring hiperemis (-), tonsil T1-T1, gusi berdarah (-)
Leher
Kelenjar getah bening tidak membesar
Toraks

15
Bentuk simetris, retraksi (+) suprasternal
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak.
Palpasi : Iktus cordis tidak kuat
Perkusi : batas Jantung kesan tidak melebar.
Auskultasi : Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-).
Pulmo
Inspeksi : pengembangan dinding dada kanan = kiri
Palpasi : fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor / sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler + /+, suara tambahan -/-
Abdomen
Inspeksi : dinding perut lebih tinggi daripada dinding dada
Auskultasi : bising usus (+) meningkat
Perkusi : timpani, pekak alih (-), undulasi (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), teraba pembesaran hepar 2 jari di
bawah arcus costa dan lien tidak teraba.
Lingkar perut : 81 cm
Ekstremitas
Edema Akral dingin Ptechiae
- - - - - -
- - - - - -

Arteri dorsalis pedis kuat


Capilary refill time kurang dari 2 detik

A: Diare disentri et causa bacterial dd parasit


Dehidrasi ringan sedang
P:
1. Terapi
a. Infus Asering 8 tpm
b. Cotrimoxazole 2 x 1 cth

16
c. Promuba 2 x cth
d. L-bio 1 x 1 sachet
e. Zinkid syrup 1 x 1 cth
f. Paracetamol syrup 3 x cth

4. Plan
-
3. Monitoring
a. Keadaan umum, vital sign.
b. Status hidrasi
c. Awasi tanda-tanda dehidrasi

17
BAB II
ANALISIS KASUS

Disentri merupakan kumpulan gejala penyakit seperti diare berdarah,


lendir dalam tinja, dan nyeri saat mengeluarkan tinja.
Infeksi yang disebabkan oleh bakteri dikenal sebagai disentri basiler
dan merupakan penyebab tersering disentri pada anak. Sedangkan infeksi
yang disebabkan oleh amuba dikenal sebagai disentri amuba. Disentri basiler
disebabkan oleh invasi bakteri dan sitotoksin di kolon. Shigella dilaporkan
sebagai penyebab tersering disentri basiler pada anak. Kuman Shigella
melakukan invasi melalui membran basolateral sel epitel usus. Di dalam sel
terjadi multiplikasi di dalam fagosom dan menyebar ke epitel sekitarnya.
Invasi dan multiplikasi intraselular menimulkan reaksi inflamasi dan
kematian sel epitel. Reaksi inflamasi terjadi akibat terjadi akibat
dilepaskannya mediator seperti leukotrien, interleukin, kinin dan zat vasoaktif
lain.
Selain diare berdarah, anak juga mengalami demam, nyeri perut
terutama menjelang buang air besar. Pada pemeriksaan tinja rutin didapatkan
jumlah leukosit dan eritrosit yang meningkat, dan pada pemeriksaan biakan
tinja dapat dijumpai kuman penyebab. Nyeri perut saat buang air besar
(tenesmus) seringkali tidak terlihat pada anak yang usianya lebih muda
karena mereka umumnya belum dapat menggambarkan keluhan tersebut.
Pada pasien ini selain ditemukan demam, terdapat keluhan nyeri perut
sebelum buang air besar sehingga pasien cenderung menjadi iritabel. Hasil
pemeriksaan biakan tinja rutin pasien ditemukan leukosit dan kuman
penyebab yaitu bakteri. Sebagai diare akut, disentri dapat menyebabkan
dehidrasi, gangguan pencernaan dan kurang gizi. Pada pasien ini terdapat
tanda-tanda dehidrasi ringan berupa ubun ubun cekung, mata cekung, dan air
mata sedikit berkurang.
Di tingkat pelayanan primer semua diare berdarah selama ini
dianjurkan untuk diobati sebagai shigellosis dan diberi antibiotik

18
kotrimoksazol. Penanganan dehidrasi dan pemberian makan sama dengan
diare akut. Pengobatan didasarkan pada hasil pemeriksaan tinja rutin, apakah
terdapat amuba vegetatif. Jika positif maka berikan metronidazol dengan
dosis 50 mg/kg/BB dibagi tiga dosis selama 5 hari. Jika tidak ada amuba,
maka dapat diberikan pengobatan untuk Shigella. Beri pengobatan antibiotik
oral (selama 5 hari), yang sensitif terhadap sebagian besar strain shigella.
Contoh antibiotik yang sensitif terhadap strain shigella di Indonesia adalah
siprofloxasin, sefiksim dan asam nalidiksat. Beri tablet zinc sebagaimana
pada anak dengan diare cair tanpa dehidrasi. Pasien dengan gejala dan tanda
diare infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi
ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada
diare infeksi, diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised.
Pemberian antibiotik secara empiris dapat dilakukan, tetapi terapi antibiotik
spesifik diberikan berdasarkan kultur dan resistensi kuman.
Anak dipantau setelah 2 hari, untuk melihat tanda penyembuhan,
antara lain tidak ada demam, frekuensi buang air besar dan volume tinja
berkurang dengan jumlah darah minimal atau menghilang, dan meningkatnya
selera makan. Apabila tidak ada perbaikan dalam 3 hari, harus dipikirkan
keadaan lain, pertimbangan penggantian antibiotika. Bila kondisi
mengkhawatirkan anak harus dirawat. Bila ada fasilitas penunjang
laboratorium dapat dilakukan pemeriksaan terhadap amuba pada tinja.
Disentri yang lebih berat dilaporkan pada bayi yang tidak mendapat ASI dan
pada anak dengan gizi kurang. Kelompok probiotik yang terdiri dari
Lactobacillus dan Bifidobacteria atau Saccharomyces boulardii, bila
mengalami peningkatan jumlahnya di saluran cerna akan memiliki efek yang
positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan reseptor saluran cerna.
Pada pasien ini, terapi yang diberikan antara lain rehidrasi cairan
dengan asering untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang akibat
diare, juga diberikan antibiotik kotrimoxazol untuk mengatasi bakteri
Shigella. Pemberian suplemen zinc dan probiotik diharapkan dapat
mempercepat proses penyembuhan pada pasien.

19
20

Anda mungkin juga menyukai