TINJAUAN KHUSUS
Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berkedudukan dibawah dan
III.3.1
Seksi Farmasi dan Pengawasan Obat dan Makanan (POM).
27
28
pelayanan farmasi serta pengawasan obat dan makanan. Seksi ini berfungsi :
Farmasi (PBF), Pedagang Besar Alat Kesehatan (PBAK), dan Industri Kecil
8. Pengawasan dan pembinaan obat esensial, industri makanan rumah tangga dan
perbekalan farmasi.
mempunyai fungsi :
kesehatan.
proses dan produk-produk layanan dibidang kesehatan secara efektif dan efisien
dapat dipenuhi secara optimal sesuai dengan sumber daya yang ada.
makanan (POM).
2. Pengendalian
dahulu di http://www.sipnap.kemkes.go.id.
dibutuhkan.
Narkotika adalahzat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan
normetadona, metadona.
c. Narkotika golongan III, adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan
2. Penggolongan Psikotropika.(4)
pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
dan dapat digunakan dan sangat digunakan dalam terapi dan/atau untuk
haloksazolam, klobazam.
memiliki peran khusus yang perlu diperhatikan. Pengelolaan obat narkotika dan
1. Pemesanan Narkotika
35
Farmasi (PBF). Surat pesanan narkotika bagi apotek ditandatangani oleh APA
dimana satu surat pesanan hanya berlaku untuk satu jenis narkotika dan
2. Penyimpanan Narkotika
Farmasi. Sesuai dengan ketentuan pada pasal 33 ayat (1) Apotek, Instalasi
persyaratan sebagai berikut sesuai yang tertera pada pasal 26 ayat (3):
berbeda.
c. Harus diletakkan dalam ruang khusus di sudut gudang, untuk Instalasi
Farmasi Pemerintah.
d. Diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum, untuk
penggunaan.
d. Dibatalkan izin edarnya atau.
e. Berhubungan dengan tindak pidana.
badan/sarana tersebut.
v. Nama dan jumlah Narkotika yang dimusnahkan.
vi. Cara pemusnahan; dan
38
4. Pelaporan narkotika
Kabupaten Bogor.(16)
kegiatan yang dilakukan oleh Seksi Farmasi dan POM. Pengelolaan obat dan
perbekalan farmasi yang dilakukan oleh Seksi Farmasi dan POM terdiri dari
menetapkan jenis dan jumlah obat serta perbekalan kesehatan sesuai dengan
pendistribusian, pelayanan dan penggunaan obat yang baik pula di tiap Tingkat
kebutuhan obat tiap puskesmas, tersedianya jenis dan jumlah obat yang tepat di
perencanaan RKO dari setiap Unit Pelayanan Kesehatan (PKM, Bidang Yankes,
P2M, Laboratorium) membuat laporan dari program yang telah diusulkan. Tim
perencanaan membuat kompilasi data sasaran atau target dengan mengacu pada
40
Konas (Kebijakan Obat Nasional), SK Menkes tentang Harga Obat Generik, serta
pemilihan obat dan perbekalan kesehatan dilihat dari sisa stok yang ada.Dalam
0 - 4 tahun.
5 14 tahun.
15 44 tahun.
45 tahun
(1-12 tahun).
2) Menetapkan pola epidemiologi penyakit.
3) Masing-masing penyakit pertahun untuk seluruh populasi pada
Pola penyakit
Lead time
Buffer stock
2. Metode Konsumsi, didasarkan pada analisa data konsumsi obat tahun atau
daftar nama obat, stok awal, penerimaan, pengeluaran, sisa stok, obat
obat per tahun, waktu tunggu (Lead time), stok pengaman (Buffer stok)
A = Rencana Pengadaan
E = Sisa stok
III.3.2 Pengadaan.
adalahtersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang cukup sesuai kebutuhan
pelayanan kesehatan, mutu obat terjamin serta obat dapat diperoleh pada saat
III.3.3 Penerimaan.
Penerimaan adalah proses serah terima perbekalan farmasi dari pihak ke-3
obat yang diterima sesuai dengan jenis, jumlah dan mutunya berdasarkan
Seksi Farmasi dan Pengawasan Obat dan Makanan Dinas Kesehatan Kabupaten
Bogor dilakukan oleh tim Penerimaan dan Pemeriksaan Obat yang terdiri dari
yang bekerja :
1. Penerima Barang ( Kuantitatif)
2. Pemeriksa Barang (Kualitatif)
3. Bendahara Obat (Kualitatif dan Kuantitatif)
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan barang adalah:
Pemeriksaan surat tanda terima pengiriman barang yang terdiri dari 3
rangkap
Pemeriksaan jumlah dan fisik barang yang disesuaikan dengan faktur.
Pemeriksaan nama obat, sediaan, dosis, asal pabrik, expire date,
Kabupaten Bogor pada gudang farmasi berawal dari obat dan perbekalan
kesehatan yang datang dari rekanan atau distributor diperiksa oleh panitia
pemeriksa meliputi: stempel distributor pada dus obat, diperiksa kelengkapan data
antara faktur dan jumlah pesanan, expired date, nomer batch dan nomor registrasi,
jika sudah sesuai maka tim pemeriksa membuat berita acara yang kemudian
diserahkan untuk disetujui dan ditandatangani oleh Kepala Dinas, setelah disetujui
obat dan perbekalan kesehatan diserahkan kepada kepala Seksi Farmasi dan POM
III.3.4 Penyimpanan.
Penyimpanan adalah salah satu kegiatan pengamanan fisik dan mutu obat,
memenuhi syarat dan aman, sesuai dengan jenis dan sifat dari obatnya, serta aman
digudang antara lain kemudahan bergerak, sirkulasi udara yang masuk, rak atau
kebakaran disimpan pada tempat yang mudah dijangkau dan siap untuk
Penyusunan obat dengan sistem FIFO dan FEFO yaitu obat yang masa
kadaluarsanya lebih awal atau yang diterima lebih awal harus digunakan
lebih awal sebab pada umumnya obat yang datang lebih awal biasanya
juga diproduksi lebih awal dan masa kadaluarsanya mungkin lebih awal.
Penyusunan obat dalam kemasan besar diatas pallet secara rapi dan teratur.
Untuk obat kemasan kecil dan jumlahnya sedikit disimpan dalam rak dan
dipisahkan antara obat dalam dan obat untuk pemakaian luar dengan
serangga (rayap).
Obat Narkotik dan Psikotropika disimpan dalam lemari khusus dan selalu
7. Membuat berita acara stock opname yang ditandatangani oleh Kepala Seksi
III.3.5 Pendistribusian.
pengiriman obat-obatan yang bermutu, terjamin keabsahan serta tepat jenis dan
jumlah dari gudang obat secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan
Tujuan distribusi:
46
Pelayanan Kesehatan.
3. Terlaksananya pemerataan kecukupan obat sesuai kebutuhan pelayanan
program kesehatan.
memperhatikan :
c.Fasilitas gudang.
- Sisa stok.
- Pola penyakit.
Farmasi dan POM. Evaluasi atau analisa yang dilakukan yaitu pemakaian,
a Seksi Farmasi dan POM Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor dan Pengelola
program.
c Untuk Kejadian Luar Biasa (KLB) dan bencana alam, distribusi dapat
pelayanan kesehatan.
2. Puskesmas mendistribusikan kebutuhan obat untuk Puskesmas Pembantu,
wilayah binaannya.
farmasi memiliki waktu yang berbeda-beda, hal ini disesuaikan dengan jumlah
Pencatatan dan pelaporan data obat di Seksi Farmasi dan POM merupakan
1. Staff Farmasi dan POM merekap LPLPO dan Data Kunjungan Pasien.
2. Selanjutnya Staf Farmasi dan POM membuat daftar stok obat dan ketersediaan
obat meliputi kartu stok obat, LPLPO, jumlah kunjungan, sisa stok di
komputer.
3. Petugas melakukan stok opname dari data tersebut serta mencocokkan dengan
kartu stok.
4. Petugas melaksanakan evaluasi data.
50
bulanan dan diketahui Kepala Seksi Farmasi dan POM dan Kepala Bidang
Pelayanan Kesehatan.
6. Dari data laporan bulanan dapat dibuat laporan tahunan yang ditandatangani
1. Kartu Stok
Kartu stok adalah sarana untuk mencatat mutasi obat di Seksi Farmasi dan
obat terdapat 2 macam kartu stok yaitu : kartu obat = model BND. 22& kartu
2. LPLPO
dokumen bukti mutasi obat adalah formulir LPLPO atau disebut juga formulir
Laporan Pemakaian Dan Lembar Permintaan Obat dibuat rangkap 3 (tiga) antara
lain :
Asli untuk seksi Farmasi dan POM Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor.
Lampiran
1 dikirim untuk instansi penerima (Puskesmas).
Lampiran 2 untuk arsip Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor.
3. SBBK (Surat Bukti Barang Keluar)
Kegunaan SBBK :
51
III.4 Perizinan.
disetujui, ditangguhkan atau ditolak pemberian izin nya berdasarkan Berita Acara
kesehatan.
cara:
52
1 Menerima dan meneliti berkas permohonan perizinan dan non perizinan baik
kewenangannya;
2 Memastikan kelengkapan dan keabsahan berkas permohonan;
3 Mengembalikan berkas permohonan kepada pemohon, kuasa pemohon
dan/atau wakilnya apabila berkas dinyatakan tidak lengkap dan/atau tidak sah
untuk dilengkapi;
4 Memilah permohonan sesuai jenis dan kewenangan pelayanan dan
penandatanganan;dan
5 Memproses lebih Ianjut permohonan yang telah memenuhi kelengkapan dan
Bogor.
8 Pengarsipan dokumen izin dan non izin dilakukan oleh BPMPTSP Kabupaten
Bogor.
III.4.1 Perizinan Apotik.
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, dan pelayanan informasi obat.
sama dengan pemilik modal yang telah memenuhi persyaratan harus siap
farmasi yang lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.
b. Sarana Apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan
sediaan farmasi.
dapat menjamin mutu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
penerimaan Resep, 1 (satu) set meja dan kursi, serta 1 (satu) set komputer.
terbatas meliputi rak obat sesuai kebutuhan dan meja peracikan. Di ruang
obat, air minum (air mineral) untuk pengencer, sendok obat, bahan
resep, etiket dan label obat. Ruang ini diatur agar mendapatkan cahaya dan
(air conditioner).
d. Ruang Konseling
Habis Pakai
f. Ruang arsip
Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan
adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah
berkesinambungan.
d Apoteker harus mampu mengidentifikasi kebutuhan akan pengembangan
atau mandiri.
e Harus memahami dan melaksanakan serta patuh terhadap peraturan
berlaku.
56
Selain itu Tenaga Teknis Kefarmasian yang bekerja diapotek juga harus
pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli madya Farmasi,
dengan melampirkan:
tempat praktik.
f. Photo copy ijazah terakhir di legalisir.
g. Pas foto terbaru berwarna ukuran 34 = 2 lembar dan 46 = 2 lembar.
h. Photo copy KTP (kartu tanda Penduduk).
i. Surat Pengantar/rekomendasi dari Dinas Kesehatan setempat yang
izin untuk menyimpan obat-obat bebas dan obat-obat bebas terbatas untuk dijual
secara eceran. Pendirian toko obat harus memiliki izin usaha melalui Dinas
menjual obat bebas dan obat bebas terbatas dalam bungkusan pabrik dan
menjualnya secara eceran, dilarang menerima atau melayani resep dokter, dilarang
membuat atau mengemas obat kembali, dan menyimpan obat bebas terbatas di
lemari khusus.
(misal etalase), papan nama yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Persyaratan lain yang harus dipenuhi pedagang eceran obat untuk mendirikan toko
Apoteker
e Surat pernyataan kesediaan bekerja asisten apoteker sebagai
penanggungjawab teknis.
III.4.3 Perizinan Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT).
Berdasarkan PMK RI No. 006 Tahun 2012 Tentang Industri dan Usaha
Obat Tradisonal, Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT) adalah usaha yang
hanya membuat sediaan obat tradisional dalam bentuk param, tapel, pilis, cairan
Persyaratan yang harus dilengkapi untuk memperoleh Izin Usaha Mikro Obat
a Surat permohonan
Komisaris/Badan Pengawas.
perseorangan.
perseorangan.
dengan:
Tangga.
(CPPB-IRT).
f Penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP)
60
dilengkapi surat tugas yang diterbitkan oleh Bupati / Walikota kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
III.5 Puskesmas.(8)
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat
tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka
61
kabupaten/kota.
40 Kecamatan.
permintaan obat setiap 1 bulan sekali, dan kemudian seksi farmasi dan
puskemas berdasarkan jumlah stock yang tersedia pada gudang farmasi dan
kepada Dinas Kesehatan sebagai salah satu bentuk pengawasan yaitu setiap
62
berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti
obat dan bahan medis habis pakai, meningkatkan kerjasama dengan profesi
kesehatan lain dan kepatuhan pasien yang terkait dalam pelayanan kefarmasian,