ACARA IV
FERMENTASI ALKOHOL
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 6:
1. Maryam Nabila (H3114061)
2. Nindya Puspita (H3114068)
3. Ridho Puji S (H3114081)
4. Roza Istiqomah (H3114087)
5. Yulianita N M (H3114104)
6. La Biba Duta N (H3114107)
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dari praktikum acara IV Fermentasi Alkohol ini adalah
sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat memahami dan mampu mempraktikkan pembuatan
wine.
2. Mahasiswa dapat mengetahui bahan-bahan yang digunakan dalam
pembuatan wine beserta fungsinya.
3. Mahasiswa dapat mengukur berat jenis wine.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu tanaman buah yang telah banyak dikenal dan digunakan
secara luas oleh masyarakat Indonesia adalah buah anggur (Vitis vinifera).
Buah anggur mudah sekali ditemukan dan didapatkan hampir di seluruh
Indonesia. Masyarakat Indonesia telah sejak lama mengkonsumsi buah
anggur sebagai hidangan sehari-hari. Hal inilah yang mengundang penelitian
mengenai buah anggur mulai dari kandungan kimia yang ada didalamnya
sampai manfaat atau khasiat yang dapat diperoleh dari buah anggur sendiri.
Anggur mengandung flavonoid, saponin dan polifenol. Flavonoid merupakan
antioksidan ampuh yang bekerja sebagai pencegah kanker dan juga memiliki
efek antimikroba. Saponin memiliki efek menurunkan kadar gula darah.
Polifenol juga merupakan antioksidan, pada buah anggur dikenal dengan
nama resveratrol yang menghambat enzim yang dapat menstimulir
pertumbuhan sel kanker dan menekan respon imun. Juga mengandung ellagic
acid, sejenis senyawa yang menghambat enzim yang diperlukan sel-sel
kanker, yang tampak membantu memperlambat perkembangan tumor. Selain
itu Anggur juga mengandung magnesium yang tinggi, dimana magnesium itu
merupakan suatu elemen yang diperlukan untuk pergerakan feses yang baik
(Dita, 2010).
Mendapatkan tingkat alkohol yang tepat di anggur memang sulit. Hal
ini disebabkan ketika anggur tumbuh di daerah yang Cuacanya hangat dan
buah diberikan banyak waktu untuk pengembangan rasa pada pokok anggur.
Selama 20 tahun terakhir wine Research Institute telah memetakan suatu
peningkatan kadar alkohol rata-rata di Australia. Pada tahun 1984, tingkat
kadar alkohol yang diberikan 12,4%, pada tahun 2004, mereka menginginkan
kadar alkohol ditingkatkan menjadi14,2% (Cristian, 2010).
Dalam istilah generik anggur ada keragaman kualitas yang cukup unik
yaitu antara produk wine dan ditentukan terutama oleh interaksi antara anggur
dan ragi. Fermentasi anggur adalah produk yang dihasilkan dari sejumlah
reaksi biokimia, yang dimulai pada saat pematangan buah anggur dan
berlanjut selama panen, dan seluruhnya difermentasi menjadi alkohol, dan
dikemas dengan menggunakan pembotolan (Romano, 2003). Buah yang biasa
dibuat anggur antar lain: pisang klutuk (biji), ambon, raja, tawi dan jenis
pisang lainnya; serta buah nenas, jambu, apel, mangga, pala, dan lain-lainnya.
Namun produk anggur pisang yang paling baik adalah dari jenis pisang
klutuk (pisang biji), karena buah pisang ini rasanya lebih manis dan baunya
lebih harum. Pisang inipun mudah didapat, karena sering dijumpai tumbuh
dipinggir-pinggir sungai sebagai tanaman liar, dan harganyapun sepertiga
lebih murah dari jenis pisang lainnya. Anggur buah adalah jenis minuman sari
buah yang dibuat dengan cara peragian. Proses peragian berlangsung selama
7 15 hari. Kandungan gula pada bahan diubah menjadi alkohol oleh ragi.
Ragi tersebut mulai bekerja aktif bila terlihat ada gelembung-gelembung
udara. Pada proses ini, bahan-bahannya harus ditempatkan dalam botol yang
tertutup rapat (tanpa udara) (eBookPangan, 2006).
Proses fermentasi bioethanol tidak menghasilkan etanol tetapi juga
hasil samping (by product) yang berupa gas CO2. Seiring meningkatnya lama
fermentasi, produksi gas CO2 juga semakin bertambah meskipun hasilnya
tidak signifikan. Peningkatan produkdi gas ternyata juga diikuti dengan
penurunan nilai pH. Ini membuktikan bahwa produksi gas juga berkontribusi
terhadap nilai pH. Gas asam (acid whey) karena gas CO2 memiliki sifat
asam. Oleh karena itu gas CO 2 juga berkontribusi terhadap nilai pH
(Aziziah, 2012).
Waktu fermentasi berpengaruh terhadap hasil bioetanol karena
semakin lama waktu fermentasi akan meningkatkan kadar bioetanol. Namun
bila fermentasi terlalu lama maka nutrisi didalam substrat akan habis dan
yeast Saccharomyces cereviceae tidak bekerja secara optimal untuk
mengkonversi gula karena yeast kekurangan makanan dan mengakibatkan
kinerjanya menurun sehingga kadar bioetanol yang dihasilkan tidak
mengalami peningkatan. Selain itu konsentrasi bioetanol yang menurun bisa
disebabkan oleh bioetanol yang dihasilkan terkonversi menjadi asam
asetatkarena adanya reaksi oksidasi bioetanol (Aryani, 2015).
Sari buah adalah cairan yang dihasilkan dari penghancuran buah segar
yang matang. Pembuatan sari buah pisang selama ini, dilakukan secara
mekanis dengan penambahan air, menghasilkan sari buah pisang yang tidak
jernih (cloudy juice) dan masih beraroma langu. Pada usaha percobaan
pembuatan sari buah pisang cara enzimatik dengan bantuan ragi, diharapkan
dapat menghasilkan sari buah pisang yang jernih (clear juice), dapat tanpa
penambahan air, dan beraroma normal pisang (Triyono, 2010).
Buah pisang yang diolah menjadi sari buah harus yang matang penuh
agar citra rasanya enak dan aromanya kuat. Buah pisang yang belum matang
menghasilkan sari buah dengan rasa agak sepat sehingga kurang enak. Buah
harus dipilih yang tidak cacat baik mekanis maupun mikrobiologis dan tidak
busuk. Untuk mendapatkan sari buah pisang dengan rasa dan aroma yang
enak, maka pada tahapan pengenceran, bubur buah diencerkan dengan air
matang panas sebanyak tiga kali volume, kemudian disaring. Agar sari buah
tidak cepat rusak, sari buah dimasukkan dalam botol steril dan dipasteurisasi
dengan cara direbus selama 20 menit pada suhu 80oC (Prabawati, 2008).
Fermentasi dapat dikaitkan dengan kadar gula, pH, jumlah nitrogen,
pertumbuhan yeast dalam ragi, dan biomassa menghasilkan sel. Hal penting
dalam semua kegiatan fermentasi yang optimal adalah gula (glukosa),
nitrogen dan vitamin yang sangat berpengaruh terhadap hasil fermentasi.
Fermentasi mampu mengurangi konsentrasi gula yang tinggi dalam produk.
Defisiensi asimibilitas nitrogen dapat memperlambat pertumbuhan yeast
dalam fermentasi yang kemudian akan menghasilkan hidrogen sulfida. Proses
pre-fermentasi harus menggunakan konsentrasi nutrisi penting bagi yeast
yang rendah (Siler, 1996).
Asam organik adalah komponen esensial untuk rasa di dalam
minuman beralkohol seperti wine dan sake. Ketika khamir S. cerevisiae
melakukan fermentasi, antara lain asam malat, suksinat, dan piruvat,
Saccharomyces cerevisiae dapat memanfaatkan asam monokarboksilat rantai-
pendek sebagai sumber karbon dan energi. Tahap pertama untuk katabolisme
karbon tersebut adalah transpor melalui membran. Piruvat adalah senyawa
kunci dalam glikolisis dan fermentasi alkohol pada S. cerevisiae. Transpor
piruvat secara efisien pada S.cerevisiae hanya dapat dilakukan oleh
monokarboksilat permease. Fermentasi alkohol adalah suatu proses feedback
inhibition. Sel-sel khamir dibatasi oleh toleransi terhadap etanol, suhu dan
tekanan osmotik dalam medium, maka pertumbuhan sel khamir akan
terhambat, sehingga akhirnya sel mati. Meningkatnya konsentrasi etanol di
dalam medium juga menyebabkan struktur membrane sel berubah
(Gandjar, 2006).
Alkohol merupakan bahan alami yang dihasilkan dari proses
fermentasi yang banyak ditemui dalam bentuk bir, anggur, spiritus dan
sebagainya. Minuman berakohol dapat digolongkan menjadi 2 bagian yaitu
produk hasil fermentasi yang dikonsumsi langsung seperti anggur dan bir dan
produk hasil fermentasi yang didistilasi lebih dahulu sebelum dikonsumsi
seperti whisky. Dalam pembentukan alkohol melalui proses fermentasi peran
mikroorganisme sangat besar dan biasanya mikroorganisme yang digunakan
untuk fermentasi mempunyai beberapa syarat sebagai berikut yaitu,
mempunyai kemampuan untuk memfermentasi karbohidrat yang cocok secara
cepat, bersifat membentuk flokulasi dan sedimentasi (misal sel-sel yeast
selalu ada pada bagian bawah tangki fermentasi, mempunyai genetik yang
stabil (tidak mudah mengalami mutasi), bersifat osmotolerans artinya
mikroorganisme tersebut toleran terhadap tekanan osmosa yang tinggi,
toleran terhadap kadar alkohol yang tinggi (sampai dengan 14-15 %), dan
mempunyai sifat regenerasi yang cepat (Santi, 2008).
Fermentasi adalah perubahan kimia dalam bahan pangan yang
disebabkan oleh enzim. Enzim yang berperan dapat dihasilkan oleh
mikroorganisme atau enzim yang telah ada dalam bahan pangan. Fermentasi
merupakan suatu reaksi oksidasi atau reaksi dalam sistem biologi yang
menghasilkan energi di mana donor dan aseptor adalah senyawa organik.
Senyawa organik yang biasa digunakan adalah zat gula. Senyawa tersebut
akan diubah oleh reaksi reduksi dengan katalis enzim menjadi senyawa lain
(Kwartiningsih, 2005).
Nanas merupakan salah satu buah tropis yang banyak dihasilkan di
Indonesia. Tanaman nanas cocok ditanam pada segala jenis tanah dengan
drainase yang baik dan memiliki pH tanah berkisar antara 5,0-6,5. Buah
nanas memiliki nilai gizi yang tinggi. Buah nanas termasuk salah satu jenis
buah yang memiliki masa simpan relative pendek (Fachruddin, 2002).
Buah anggur merupakan komoditi yang bias memberikan nilai
tambah. Buah anggur dapat dikonsumsi sebagai buah segar atau jus anggur
dan bila buah telah kadaluarsa buah anggur dapat diolah menjadi minuman
kismis dan lain lain. Buah segar dalam bentuk juk mengandung air 70-80%,
karbohidrat 15-25%, asam organic 0,3-1,5%, tannin 0,01-1,10%, dan protein
0,0001-0,01% (Setiadi, 2007).
C. METODE PENELITIAN
a. Alat
1. Baskom
2. Botol 1,5 liter
3. Botol kaca
4. Gelas ukur
5. Kapas
6. Kompor
7. Lakban
8. Panci
9. Pengaduk
10. Refraktometer
11. Selang plastic
12. Timbangan
b. Bahan
1. Air 0,5 liter
2. Air kelapa 400 ml
3. Buah anggur 200 gr
4. Buah nanas 200 gr
5. Buah pisang 200 gr
6. Fermipan 5 gr
7. Gula pasir 50 gr
c. Cara Kerja (Flowchart)
1.) Bahan buah nanas, anggur dan pisang
2.)
2. Nutrien
Dalam pertumbuhannya mikroba memerlukan nutrient. Nutrien yang
dibutuhkan digolongkan menjadi dua yaitu nutrien makro dan nutrien
mikro. Nutrien makro meliputi unsur C, N, P, K. Unsur C didapat dari
substrat yang mengandung karbohidrat, unsur N didapat dari penambahan
urea, sedang unsur P dan K dari pupuk NPK. Unsur mikro meliputi
vitamin dan mineral-mineral lain yang disebut trace element seperti Ca,
Mg, Na, S, Cl, Fe, Mn, Cu, Co, Bo, Zn, Mo, dan Al.
3. Temperatur
Mikroorganisme mempunyai temperatur maksimal, optimal, dan minimal
untuk pertumbuhannya. Temperatur optimal untuk yeast berkisar antara
25-30C dan temperatur maksimal antara 35 C. Temperatur selama
fermentasi perlu mendapatkan perhatian, karena di samping temperatur
mempunyai efek yang langsung terhadap pertumbuhan yeast juga
mempengaruhi komposisi produk akhir. Pada temperatur yang terlalu
tinggi akan menonaktifkan yeast. Pada temperatur yang terlalu rendah
yeast akan menjadi tidak aktif. Selama proses fermentasi akan terjadi
pembebasan panas sehingga akan lebih baik apabila pada tangki
fermentasi dilengkapi dengan unit pendingin (Fardias, 1988).
4. Oksigen
Berdasarkan kemampuannya untuk mempergunakan oksigen bebas,
mikroorganisme dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: aerob apabila
untuk pertumbuhannya mikroorganisme memerlukan oksigen, anaerob
apabila mikroorganisme akan tumbuh dengan baik pada keadaan tanpa
oksigen, dan fakultatif apabila dapat tumbuh dengan baik pada keadaan
ada oksigen bebas maupun tidak ada oksigen bebas. Sebagian besar yeast
merupakan mikroorganisme aerob. Yeast dari kultur yang memakai aerob
akan menghasilkan alkohol dalam jumlah yang lebih besar apabila
dibandingkan dengan yeast kultur yang tanpa aerasi. Akan tetapi efek ini
tergantung yeast yang dipergunakan (Fardias, 1988).
E. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum acara IV Fermentasi Alkohol dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Peroses pembuatan fermentasi alkohol yaitu penimbangan bahan,
pensortasian, pencucian, penghancuran, pemanansa, penyaringan,
pemasukan sari buah kedalam botol, penambahan kultur, penutupan botol.
2. Pada proses pembuatan fermentasi alkohol, bahan yang digunakan yaitu
buah nanas, buah anggur, buah pisang, dan air kelapa. Organisme yang
berperan dalam fermentasi alkohol yaitu Saccharomyces cerevisiae (ragi).
3. Pada shift A urutan sampel yang memiliki 0Brix dari yang terbesar ke
terkecil yaitu buah pisang dengan nilai 0Brixnya sebesar 25, air kelapa
dengan nilai 0Brixnya sebesar 10, buah anggur dengan nilai 0Brixnya
sebesar 9, dan buah nanas dengan nilai 0Brixnya sebesar 8. Pada shift B
urutan urutan sampel yang memiliki 0Brix dari yang terbesar ke terkecil
sama dengan shift A yaitu buah pisang dengan nilai 0Brixnya sebesar 30,
air kelapa dengan nilai 0Brixnya sebesar 8, buah anggur dengan nilai
0
Brixnya sebesar 7, dan buah nanas dengan nilai 0Brixnya sebesar 5.
DAFTAR PUSTAKA
Ajani R.A, et al. 2012. In-Vivo Assessment of Some Haematological and
Biochemical Parameters in Normal Wistar Rats Treated withPineapple
(Ananas Comosus) Wine.American International Journal of Contemporary
Research Vol. 2 No. 11.
Aprilianti, Roselina Dwi. 2012. Pengaruh Kadar Glukosa pada Pembuatan
Anggur dari Nanas (Ananas comosus). Universitas Diponegoro.
Semarang.
Ariyanto, Hermawan Dwi., Furqon Hidayatulloh dan Joko Murwono. 2013.
Pengaruh Penambahan Gula Terhadap Produktivitas Alkohol dalam
Pembuatan Wine Berbahan Apel Buang (Reject) dengan Menggunakan
Nopkor MZ.11. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri. Vol. 2, No. 4.
Aryani, Tri. Chairul dan Sri Rezeki Muria. 2015. Pembuatan Bioetanol dengan
Proses Fermentasi Nira Aren Menggunakan Saccharomyces cereviceae
dengan Variasi pH Awal dan Waktu Fermentasi. JOM FTEKNIK Volume 2
No.1
Azizah, N., A.N. Al-Baarri dan S. Mulyani. 2012. Pengaruh Lama Fermentasi
Terhadap Kadar Alkohol, pH, dan Produksi Gas Pada Proses Fermentasi
Bioetanol dari Whey dengan Substitusi Kulit Nanas. Jurnal Aplikasi
Teknologi Pangan. Vol. 1, No. 2.
Aziziah, A. N. Al-Baarri, S. Mulyani. 2012. Pengaruh Lama Fermentasi
Terhadap Kadar Alkohol, Ph, dan Produksi Gas Pada Proses Fermentasi
Bioetanol Dari Whey Dengan Substitusi Kulit Nanas. Vol. 1 No. 2, 2012.
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan.
Chanprasartsuk, Ooong, Kurnwika heanudomkitlert and Donlaphorn toowai.
2012. Peneaplle Wine Fermentation with Yeast Isolated from Fruit a
Single and Mixed Starter Cultures. Asian Journal of Food and
Agroindustry
Cristian. 2011. Talking Control Of Alcohol. The Australian Wine Research
Institute. Australian.
Dwi, Roselina. 2012. Pengaruh Kadar Glukosa Pada Pembuatan Anggur Dari
Nanas (Ananas Comosus). Undip Press. Semarang.
eBookPangan. 2006. Proses dan Produk Fermentasi Pangan. eBookPangan.com.
Endah, R.D. Sperisa D., Adrian Nur., Paryanto. 2007. Pengaruh Kondisi
Fermentasi terhadap Yield Etanol pada Pembuatan Bioetanol dari Pati
Garut. Gema Teknik, No.02, Th. 10. Jurusan Teknik Kimia. Universitas
Sebelas Maret. Surakarta.
Fachruddin, Lisdiana. 2002. Menbuat Aneka Sari Buah. Kanisius: Yogyakarta
Fardias, Srikandi, 1988, Fisiologi Fermentasi, Lembaga Sumber Daya Informasi-
IPB, Bogor.
Gandjar, Indrawati. 2006. Mikologi : Dasar dan Terapan. Yayasan Obor
Indonesia. Jakarta.
Kunaepah, U. 2008. Pengaruh Lama Fermentasi dan Konsentrasi Glukosa
terhadap Aktivitas Antibakteri, Polifenol Total dan Mutu Kimia Kefir Susu
Kacang Merah. Tesis. Universitas Diponegoro, Semarang.
Kwartiningsih, Endang. 2005. Fermentasi Sari Buah Nanas menjadi Vinegar.
Jurnal Ekuilibrium, Vol. 04, No. 01. Surakarta.
Prabawati, Sulusi. 2008. Teknologi Pascapanen dan Teknik Pengolahan Buah
Pisang.Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.
Romano. 2003. Function Of Yeast And Strains In Wine Flowour. Universita Degli
Studi Basilicata.
Santi, Sintha Soraya. 2008. Pembuatan Alkohol dengan Proses Fermentasi Buah
Jambu Mete oleh Khamir Sacharomices cerevesiae. Jurnal Penelitian Ilmu
Teknik, Vol. 08, No. 02. Jawa Timur.
Setiadi. 2007. Bertanam Anggur. Jakarta
Sharma, Nirmal, Sonam Palmoo Bhutia, dan Danesh Aradhya. 2013. Process
Optimization for Fermentation of Wine from Jackfruit (Artocarpus
heterophyllus Lam.). J Food Process Technol 2013, 4:2. Volume 4, Issue 2
1000204. India.
Siler, C E. 1996. High Alcohol Fermentation of Grape Juice Concentrate.Food
Science Department.American Society for Enology and Viticulture.
America.
Torija. 2002. Effect of Fermentation Temperature on The Strain Population of
Saccharomyces Cerevisaea. International Journal of Food Microbiology.
Triyono, agus.2010. Pengaruh Konsentrasi Ragi terhadap Karakteristik Sari
Buah dari Beberapa Varietas Pisang (Musa paradisiaca L.). Prosiding
seminar Nasional Teknik Kimia.Pengembangan Teknologi Kimia untuk
Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia.ISSN 1693-4393.Yogyakarta.
Wignyanto. 2001. Pengaruh Konsentrasi Gula Reduksi Sari Hati Nanas dan
Inokulum Saccharomyces cerevisiae pada Fermentasi Etanol. Jurnal
Teknologi Pertanian, Vol. 02, No. 01, Hal. 68-77.
LAMPIRAN
Gambar 4.1 Penimbangan Gula Gambar 4.2 Penghancuran bahan