Kanker payudara dapat menimbulkan manifestasi klinis yang berbeda beda pada setiap
pasien. Saat sudah tumbuh suatu kanker ditubuh pasien bisa jadi belum dirasakan gejala apapun.
Hal ini dikarenakan respon tubuh setiap orang berbeda. Pada umumnya tanda ataupun gejala yang
Benjolan keras di payudara. Bentuk umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada
payudara. Benjolan itu mula-mula kecil, semakin lama akan semakin besar, lalu
Puting berubah (bisa masuk kedalam, atau terasa sakit terus-menerus), mengeluarkan
Kulit atau puting susu menjadi tertarik ke dalam (retraksi), bewarna merah muda atau
kecoklat-coklatan sampai menjadi edema hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk,
mengkerut, atau timbul borok pada payudara. Borok itu semakin lama akan semakin
Timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema) pada lengan, dan
Ada perubahan pada kulit payudara diantara berkerut, iritasi, seperti kulit jeruk.
Terasa sakit atau nyeri (bisa juga ini bukan sakit karena kanker, tetapi tetap harus
diwaspadai)
sakit
Pemeriksaan penunjang
1. Mamografi Payudara
Mamografi adalah pencitraan menggunakan sinar X pada jaringan payudara yang dikompresi.
Mamogram adalah gambar hasil mamografi. Untuk memperoleh interpretasi hasil pencitraan yang
baik, dibutuhkan dua posisi mamogram dengan proyeksi berbeda 45 derajat (kraniokaudal dan
payudara, dan follow up / kontrol dalam pengobatan. Mammografi dikerjakan pada wanita usia
diatas 35 tahun, namun karena payudara orang Indonesia lebih padat maka hasil terbaik mamografi
sebaiknya dikerjakan pada usia >40 tahun. Pemeriksaan Mamografi sebaiknya dikerjakan pada
hari ke 7-10 dihitung dari hari pertama masa menstruasi, pada masa ini akan mengurangi rasa tidak
nyaman pada wanita pada waktu di kompresi dan akan memberi hasil yang optimal. Untuk
standarisasi penilaian dan pelaporan hasil mamografi digunakan BIRADS yang dikembangkan
Artinya kemungkinan adanya kelainan yang tidak terlihat jelas dan memerlukan pemeriksaan
lebih lanjut.
Penilaian lengkap
BI-RADS 1 : negatif
Artinya tidak ditemukan kelainan yang signifikans. Tidak tampak massa, distorsi struktur
BI-RADS 2 : jinak
Artinya temuan yang didapatkan adalah jinak, seperti kalsifikasi jinak, kelenjar limfe intra
mammaria, fibroadenoma kalsifikasi, lesi yang berisi lemak, implant dan distorsi struktur yang
Artinya temuan yang didapatkan pada kategori ini memiliki kemungkinan besar jinak (lebih
besar dari 98%). Follow up dilakukan dengan pemeriksaan ulang dalam jangka waktu 6 bulan
yang dilakukan secara reguler hingga temuan diketahui tetap stabil minimal 2 tahun.
Artinya temuan yang didapatkan tidak secara pasti tampak menyerupai keganasan tetapi dapat
merupakan keganasan. Temuan ini dapat dikelompokkan lagi menjadi beberapa tingkatan,
yaitu :
BI-RADS 6 : terbukti ganas berdasarkan hasil biopsi tetapi sebelum dilakukan terapi definitif
perbandingan dengan pemeriksaan sebelumnya, sebelum dimasukkan dalam kategori 1 sampai 5.8
Indikasi mamografi skrining yaitu perempuan yang asimptomatik berusia 40 tahun atau lebih
dan perempuan berusia kurang dari 40 tahun yang memiliki resiko tinggi terjadi kanker payudara.
Sedangkan indikasi mamografi diagnostik adalah pasien dengan tanda dan gejala yang dicurigai
kelainan payudara, pasien yang telah menjalani terapi kanker payudara, untuk mencari keganasan
primer yang belum diketahui, curiga komplikasi implan payudara, pasien yang terdeteksi adanya
abnormalitas pada mamografi skrining dan follow-up jangka pendek pasien kriteria kemungkinan
jinak sesuai BIR-RADS. Tidak ada kontraindikasi absolut untuk pemeriksaan mamografi.
Mamografi kurang efektif sebagai pemeriksaan pasien berusia kurang dari 40 tahun karena angka
prevalensi kanker payudara pada usia ini rendah dan sensitivitas mamografi pada usia muda
Pembacaan hasil mamografi berpedoman pada BI-RADS, yang dikembangkan oleh the
a. Massa
Massa merupakan space occupying lesion yang terlihat pada dua proyeksi yang berbeda.
Apabila massa yang dicurigai hanya tampak pada satu proyeksi disebut asimetris.4
b. Kalsifikasi
Kalsifikasi merupakan penumpukan mineral kecil di dalam jaringan payudara yang tampak
sebagai bercak putih pada film. Kalsifikasi jinak berukuran lebih besar, kasar, bulat dengan
tepi yang halus dan lebih mudah tampak pada mamografi, sedangkan kalsifikasi ganas
biasanya sangat kecil dan memerlukan magnifikasi agar dapat terlihat dengan baik. ACR
Karakteristik kalsifikasi pada mamografi perlu untuk membedakan ketiga jenis kalsifikasi
tersebut.4
Morfologi kalsifikasi4
- Kalsifikasi kulit, biasanya dengan sentral lusensi dan tampak di sepanjang lipatan
involusi.
bidang.
- Kalsifikasi fine liniear atau fine liniear branching, yaitu kalsifikasi tipis
linier atau berbentuk kurvilinier ireguler dengan ukuran lebih kecil dari
0,5 mm
2. USG
Salah satu kelebihan USG adalah mendeteksi massa kistik. Gambaran USG pada benjolan yang
Tepi hiperekoik
Echo interna heterogen
Vaskularisasi meningkat, tidak beraturan dan masuk ke dalam tumor membentuk sudut 90
derajat.
Benjolan teraba
Adenopati aksila
Pendekatan pertama untuk kelainan payudara klinis pada wanita hamil atau menyusui
Kelainan yang mencurigakan pada mamografi atau magnetic resonance imaging (MRI)
Inversi puting
Retraksi kulit
Radang payudara
Kelainan pada bekas luka bedah setelah operasi konservasi payudara atau mastektomi
Panduan untuk intervensi payudara perkutan (biopsi jarum, lokalisasi pra-bedah, drainase
pengumpulan cairan)
Memantau pasien dengan kanker payudara yang menerima terapi neo-adjuvant, ketika MRI
tidak dilakukan)
gambar. USG pada payudara normal
Namun USG tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai modalitas skrining oleh karena didasarkan
sebagai probe untuk mendeteksi antigen dalam potongan jaringan (tissue sections) ataupun bentuk
preparasi sel lainnya. IHK merupakan standar dalam menentukan subtipe kanker payudara.
Pemeriksaan IHK pada karsinoma payudara berperan dalam membantu menentukan prediksi
respons terapi sistemik dan prognosis. Pemeriksaan imunohistokimia yang standar dikerjakan
Reseptor hormonal yaitu reseptor estrogen (ER) dan reseptor progesteron (PR)
HER2
Ki-67
Pemeriksaan ER dan PR dilakukan pada material dari blok parafin (spesimen core biopsy dan
eksisi), dan dapat juga dari hapusan sitologi atau cell block. Pemeriksaan harus dilakukan pada
spesimen yang difiksasi dengan Neutral Buffer Formalin (NBF) 10%. Hasil dinyatakan positif
apabila > 1% inti sel terwarnai (baik dengan intensitas lemah, sedang, ataupun kuat). Pemeriksaan
status HER2 (c-erbB-2, HER2/neu) saat ini telah direkomendasikan untuk karsinoma payudara
invasif (DCIS tidak dievaluasi untuk HER2). Pemeriksaan HER2 harus dilakukan pada blok
paraffin dari jaringan yang difiksasi dengan NBF 10% dan tidak dapat dilakukan dari hapusan
sitologi. Hasil dinyatakan HER2 positif pada HER2 +3, sedangkanHER2 +2 memerlukan
1. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling awal dikenal untuk pengobatan kanker payudara.
Terapi atas masalah lokal dan regional : Mastektomi, breast conserving surgery, diseksi
dilakukan pada saat bersamaan (immediate) atau setelah beberapa waktu (delay).
2. Terapi sistemik
Kemoterapi bersifat sistematik, berbeda dengan radiasi atau pembedahan yang bersifat
setempat, kemoterapi dapat menjangkau sel-sel kanker yang sudah menjalar dan menyebar ke
bagian tubuh yang lain. Obat kemoterapi dapat digunakan secara tunggal atau dikombinasikan.
Tujuan penggunaan kemoterapi dapat digunakan sebagai terapi adjuvat yaitu kemoterapi diberikan
setelah dilakukan pembedahan, dengan tujuan untuk membersihkan sisa sel kanker ataupun yang
telah bermetastasis, terapi neoadjuvant, yaitu kemoterapi diberikan sebelum pembedahan dengan
3. Terapi hormonal
atau hormonal sehingga diperlukan validasi pemeriksaan tersebut dengan baik. Terapi hormonal
diberikan pada kasus-kasus dengan hormonal positif. Terapi hormonal bisa diberikan pada stadium
I sampai IV. Pada kasus kanker dengan luminal A (ER+,PR+,Her2-) pilihan terapi ajuvan
utamanya adalah hormonal bukan kemoterapi. Kemoterapi tidak lebih baik dari hormonal terapi.
4. Radioterapi
Radioterapi merupakan salah satu terapi dengan menggunakan sinar pengion berenergi
tinggi yang dapat menghancurkan sel kanker. Pengaruh radiasi pada jaringan tubuh ditentukan
oleh radiosensitivitas jaringan yang bersangkutan, yang pada umumnya kanker lebih sensitif
Radioterapi selain digunakan sebagai terapi kuratif, juga merupakan terapi paliatif. Pada
umumnya, pada tumor dengan stadium tinggi yang radioresponsif namun inoperable, dengan ulkus
yang berbau, dan metastasis hingga tulang, radioterapi digunakan untuk mengurangi rasa nyeri
Sinar yang dipakai ntuk radioterapi adalah sinar Alfa yang meupakan partikel dari inti
atom, sinar beta atau sinar elektron, dan sinar gama yang merupakan sinar elektromagnetik
Sumber sinar berupa sinar x atau radioisotop yang ditempatkan di luar tubuh. Sinar
Sumber radiasi diletakkan di dalam tumor atau berdekatan dengan tumor di dalam
1) Intersitial
Radioisotop yang berupa jarum lalu ditusukkan ke dalam tumor
2) Intracavitair
- After loading
seperti vagina, uterus, rektum, dan lain – lain tanpa membahayakan tenaga
- Instalasi
peritoneum
c. Intravena
a. Radiasi payudara
payudara stadium dini yang dilakukan Breast Conserving Surgery (BCS). Teknik
radiasi dapat berupa tangensial 2D, 3D konformal dengan FIF (Field in field),
dapat diberikan dalam bentuk brakiterapi atau elektron. Pemberian radiasi diberikan
5 kali seminggu.2
Target radiasi mencakup dinding dada ipsilateral, skar mastektomi, dan daerah
drain, bilamana mungkin. Teknik radiasi dapat menggunakan foton maupun elektron,
dengan memastikan Organ at risk, yaitu paru dan jantung, aman. Untuk itu,
Diberikan pada kasus lokal lanjut (T3- 4, KGB + >3 pada pengangkatan minimal
11 KGB pada axilla level 1 - 2). Radiasi meliputi area kelenjar getah bening supra
dan infra-klavikular (aksilla level 3). Sedangkan radiasi pada axilla level 1 - 2 hanya
diberikan bila KGB menembus kapsul atau terdapat residu. Dosis radiasi adalah 45 -
50 Gy.2
utamanya adalah hormonal bukan kemoterapi. Kemoterapi tidak lebih baik dari
hormonal terapi. 2
e. Jarak antara radiasi dan kemoterapi harus <7bulan pada pasien yang mendapatkan
kemoterapi adjuvan.2
f.
Jarak antara radiasi dan operasi harus < 4 minggu pada pasien yang tidak
Wanita usia 40-49 tahun dengan risiko Keputusan untuk mulai skrining mamografi
mulai skrining.
Wanita usia 50-74 tahun dengan risiko Skrining setiap dua tahun dengan mamografi.
rerata
Wanita usia 75 tahun atau lebih dengan Skrining setiap dua tahun dengan mamografi.
risiko rerata
lain.