Anda di halaman 1dari 4

MENEMPUH CINTA & SAKIT ATAS NAMA IBU MUSLIMIN DUNIA

Oleh : Farah Primanita

Judul : The Beloved


Aisyah

Penulis : Irfa Hudaya

Penerbit : Revive!

Tahun Terbit : 2014

Tebal buku : 288 dan xv


halaman

ISBN : 978-602-70464-4-
3

Harga Buku : Rp 50.000 -,

Aisyah, anak perempuan dari Abu Bakar Ash-Shidiq, sahabat


seperjuangan Rasulullah SAW. Kehidupan kecil nya tiba-tiba berubah seketika, saat
ia menerima takdir yang menyeret masa-masa hidup selanjutnya untuk mengabdi
pada lelaki pilahan sekaligus kekasih Allah.

.Garis wajahnya yang kuat dengan jelas mengindikasikan kebijaksanaan


serta kewibawaan yang diwarisi dari kedua orang tua nya. Kulit putih bersih, pipi
kemerah-merahan , hidung mancung khas masyarakat Arab Madinah serta bola mata
coklatnya yang bulat dan indah, tak luput menghiasi rupanya yang cantik jelita.
Siapapun akan jatuh cinta terhadap karakter serta moralnya. Hal ini pula yang
membuatnya menjadi ibu dari seluruh umat muslim di segala penjuru dunia dan
memulai rentetan kisah manis pahit yang sebenarnya.
Kisah singkat dari Aisyah inilah yang membuat salah satu penulis
tertarik untuk merangkumnya dalam sebuah buku berjudul The Beloved Aisyah .
Ialah, Irfa Hudaya. Seorang wanita yang berasal dari Muntilan, Jogja. Sedari kecil, ia
sudah akrab dengan buku dan menggeluti secara cuma cuma hobi membaca serta
menulisnya. Keinginan untuk menjadi penulis buku solo lah yang membuatnya
terpacu untuk segera menyelesaikan kisah ini. Alhamdulillah, tepatnya Juni 2014
cetakan pertama novel ini keluar di pasaran.

First Impression dari buku ini adalah, ciamik .Hard cover yang di suguhkan di
bagian depan memberikan kesan sederhana namun memikat. Perpaduan warna pekat
dan terang berhasil menampilkan multi-color yang seolah-olah menggambarkan
sebagian besar isi cerita tersebut.

Dilihat dari sudut pandang dalam. Mulai dari tatanan bahasa yang kekinian
tanpa melepaskan aspek etika dan estetika dalam penulisan. Seolah menyesuaikan
antara kehidupan terdahulu dan di modifikasi untuk menyesuaikan masyarakat dini
hari.

Apabila mengamati dari cara pengutaraan si penulis, dalam novel ini terdapat
beberapa bagian yang dideskripisikan oleh penulisnya secara langsung. Sebagai
contoh. Di beberapa bab awal, ia mencantumkan beberapa kosakata arab dan di
jabarkan kedalam bahasa indonesia di bagian footer kertas.

Disuguhkan dengan nuansa Islam khas Indonesia dan sedikit dibumbui


dengan beberapa suasana yang menggambarkan kebiasaan kaum Timur Tengah,
menjadikan buku pertama Irfa ini mempunyai ciri khas. Seperti menegaskan dan
menjelaskan secara benar beberapa hal asing yang persepsinya masih simpang siur di
kalangan masyarakat.
Novel ini mengambil ide yang cukup menarik. Tidak banyak novel yang
menyusun setiap bagiannya dengan sudut pandang tokoh yang selalu berbeda. Karena
umumnya, hal tersebut malah membuat pembaca rancu dalam menentukan
hubungan antara cerita sebelumnya dan setelahnya. Kabar baiknya, novel ini
membuktikan bahwa statement tersebut adalah keliru.

Di beberapa bagian awal, memang terlihat jelas dan seolah-olah


penggambaran yang di berikan oleh penulis adalah rinci. Namun di beberapa bagian
mendekati akhir dari buku ini, penulis sepertinya kehilangan jati diri nya. Gaya
tulisannya mulai sedikit kaku dan tidak ditemui lagi kosakata arab yang sebenarnya
apabila dibubuhkan, dapat menambah kesan aesthetic, karena alur nya sendiri makin
akhir makin seru dan menantang.

Meski begitu, ada satu hal yang tidak hilang dari awal penulisan hingga akhir
novel ini. Penjabaran kalimat secara bertele-tele. Meski terlalu banyak kata-kata yang
di tulis hanya untuk mengungkapkan suatu moment, hal ini justru menjadi daya cantik
tersendiri dan membuat pembaca seakan ikut merasakan kisah istri Rasulullah
tersebut.

Dikatakan sangat baik pun, tentu belum dapat mencapai fase tersebut. Hal ini
dikarenakan dari segi penafsiran, pembaca diwajibkan untuk benar-benar memahami
alur cerita tanpa bantuan satu gambar pu n. Penulis tidak menyediakan media
penjelas untuk pembaca. Hal ini tentu sangat disayangkan, karena tidak semua
pembaca mampu menafsirkan secara jelas cerita tersebut. Terlebih lagi, ini adalah
salah satu kesalahan fatal. Dimana, seperti yang diketahui bahwa Aisyah adalah salah
satu tokoh ternama di kalangan Umat Muslim. Namun mungkin- , tidak begitu
dengan pembaca yang bukan termasuk umat muslim sehingga muncul kemungkinan
bahwa mereka belum familiar dan tidak dapat membayangkan secara abstrak seperti
apakah rupa atau pawakan dari Aisyah tersebut. Dan hal ini tentu memunculkan
pertanyaan yang tidak pasti diantara pembaca.
Dan lagi, tidak seluruh pembaca novel mempunyai level yang sama dalam
membaca. Dari segi kecepatan membaca sampai penafsiran cerita tanpa ilustrasi,
setiap pembaca mempunyai kemampuan berbeda dalam hal tersebut. Sehingga
seharusnya, setidaknya satu atau dua gambar mungkin dapat membantu novel ini agar
lebih hidup.

Buku ini diharapkan (terlebih oleh penulis nya secara pribadi) dapat dibaca
oleh seluruh kalangan masyarakat dari segala lapisan umur . Buku ini lebih
direkomendasikan untuk wanita remaja , orang tua (terlebih yang sedang menghadapi
runyamnya kehidupan rumah tangga) dan laki-laki yang menginjak usia pernikahan.

Anda mungkin juga menyukai