INSTALASI RADIOLOGI
NO. REVISI HALAMAN
DOKUMEN
1 1 - 29
Jlan : A Pangerang Pettarani. Telp
(0411) 871942 853364
Makassar 90222
Tanggal Terbit Direktur RS Islam Faisal
Prof.dr.H.SyarifuddinWahid.Ph.D,Sp.PA(K)
PEMERIKSAAN THORAX
Pengertian :
Pemeriksaan foto thorax adalah suatu pemeriksaan untuk mengetahui/menilai organ yang
ada di daerah thorax untuk keperluan terapi dan medical check up.
Tujuaan :
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah pengambilan foto thorax dengan sinar.
Kebijakan :
Pemeriksaan ini di kerjakan oleh seorang radiographer.
Ekspertise di buat oleh Dokter Residen Radiologi lalu dikunsul pada Dokter Ahli
Radiologi atau langsung dibuat oleh dokter ahli radiologi.
Pemeriksaan foto thorax diluar jam kerja, dapat di baca langsung oleh residen
radiologi yang bertugas jaga malam.
1
sebagainya.
a. Posisi PA (Posterioranterior) :
- Penderita berdiri dengan dada menempel pada kaset film.
- Kedua lengan bertolak pinggang dengan bahu ke depan sehingga kedua
tulang belikat (scapula) terbuka.
Prof.dr.H.SyarifuddinWahid.Ph.D,Sp.PA(K)
b. Posisi Lateral :
- Bagian Samping Thorax Yang Akan Diperiksa (Kanan Atau Kiri) Sesuai
Permintaan. Bila Tidak Di Sebutkan Disisi Mana, Maka Selalu Di Buat
Kiri Dengan Sisi Kiri Badan Menempel Pada Kaset Film.
- Kedua Lengan Di Angkat Keatas.
- Kondisi Pemotretan :
o Ffd : 90 Cm
o Kv : 60-65 (Sesuai Ketebalan Dada Dari Samping)
o Mas : 10-12
c. Posisi Ap (Anteriorposterior) :
2
- Penderita Berbaring Atau Berdiri Tegak Dengan Kedua Lengan Ditarik
Keatas Kepala.
- Sinar Dari Depan Penderita Dengan Sentrasi Pada Korpus Sterni Setinggi
Vertebra Torakalis Vi_Vii.
- Kondisi Pemotretan :
o FFD : 90 Cm
o Kv : 54-58 (Disesuaikan Dengan Tebal Dada Penderita)
o Mas : 3,2-4,0
Prof.dr.H.SyarifuddinWahid.Ph.D,Sp.PA(K)
3
- Kondisi pemotretan :
o FFD : 90 cm
o kV : 59-63 (Disesuaikan Dengan Tebal Dada Penderita)
o mAs : 3,2-4,0
PEMERIKSAAN TULANG
Pengertian :
Pemeriksaan foto tulang adalah pemeriksaan pada tulang untuk mengetahui apakah
ada kelainan pada tulang dan jaringan sekitarnya.
Foto tulang dilakukan paling serdikit 2 posisi (AP dan Lateral)
Jenis foto tulang :
- Kepala : ~ Posisi Straight PA ~ Posisi Waters
~ Posisi lateral kanan/kiri ~ Posisi Cadwells
Prof.dr.H.SyarifuddinWahid.Ph.D,Sp.PA(K)
- Ekstremitas superior/inferior
- Vertebral
Tujuan :
Sebagai acuan langkah-langkah foto tulang, agar posisi pengambilan foto tulang dan
kwalitas gambar baik.
Kebijakan :
Pemeriksaan ini dikerjakan oleh seorang Radiografer.
Ekspertise dibuat oleh Dokter Residen Radiologi yang di koreksi oleh konsulen
4
(Dokter Ahli Radiologi) atau langsung di buat oleh konsulen (dokter ahli radiologi).
Prosedur :
Persiapan tidak ada
Posisi : tergantung permintaan, selalu di buat paling sedikit 2 (dua) posisi yang saling
tegak lurus (AP dan lateral), kadang-kadang perlu posisi oblik.
A. FOTO KEPALA :
Posisi posteroanterior (Straight PA)
- Posisi penderita telungkup atau berdiri tegak.
- Bidang, midisagital pada garis tengah meja atau kaset dengan garis
Canthomeatal tegak lurus bidang film.
- Sinar sentral diarahkan tegak lurus pada titik pertengahan garis antara
kedua meatus acusticus axternus (sinar sentral tegak lurus film).
- Kondisi pemotretan :
FFD : 90 cm
kV : 71-73
mAs : 16
Film : + screen, grid : +
Prof.dr.H.SyarifuddinWahid.Ph.D,Sp.PA(K)
5
B. POSISI LATERAL KANAN / KIRI
Posisi penderita tertelungkup dan sedikit miring.
Posisi kepala diputar sedemikian rupa sehingga bagian sisi yang akan
diperiksa di letakkan pada garis pertengahan meja dengan bidang
mediosagital kepada sejajar dengan meja dan film. Garis interpupiler tegak
lurus meja dan film.
Sinar sentral di arahkan pada satu titik pertengahan garis canthomeatal
sehingga proyeksi akan tepat jatuh pada Sellatursika.
Kondisi pemotretan :
FFD : 90 cm
kV : 70-71
mAs : 16
Film : + screen, grid : +
Foto dapat pula dalam posisi berdiri tegak.
D. POSISI WATER
Penderita pada posisi tertelungkup atau tegak dengan bidang medio sagital
kepala pada garis pertengahan meja.
6
Tanggal Terbit Direktur RS Islam Faisal
Prof.dr.H.SyarifuddinWahid.Ph.D,Sp.PA(K)
E. EXTERMITAS SUPERIOR
a) Humerus
- Positioning AP dan Lateral
- Sinar sentral di arahkan pada pertengahan humerus dan tegak lurus bidang
film.
- Kondisi pomotretan :
FFD : 90 cm
kV : 46
mAs : 1,6
Film : tanpa grid
7
NO. REVISI HALAMAN
DOKUMEN
1 7 - 29
Prof.dr.H.SyarifuddinWahid.Ph.D,Sp.PA(K)
c) Pergelangan Tangan
- Positioning : PA dan lateral
- PA : permukaan tangan dan pergelangan tangan diletakan mendatar pada
kaset .
- Lateral : siku fleksi 90 derajat , dengan tangan pergelangan tangan
d) Tangan :
- Positioning : PA dan obliq
- PA : telapak tangan diletakkan mendatar pada kaset dengan jari-jari agak
terpisah
- obliq : pergelangan tangan dan permukaan tangan diletangan 90 derajat
dengan film dan jari-jari sedikit difleksikan agar terpisah satu dengan
yang lain
- Kondisi pemotretan :
KV : 45
mAs :1,6
film : tanpa grid
e) Femur
- Positioning : AP dan lateral
- PA : penderita tidur terlentang,film diletakkan dibawah paha dengan
diusahakan salah satu sendi ( lutut atau coxaea) masuk dalam film.
- Sinar sentral diarahkan tegak lurus pada pertengahan antara diafise.
- Kondisi pemotretan :
KV :53 55
mAs :3,5
Film : tanpa grid
- Lateral : penderita berbaring pada sisi lesi sehingga femur yang akan
dipotret terletak dibagian bawah dan menempel pada kaset, paha yang
sehat diusahakan tidak ikut di terpotret.
8
Sinar sentral diarahkan tegak lurus tidak pada pertengahan femur.
Prof.dr.H.SyarifuddinWahid.Ph.D,Sp.PA(K)
f) Sendi Lutut
- Posisi AP : Penderita tidur terlentang, lutut dalam keadaan extensi penuh.
Bila lutut tidak dapat extensi penuh, kaset harus di naikkan sehingga
menempel pada fossa poplitea dan mempertahankan dengan bantal.
Sinar sentral di arahkan tegak lurus film dan diarahkan.
Kondisi pemotretan :
kV : 52
mAs : 2,0
Film : tanpa grid
- Posisi Lateral : penderita tertidur pada sisi lesi, kaki yang sehat di alihkan
kedepan sehingga tidak terletak di atas film. Lutut di letakkan sedemikian
rupa sehingga bagian lateral lutut terletak di tengah-tengah film.
9
Sinar sentral di arahkan tegak lurus film mendekati midcondylar plane.
Agar kedua condylus tidak superposisi tabung di miringkan cephalad.
g) Tungkai Bawah
Positioning : AP dan Lateral
- Posisi AP : penderita tidur terlentang, lutut dalam keadaan extensi penuh,
ibu jari menunjuk keatas. Sinar sentral di arahkan tegak lurus pertengahan
tibia. Usahakan kedua sendi (lutut dan pergelangan kaki) masuk dalam
film.
- Posisi lateral : penderita tidur miring pada sisi yang sakit lutut sedikit
difleksi, kaki yang sehat di letakkan didepannya sehingga tidak masuk
dalam film. Film di letakkandi bagian distal sendi lutut, di pakai film
ukuran besar. Sinar sentral di arahkan tegak lurus pada mis shafftibia dan
pertengahan film.
F. FOTO VERTEBRA
Positioning : AP dan Lateral, untuk cervical biasanya di tambah oblik kanan dan kiri.
Prof.dr.H.SyarifuddinWahid.Ph.D,Sp.PA(K)
Cervical :
- AP : Pasien tidur terlentang denga bidang sagital kepada vertical. Film di
letakkan di belakang leher. Sinar sentral di arahkan dengan sudut 15
derajat kearah kepala pada setinggi cartilage thyroid.
- Lateral : Pasien berbaring pada sisi lesi. Lengan yang kontsk dengan meja
membentuk sudut 90 derajat dengan bidang coronal badan dan siku flexi.
Lengan yang jauh dari meja deletakkan sepanjang sisi badan.
Sentrasi di arahkan pada vertebra cervical 5 (lima).
10
Vertebra Thoracal :
- Positioning : AP dan Lateral
Sinar sentral diarahkan tegak lurus pada titik 1 (satu) inci di atas
Proiccesus Xypoid, Vertebra lumbal.
- Positioning : AP dan Lateral
Sinar sentral di arahkan tegak lurus pada titik 1 (satu) inci di atas SIAS
pada garis tengah badan.
Untuk posisi Lateral : Sinar sentral di arahkan ke Caudal Diskus
Intervertebralis dan akan keluar setinggi SIAS.
Prof.dr.H.SyarifuddinWahid.Ph.D,Sp.PA(K)
11
PROSEDUR PEMERIKSAAN RADIOLOGI DENGAN BAHAN
KONTRAS
1. Intra Venaphyelografhy
Persiapan Pasien :
sebelum pemeriksaan (2-3 hari) pasien di sarankan untuk tidak mengkomsumsi
makanan yang mengandung banyak serat.
Sebelumnya sudah menjalani pemeriksaan laboratorium kadar Ureum
Creatinin normal dapat memberikan informasi diagnostic maksimal.
Sebaiknya.
Malam sebelum pemeriksaan pasien diminta untuk minum obat pencahar
(urus-urus), untuk membersihkan system usus dari sisa-sisa Fecal materil.
Intake cairan malam hari sebelum pemeriksaan dibatasi untuk menciptakan
kondisi (dehidrasi ringan), dan dilarang merokok serta banyak berbicara.
Pagi hari pemeriksaan penderita di minta untuk puasa sampai dengan
pemeriksaan selesai dilakukan.
Persiapan Peralatan :
Jenis pesawat dan peralatan pokok (utama) yang di gunakan sama dengan
imejing Radiodiagnostik menggunakan media kontras pada umumnya.
Setting kondisi expose :
- kV : 68-72
- mAs : 12-16
- FFD : 90 cm
Persiapan Bahan :
Media kontras cairan larut dalam air (ionic atau non ionic)
Peralatan injeksi (iv)
Tensimeter
12
Tanggal Terbit Direktur RS Islam Faisal
Prof.dr.H.SyarifuddinWahid.Ph.D,Sp.PA(K)
Stetoscop
Perlengkapan pertolongan darurat medis untuk kemungkinan terjadinya
Hiperensitivitas terhadap media kontras.
Dosisi media kontras untuk pasien dewasa (kadar ureum dan kreatinin normal,
berat badan tidak lebih 50 Kg) adalah 1 (satu) ampul-20 ml Urografin 76%.
Sedangkan untuk penderita anak-anak direkomendasikan dosis sebesar 1 ml
per kg berat badan Urografin 76%.
Teknik Pemeriksaan :
Posisi pasien supine, di buat plain foto abdomen (BNO) sebagai base line foto.
Injeksi media kontras (iv)
Dibuat serial foto dengan proyeksi AP pada menit ke 5 dan menit ke 15 : pada
proyeksi PA pada menit ke 30 : pada proyeksi AP sesudah post voiding.
Pada kasus dimana terjadi delayed visualization kedua ginjal (akibat kadar
ureumdan kreatinin darah di atas nilai normal), waktu/saat ekspose dapat di
tambah/di perpanjang sesuai kondisi pemeriksaan.
Untuk menghindari perpanjangan waktu saat eksposi yang berlebihan karena
delayed visualisasi, apabila tidak dapat kontra indikasi dapat dipertimbangkan
untuk menggunakan dosis media kontras yang lebih tinggi dan di berikan
secara drip-infuse.
2. Colon In Loop
Persiapan Pasien
Hari I dan II
Hanya makan bubur dan kecap, boleh minum susu, tidak boleh makan
makanan yang berserat seperti daging, sayur dan buah-buahan.
Minum dulcolax 5 mg, diminum 3 tablet sekaligus pada malam hari jam 10.00.
Hari III
Minum susu saja atau minum/cairan lain, sejak pagi sampai sore/malam.
13
Tanggal Terbit Direktur RS Islam Faisal
Prof.dr.H.SyarifuddinWahid.Ph.D,Sp.PA(K)
Jam 18:30 minum larutan garam inggris (30 gram MgSo4di campur dengan air
masak setengah gelas.
Selanjutnya minum seperlunya.
Jam 24:00 mulai berpuasa (tidak boleh makan dan minum) sampai selesai
pemeriksaan di bagian radiologi.
Hari IV
Jam 05:00 masukkan ducolax supp. Sebanyak 2 biji perrektal dan tunggu
sampai buang air besar.
Jam 08:00 sudah berada di bagian radiologi untuk di lakukan pemeriksaan.
Catatan :
Selama persiapan pemeriksaan tidak boleh merokok dan banyak
berbicara.
Teknik Pemeriksaan
Buat foto BNO, kemudain suntik spasmolitik 2 cc, tunggu sampai 10-15 menit.
Masukkan kontras bariumsulfat ke dalam rectum dengan kanula irrigator
sebanyak 300-400 cc.
Setelah bahan kontras sudah mencapai colon transversum ( dengan monitor
fluroskopi), kepala penderita di rendahkan supaya barium mengisi seluruh
colon transversum, kemudian penderita di miringkan ke kanan untuk mengisi
colon asendens, masukkan kontras negatif (udara) dengan memompa balon
pompa udara.
14
NO. REVISI HALAMAN
DOKUMEN
1 13 - 29
Prof.dr.H.SyarifuddinWahid.Ph.D,Sp.PA(K)
Sampai kira-kira perut terasa kembung (untuk mencapai dilatasi usus), bila
perlu pewnderita di rubah posisi lagi seperti tadi, sampaiterlihat kontras barium
mengisi caecum sampai ada refluks.
Buat foto posisi AP, lanjutkan foto di kebutuhan diagnostic antara lain posisi-
posisi oblik kanan dan kiri supine, lateral dekubitus kanan dan kiri, tegak AP
dan prone PA.
Bila di perlukan dibuat lagi foto post evakuasi. Tempat yang di curigai adanya
lesi dengan merubah posisi sesuai.
Kemungkinan Komplikasi
Refluks vagal biasanya akibat pengembangan colon yang berlebihan.
Gejalanya berupa pusing, keringat dingin, pucat, pendangan gelap dan
bradikardi. Pemberian sulfat atrofin dan oksigen dapat mengatasi keadaan
tersebut.
Sangat jarang terjadi perforasi colon. Hati-hati melakukan pemeriksaan
terhadap penderita dengan riwayat Tifus Abdominalis, Kolitis Ulseratif,
Divertikulosis atau penyempitan lumen oleh karsinoma.
3. Oesofagomaagduodenum
15
2) Kertas tissue
3) Pipet / sedotan
Prof.dr.H.SyarifuddinWahid.Ph.D,Sp.PA(K)
16
Teknik Pemeriksaan
Oesophagus
- Tujuan : menilai passage media kontras (Flouroscopy) dan
menvisualisasikan gambaran mucosa, bentuk, ukuran dan posisi
oesophagus.
- Untuk pemeriksaan passage media kontras, pasien berdiri (erect),
dengan proyeksi semi obliq kiri terhadap bidang vertical.
- Media kontras barium sulfat kental (1:1) di masukkan secara oral
sejumlah 1. K 1 sendok makan. Bersamaan/pengasawan fluoroscopy di
perintahkan menelan. Dinamika perjalananmedia kontras diamati
selama fluoroscopy di atas meja pemeriksaan.
- Dibuat foto (radiografi) :
o Pada posisi pasien semi oblique, CR : horizontal, CP :
pertengahan oesophagus.
o Pada posisi lateral, CR : horizontal, CP : pertengahan
oesophagus.
- Untuk imejing mucosa : pasien di posisikan berbaring di atas meja
pemeriksaan.
- Lambung oleh dokter di periksa. Selama pemeriksaan pasien diminta
untuk tidak mengeluarkan udara dari lambung (ructus).
- Dilakukan evaluasi gambaran mucosa lambung secara fluoroscopy.
Apabila kualitas gambaran mukosa dianggap cukup adikwat
(permukaan mucosa terlumuri media kontras secara cukup baik),
dilakukan pengambilan foto :
o Seluruh lambung, proyeksi prone supine.
o Serial spot film :
- Proyeksi RAO (supine) : daerah antrum dan cardia dan
curvatura mayor.
- Proyeksi AP (supine) : daerah antrum dan corpus
- Proyeksi LAO (supine) : curvatura minor secara en-face.
17
NO. REVISI HALAMAN
DOKUMEN
1 15 - 29
Prof.dr.H.SyarifuddinWahid.Ph.D,Sp.PA(K)
Perawatan Pasien
o Pasca pemeriksaan pasien diberi obat-obatan laxative ringan.
o Pasien di izinkan meninggalakan ruang pemeriksaan apabila tidak
terdapat keluhan akibat injeksi buscipam (penglihatan kabur).
Kemungkinan Komplikasi
1) Aspirasi
2) Barium leakage akibat adanya mikro perforasi yang tidak di ketahui
sebelumnya.
3) Barium Appendicitis.
4) Alergi (delayed reaction).
4. Histeroshalfhyngografhy
Persiapan :
Tenakulum
Sonde Uterus
18
Unit peralatan HSG (aplikasi, conus dengan ukuran small, medium dan large
dll).
Prof.dr.H.SyarifuddinWahid.Ph.D,Sp.PA(K)
Teknis Pemeriksaan :
Pasien supine dengan posisi lithotomic.
Daerah parienal dan sekitar labia mayor, moonveneris, dilakukan desinfeksi.
Dengan teknik aseptis
o Desinfeksi pada liang vagina dan fornix.
o Pemasangan kanula aplikator dan conus yang ukurannya sesuai melalui
orificium cervix uteri externa. Ukuran panjang kanula aplikator di
sesuaikan dengan ukuran leher rahim.
o Dilakukan fiksasi aplikator.
19
Pasien di posisikan pada lapangan pemotretan, dengan di geser secara
perlahan, kedua kaki pasien diluruskan.
Pemasukan media kontras dapat dilakukan dengan atau tanpa fluoroskopi.
Setting kondisi expose :
Luas lapangan pemotretan daerah pelvis, CP : di atas symphisis pubis : kV
67-70, mAs 12-16.
Pemotretan dilakukan setelah media kontras di masukkan secara perlahan
dengan jumlah/volume secara bertahap, sebagai berikut :
- Tahap pertama, volume 4-6 ml, di lakukan pemotretan AP
- Tahap kedua, volume kontras yang masuk ditambah sehingga mencapai
lebih kurang 8 ml, dilakukan pemotretan proyeksi AP, oblique kanan
dan oblique kiri. Apabila sudah di dapat spill-over pada daerah sekitar
Prof.dr.H.SyarifuddinWahid.Ph.D,Sp.PA(K)
20
Fimbrie, pemeriksaan dapat dianggap selesai.
- Apabila spill-over belum di peroleh dapat di lakukan penambahan
volume kontras hingga mencapai lebih kurang 10-12 ml, dan dilakukan
pemotretan additional (tambahan).
- Additional film posisi lateral dan psca pelepasan kanula aplikator dapat
dilakukan apabila dipandang perlu.
Pasca Tindakan :
o Setelah kanula aplokator di lepas, dilakukan perawatan untuk menghentikan
kemungkinan terjadinya perdarahan.
o Pasien di berikan penjelasan tentang kemungkinan adanya spot bleeding
pervaginam dan tata cara penangannya.
o Di berikan obat anti biotika dan analgesia.
Kemungkinan Komplikasi :
o Sehubungan dengan penggunaan media kontras :
- Allergi (delayed reaction)
- Rasa mual akibat rangsangan peritoneum.
o Sehubungan dengan teknik pemeriksaan :
- Infeksi
- Perdarahan pervaginam.
- Rasa nyeri pada daerah pelvis.
5. Fistulografhy
Persiapan Peralatan Dan Bahan
o Jenis pesawat dan peralatan imejing radiodiagnostik yang digunakan sama
dengan yang digunakan untuk imejing radioagnostik media kontras pada
umumnya.
o Bahan pendukung :
i. Bahan dan perlengkapan untuk desifeksi
ii. Kassa steril
21
Tanggal Terbit Direktur RS Islam Faisal
Prof.dr.H.SyarifuddinWahid.Ph.D,Sp.PA(K)
Teknik Pemeriksaan
o Pasien diposisikan berbaring diatas meja pemeriksaan
o Pada orificium permukaan kulit dipasang doek kecil steril berlubang
o Setting kondisi expose :KV 60- 70 Mas 35 40
o Dibuat plain foto sebagai base plain foto.media kontras dimasukan perlahan dengan
tekanan dengan menggunakan abocath.
o Dilakukan pemotretan dengan proyeksi tertentu untuk menvisualisasiakan fistula
secara enface dan en-profile.tidak terdapat proyeksi standar tertentu,pada umumnya
AP dan lateral atau obliq
6. Uretrocystografy
22
NO. REVISI HALAMAN
DOKUMEN
1 19 - 29
Prof.dr.H.SyarifuddinWahid.Ph.D,Sp.PA(K)
Teknik Pemeriksaan
o Urethtrografi
- Kateter urethra di masukkan kedalam urethra melalui OUE sepanjang
3 cm, dilakukan fiksasi.
- Setting kondisi expose : kV 60-70, mAs 30-35.
- Media kontras di masukkan sebanyak 10-20 ml (melalui kateter yang
telah di pasang) dengan tekanan.
- Pemotretan di lakukan bersamaan dengan pemasukan media kontras.
- Pemotretan di lakukan pada proyeksi AnteroPosterior (AP), oblique
kanan, dan oblique kiri.
- Additional film pada proyeksi lateral apabila di pandang perlu.
o Cystografi
- Dapat di lakukan sebagai lanjutan pemeriksaan urethrografy atau
merupakan pemeriksaan sendiri.
- Kateter di masukkan kedalam vesica urinaria dengan sebelumnya di
lumuri jelly supaya tidak terjadi resistensi maupun iritasi. Apabila
pesawat di lengkapi dengan fasilitas fluoroscopy posisi ujung kateter
dapat di pastikan keberadaannya dengan fluoroscopy.
- Media kontras (konsentrasi 30-60%) di masukkan secara perlahan
kedalam vesica urinaria sampai penuh (total volume 150-200).
- Setting kondisi expose : kV 60-70, mAs 16-20.
- Pemotretan dilakukan pada posisi :
AnteroPosterior (AP)
Oblique kanan
23
Oblique kiri
Prof.dr.H.SyarifuddinWahid.Ph.D,Sp.PA(K)
1. USG Umum :
Pengertian
Adalah pemeroksaan imejing diagnostic menggunakan peralatan dengan
teknologi ultrasound.
Tujuan
- Memeriksa echostruktur dari jaringan uterus, parametrium dan
ovarium.
- Mengefaluasi morfologi anatomi uterus.
- Memeriksa echostruktur dari cerebrum atau cerebellum.
- Memeriksa echostruktur giri dan sulci.
- Memeriksa system ventrikel intracranial.
Kebijakan
Kebijakan pada keadaan yang memungkinkan posisi pasien terlentang
(supine), tengkurap (prone) atau miring. Pada keadaan tertentu (pasien sesak
24
nafas) dibuat duduk.
Indikasi
- Kelainan SNC pada bayi dan atau anak dengan fontanella belum
tertutup.
- Kelainan pada kelenjar tyroid.
- Kelainan pada payudara.
- Kelainan pada system hepatobiller.
- Kelainan pada uropoetika.
- Kelainan pada organ genetalia.
- Kelainan pada pembuluh darah besar intra abdominal.
Prof.dr.H.SyarifuddinWahid.Ph.D,Sp.PA(K)
Kontra Indikasi
- Tidak terdapat kontra indikasi (absolute).
Prosedur :
Persiapan
Persiapan Peralatan Dan Bahan :
o Pesawat di hidupkan 10 menit sebelum pemeriksaan di lakukan.
o Siapkan jenis transduser yang sesuai, dapat dipilih salah satu transduser yang
tersedia :
- Transduser linie 5 MHz dan 7,5 MHz
- Transduser konvex 3,5 MHz
- Transduser sector 3,5 MHz
- Transduser transvaginal 3,5 MHz
o Disiapkan jelly dan kertas tissue
Persiapan Pasien :
25
Untuk pasien bayi dan anak :
Disiapkan untuk dapat di periksa dalam kondisi tidur dengan pemberian
obat hipnotika.
Untuk pasien dewasa :
- Untuk pemeriksaan USG sistemahapatobillier : pasien di puasakan
minimal 6 jam sebelum pemeriksaan di mulai.
- Untuk pemeriksaan system uropoitika dan urogenital : vesica
urinaria diupayakan terisi penuh. Dan systema usus bersih dari
faecal material.
- Untuk pemeriksaan USG payudara dan thyroid, tidak memerlukan
persiapan khusus.
- Untuk pemeriksaan USG kepala (SNC), karena pasien adalah bayi
atau anak, maka dilakukan pemeriksaan dalam keadaan tidur dengan
pemberian obat hipnotika (obat tidur).
- Untuk pemeriksaan USG testis, pasien anak-anak di perlukan
pemberian obat-obatan hipnotika (obat tidur).
Prof.dr.H.SyarifuddinWahid.Ph.D,Sp.PA(K)
26
Apa bila di pandang perlu, maka dapat dilakukan teknik magnifikasi pada
lesi yang dicurigai patologis.
Selesai pemeriksaan, kulit pasien di bersihkan.
Image yang dihasilkan segera di beri ekspertise secara tertulis (diketik) pada
blangko ekspertise yang telah di siapkan.
2. USG Genetalia :
Pengertian :
Adalah pemeriksaan image diagnostic menggunakan peralatan dengan
teknologi ultrasound untuk mengevaluasi kelainan pada uterus, parametrium,
dan ovarium folikel kanan dan kiri.
Tujuan :
- Memeriksa echostruktur dari jaringan uterus, parametrium dan
ovarium.
- Mengevaluasi morfologi anatomi uterus.
Kebijakan :
- Kecurigaan kehamilan intrauterin atau ekstyra uterine.
Prof.dr.H.SyarifuddinWahid.Ph.D,Sp.PA(K)
27
Indikasi :
Pada kelainan SNC pada bayi ataupun anak dengan fontanella belum
tertutup.
Kelainan pada kelenjar thyroid.
Kelainan pada payudara.
Kelainan pada sistema hepatobiller.
Kelainan pada sistema uropoetika.
Kelainan pada organ genetalia.
Kelainan pada pembuluh darah besar intra abdominal.
Kontra Indikasi :
- Tidak terdapat kontra indikasi (absolute).
- Relative : pasien gelisah sehingga mengganggu maneuver penempatan
transduser.
Prosedur :
Persiapan Pemeriksaan :
- Persiapan pasien :
Vesica urinaria diupayakan terisi penuh.
Usus bersih dari sisa faecal material maupun udara
berlebihan.
- Persiapan Peralatan :
Digunakan transduser linier dengan frekuensi 3,5 MHz.
Prof.dr.H.SyarifuddinWahid.Ph.D,Sp.PA(K)
28
Tatalaksana Teknis Pemeriksaan Secara Umum :
- Posisi pasien supine.
- Dilakukan manufer gerakan transduser pada permukaan kulit.
Permukaan transduser diupayakan selalu menempel pada
permukaan kulit.
- Image dilakukan dalam beberapa posisi penempatan transduser
sesuai dengan kebutuhan diagnostic. Untuk pemeriksaan
parametrium posisi transduser transversal.
- Apabila ditemukan kelainan morfologis anatomi pada uterus,
maka dimensinya (ukurannya) harus di cantumkan.
- Diambil beberapa image dari lesi patologis yang di
pertimbangkan cukup dapat memberikan informasi diagnostic,
dengan merubah posisitransduser pada posisi longitudinal,
sagita atau oblique.
- Apabila di pandang perlu, maka dapat di lakukan teknik
magnifikasi pada lesi yang dicurigai patologis.
- Image yang dihasilkan segera diberi ekspertise secara tertulis
(diketik) pada blangko ekspertise yang telah disiapkan.
3. USG Uropoetica
Pengertian :
Adalah pemeriksaan image diagnostic menggunakan peralatan dengan
teknologi ultrasound untuk mengevaluasi kelainan pada systema uropoetika
meliputi kedua ginjal, ureter dan vesica urinaria.
Tujuan :
Memeriksa echostruktur dari jaringan ginjal.
Mengevaluasi morfologi anatomi kedua ginjal.
Memeriksa /mengevaluasi echostruktur kedua ureter.
Menilai morfologi anatomi kedua ureter.
Memeriksa kontur dari vesica urinaria, eksplolasi intravesical.
29
Tanggal Terbit Direktur RS Islam Faisal
Prof.dr.H.SyarifuddinWahid.Ph.D,Sp.PA(K)
Kebijakan :
Pada pemeriksaan pancreas, jika pada lambung terdapat banyak udara maka
perlu diberi minum. Pada pemeriksaan pelvis diusahakan kandungan kencing
terisi penuh.
Indikasi :
Kecurigaan urholitiasis (nephrolithiasis, uretrolithiasis dan
vesicolithiasis) dengan atau tanda-tanda uropati obstruktif.
Kecurigaan hidronephrosis.
Kecurigaan tumor ginjal dan tumor intra vesical.
Kontra Indikasi :
- Tidak terdapat kontra indikasi (absolute).
- Relative : pasien gelisah sehingga mengganggu maneuver penempatan
transduser.
Prosedur :
Persiapan Pemeriksaan :
- Persiapan Pasien :
Vesica urinaria di upayakan terisi penuh.
Usus bersih dari sisa faecal material maupun udara
yang berlebihan.
- Persiapan Peralatan :
Digunakan transduser linier dengan frekuensi 3,5 MHz.
30
NO. REVISI HALAMAN
DOKUMEN
1 26 - 29
Prof.dr.H.SyarifuddinWahid.Ph.D,Sp.PA(K)
4. USG Thyroid
Pengertian :
Adalah pemeriksaan imejing diagnostic menggunakan peralatan dengan
teknologi ultrasound untuk mengevaluasi kelainan pada kelenjar thyroid.
Tujuan :
Memeriksa echostruktur dari kelenjar thyroid.
Mengevaluasi ukuran kelenjar thyroid.
Memeriksa/mengevaluasi jenis nodule pada kelenjar thyroid.
31
SPO PEMERIKSAAN RADIOLOGI
INSTALASI RADIOLOGI
NO. REVISI HALAMAN
DOKUMEN
Jlan : A Pangerang Pettarani. Telp
(0411) 871942 853364
1 27 - 29
Makassar 90222
Tanggal Terbit Direktur RS Islam Faisal
Prof.dr.H.SyarifuddinWahid.Ph.D,Sp.PA(K)
Kebijakan :
Posisi pasien terlentang dengan leher extensi. Jika pasien mengeluh pusing,
pemeriksaan dihentikan/istirahat sejenak.
Indikasi :
- Kelainan morfologi anatomi kelenjar thyroid.
- Kecurigaan kelainan jaringan kelenjar thyroid.
- Tumor leher yang di curigai berhubungan dengan kemingkinan
pembesaran kelenjar thyroid.
Kontra Indikasi :
Tidak terdapat kontra indikasi (absolute)
Relative : pasien gelisah sehingga mengganggu maneuver penempatan
transduser.
Prosedur :
Persiapan Pemeriksaan :
- Pemeriksaan Pasien :
Tidak memerlukan persiapan pasien.
Pasien diperiksa pada posisi supine dengan lengan atas
pada sisi samping tubuh merapat.
32
- Persiapan Peralatan :
Digunakan transduser linier dengan frekuensi 5 MHz.
Prof.dr.H.SyarifuddinWahid.Ph.D,Sp.PA(K)
5. USG Testis :
Pengertian :
Adalah pemeriksaan imejing diagnostic menggunakan peralatan dengan
teknologi ultrasound untuk mengevaluasi kelainan pada testis.
Tujuan :
Memeriksa echostruktur dari testis dan ductus deferens.
Mengevaluasi morfologi anatomi testis dan ductus deferens.
Mencari kemungkinan adanya testissectopika atau udenscensus
33
testisculorum.
Kebijakan :
Pada kasus udenscensus testisculorum dicari rongga scrotum dan canalis
inguinalis semaksimal mungkin. Jika kedua tempat tersebut tidak didapatkan
organ testis maka akan sulit jika testis berada di rongga abdomen oleh karena
itu semampunya saja.
Indikasi :
Kecurigaan testis ektopik atau undenscesus testisculorum.
Kecurigaan keganasan pada testis.
Kecurigaan massa tumor (kistik atau solid) pada testis.
Proses peradangan pada testis.
Prof.dr.H.SyarifuddinWahid.Ph.D,Sp.PA(K)
Kontra Indikasi :
Tidak terdapat kontra indikasi (absolute).
Relative : pasien gelisah sehingga menggunakan maneuver
petempatan transduser.
Prosedur :
Persiapan Pemeriksaan :
- Persiapan Pasien :
Pada pasien anak-anak diperlukan diberikan obat tidur
(hipnotika).
- Persiapan Peralatan :
Digunakan transduser linier dengan frekuensi 5 MHz.
34
Tatalaksana Teknis Pemeriksaan Secara Umum :
- Pasien di posisikan supine dengan kedua lengan abduksi ke
atas.
- Dilakukan manufer gerakan transduser pada permukaan kulit.
Permukaan transduser diupayakan selalu menempel pada
permukaan kulit.
- Imejing dilakukan dalam beberapa posisi penempatan
transduser sesuai kebutuhan diagnostic (longitudinal dan
transversal).
- Apabila ditemukan kelainan morfologis anatomi atau adanya
(solid atau kistik) pada testis, maka dimensinya (ukurannya)
harus di cantumkan.
- Diambil beberapa image dari lesi patologis yang
dipertimbangkan cukup dapat memberikan informasi
diagnostic, dengan merubah posisi transduser pada posisi
longitudinal, sagita atau oblique.
35