Anda di halaman 1dari 10

CASE REPORT

SEORANG LAKI-LAKI USIA 19 TAHUN DATANG KE POLI


KULIT KELAMIN RS PKU MUHAMMADIYAH SOLO
DENGAN KELUHAN KELUAR NANAH PADA KELAMINNYA

Diajukan Oleh:
Bayu Hendro Wibowo
J510 165 073

Pembimbing :
dr. Flora Ramona Sigit Prakoeswa, Sp.KK, M.Kes
dr. Ratih Pramuningtyas, Sp.KK

KEPANITRAAN KLINIK ILMU KULIT KELAMIN


RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SOLO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
CASE REPORT
SEORANG LAKI-LAKI USIA 19 TAHUN DATANG KE POLI
KULIT KELAMIN RS PKU MUHAMMADIYAH SOLO
DENGAN KELUHAN KELUAR NANAH PADA KELAMINNYA

Diajukan Oleh :

Bayu Hendro Wibowo


J510 165 073

Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi


Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari Sabtu, 30 Juli 2016

Dipersentasikan dihadapan :
dr. Flora Ramona Sigit Prakoeswa, Sp.KK, M.Kes ()

dr. Ratih Pramuningtyas, Sp.KK ()

Disahkan Sek. PPD FK UMS :


dr. Dona Dewi Nirlawati ()
BAB I
PENDAHULUAN
Gonore merupakan penyakit salah satu dari penyakit infeksi menular
seksual (IMS). Gonore diakibatkan oleh infeksi bakteri Neisseria Gonorrhoeae
(N. Gonorrhoeae) yaitu bakteri diplokokus gram negative dan manusia
merupakan satu-satunya pejamu alamiah untuk diplokokus. Infeksi gonore hampir
selalu di tularkan pada waktu aktifitas seksual1.
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 1999 terdapat 62
juta kasus gonore di dunia yang masuk ke dalam peringkat ketiga dari seluruh
kasusu infeksi menular seksual (IMS). Meskipun di beberapa negara cenderung
menurun, namun negara lainnya cenderung meningkat seperti negara-negara
berkembang. Hanya sedikit negara-negara di dunia yang melaporkan insiden
penyakit ini2.
Laporan departemen kesehatan pada tahun 1990 menyatakan bahwa
jumlah kasus gonore adalah 38 kasus per 100.000 penduduk. Penelitian di
Indonesia pada beberapa rumah sakit menujikkan hasil yang bervariasi. Kasus
gonore tahun 2006 di RS Hasan Sadikin Bandung menduduki peringkat pertama
dari kesuruhan IMS yaitu sebanyak 50 kasus. Menurut penelitian di RS Dr.
Soetomo pada tahun 2002 hingga 2004 penderita gonore mengalami peningkatan
dari 60% menjadi 69% dan kembali mengalami penurunan hingga tahun 2006
yaitu sebesar 65%. Angka kejadian gonore di RS Kariadi Semarang menempati
urutan ketiga dari seluruh pendeita MS tahun 1990-19942.
Gejala klinis infeksi gonokokus ini terdiri dari a) gejala klinis yang
asimptomatik (terjadi infeksi pada uretra, endoserviks, rektum dan faring tanpa
memberi gejala klinis); b) gejala yang simtomatik tanpa komplikasi; c) gejala
yang simtomatik dengan komplikasi dan d) Disseminated Gonococcal Infection
(DGI). Untuk gejala klinis yang simtomatik tanpa komplikasi, terutama terjadi
pada laki-laki. Yang paling sering terjadi adalah uretritis akut anterior dengan
gejala keluarnya duh tubuh uretra yang mukoid atau mukopurulen, diikuti
kemudian dengan disuria, frekuensi miksi yang meningkat dan keluarnya tetes
darah diakhir miksi. Meatus uretra eksterna sering mengalami edema dan tampak
eritematus. Sedangkan pada wanita sering kali gejala tidak tampak. Hal ini
disebabkan karena pendeknya uretra wanita dan gonokokus lebih banyak
menyerang servik dengan keluhan yang paling sering adalah adanya duh tubuh
servik yang mukopurulen, disuria, intermenstrual uterine bleeding, dan
menoragia3.
Komplikasi terjadi bila pengobatan tidak segera dilakukan atau
pengobatan sebelumnya tidak adekuat. Infeksi dapat menjalar ke uretra bagian
belakang secara ascendent. Pada wanita komplikasi yang dapat terjadi antara lain:
salpingitis, penyakit radang panggul (PRP), parauretritis dan bartolinitis.
Sedangkan pada pria dapat memberi gambaran klinis antara lain: tisonitis,
parauretritis, litritis, cowperitis, prostatitis, vesikulitis, funikulitis dan epididimitis,
sistitis3.
Peningkatan insisden epidemiologi dari gonore dan komplikasi yang dapat
terjadi pada penderitanya menjadi perhatian serius dalam mencegah,
mendiagnosis dan memberikan terapi yang tepat pada penderita. Laporan kasus ini
akan memberikan penjelasan tentang penegakan diagnosis dan penatalaksanaan
gonore di RS PKU Muhammadiya Solo.
BAB II
LAPORAN KASUS
Seorang laki-laki berusia 19 tahun datang ke poli klinik kulit dan kelamin
RS PKU Muhammadiyah Solo dengan keluhan keluar keluar nanah dan tersa
nyeri pada kemaluanya. Pasien mengatakan pada kurun waktu 3 bulan terakhir
sudah lebih dari 3 kali berhubungan sex dengan pekerja sex. Selnjutnya pada
tanggal 27 juni pasien berhubungan dengan pacarnya, tanggal 24 juni terasa gatal
dan sakit, tanggal 26 juni pasien meminum obat herbal merek sehat gentel,
tanggal 29 juni keluar nanah pada kelamin, tanggal 30 juni pada ujung kemaluan
tampak bengkak dan kemerahan selanjutnya pasien kembali meminum obat
herbal.

Pada pemeriksaan fisik di dapatkan pada bagian OUE ditemukan eritem,


udem dan terdapat nanah mukopurulen berwarna putih. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan laboratorium pengecatan gram dan di dapatkan hasil bakteri
diplococcus gram negatif intraseluler (+), Leukosit > 50.

Gambar 1. Tampak bagian 1) Kanan, 2) Kiri, 3) Depan, dan 4) Nanah pada OUE

Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium pasien di


diagnosis gonore. Selanjutnya pasien di terapi dengan Zibromax (Azitromisin)
500 mg 1dd2, Sporetik (Cefiksin) 100 mg 1 dd 4, Siklidon (Doksisiklin) 100 mg
2dd1.
BAB III
PEMBAHASAN
Gonore adalah penyakit yang diakibatkan oleh infeksi bakteri Neisseria
Gonorrhoeae (N. Gonorrhoeae) yaitu bakteri diplokokus gram negative dan
manusia merupakan satu-satunya pejamu alamiah untuk diplokokus. Infeksi
gonore hampir selalu di tularkan pada waktu aktifitas seksual1.
Neiserria gonorrhoeae merupakan kumankokus gram negatif, berukuran
0,6 sampai 1,5 m, berbentuk diplokokus seperti biji kopi dengan sisi yang datar
berhadap-hadapan. Kuman ini tidak motil dan tidak membentuk spora. Neisseria
gonorrheae dapat dibiakkan dalam media Thayer Martin dengan suhu optimal 35-
37C, pH 6,5-7,5, dengan kadar C02 5%4.
Gonococci menampakkan beberapa tipe morfologi dari koloninya, tetapi
hanya bakteri berpili yang tampak virulen. Gonococci yang berbentuk koloni yang
pekat (opaque) saja yang diisolasi dari manusia dengan gejala uretritis dan dari
kultur uterine cervical pada sikluspertengahan. Gonococci yang koloninya
berbentuk transparan diisolasi dari manusia dari infeksi uretral yang tidak
bergejala, dari menstruasi dan dari bentuk invasif dari gonorrhea, termasuk
salpingitis dan infeksi diseminasi4.
Tipe koloni terbentuk dari sebuah strain gonococcus yang berubah selama
siklus menstruasi. Gonococci yang diisolasi dari pasien membentuk koloni-koloni
yang pekat atau transparan, tetapi mereka umumnya memiliki 1-3 Opa protein
pada saat tumbuh di kultur primer yang sedang diuji. Gonococci dengan koloni
transparan dan tanpa Opa protein hampir tidak pernah ditemukan secara klinis
tetapi dapat dispesifikasi melalui penelitian di laboratorium4.
Gonococci menyerang membrane selaput lendir dari saluran
genitourinaria, mata, rectum dan tenggorokan, menghasilkan nanah yang akut
yang mengarah ke invaginasi jaringan, hal yang diikuti dengan inflamasi kronis
dan fibrosis. Pada pria, biasanya terjadi peradangan uretra ( uretritis ), nanah
berwarna kuning dan kental, disertai rasa sakit ketika kencing4.
Dalam menegakkam diagnosis harus melalui tahap anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lanboratorium pada nanah. Pada kasus ini
pasien menjelaskan dalam kurun waktu 3 bulan terakhir sudah lebih dari 3 kali
melakukan hubugan sex dengan pekerja sex, kurang lebih 1 minggu dari terakhir
berhubungan sexu pasien merasa panas, sakit waktu kencing dan keluar cairan
nanah dari kelaminnya, hal ini dikarenakan masa inkubasi dari bakteri N.
Gonorrheae adalah 2-10 hari. Ketika di lakukan pemeriksaan laboratorium pasien
juga di dapatkan hasil bakteri diplococcus gram negatif intraseluler (+), Leukosit
> 50 sehingga dipastikan pasien positif terinfeksi bakteri N. Gonorrheae. Dari
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium dapat ditegakkan
diagnosis gonore.

Gambar 2. Skema Diagnosis Banding5.

Diagnosis banding dari kasus ini adalah urethritis non spesifik biasanya
OUE tidak merah dan tidak udem dan biasanya sekret bernetuk serouporulen.
Selain itu adalah kandidiasis OUE merah disertai gatl dan sekret serous. Namun
tanda-tanda tersebut dalam kasus nyata terkadang sulit dibedakan sehingga untuk
memastikannya adalah dengan pemeriksaan laboratorium dan pada kasusu ini
dilakukan pmeriksaan gram6,7.

Terapi pada kasus ini diberikan Zibromax yang merupakan merek paten
dari Azitromisin, pasien diberikan pengobatan 500 mg diminum 1 kali 2 selama
satu minggu, Sporetik merupakan merek paten dari Cefiksin, pasien diberikan 100
mg diminum 1 kali 4 selama satu minggu, dan Siklidon yang merupakan merek
paten dari Doksisiklin, pasien diberikan 100 mg diminum 2 kali 1 selama satu
minggu.

Gambar 3. Skema Terapi Nanah pada Kelamin5.

Dalam pemberian terapi ada bebrapa dasar yang digunakan. Dan biasanya
setiap negara kebanyakan sama namun ada juga yang berbeda.

Tabel 1. Guide Lines dari Beberapa Sumber


REKOMENDASI ALTERNATIF SUMBER
Ceftriakson 250 mg IM dosis Cefixim 400 mg dosis
CDC8, MMWR9,
tunggal + Azitromisin 1 gram tunggal + Azitromisin 1
ONTARIO10
oral dosis tunggal gram oral dosis tunggal
Ceftriakson 250 mg IM dosis Ceftriakson 250 mg IM
tunggal + Azitromisin 1 gram dosis tunggal + Doksisiklin CDPH11
oral dosis tunggal 100 mg selama 7 hari
Ceftriakson 500 mg IM dosis
tunggal + Azitromisin 2 gram EROPA12
oral dosis tunggal

Tabel 2. Dasar Terapi yang Dikeluarkan di Indonesia13


DAFTAR PUSTAKA
1. Freedberg I et all. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. Edisi 7
2. Heryani A. D., 2010. Penderita Gonore di Divisi Penyakit Menular
Seksual Unit Rawat Jalan Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSU Dr.
Soetomo Surabaya Tahun 20022006. FK UIB
3. Jawas F. A., 2012. Penderita Gonore di Divisi Penyakit Menular Seksual
Unit Rawat Jalan Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSU Dr. Soetomo
Surabaya Tahun 20022006. FK UNAIR
4. Ernawati. 2013. Uretritis Gonore. FK UWKS
5. Indriatmi w., 2014. Infeksi Menular Seksual Diagnosis dan Tatalaksana.
IDI : Jakarta
6. Siregar. R. S,. 2016. Saripati Penyakit Kulit. Edisi 3. Jakarta : EGC
7. Djuanda. A., et all. 2011. Ilmu Penyakit Kulit Kelamin. Edisi 6. Jakarta :
FK UI
8. CDC. 2015. CDC Tritment Guide Line Gonore
9. MMWR. 2015. Sexually Transmitted Diseases Treatment Guidelines,
2015.
10. PHO. 2013. Guidelines for Testing and Treatment of Gonorrhea in Ontario.
Ontario
11. CDPH. 2013. California Gonorrhea Treatment Guidelines
12. Bignel C,. 2012. 2012 European Guideline on the Diagnosis and
Treatment of Gonorrhoea in Adults. UHNHS UNITED KINGDOM
13. Kemenkes 2011. Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai