Anda di halaman 1dari 6

BAB

KOMA DAN MATI OTAK


Kesadaran yang penuh ataupun normal disebut sebagai compos mentis. Merupakan keadaan
dimana seseorang dapat menjawab semua tentang keadaan disekelilingnya. Kesadaran yang
terganggu, dimana terjadi ketidakseimbangan antara aksi dan reaksi ataupun keadaan kesadaran
yang sangat terganggu dimana tidak terdapat aksi ataupun reaksi meskipun dirangsang secara
adekuat, maka keadaan tersebut dapat disebut dengan koma.
Gangguan kesadaran
Kesadaran terdiri atas dua komponen, yaitu awas dan waspada. Yang bilamana salah satu atau
kedua komponen ini terganggu dapat menimbulkan gangguan kesadaran sebagai berikut :
- Delirium
Kejadian akut atau subakut neuropsikiatri berupa penurunan fungsi kognitif dengan
gangguan irama sikardian dan bersifat reversible.
- Dementia
Definisi demensia menurut WHO adalah sindrom neurodegeneratif yang timbul karena
adanya kelainan yang bersifat kronis dan progesifitas disertai dengan gangguan fungsi
luhur multiple seperti kalkulasi, kapasitas belajar, bahasa, dan mengambil keputusan.
Kesadaran pada demensia tidak terganggu. Gangguan fungsi kognitif biasanya disertai
dengan perburukan kontrol emosi, perilaku, dan motivasi.
- Vegetative state
Ditandai dengan keadaan awas (mata terbuka) tanpa kesadaran. Dapat terjadi gerakan
spontan tetapi berupa gerakan tanpa tujuan. Setelah satu bulan, kondisi ini disebut
kondisi vegetatif persisten.
- Locked in state
Dapat menyerupai keadaan vegetatif, tetapi dengan kesadaran yang utuh.Gangguan ini
disebabkan oleh cedera bilateral pada jalur motor di pons ventral yang mengganggu
semua gerakan volunter kecuali untuk gerak bola mata keatas-kebawah dan mengedipkan
kelopak mata. Fungsi dari korteks dan sistem reticular tidak terganggu, dan pasien
sepenuhnya terjaga dan sadar.
- Koma
Ditandai dengan tidak adanya keadaan awas dan kesadaran (waspada).

Koma
Terdapat beberapa penyakit pada otak maupun gangguan metabolik yang dapat menyebabkan
koma, antara lain :
- Kekurangan oksigen, substrat, atau kofaktor metabolic
o Hipoksia
o Iskemia difus (penyakit jantung, penurunan resistensi sirkulasi perifer,
peningkatan resistensi serebrovaskular, oklusi pembuluh darah kecil)
o Hipoglikemi
o Defisiensi thiamin
- Penyakit pada Organ selain Otak
o Hati (hepatic coma)
o Ginjal (uremia)
o Paru paru (carbon dioxide narcosis)
o Pankreas (diabetes, hipoglikemi, eksokrin pankreas ensefalopati)
o Pituitary (apoplexy, sedative hipersensitifitis)
o Thyroid (myxedema, tiroktosikosis)
o Parathyroid (hipo dan hiperparatiroidisme)
o Adrenal (addison atau cushing disease, pheochromocytoma)
o Penyakit sistemik lainnya (kanker, poryphrya berat, sepsis)
- Pengaruh Obat-Obatan
o Obat sedative dan narkotika
o Obat obat psikotropika
o Obat-obat lainnya (antikonvulsan, sianida, logam berat)
- Abnormalitas dari Ion atau Asam
o Air dan sodium (hipo dan hipernatremi)
o Asidosis
o Alkalosis
o Magnesium (hiper dan hipomagnesium)
o Kalsium (hiper dan hipokalsemia)
o Fosfor (hipofosfatemia)
- Gangguan Pengaturan Suhu
o Hipotermia
o Heatstroke
- Inflamasi atau Infiltrasi Sistem Saraf Pusat
o Leptomeningitis
o Ensefalitis
o Akut ensefalopati toksik
o Parainfeksi ensefalomyelitis
o Cerebral vaskulitis
o Perdarahan subarachnoid
o Meningitis
- Gangguan Neuroglia Primer
o Penyakit Creutzfeldt-Jakob
o Penyakit Marchiafava-Bignami
o Adrenoleukodistrofi
o Gliomatosis Serebri
o Leukoensefalopati multifocal progresif

Pemeriksaan Neurologis pada Pasien dengan Gangguan Kesadaran


Pada pasien dengan gangguan kesadaran, harus dinilai berapa tingkat kesadarannya agar dapat
menentukan langkah selanjutnya dalam penatalaksanaan pasien ini. Salah satunya adalah dengan
pemeriksaan GCS (Glasgow Coma Scale).
- Pemeriksaan Glasgow Coma Scale (GCS)
Teori GCS pertama kali diperkenalkan pada tahun 1974 oleh Teasdale dengan Jennett
yang bertujuan untuk mengukur dan merekam tingkat keadaan seseorang. GCS adalah
skala yang digunakan untuk mengukur tingkat kesadaran pasien yang dilakukan dengan
menilai respon pasien terhadap rangsang yang diberikan oleh pemeriksa. Pada
pemeriksaan GCS, respon pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3 hal yaitu
o reaksi membuka mata (Eye),
o pembicaraan (Verbal) dan
o gerakan (Motorik).

Hasil pemeriksaan tersebut dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang angka 1
sampai 6 tergantung respon yang diberikan. Ketiga jenis respon tersebut kemudian
dinilai dan dicatat pada grafik yang sesuai dan skor keseluruhan dibuat dengan
menjumlahkan nilai ketiganya. Namun pada praktiknya terdapat perbedaan antara hasil
pemeriksaan GCS pada orang dewasa dan pemeriksaan GCS pada bayi karena terdapat
perbedaan respon antara orang dewasa dan bayi pada saat mereka menerima rangsangan.
Penilaian GCS pada orang dewasa adalah sebagai berikut:
Eye (respon membuka mata) :
(4) : spontan
(3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
(2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari)
(1) : tidak ada respon
Verbal (respon verbal) :
(5) : orientasi baik
(4) : bingung, berbicara mengacau (berulang-ulang), disorientasi tempat dan waktu.
(3) : kata-kata tidak jelas
(2) : suara tanpa arti (mengerang)
(1) : tidak ada respon
Motorik (Gerakan) :
(6) : mengikuti perintah
(5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(4) : withdraws (menghindar/menarik tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsang
nyeri)
(3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki extensi
saat diberi rangsang nyeri).
(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari
mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(1) : tidak ada respon
Penilaian GCS pada bayi/anak adalah sebagai berikut :
Eye (respon membuka mata) :
(4) : spontan
(3) : Patuh pada perintah/suara
(2) : dengan rangsangan nyeri
(1) : tidak ada respon
Verbal (respon verbal) :
(5) : mengoceh
(4) : menangis lemah
(3) : menangis (karena diberi rangsangan nyeri)
(2) : merintih (karena diberi rangsangan nyeri)
(1) : tidak ada respon
Motorik (Gerakan) :
(6) : spontan
(5) : menarik (karena sentuhan)
(4) : menarik (karena rangsangan nyeri)
(3) : fleksi abnormal
(2) : ekstensi abnormal
(1) : tidak ada respon
Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam simbol E-V-M
dan selanjutnya nilai GCS tersebut dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi atau GCS
normal adalah 15 yaitu E4V5M6 dan nilai GCS terendah adalah 3 yaitu E1V1M1.
Berikut beberapa penilaian GCS dan interpretasinya terhadap tingkat kesadaran :
Nilai GCS (15-14) : Composmentis
Nilai GCS (13-12) : Apatis
Nilai GCS (11-10) : Delirium
Nilai GCS (9-7) : Somnolen
Nilai GCS (6-5) : Sopor
Nilai GCS (4) : semi-coma
Nilai GCS (3) : Coma

Mati Otak
Mati otak atau brain death merupakan suatu keadaan dimana tubuh tidak bisa lagi
mempertahankan homeostasis internal seperti fungsi respirasi, kardiovaskuler, suhu normal
tubuh, dan lain lain oleh karena adanya kerusakan fungsional secara total dari korteks serebri dan
batang otak akibat gangguan sirkulasi dan hipoksia yang irreversible.
Hilangnya fungsi serebral dapat ditandai dengan tidak adanya gerakan spontan serta respons
motorik maupun vocal terhadap rangsangan yang diberikan. Sedangkan hilangnya fungsi batang
otak ditandai oleh tidak adanya gerakan spontan dari bola mata, respon okulosefalik dan tes
kalori yang negatif, pupil yang fixed dan dilatasi, tidak adanya gerakan wajah, gag reflex negatif,
reflex kornea negatif, tidak adanya respon deserebrasi terhadap rangsang nyeri, dan hilangnya
gerakan respirasi.
Secara praktis yang biasanya dipakai sebagai patokan mati otak adalah hilangnya respirasi atau
didapati keadaan apnea, dimana apnea sendiri merupakan suatu keaadan henti nafas yang terjadi
secara tiba tiba dan apnea terjadi selama lebih dari 15 menit. Dimana pada keadaan apnea
didapati perlawanan terhadap ventilator.
Kriteria Mati Otak
Terdapat beberapa kriteria mati otak, antara lain :
- Kriteria Harvard
o Koma yang tidak berespons
o Apnea
o Reflex sefalik negatif
o Reflex spinal negatif
o EEG isoelektrik
o Kondisi tersebut menetap selama minimal 24 jam
o Tidak ada intoksikasi obat atau hipotermia
- Kriteria Minnesota
o Diagnosis lesi serebral yang tidak bisa dilakukan tindakan koreksi
o Tidak ada gerakan spontan
o Tidak ada respirasi spontan
o Reflex batang otak negatif
o Kondisi tersebut menetap selama minimal 12 jam
- Kriteria Swedia
o Koma yang tidak berespons
o Apnea
o Reflex batang otak negatif
o EEG isoelektik
o Kontras pembuluh darah serebral negative 2 kali suntikan aorto-kranial selama
waktu 25 detik
Contoh Soal UKDI
Laki-laki 30 tahun dibawa ke puskesmas dengan kesadaran menurun setelah kecelakaan
lalu lintas. Pasien membuka mata saat diperintah, bicara mengerang, dan menjauhi
rangsangan nyeri. TD 130/90, nadi 96x/m, RR 24x/m. Berapakah GCS pasien tersebut?
a. 6
b. 7
c. 8
d. 9
e. 10

DAFTAR PUSTAKA
Satyanegara. 2010. Ilmu Bedah Saraf Edisi IV. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai