Anda di halaman 1dari 10

BAB I

Laporan Kasus

I. Identitas Pasien
Nama : said ikmal faruqi
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 12 tahun
Agama : Islam
Alamat : lhong (aceh besar)
Tanggal masuk rumah sakit : 1 maret 2017
No. rekam medis : 06 67 46

II. Anamnesa
Keluhan utama
Kepala terasa sakit berat

Riwayat penyakit sekarang


Pasien datang ke poli klinik saraf dengan keluhan kepala tersa sakit berat
satu hari ini, sebelum nya pasien juga mengeluh pasien sudah mengalami kejang
kemarin sore, sebelum kepalanya terasa sakit, kejang tersebut berlangsung selama
sepuluh menit sebelum pasien mngeluh sakit kepala berat.

Riwayat penyakit dahulu


Pasien mengalami kejang dari usia 3 tahun , dan sering mengalami kejang selama
3 kali dalam sebulan.
Riwayat penyakit keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat epilepsi.
Riwayat darah tinggi (-),
Diabetes (-), ataupun asma disangkal. (-)

Riwayat sosial, ekonomi, dan lingkungan


Pasien merupakan anak ke 1 dari 2 bersaudara. Ayah pasien bekerja sebagai
wirswasta di kantor, sedangkan ibu pasien tidak bekerja. Kondisi ekonomi
menengah ke bawah.

III. Pemeriksaan Fisik :


Keadaan umum : sakit ringan
Kesadaran : compos mentis (E4 M6 V5)
Tanda vital

Page 1
o Tekanan darah : 100/76 mmHg
o Nadi : 78 x/menit
o Laju nafas : 20 x/menit
o Suhu : 36,5oC
Status generalis

Normosefal, tak tampak ada lesi, rambut hitam tak mudah


Kepala
dicabut.
Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, lensa tidak
Mata
keruh.
Bentuk normal, tak tampak ada sekret dari hidung maupun
THT
telinga, tonsil T1/T1, faring tidak hiperemis.
Leher Tidak ditemukan pembesaran KGB, letak trakea ditengah
Toraks Tampak simetris, tidak tampak ada retraksi
Inspeksi: pulsasi iktus kordis tidak tampak di sela iga 4
linea mid clavicula sinistra.
Palpasi: iktus kordis teraba di sela iga 4 linea mid clavicula
sinistra.
Jantung Perkusi: batas jantung kanan pada sela iga 3 parasternal
kanan. Batas jantung kiri di sela iga 4 linea mid clavicula
sinistra. Batas jantung atas di sela iga 3 linea parasternal
sinistra.
Auskultasi: S1S2 regular, murmur (-), gallop (-), aritmia (-)
Inspeksi: simetris, tidak tampak retraksi interkosta.
Palpasi: fremitus taktil simetris.
Paru Perkusi: sonor pada kedua lapang paru.
Auskultasi: suara nafas vesikular, ronki -/-, wheezing -/-,
stridor -/-
Inspeksi: datar, tak tampak lesi.
Palpasi: supel, tidak ada nyeri tekan, hepar dan lien tak
Abdomen teraba
Perkusi: timpani pada seluruh lapang abdomen
Auskultasi: bisung usus 12/menit
Ekstremitas Akral hangat, edema tidak ada, tidak tampak sianosis,

Page 2
SPemeripemeriksaan neurologis
o Tanda rangsang meningeal: (-)
Kaku kuduk : (-)
Lassegue : > 70o / > 70o
Kernig : > 135o / > 135o
Brudzinski I : (-)
Brudzinski 2 : (-)

o Pemeriksaan Saraf Kranial


I Tidak dilakukan
Visus: tidak diperiksa
II Lapang pandang: Normal
Warna: tidak diperiksa
Pupil: refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak
III, IV,
langsung +/+,nistagmus tidak ada
VI
Gerak bola mata: baik ke segala arah
Motorik: baik
V Sensorik: V-1, V-2, V-3: +/+
Refleks kornea: +/+
Angkat alis, kerut dahi: tidak dilakukan
Tutup mata : baik, simetris
VII Kembung pipi: tidak dilakukan
Menyeringai: baik
Rasa 2/3 anterior lidah: tidak dilakukan
Suara bisikan: tidak dilakukan
Gesekan jari:tidak dilakukan
Rinne, Webber, Schwabach: tidak dilakukan
VIII
Nistagmus: tidak ada
Berdiri dengan mata terbuka: tidak dilakukan
Berdiri dengan mata tertutup: tidak dilakukan
Arkus faring: simetris
Uvula: terletak di tengah. Simetris
IX, X
Disfonia: tidak ada
Disfagia: tidak ada
Menoleh kanan-kiri: dapat melawan tahanan
XI
Angkat bahu: dapat melawan tahanan
Lidah di dalam mulut: tidak ada deviasi, fasikulasi, atrofi,
XII maupun tremor
Menjulurkan lidah: tidak dilakukan

o Pemeriksaan motorik
Ekstremitas atas
Tidak ditemukan atrofi, fasikulasi

Page 3
Normotonus dekstra/ Normotonus sinistra
Kekuatan:

Tangan kanan: 5

Tangan kiri : 5

Ekstremitas bawah
Tidak ditemukan atrofi, fasikulasi
Normotonus dekstra/ Normotonus sinistra
Kekuatan:
Kaki kanan: 5
Kaki kiri : 5

o Pemeriksaan sensorik : tidak dilakukan


o Refleks fisiologis
Bisep : +/+
Trisep : +/+
Brachioradialis : +/+
Patella : +/+
Achilles : +/+
o Refleks patologis
Babinski : -/-
Chaddok : -/-
Oppenheim : -/-
Gordon : -/-
Schaffer : -/-
Hoffman trommer : -/-
o Koordinasi
Tes tunjuk hidung : Tidak dilakukan
Tes tumit lutut : Tidak dilakukan
o Fungsi otonom
Miksi : normal
Defekasi : normal
Sekresi keringat : normal
IV. Pemeriksaan Penunjang
EEG

Page 4
Kesan : EEG abnormal dengan general seizure.

V. Resume
Pasien anak laki-laki usia 22 bulan datang dengan keluhan kejang 2 kali sejak
pagi, dimana kejang pertama merupakan generalized seizure yang terjadi saat pasien
sedang tidur waktu dilakukan EEG yang berlangsung selama 5 detik dan kemudian
berhenti sendiri, lalu pasien kembali sadar dan berespon dalam 5 menit. Kejang kedua
berupa general seizure yang terjadi saat pasien sedang digendong ayahnya, terjadi
selama 10 detik, dan pasien kembali sadar dan berespon dalam 10 menit. Demam
disangkal. Pasien memiliki riwayat kejang demam, dimana pada usia 20 bulan pasien
kejang 2x, dan 1 minggu yang lalu pasien dirawat inap karena kejang sebanyak 6x.
setelah keluar dari RS, pasien mengalami kejang tanpa demam di rumah selama 4 hari,
dimana serangan terjadi 2-3x dalam sehari. Biasanya kejang terjadi saat pasien bangun
tidur dan terdiam selama 5 menit. Demam bersifat general, terjadi 5-10 detik, dan
berhenti sendiri. Setiap kali kejang pasien kembali sadar dan berespon dalam waktu < 5
menit. Riwayat trauma kepala, mual dan muntah disangkal.
Tidak ada riwayat epilepsy di keluarga pasien. Pasien lahir cukup bulan, tidak
ditemukan kelainan saat pasien lahir.
Dari pemeriksaan fisik, pasien tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis,
tidak ditemukan adanya kelainan pada pemeriksaan generalis dan pemeriksaan
neurologis.

Page 5
Tidak ditemukan adanya kelainan pada pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
neurologis. Pada EEG saat pasien kejang ditemukan kesan EEG abnormal dengan
general seizure.

Page 6
VI. Diagnosis
Diagnosis kerja : epilepsy
Diagnosis banding : sindrom lenox gestaut
VII. Tatalaksana
Non medikamentosa
Penjelasan mengenai penyakit yang diderita pasien kepada orang tua serta
bagaimana pengobatannya
Keluarga diminta untuk lebih memperhatikan pasien, untuk mengetahui tanda-
tanda awal kejang (aura), pencetus, dan mengetahui bentuk dan durasi kejang
Edukasi mengenai tindakan yang benar dan aman jika pasien
kejang
Sigap untuk membawa pasien ke rumah sakit jika kejang tidak berhenti dengan
pemberian diazepam rektal, kejang yang berulang dalam sehari atau kejang yang
tidak berhenti selama 15 menit.
Medikamentosa
Depakote 250 mg 1x250 mg
Paracetam 3x1 sendok obat

VIII. Saran Tatalaksana


Tatalaksana medikamentosa untuk penderita epilepsi adalah
mengontrol bangkitan kejang agar tidak berulang dengan konsumsi
obat-obatan anti kejang selama 2 tahun. Terapi non-medikamentosa
meliputi edukasi kepada keluarga pasien yang ditujukan untuk
mempersiapkan tindakan yang harus dilakukan jika mendapati pasien
kejang dan mengetahui tanda-tanda jika pasien harus segera ditangani
di rumah sakit.

IX. Prognosis
Ad vitam : ad bonam
Ad fungtionam : dubia
Ad sanationam : dubia

Page 7
BAB II
Analisa Kasus

Page 8
BAB II
ANALISA MASALAH

Referensi
1. PERDOSSI. Pedoman Penatalaksanaan Kejang dan Epilepsi.
Perhimpunan Dokter Saraf 2007.

Page 9
2. S. William, WM. Chelsea, SE Joseph. Adult onset epilepsies, DW
Chadwick. From Cell to Community-A practical guide to epilepsy.
National Society for Epilepsy. 2007. pp 127-132.
3. GJ Tucker. Textbook Of Traumatic Brain Injury: Seizures. American
Psychiatric Publication. 2005. pp. 309321
4. J Mani,E Barry. Posttraumatic epilepsy: The Treatment of Epilepsy:
Principles and Practice. Hagerstown, MD: Lippincott Williams &
Wilkins. 2006. pp. 521524
5. Coulam CB, Annegers JF. Do anticonvulsants reduce the efficacy of
the oralcontraceptive? Epilepsia. 1979;20:519-25.
6. Shorvon SD, Tallis RC, Wallace HK. Antiepileptic drugs:
coprescription of proconvulsant drugs and oral contraceptives: a
national study of antiepileptic drug prescribing practice. Journal of
Neurology, Neurosurgery and Psychiatry. 2002;72:114-5.
7. Samren EB, van Duijn CM, Koch S, Hiilesmaa VK, Klepel H, Bardy AH,
et al. Maternal use of antiepileptic drugs and the risk of major
congenital malformations: a joint european prospective study of
human teratogenesis associated with maternal epilepsy. Epilepsia.
1997;38:981-90.
8. Kaneko S, Battino D, Andermann E, Wada K, Kan R, Takeda A, et al.
Congenital malformations due to antiepileptic drugs. Epilepsy
Research. 1999;33:145-58.
9. Scottish Intercollegiates Guidelines Network. Diagnosis and
Management of Epilepsies in Adults. April 2003. Retrieved 18 April
2013.

Page 10

Anda mungkin juga menyukai