Oleh :
Sabila Fatimah G99152021 (Q2)
Dewi Nareswari G99161032 (A9)
Reyhana Mustafa Banadji G99151014 (B8)
Pertiwi Rahmadhany G99151015 (B9)
Pembimbing :
Argadia, dr., Sp.A., M.Kes
Oleh:
Sabila Fatimah G99152021 (Q2)
Dewi Nareswari G99161032 (A9)
Reyhana Mustafa Banadji G99151014 (B8)
Pertiwi Rahmadhany G99151015 (B9)
BAB I
STATUS PASIEN
1
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. AN
Usia : 9 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Kebonso, Pulisen, Boyolali
No RM : 165xxxx
Tanggal masuk : 30 Januari 2017
Tanggal periksa : 30 Januari 2017
Berat Badan : 6,5 kg
Panjang Badan : 70 cm
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
BAB cair
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan BAB cair sejak 1 hari SMRS. Ibu
pasien mengatakan pasien BAB > 10 kali/hari sejak hari Minggu
(29/1/2017). BAB warna kuning kehijauan, cair, ada warna kemerahan
seperti benang, lendir (+). Volume BAB sedikit tapi sering. Ibu pasien
mengatakan setiap BAB pasien rewel dan tidak tenang seperti menahan
sakit. Pasien hanya mau makan bubur sedikit dan terus menerus ingin
minum ASI jika rewel. Mual (-), muntah (-), nafsu makan menurun (+),
BAK tidak ada kelainan.
Sebelumnya pasien pernah dirawat di RS Hidayah dengan keluhan
serupa 2 minggu SMRS. Pasien mondok selama 6 hari. Keluhan saat itu
BAB cair kehijauan > 10 kali, lendir (-), darah (-). Pasien lemas, dan
rewel. Karena sudah membaik pasien diizinkan pulang walaupun diare
masih didapatkan. Selama 4 hari dirumah diare semakin bertambah parah.
1 hari SMRS diare > 10 kali sehari, cairan > ampas, berwarna kuning
2
kehijauan disertai lendir dan darah. Pasien juga tampak kesakitan sebelum
BAB dan lemas. Oleh keluarga pasien kemudian dibawa ke IGD RSPA.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan serupa : (+), 2 minggu yang lalu
Riwayat alergi susu sapi : disangkal
Riwayat mondok : (+), 2 minggu yang lalu di RS Hidayah
dengan keluhan BAB cair kehijauan > 10
kali/hari
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluhan serupa : disangkal
G. Riwayat Kelahiran
Pasien lahir dari ibu usia 33 tahun dengan umur kehamilan 41
minggu secara spontan dengan berat badan lahir 2900 gram dan panjang
45 cm, langsung menangis kuat segera setelah lahir dan tidak ada
kebiruan. Kesan kelahiran tidak ada kelainan.
3
H. Riwayat Imunisasi
Dasar:
Hep B0 : 0 bulan
BCG : 1 bulan
Polio : 1,2,3,4 bulan
DPT- HB : 2,3,4 bulan
Campak : belum
Kesimpulan : imunisasi dasar belum lengkap
J. Riwayat Nutrisi
Pasien mendapatkan air susu ibu (ASI) eksklusif sejak lahir hingga
usia 6 bulan. Pada usia 6 bulan, pasien mulai diberikan makanan
pendamping ASI (MP-ASI).
4
Saat ini, pasien makan sehari tiga kali dengan porsi cukup. Menu
makan sehari-hari berupa bubur dan lauk pauk seperti tempe, tahu, telur,
ikan, dan sayur yang dilumatkan.
Kesan : kualitas dan kuantitas cukup.
K. Pohon Keluarga
II
Ny. S, 34
Tn. A, tahun
35 tahun
III
An. AN
(9bulan
)
5
c. Status Gizi Secara Antropometri
BB / U = -3 SD < z-score <-2 SD underweight
TB / U = -2 SD < z-score <+2SD normoheight
BB/TB = -3 SD< z-score <-2SD gizi kurang
(Kurva WHO, 2005)
Interpretasi: normoweight, normoheight, gizi kurang.
d. Kepala : mesocephal, UUB cekung, lingkar kepala = 44cm (-
2<lk<+2 SD nellhause)
e. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema
palpebra (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil isokor diameter
2mm/2mm, mata cekung (+/+), air mata berkurang.
f. Hidung : napas cuping hidung(-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-)
g. Telinga : sekret (-/-)
h. Mulut : mukosa basah (+), gusi berdarah (-), faring
hiperemis (-), tonsil T1-T1 hiperemis (-), rasa haus (+).
i. Leher : kelenjar getah bening tidak membesar
j. Toraks : bentuk simetris, retraksi (-)
k. Cor
I : iktus cordis tidak tampak
P : iktus cordis tidak kuat angkat
P : sde
A : bunyi jantung I-II interval normal, reguler, bising (-)
l. Pulmo
I : pengembangan dinding dada kanan = kiri
P : fremitus raba kanan = kiri
P : sonor / sonor
A : suara dasar vesikuler +/+, suara tambahan -/-
m. Abdomen
I : dinding perut lebih tinggi dari dinding dada
A : bising usus (+) meningkat
P : timpani, pekak alih (-), undulasi (-)
P : nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)
n. Ekstremitas :
Edema Akral dingin Petechiae
- - - - - -
6
- - - - - -
Arteri dorsalis pedis teraba kuat
Capillary Refill Time kurang dari 2 detik
7
Tabel 1.2 Feses Rutin
Feses Rutin
Warna Kehijauan
Konsistensi Cair
Lendir Positif
Eritrosit Negatif
Leukosit Positif
Telur Cacing Negatif
Amoeba Vegetatif Negatif
Amoeba Kista Negatif
Bakteri Positif
Lemak Negatif
Sisa Makanan Negatif
Kesan: infeksi bakteri
V. RESUME
Pasien datang dengan keluhan BAB cair sejak 1 hari SMRS. BAB
> 10 kali/hari sejak hari Minggu (29/1/2017). BAB warna kuning
kehijauan, cair, ada warna kemerahan seperti benang, lendir (+). Volume
BAB sedikit tapi sering. Setiap BAB pasien rewel dan tidak tenang seperti
menahan sakit. Pasien hanya mau makan bubur sedikit dan terus menerus
ingin minum ASI jika rewel. Mual (-), muntah (-), nafsu makan menurun
(+), BAK tidak ada kelainan.
Sebelumnya pasien pernah dirawat di RS Hidayah dengan keluhan
serupa 2 minggu SMRS. Pasien mondok selama 6 hari. Keluhan saat itu
BAB cair kehijauan > 10 kali, lendir (-), darah (-). Pasien lemas, dan
rewel. Karena sudah membaik pasien diizinkan pulang walaupun diare
masih didapatkan. Selama 4 hari dirumah diare semakin bertambah parah.
8
1 hari SMRS diare > 10 kali sehari, cairan > ampas, berwarna kuning
kehijauan disertai lendir dan darah. Pasien juga tampak kesakitan sebelum
BAB dan lemas. Oleh keluarga pasien kemudian dibawa ke IGD RSPA.
Saat di IGD pasien tampak gelisah, demam. Minum mau, nafsu
makan menurun.
Hasil laboratorium darah didapatkan anemia hipokromik mikrositik
dan leukositosis dengan jumlah hemoglobin 9.9 g/dL dan leukosit
12800/ul
9
IX. PENATALAKSANAAN
a. Rawat bangsal anak
b. Infus Asering 8 tpm
c. Cotrimoxazole 2 x 1 cth
d. L-bio 1 x 1 sachet
e. Zinkid syrup 1 x 1 cth
f. Paracetamol syrup 3 x cth
X. MONITORING
a. Keadaan umum, vital sign.
b. Status hidrasi
c. Awasi tanda-tanda dehidrasi
XI. EDUKASI
a. Edukasi keluarga tentang penyakit pasien, gejala, diagnosa, terapi,
komplikasi, dan prognosis penyakitnya.
b. Edukasi untuk menambah intake makanan dan minuman pasien,
dengan porsi kecil frekuensi lebih sering.
c. Edukasi keluarga mengenai pencegahan berulangnya penyakit
dengan menjga kebersihan diri dan lingkungan dengan cara paling
sederhana yaitu cuci tangan dengan air dan sabun.
XII. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad sanam : bonam
Ad fungsionam : bonam
10
XIII. FOLLOW UP
Tanggal 31Januari 2017 (DPH I) Pukul 05.00
S : BAB cair warna kuning kehijauan semburat merah > 10 kali, rewel saat BAB,
nafsu makan menurun, minum (+) ASI.
O : Keadaan umum : Tampak sakit berat, rewel
Tanda Vital
Laju nadi : 130 x/menit, lemah
Laju napas : 28 x/menit
Suhu : 370C per aksiler
Kepala
Bentuk mesosefal
Mata
Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil isokor
(2 mm/ 2mm), edema palpebra (+/+), sekret (-/-)
Hidung
Napas cuping hidung (+/+), epistaksis (-/-), sekret (-/-)
Telinga
Sekret (-/-).
Mulut
Mukosa basah (+), faring hiperemis (-), tonsil T1-T1, gusi berdarah (-)
Leher
Kelenjar getah bening tidak membesar
Toraks
Bentuk simetris, retraksi (+) suprasternal
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak.
Palpasi : Iktus cordis tidak kuat
Perkusi : batas Jantung kesan tidak melebar.
Auskultasi : Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-).
Pulmo
Inspeksi : pengembangan dinding dada kanan = kiri
11
Palpasi : fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor / sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler + /+, suara tambahan -/-
Abdomen
Inspeksi : dinding perut lebih tinggi daripada dinding dada
Auskultasi : bising usus (+) meningkat
Perkusi : timpani, pekak alih (-), undulasi (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), teraba pembesaran hepar 2 jari di
bawah arcus costa dan lien tidak teraba.
Lingkar perut : 81 cm
Ekstremitas
Edema Akral dingin Ptechiae
- - - - - -
- - - - - -
12
Lendir Positif
Eritrosit Negatif
Leukosit Positif
Telur Cacing Negatif
Amoeba Vegetatif Negatif
Amoeba Kista Negatif
Bakteri Positif
Lemak Negatif
Sisa Makanan Negatif
Kesimpulan : kesan infeksi bakteri
Mulut
Mukosa basah (+), faring hiperemis (-), tonsil T1-T1, gusi berdarah (-)
Leher
Kelenjar getah bening tidak membesar
Toraks
13
Bentuk simetris, retraksi (+) suprasternal
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak.
Palpasi : Iktus cordis tidak kuat
Perkusi : batas Jantung kesan tidak melebar.
Auskultasi : Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-).
Pulmo
Inspeksi : pengembangan dinding dada kanan = kiri
Palpasi : fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor / sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler + /+, suara tambahan -/-
Abdomen
Inspeksi : dinding perut lebih tinggi daripada dinding dada
Auskultasi : bising usus (+) meningkat
Perkusi : timpani, pekak alih (-), undulasi (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), teraba pembesaran hepar 2 jari di
bawah arcus costa dan lien tidak teraba.
Lingkar perut : 81 cm
Ekstremitas
Edema Akral dingin Ptechiae
- - - - - -
- - - - - -
14
h. L-bio 1 x 1 sachet
i. Zinkid syrup 1 x 1 cth
j. Paracetamol syrup 3 x cth
3. Plan
-
3. Monitoring
d. Keadaan umum, vital sign.
e. Status hidrasi
f. Awasi tanda-tanda dehidrasi
Hidung
Napas cuping hidung (+/+), epistaksis (-/-), sekret (-/-)
Telinga
Sekret (-/-).
Mulut
Mukosa basah (+), faring hiperemis (-), tonsil T1-T1, gusi berdarah (-)
Leher
Kelenjar getah bening tidak membesar
Toraks
15
Bentuk simetris, retraksi (+) suprasternal
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak.
Palpasi : Iktus cordis tidak kuat
Perkusi : batas Jantung kesan tidak melebar.
Auskultasi : Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-).
Pulmo
Inspeksi : pengembangan dinding dada kanan = kiri
Palpasi : fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor / sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler + /+, suara tambahan -/-
Abdomen
Inspeksi : dinding perut lebih tinggi daripada dinding dada
Auskultasi : bising usus (+) meningkat
Perkusi : timpani, pekak alih (-), undulasi (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), teraba pembesaran hepar 2 jari di
bawah arcus costa dan lien tidak teraba.
Lingkar perut : 81 cm
Ekstremitas
Edema Akral dingin Ptechiae
- - - - - -
- - - - - -
16
c. Promuba 2 x cth
d. L-bio 1 x 1 sachet
e. Zinkid syrup 1 x 1 cth
f. Paracetamol syrup 3 x cth
4. Plan
-
3. Monitoring
a. Keadaan umum, vital sign.
b. Status hidrasi
c. Awasi tanda-tanda dehidrasi
17
BAB II
ANALISIS KASUS
18
kotrimoksazol. Penanganan dehidrasi dan pemberian makan sama dengan
diare akut. Pengobatan didasarkan pada hasil pemeriksaan tinja rutin, apakah
terdapat amuba vegetatif. Jika positif maka berikan metronidazol dengan
dosis 50 mg/kg/BB dibagi tiga dosis selama 5 hari. Jika tidak ada amuba,
maka dapat diberikan pengobatan untuk Shigella. Beri pengobatan antibiotik
oral (selama 5 hari), yang sensitif terhadap sebagian besar strain shigella.
Contoh antibiotik yang sensitif terhadap strain shigella di Indonesia adalah
siprofloxasin, sefiksim dan asam nalidiksat. Beri tablet zinc sebagaimana
pada anak dengan diare cair tanpa dehidrasi. Pasien dengan gejala dan tanda
diare infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi
ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada
diare infeksi, diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised.
Pemberian antibiotik secara empiris dapat dilakukan, tetapi terapi antibiotik
spesifik diberikan berdasarkan kultur dan resistensi kuman.
Anak dipantau setelah 2 hari, untuk melihat tanda penyembuhan,
antara lain tidak ada demam, frekuensi buang air besar dan volume tinja
berkurang dengan jumlah darah minimal atau menghilang, dan meningkatnya
selera makan. Apabila tidak ada perbaikan dalam 3 hari, harus dipikirkan
keadaan lain, pertimbangan penggantian antibiotika. Bila kondisi
mengkhawatirkan anak harus dirawat. Bila ada fasilitas penunjang
laboratorium dapat dilakukan pemeriksaan terhadap amuba pada tinja.
Disentri yang lebih berat dilaporkan pada bayi yang tidak mendapat ASI dan
pada anak dengan gizi kurang. Kelompok probiotik yang terdiri dari
Lactobacillus dan Bifidobacteria atau Saccharomyces boulardii, bila
mengalami peningkatan jumlahnya di saluran cerna akan memiliki efek yang
positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan reseptor saluran cerna.
Pada pasien ini, terapi yang diberikan antara lain rehidrasi cairan
dengan asering untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang akibat
diare, juga diberikan antibiotik kotrimoxazol untuk mengatasi bakteri
Shigella. Pemberian suplemen zinc dan probiotik diharapkan dapat
mempercepat proses penyembuhan pada pasien.
19
20