Anda di halaman 1dari 24

daftar isi warta komunitas

Perempuan 11 4 Tahun Lagi, Apa Bisa?

Bergerak perspektif

Edisi IV 12

Tak Ada Pencapaian MDGs Tanpa Pemenuhan
Hak Kesehatan Reproduksi Perempuan
Oktober-
Desember sosok
2010
15

Indonesia Terancam Gagal Penuhi Target
Pencapaian MDGs

bedah film
17 Kemiskinan Tidak untuk Ditertawakan!!!

bedah buku

rembug perempuan
19

Dengan MDGs, Kita Hapus Kemiskinan
di Dunia?
3

MDGs 2015:
Mampukah Indonesia Memenuhinya? puisi

fokus utama
22 Kisah dari Negeri yang Menggigil
4 Pencapaian MDGs Indonesia 2010: pojok kata
Upaya Pemerintah yang Setengah Hati! 23 Millennium Developments Goals (MDGs)

opini
6 Menggapai Goal di Tahun 2015

warta perempuan
8

Sasaran Pembangunan Milenium:
Jauh Harapan dari Kenyataan

Perempuan Bergerak
Penanggung Jawab: Rena Herdiyani
Pemimpin Redaksi: Hegel Terome
Redaktur Pelaksana: Joko Sulistyo
Redaksi: Naning Ratningsih, Listyowati, Nani Ekawaty, Rakhmayuni, Ika Agustina
Desain visual: Rudy Fransiskus
Distribusi : Enita Multina

Perempuan Bergerak merupakan media yang memuat pandangan-pandangan yang membangun kesadaran kritis
kaum perempuan di seluruh Indonesia sehingga memberdayakan dan menguatkan mereka. Kekuatan bersama kaum
perempuan yang terbangunkan itu merupakan sendi-sendi penting terdorongnya gerakan perempuan dan sosial
umumnya untuk menuju masyarakat yang demokratis, setara, tidak diskriminatif dan tidak subordinatif.

Redaksi menerima kritik, saran dan sumbangan berupa surat pembaca, artikel dan foto jurnalistik. Naskah, artikel
dan foto jurnalistik yang diterima redaksi adalah yang tidak anti demokrasi, anti kerakyatan, diskriminatif dan bias
gender. Naskah tulis diketik pada kertas A4, spasi satu, huruf Arial 12, maksimal 3 halaman dalam bentuk file atau
print-out.

Alamat Redaksi dan Iklan: Jl.Kaca Jendela II No.9 Rawajati-Kalibata, Jakarta Selatan 12750. Telp: 021-7902109; Fax:
021- 7902112; Email : ykm@indo.net.id; Website : www.kalyanamitra.or.id

Untuk berlangganan Perempuan Bergerak secara rutin, kirimkan nama dan alamat lengkap ke redaksi.

Redaksi menerima sumbangan pengganti biaya cetak Rp. 10.000,- dan biaya pengiriman di rekening sesuai kota
tujuan. Transfer ke Rekening Bank Bukopin Cabang Kalibata, No. Rekening 0103-034652 a/n. Rena Herdiyani.

Perempuan Bergerak | Edisi IV | Oktober-Desember 2010


2
MDGs 2015:

rembug perempuan
Mampukah Indonesia Memenuhinya?
Indonesia telah menandatangani deklarasi MDGs pada KTT Millenium di New
York, September 2000. Artinya, 10 tahun berlalu setelah penandatangan itu,
adakah kemajuan berarti bagi Indonesia? Bagaimana capaian target-target yang
telah ditentukan? Edisi Buletin Perempuan Bergerak kali ini akan mengulasnya
lebih jauh.

P
emerintah Indonesia mencoba menunjukkan
komitmennya untuk mencapai MDGs melalui
Laporan Perkembangan Pencapaian Pembangu
nan Millenium (MDGs) pada Februari 2004. Laporan
ini hendak menunjukan posisi capaian Indonesia sejak
tahun 1990 hingga 2003, sekaligus analisa kecen
derungannya.
Pemerintah Indonesia pun menyatakan telah menga
rusutamakan MDGs dalam pembangunannya melalui
tahap perencanaan, penganggaran hingga pelaksa
naan yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan
Jangka Panjang 2005-2025, Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2005-2009 dan
2010-2014, Rencana Kerja Tahunan dan dokumen
anggarannya. MDGs pun telah menjadi dasar peru

Indonesia hanya musan strategi penanggulangan kemiskinan di tingkat


nasional dan daerah. Pemerintah menjanjikan akan
punya waktu memenuhi target MDGs pada tahun 2015.

lima tahun
Dengan diluncurkannya Laporan Perkembangan
MDGs Indonesia 2010 oleh pemerintah, kalangan
masyarakat meragukan kemampuan pemerintah da

untuk mencapai lam mencapai target-target yang disepakati dan di


janjikan itu. Kita melihat ketidakseriusan pemerintah
target-target dalam mengimplementasikan sejumlah goals dalam
MDGs secara konsisten dan berkelanjutan. Itu terjadi
yang ada, namun karena lemahnya infrastruktur dan aparat negara yang

tanpa keseriusan mengimplementasikannya.


Indonesia hanya punya waktu lima tahun untuk men

pemerintah, maka capai target-target yang ada, namun tanpa keseriusan


pemerintah, maka muskil itu dapat diraih. MDGs hanya

muskil akan menjadi wacana. Kita berharap ada keseriusan


pemerintah dalam bertindak mewujudkan komitmen

itu dapat diraih. nya demi mencapai kesejahteraan rakyat yang sejati,
dan tidak dalam angka-angka semu semata!

MDGs hanya Selamat membaca!

akan menjadi Jakarta, Desember 2010

wacana .
Joko Sulistiyo
Redaktur Pelaksana
Edisi IV | Oktober-Desember 2010 | Perempuan Bergerak
3
Pencapaian MDGs
fokus utama
Indonesia 2010:
Upaya Pemerintah yang Setengah Hati!

P
ada September 2000, pemerintah Indonesia
menjadi salah satu penandatangan Deklarasi
Milenium dalam KTT Milenium PBB di New York.
Deklarasi itu kemudian menyepakati tujuan-tujuan pem
bangunan global yang tertuang di dalam Millenium De
velopment Goals (MDGs). Dengan penandatanganan
Deklarasi itu, pemerintah Indonesia berkewajiban
untuk merealisasikan dan memantau perkembangan
pencapaian MDGs di tingkat nasional.
Ada delapan tujuan MDGs yang harus dicapai pe
merintah Indonesia hingga 2015, yakni: Pertama,
memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrim;
Kedua, mewujudkan pendidikan dasar untuk semua;
Ketiga, mendorong kesetaraan gender dan pember
dayaan perempuan; Keempat, menurunkan angka
kematian anak; Kelima, meningkatkan kesehatan ibu
hamil; Keenam, memerangi HIV/AIDs, malaria, dan
penyakit lainnya; Ketujuh, memastikan kelestarian
lingkungan; Kedelapan, mengembangkan kemitraan
global untuk pembangunan. Kedelapan tujuan terse
but masing-masing memiliki target, ada yang kualitatif
dan kuantitatif. Dari sisi waktu, perhitungan perband
Pencapaian MDGs ingan dimulai tahun 1990 dan pencapaiannya diharap
Indonesia belum kan terjadi pada tahun 2015.
Untuk tujuan pertama, yakni memberantas kemis
memperlihatkan capaian kinan dan kelaparan ekstrim, maka target pertama pe
yang memadai. merintah Indonesia untuk menurunkan proporsi pen
Angka-angkanya duduk yang tingkat pendapatannya di bawah 1$ per

tidaklah pasti, akurat hari menjadi setengahnya antara tahun 1990-2015,


menjadi persoalan besar. Menurut data pemerintah,
dan transparan. jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiski
Data-data yang tersedia nan nasional turun dari 23,4 persen pada tahun 1999
tidak lengkap menjadi 18,2 persen pada tahun 2002 dan 17,3 per
sen pada tahun 2003, serta 16,4 persen pada tahun
dan menyeluruh. 2004. Sementara itu, jumlah penduduk berdasarkan
Perhitungan dan asumsi- standar pendapatan kurang dari $ 1 per hari juga
asumsi analisis tidak menurun dari 9,2 persen pada tahun 2001 menjadi

menjawab realitas 7,2 persen pada tahun 2002. Angka kemiskinan sam
pai tahun 2009 masih tinggi, terakhir persentase
sesungguhnya. tahun 2008 mencapai 15,6 persen. Pendapatan per
Ketimpangan antar kapita masyarakat Indonesia hingga tahun 2007,
wilayah dan antar berdasarkan pendapatan 1 $ per hari, yakni sebesar
$1.420. Akan tetapi, bila dipakai standar kemiskinan
daerah tidaklah terukur PBB terbaru $ 2 per hari, maka kurang lebih 49% pen
secara tepat. duduk Indonesia masuk dalam garis kemiskinan.
Perempuan Bergerak | Edisi IV | Oktober-Desember 2010
4
Selain angka kemiskinan yang masih besar, mutu hidup akan sulit dicapai. Angka tersebut jauh lebih
kehidupan masyarakat juga rendah. Indeks Pem tinggi di daerah-daerah yang miskin dan terpencil.
bangunan Manusia (IPM) pada tahun 2002 sebesar Angka kematian ibu melahirkan bisa dicegah apabila
0,692, masih lebih rendah dari Malaysia dan Thailand. mereka mendapatkan perawatan persalinan yang te
Indeks Kemiskinan Manusia pada tahun 2002 sebesar pat. Sekitar 60% persalinan di Indonesia berlangsung
0,178, lebih tinggi sedikit dari Malaysia dan Thailand. di rumah, tidak diklinik atau rumah sakit.
Dan angka kemiskinan akibat kesenjangan daerah dan Tujuan keenam, yakni memerangi HIV/AIDs, malaria
ketimpangan gender juga masih tinggi di Indonesia. dan penyakit lainnya, maka urutan teratas adalah ka
Dalam hal kemiskinan yang terkait pengurangan sus HIV/AIDs. Pada tahun 2007, penduduk Indonesia
angka anak kekurangan gizi, sejak tahun 2002 ang yang terkena HIV/AIDs diperkirakan antara 172.000
kanya meningkat. Pada tahun 2004, lima juta balita sampai 219.000, yang sebagian besar korbannya
menderita kekurangan gizi, sekitar 1,4 juta terkena ialah laki-laki. Indonesia belum mampu mengendali
derita gizi buruk. Banyak anak-anak yang baru lahir kan laju penyebaran dan penanganannya. Pada tahun
tidak mendapatkan susu eksklusif dari ibu mereka, 2007, tingkat kejadian malaria mencapai 30 juta ka
akibat ibunya kekurangan gizi sebelum mengandung, sus per tahun. Untuk TBC, tingkat prevalensinya men
ketika mengandung, dan pasca melahirkan. Banyak capai 262 per 100.000 atau setara dengan 582.000
perempuan miskin tidak memiliki akses informasi kasus setiap tahun.
mengenai kesehatan reproduksi, kesehatan ibu dan Tujuan ketujuh, yakni memastikan kelestarian ling
anak, perawatan dan gizi. kungan hidup, berdasarkan data Departemen Kehu
Untuk tujuan kedua, yakni mencapai pendidikan tanan, dari 127 juta hektar kawasan hutan, hingga
dasar untuk semua, tercatat 94,7% anak laki-laki dan tahun 2000 kita kehilangan 3,4 juta hektar per tahun.
perempuan masuk sekolah dasar pada tahun 2007. Pemerintah Indonesia tidak mampu menangani keja
Namun demikian, masih terjadi ketimpangan antar hatan perusakan hutan atau illegal logging, korupsi hasil
wilayah (desa-kota, jawa-luar jawa), ketimpangan gen sumberdaya alam, pembakaran hutan, dan perusakan
der, dan kelas sosial masyarakat. Angka partisipasi laut. Tahun 2006, hanya 52,1% penduduk Indonesia
anak bersekolah tak hanya menyangkut masalah jum yang memiliki akses terhadap air minum yang aman.
lah, tetapi mutu pendidikan yang baik yang mereka Tujuan kedelapan, yakni membangun kemitraan
peroleh. Intinya, layanan pendidikan yang berkualitas global untuk pembangunan, yang paling penting ialah
harus menjadi target pembangunan oleh pemerintah mengembangkan sistem perdagangan dan keuangan
hingga 2015. yang terbuka, berbasis peraturan, mudah diperkira
Tujuan ketiga, yakni mendorong kesetaraan gender kan, dan tidak diskriminatif. Diperlukan perdagangan
dan pemberdayaan perempuan, dalam hal pendidikan, dunia yang berkeadilan, tanpa dominasi WTO. Semen
lapangan pekerjaan dan keterwakilan perempuan di tara itu, laju hutang Indonesia terus meningkat yang
parlemen, maka untuk angka partisipasi bersekolah di kini mencapai Rp 1.750 trilyun, tanpa mampu melu
tingkat dasar antara perempuan dan laki-laki rasionya nasinya.
sebesar 103,1 pada tahun 2003. Proporsi laki-laki Pencapaian MDGs Indonesia hingga tahun 2010,
bekerja mencapai 86% sedangkan perempuan hanya belumlah memperlihatkan capaian yang memadai se
49%. Perempuan hanya menduduki 14% dalam ja bagaimana kita harapkan selama ini. Angka-angkanya
batan tinggi, dan hanya 11,3% di tingkat parlemen. tidaklah pasti, akurat dan transparan. Data-data yang
Tujuan keempat, yakni menurunkan angka kema tersedia tidak lengkap dan menyeluruh. Perhitungan
tian anak, maka angka kematian bayi sebesar 36 per dan asumsi-asumsi analisis yang dibangun tidaklah
1000 kelahiran hidup terjadi pada tahun 2007. Anak menjawab realitas yang sesungguhnya berkembang
yang tinggal di rumah tangga kaya memiliki angka ke di dalam kehidupan masyarakat. Ketimpangan antar
matian yang rendah sekitar 36 per 1000 kelahiran wilayah dan antar daerah tidaklah terukur secara
hidup, sementara di rumah tangga miskin angka ke tepat, sehingga laporan MDGs yang muncul menya
matian mencapai 56 per 1000 kelahiran hidup. Imu makan begitu saja persoalan lokal di seluruh bagian
nasi TBC, hepatitis, campak dilakukan pemerintah na Indonesia. Belum lagi persepsi yang timpang dari
mun belum mampu menurunkan angka kematian anak kalangan pemerintah untuk melihat pentingnya isu-
atau balita. isu perempuan dilihat secara cermat dari tiap tujuan
Tujuan kelima, yakni meningkatkan kesehatan MDGs yang ada, sehingga angka yang muncul lebih
ibu, maka angka kematian ibu (AKI) sebesar 280 per mencerminkan kenyataan di lapangan. Semua itu tam
100.000 kelahiran hidup. Angka yang hendak dicapai paknya betapa tidak sungguh-sungguhnya pemerintah
pada tahun 2015 ialah 110 per 100.000 kelahiran memenuhi komitmennya sendiri.*****(HG)

Perempuan Bergerak
Edisi IV | Oktober-Desember 2010 |
5
Menggapai
opini

GOAL
di Tahun 2015
Oleh: Wahyu Susilo*

Goal
adalah peristiwa yang se
lalu ditunggu-tunggu da
lam pertandingan sepak
bola. Dan goal ini pula yang mampu membangkitkan
nasionalisme , terutama untuk negara-negara yang
berhasil masuk dalam putaran Piala Dunia. Di Indone
sia, beberapa waktu yang lalu, nasionalisme sempat
bangkit gegap gempita dalam turnamen sepakbola
ASEAN AFF Cup, meski berakhir dengan kekalahan.
Hari-hari ini kita dihadapkan pula pada hiruk-pikuk
protes terhadap Nurdin Halid yang dianggap gagal
menggolkan PSSI dalam pentas sepakbola ASEAN,
apalagi Asia dan dunia.
Namun ada juga Goal yang ditunggu-tunggu
hingga tahun 2015. Goal itu adalah Millennium
Development Goals (MDGs) yang dideklarasikan
pada bulan September 2000. Jika goal dalam Piala
Dunia merupakan buah dari pertandingan penuh per
saingan, maka goal dalam MDGs merupakan buah
dari kerjasama dan tekad bersama.
Momentum Piala Dunia dan juga turnamen olah
raga lainnya sering dimanfaatkan untuk mengkam
panyekan isu-isu global, terutama untuk pencapaian
MDGs. Pada bulan April 2010, para aktivis yang Indonesia dikategorikan
memperjuangkan Pendidikan Untuk Semua memulai sebagai negara
kampanye 1Goal for Education for All dengan me yang lamban langkahnya
libatkan para pemain sepakbola dari negara-negara
dalam mencapai

MDGs
yang akan berlaga di Piala Dunia. Kampanye yang
diluncurkan di Johannesburg ini membentuk 1Goal
Soccer Squad yang terdiri dari Cristiano Ronaldo,
Pele, Zinedine Zidane, Tim Howard, Rio Ferdinand,
Marcel Desailly, Michael Essien, Paolo Maldini, Ji- di tahun 2015.
Sung Park and Aaron Mokoena.
Kemudian pada awal bulan Juni 2010, Program
Pembangunan PBB (UNDP) melaunching kampanye
Kick Out Poverty (www.kickoutpoverty.org) dengan
menampilkan Zinedine Zidane (mantan pemain na
sional Perancis) dan Didier Drogba (pemain nasional
Pantai Gading) yang berseru agar seluruh dunia ber

Perempuan Bergerak | Edisi IV | Oktober-Desember 2010


6
gandengan tangan menendang kemiskinan dari ke negara-negara maju untuk mengalokasikan bantuan
hidupan mereka. hingga 25 miliar US dollar hingga tahun 2010 ternya
Dalam video youtube Kick Out Poverty berdurasi ta baru terealisasi kurang dari separuhnya (Afric a Fo
1 menit 3 detik, Drogba, sambil memegang bola cus Bulletin, 24 June 2010). Dalam pertemuan G-8
bergambar 8 goal MDGs, membukanya dengan pen di Muskoka Kanada yang berlangsung tanggal 25-26
gantar bahwa dalam bulan September 2000, 189 Juni 2010, mendahului pertemuan G-20 di Toronto,
pemimpin dunia berkomitmen memerangi kemis komitmen itu sama sekali tidak direview implementa
kinan dalam skema MDGs, kemudian bola dilempar sinya, bahkan sekali lagi mereka kembali mengum
kan ke Zidane yang mengingatkan kembali komitmen bar janji untuk bantuan pembangunan Afrika untuk
tersebut. Kemudian bola itu dilemparkan ke para pe percepatan pencapaian MDGs di kawasan itu.
nonton yang mewakili berbagai macam warna kulit Bagaimana dengan Indonesia? Impian agar Indo
dan kebangsaan dan penegasan kembali pentingnya nesia masuk putaran final Piala Dunia, apalagi me
perang melawan kelaparan, cita-cita perwujudan ke nyarangkan goal di event tersebut adalah cita-cita
setaraan gender, pendidikan untuk semua, pening yang mulia, namun akan lebih bermanfaat jika Indo
katan kesehatan anak dan ibu, perang melawan virus nesia bercita-cita agar semua goal di MDGs tergapai
HIV-AIDS dan penyakit menular lainnya, perwujudan di tahun 2015. Berkali-kali, dalam progress report
lingkungan hidup yang sehat serta solidaritas inter MDGs kawasan Asia Pasifik, Indonesia dikategorikan
nasional. sebagai negara yang lamban langkahnya dalam men
Tampilan dua pesohor sepakbola asal Eropa dan capai MDGs di tahun 2015. Sumber pelambanannya
Afrika yang didaulat menjadi UNDP Goodwill Ambas ditunjukkan dari masih tingginya angka kematian ibu
sador juga merepresentasikan geopolitik dunia yang melahirkan, belum teratasinya laju penularan HIV-
terbelah menjadi negara maju dan negara miskin. AIDS, makin meluasnya laju deforestasi, rendahnya
Penyelenggaraan Piala Dunia di Afrika Selatan juga tingkat pemenuhan air minum dan sanita yang buruk
mendorong kembali mata dunia untuk melihat Afrika serta beban utang luar negeri yang terus menggu
dengan segala masalahnya. nung (MDGs progres report in Asia and the Pacific,
Janji untuk menyejahterakan Afrika (Gleanagles UNESCAP, 2010).
Promise for Africa) pernah dilontarkan oleh para Fakta muram ini juga diperkuat dengan makin
pemimpin G8 yang bertemu di Gleanagles, Inggris merosotnya kualitas hidup manusia Indonesia se
pada bulan Juli 2005. Namun janji itu tinggal janji, bagaimana yang dilaporkan di Human Development
komitmen untuk menyediakan hibah untuk Afrika sebe Index. Jika pada tahun 2006 berada di posisi 107,
sar 50 miliar US dollar hingga tahun 2009, ternyata tahun 2008 di posisi 109, maka di tahun 2009
hanya terealisasi seperlimanya (11 miliar US dollar). makin melorot di posisi 111. (Overcoming barriers:
Sementara itu menurut OXFAM International, janji Human mobility and development, UNDP, 2009) dan
pada tahun 2010 kemarin hanya naik setingkat di
peringkat 109 itupun karena ada beberapa negara
yang peringkatnya di atas Indonesia tak dihitung po
sisinya dalam report tahun 2010. Kondisi ini men
Sumber pelambanannya jadi tantangan berat Indonesia untuk menuntaskan
ditunjukkan dari masih 5 tahun terakhir dari target MDGs di tahun 2015.
tingginya angka kematian Jika mengelola Indonesia seperti mengelola PSSI

ibu melahirkan, belum seperti sekarang, tanpa ada pengelolaan keuangan


yang jelas dan transparan, korupsi yang membu
teratasinya laju daya, tak ada strategi pengelolaan sumberdaya dan
penularan HIV-AIDS, pengetahuan yang memadai serta tak mau merubah
makin meluasnya laju kebijakan secara radikal, maka mimpi untuk menca
pai target 8 goal di tahun 2015 seperti juga mimpi
deforestasi, rendahnya sepakb ola Indonesia menyarangkan goal di putaran
tingkat pemenuhan air final Piala Dunia. Mustahil dan hanya fata morgana!
minum dan sanita yang
buruk serta beban utang *Wahyu Susilo, MDGs campaigner di International
NGO Forum on Indonesian Development (INFID).
luar negeri yang terus
menggunung.
Perempuan Bergerak
Edisi IV | Oktober-Desember 2010 |
7
Sasaran Pembangunan Milenium:
warta perempuan
Jauh Harapan dari Kenyataan

S
epuluh tahun berlalu sejak penandatangan Mil melahirkan dan rasio luas kawasan tertutup pepohonan
lenium Development Goals (MDGs) oleh 147 agar tahun 2015 sasaran-saran tersebut dapat dicapai,
kepala pemerintahan dan kepala negara, ter tambahnya.
masuk Indonesia, saat KTT Millinium di New York, Angka kematian ibu melahirkan, penanganan tu
September 2000. Deklarasi ini pun telah diadopsi bercolosis, HIV/AIDS dan malaria serta pembangunan
oleh 189 negara. berkelanjutan pada indikasi air bersih adalah tiga poin di
Setelah 10 tahun, adakah perubahan signifikan yang mana Indonesia dalam posisi lampu kuning capaiannya.
terjadi di Indonesia, sebagai salah satu negara yang men Angka kematian ibu melahirkan misalnya, tahun 1990
datangani deklarasi itu? Capaian apa yang diperoleh sela Indonesia masih tinggi, yakni sebesar 390, dan harus
ma sepuluh tahun ini? Bagaimana komitmen pemerintah dicapai pada tahun 2015 adalah 102, sedangkan tahun
Indonesia sendiri? Repotase kali ini mencoba mengulas 2008 angka kematian ibu melahirkan berada di posisi
pendapat para pakar soal itu. 228, jadi masih jauh dari target.
Dalam masalah penangan penyakit TBC, HIV/AIDS dan
Capaian MDGs? Malaria, Indonesia masih harus menurunkan angka penye
barannya. Khususnya TBC, masih berada di 73.1 persen
Bagi Indonesia dan negara-negara berkembang lain pada 2009, untuk menjadi 70 persen di 2015.
nya, tujuan pembangunan millenium digunakan sebagai Terkait tujuan pembangunan untuk air bersih, baru 46
acuan dalam perumusan kebijakan, strategi dan pro persen masyarakat di Indonesia yang bisa mengakses
gram pembangunan, demikian ungkap Prof. Dr. Armida air bersih, sedangkan target untuk tahun 2015 sebesar
S. Alisjahbama, SE, MA. (Menteri Perencanaan Pemba 69,8 persen.
ngunan/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Na Sementara itu, dalam MDGs Summit, Marty Natalega
sional/BAPPENAS), di dalam kata pengantar Ringkasan wa menyampaikan laporan bahwa posisi Indonesia on the
Peta Jalan Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan track dalam MDGs. Pernyataan ini tentu tak mengejutkan
Millenium di Indonesia. karena walau berulang kali Indonesia mengklaim bahwa se
Masih di dalam kata pengantarnya, Kepala BAPPENAS, cara keseluruhan Indonesia on the track dalam pencapaian
mengatakan bahwa pemerintah Indonesia telah menga MDGs, klaim tersebut layak dipertanyakan. Pernyataan FAO
rusutamakan MDGs dalam pembangunan sejak tahap dan WFP, dalam laporan berjudul State of Food Insecurity
perencanaan, penganggaran hingga pelaksanaannya yang in the World mengategorikan Indonesia sebagai salah satu
dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang dari tujuh negara yang paling banyak memiliki penduduk
2005-2025, Rencana Pembangunan Jangka Menengah yang berkekurangan pangan. Hal ini sangkalan terhadap
Nasional (RPJMN) 2005-2009 dan 2010-2014, dan Ren klaim bahwa Indonesia bebas dari kelaparan (Goal 1).
cana Kerja Tahunan serta dokumen anggarannya. Capaian lain yang mendapat penyangkalan yakni target
Pertumbuhan ekonomi yang positif dan berkualitas pengurangan angka kematian ibu melahirkan. Berdasarkan
serta penguatan institusi demokrasi dan sosial selama Statistik Demografi Kesehatan Indonesia, terjadi penurunan
sepuluh tahun terakhir, dianggap telah mendukung pen angka kematian ibu melahirkan dari 307/100.000 angka
capaian MDGs di Indonesia dalam beberapa hal. Misal kelahiran hidup menjadi 228/100.000 angka kelahiran
nya dalam hal penanggulangan kemiskinan, Bappenas hidup. Angka ini dibantah oleh badan-badan dunia di bawah
mengatakan bahwa jumlah penduduk berpenghasilan PBB (UNDP dan WHO) dan lembaga keuangan internasio
kurang dari USD 1 per hari menurun dari 20,6 persen nal (ADB dan Bank Dunia) yang menyatakan kondisi seba
pada tahun 1990 menjadi 5,9 persen pada tahun 2008. liknya, bahwa angka kematian ibu melahirkan di Indonesia
Untuk beberapa sasaran MDGs lainnya, kemajuan yang makin meningkat, yakni mencapai 420/100.000 angka
berarti juga telah dicapai, sehingga kita yakin beberapa kelahiran hidup. Kondisi ini yang jadi faktor kemerosotan
sasaran MDGs tersebut dapat diwujudkan pada tahun indeks kualitas hidup manusia Indonesia tiga tahun terakhir
2015, demikian ungkap Dr. Armida S. Alisjahbana. ini.
Perhatian khusus akan diberikan terhadap beberapa Wahyu Susilo, dari INFID, mengatakan bahwa peme
sasaran MDG, seperti penurunan angka kematian ibu rintah telah gagal menempatkan MDGs sebagai perspektif

Perempuan Bergerak | Edisi IV | Oktober-Desember 2010


8
pembangunan di Indonesia. MDGs hanya diposisikan seba na, anggaran penanggulangan HIV/AIDS sejauh ini sekitar
gai alat ukur kuantitatif penanggulangan kemiskinan, yang 60 persen dari dana asing. Dalam Nations AIDS Spending
seakan terpisah dari kewajiban negara untuk memenuhi Assessment 2010 yang kemudian dituangkan dalam Lapo
hak-hak dasar warga negaranya. Lebih parah lagi, MDGs ran Kemajuan Negara dalam Program AIDS untuk UNGASS
dipakai sebagai proposal pengajuan utang baru yang ber on AIDS 2010, pembelanjaan untuk program AIDS 2010
potensi memiskinkan masa depan rakyat dan bangsa. sebesar 50,8 juta dolar AS dan 60,97 persen masih di
dominasi oleh dana donor.
Percepatan MDGs? Tingginya ketergantungan itu menimbulkan berbagai
kekhawatiran, terutama terkait keberlangsungan berbagai
Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) di dalam Refleksi program nantinya. Percepatan ekonomi mengarahkan In
2010 dan Catatan Awal tahun 2011, Menjaga Harapan donesia menjadi negara dengan pendapatan menengah
Mewujudkan Keadilan Diantaraan Deraan Bencana me dengan konsekuensinya semakin terbatasnya dana asing.
ngatakan bawa komitmen Pemerintah Indonesia dalam Oleh karena itu, perlu disiapkan kemandirian pendanaan.
mencapai target-target MDGs dihadapkan pada kenyataan Dalam rapat koordinasi tingkat Menteri di Tampaksiring,
indikasi kegagalan dalam mencapainya, misalnya pada Bali, pada April 2010 yang lalu, Prisiden Susilo Bambang
goal 1, target 1C, yakni mengurangi Proposi penduduk Yudoyono mengakui bahwa persoalan HIV/AIDS, yang
dengan asupan kalori di bawah tingkat konsumsi minimum; menjadi salah satu target MDGs masih menjadi persoalan
goal 5, target 5a yakni menurunkan Angka Kematian Ibu yang sulit dicapai. Hal itu dipertegas kembali oleh wakil
per 100.000 kelahiran hidup dan target 5B meningkatkan Presiden, Boediono, dalam pertemuan tingkat Menteri se-
angka pemakaian kontrasepsi (CPR) pada perempuan me Asia Pasifik di Jakarta pada 3-4 Agustus 2010.
nikah usia 15-49 tahun saat ini, cara modern, dan menu Untuk menanggulangi persoalan HIV/AIDS, pemerintah
runkan jumlah penduduk yang tidak terlayani kebutuhan Indonesia telah membuat peraturan Presiden (PerPres) No.
keluarga berencana; goal 6 yakni menurunkan prevelensi 75 Tahun 2006 tentang Pembentukan Komisi Penanggu
HIV/AIDS (persentase) dari total populasi, meningkatkan langan AIDS Nasional (KPAN). Salah satu tujuan komisi ini
penggunaan kondom pada hubungan seks beresiko tinggi, adalah mendorong berbagai Kementerian untuk berkomit
meningkatkan proporsi jumlah penduduk usia 15-24 tahun men bersama dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS. Na
yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV/ mun sayang, sistem koordinasi antar Kementerian sebagai
AIDS, meningkatkan proposi penduduk terinfeksi HIV lanjut anggota KPAN, masih sangat lemah.
yang memiliki akses pada obat-obat anti retroviral, mening Dari 21 Kementerian dan Badan yang menjadi ang
katkan proporsi anak balita yang tidur dengan kelambu gota KPAN, hanya 12 Kementerian/Badan yang menga
berinsektisida; goal 7 yakni meningkatkan proporsi rumah lokasikan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)
tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum untuk HIV/AIDS, demikian ungkap Hartoyo dari Ourvoice.
layak, di perkotaan dan perdesaan, meningkatkan proporsi Dalam laporan pemerintah Indonesia untuk United Nations
rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sani General Assembly Special Session (Unggas) On AIDS, dis
tasi layak, di perkotaan dan perdesaan dan menurunkan ebutkan bahwa total anggaran HIV/AIDS tahun 2008 yang
luasan kawasan kumuh perkotaan dan goal 8 yakni terkait berasal dari APBN berkisar 39,03% (Rp 178.572.978.00)
kerjasama dengan swasta untuk meningkatkan akses ter dari total Rp 457.479.945.00. Dengan demikian, 60,97%
hadap teknologi baru, teknologi komunikasi dan informasi. (Rp 278.907.147.00) dana HIV/AIDS berasal dari sumber
Koalisi Perempuan Indonesia menyambut positif adanya dana asing. Tak heran, jika ada anggapan bahwa urusan
pengakuan pemerintah atas indikasi kegagalan pencapa HIV/AIDS menjadi urusan asing, bukan urusan pemerintah
ian MDGs yang diiringi dengan diterbitkan kebijakan untuk Indonesia.
percepatan pencapaian MDGs, yakni peta jalan (roadmap) Peraturan Presiden tentang HIV/AIDS hanya sebatas
percepatan pencapaian MDGs dan mewajibkan tiap peme aturan belaka. Ini dapat dibuktikan dengan resistensi se
rintah daerah untuk menyusun rencana aksi daerah (RAD) bagian anggota KPAN, khususnya pihak pemerintah yang
percepatan itu, yang harus selesai tahun 2011. enggan bekerjasama dengan kelompok waria, gay, dan
HIV/AIDS? pekerja seks sebagai mitra kerja dalam penanggulangan
HIV/AIDS. Bahkan, lebih cenderung membenci pekerja
HIV/AIDS menjadi salah satu isu dalam MDGs yang sen seks, waria, dan gay, Hartoyo menambahkan.
tral. Penanggulangan HIV/AIDS yang masih terlalu tergan Menurut laporan pemantauan Komnas Perempuan ta
tung pada dana asing menjadi satu kekhawatiran tersendiri hun 2008, di 16 kabupaten dan 7 Propinsi minimal ter
bagi Indonesia, terutama dalam keberlanjutannya. Menurut dapat 37 peraturan daerah (Perda) pemberantasan prosti
Koordinator United Nation General Assembly Special Ses tusi. Enam di antaranya mengkriminalkan kelompok waria
sion (UNGGAS) on AIDS Forum Indonesia, Aditya Wardha dan gay sebagai kategori pelacur. Misalnya, Perda kota

Perempuan Bergerak
Edisi IV | Oktober-Desember 2010 |
9
Palembang No. 2 Tahun 2004 tentang Pemberantasan Kependudukan?
Pelacuran, pasal 8 ayat 1 dan 2.
Masih ada lagi kebijakan lain seperti Perda Kota Bukit Kependudukan masih menjadi masalah tersendiri
inggi No. 9 Tahun 2000 tentang Penertiban dan Peninda bagi Indonesia. Dengan masih mempunyai masalah
kan Penyakit Masyarakat; Perda Kota Medan No. 6 Tahun kependudukan, muncul masalah-masalah lainnya seperti
2003 tentang Larangan Gelandangan dan Pengemis serta kemiskinan, pendidikan, kematian ibu, pemenuhan gizi
Praktek Asusila di Kota Medan; Perda Kabupaten Sawalun bagi anak, dan sebagainya, yang akhirnya tanpa ada
to/Sijunjung No. 19 Tahun 2006 tentang Pencegahan dan pengendalian penduduk, maka target MDGs tidak akan
Penanggulangan Maksiat; Perda Sumatera Barat No. 11 tercapai.
Tahun 2001 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Di Indonesia, untuk menahan laju pertumbuhan pen
Maksiat; dan Perda No. 4 Propinsi Sumsel tentang Pela duduk melalui program KB tidak berjalan, karena tidak
curan. Semua itu menyamakan kelompok waria dan gay ada komitmen politik, terutama dari pemerintah daerah.
sebagai pelacur sehingga layak dikriminalkan. Akhirnya, program keluarga berencana tidak dianggap
Kemiskinan? menjadi sesuatu yang sangat penting.
Akibat kegagalan mengendalikan jumlah penduduk,
Salah satu yang dibahas dalam kata pengantar ketua berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, pen
Bapenas dalam buku Peta Jalan percepatan Pencapaian duduk Indonesia mencapai 237,6 juta jiwa. Dengan de
Tujuan Pembangunan Milenium adalah jumlah penduduk mikian, proyeksi kependudukan untuk memenuhi target
miskin berkurang karena jumlah penduduk berpenghasilan tujuan pembangunan milinium (MDGs) tahun 2015 yang
kurang dari USD 1 per hari, menurun dari 20,6 persen 237,8 juta jiwa justru terlampaui, sebelum waktunya.
tahun 1990 menjadi 5,9 persen. Ketiadaan komitmen politik pemerintah membuahkan
Menanggapi itu, Berdikari online, dalam editorialnya kebijakan yang tidak mendukung pelaksanaan program
(www.berdikarionline.com), mengatakan keraguannya KB dan berdampak pada minimnya alokasi anggaran,
akan keberhasilan hal tersebut. Namun terus terang, ketiadaan peraturan daerah, dan kelembagaan untuk
kami sangat meragukan keberhasilan MDGs di Indonesia. program KB. Hampir 85% Perda tidak mendukung pro
Karena praktis, kemiskinan dan proses pemiskinan tidak gram KB.
berkurang sama sekali. Kita masih mendengar terjadinya Penutup
wabah kelaparan di berbagai tempat tanah air, yang arti
nya masih terdapat kemiskinan ekstrim. Kesehatan rakyat Pencapaian MDGs di Indonesia akan dijadikan dasar
juga makin buruk saja, demikian tulis situs tersebut. bagi perjanjian kerjasama dan implementasinya di masa
Masih terjadinya ketimpangan pembangunan antar daer depan. Hal ini termasuk kampanye perjanjian tukar guling
ah juga turut mendukung kondisi kemiskinan, yang menjadi hutang untuk negara berkembang, yang sejalan dengan
salah satu kendala dalam pencapaian MDGs. Sejumlah Deklarasi Jakarta mengenai MDGs di kawasan Asia Pa
daerah tertinggal di Indonesia pencapaiannya tetap paling sifik.
rendah dibandingkan dengan daerah-daerah lain. Secara Dan tampaknya, upaya Pemerintah Indonesia untuk
umum, daerah Indonesia timur lebih buruk kondisinya. merealisasikan capaian MDGs pada 2015 tersebut cu
Sebagai gambaran, untuk persentase kemiskinan kup sulit, karena di saat yang sama, pemerintah harus
berdasarkan garis kemiskinan nasional hasil Survei So menanggung beban pembayaran total utang yang san
sial Ekonomi Nasional tahun 2009, terbanyak di Papua gat besar (1.700 triliun). Program-program MDGs di bi
(37,5%), Papua Barat (35,7%), dan Maluku (28,2%). Jika dang pendidikan, kemiskinan, kelaparan, kesehatan, ling
melihat indikator lain, seperti penderita gizi buruk di bawah kungan hidup, kesetaraan gender, dan pemberdayaan
usia lima tahun, paling tinggi Nanggroe Aceh Darussalam perempuan membutuhkan beaya yang besar. Merujuk
(10,7%), Sulawesi Barat (10%), dan Maluku (9,3%). data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian
Menurunkan kawasan kumuh sebesar 30 persen men Keuangan, per 31 Agustus 2008, beban pembayaran
jadi salah satu Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) utang Indonesia terbesar akan terjadi pada tahun 2009-
yang harus dicapai pada 2015. Namun, sekitar 2,3 juta 2015 dengan jumlah berkisar antara Rp 97,7 triliun
keluarga di perkotaan di seluruh Indonesia menempati ru (2009) hingga Rp 81,54 triliun (2015), dan itu rentang
mah yang tak layak huni. Tahun 2010, pemerintah hanya waktu yang sama untuk pencapaian MDGs. Jumlah pem
mampu melakukan rehabilitasi sosial rumah tak layak huni bayaran utang Indonesia, baru menurun drastis pada
untuk 2.100 rumah. Kawasan kumuh selama 2004-2009 2016, yaitu sekitar Rp 66,7 triliun. Jadi, tanpa upaya
juga mengalami peningkatan dari 54.000 hektar menjadi negosiasi pengurangan jumlah pembayaran utang luar
57.800 hektar. Hal tersebut tentu menunjukkan bahwa negeri, tampaknya Indonesia akan sulit mencapai tujuan
kemiskinan belum berkurang di Indonesia. MDGs ini. *****(JK, disarikan dari berbagai sumber)
Perempuan Bergerak | Edisi IV | Oktober-Desember 2010
10
4 Apa Bisa?
Tahun Lagi,
layanan yang diterima jauh berbeda. Kalau kata saya, orang

warta komunitas
miskin itu dilarang sakit, terang Eni., saat ditanya mengenai
masalah kesehatan yang terjadi selama ini. Pengalamannya
saat mengurus perawatan anaknya yang menderita tifus di
salah satu rumah sakit di Jakarta, menambah keyakinannya
bahwa memang orang miskin dilarang sakit. Untuk ngu

S
epuluh tahun lebih Indonesia menandatangani ke rus rawat inapnya, saya dilempar sana sini, mungkin kar
sepakatan pencapaian MDGs. Artinya, tahun 2011 ini ena saya menunjukkan SKTM, ya? Yang lebih sakit hati lagi,
haruslah tak ada lagi penduduk yang menderita akibat ketika harus menebus obat. Antrian yang pakai SKTM de
kelaparan, tak ada lagi anak-anak yang putus sekolah, tak ngan yang bayar kontan, itu dibedakan. Yang pakai SKTM,
ada lagi anak perempuan yang dilarang sekolah, tak ada lagi obatnya tidak diberi plastik kresek, sedang yang tidak pakai
ibu yang meninggal karena melahirkan, atau tak ada lagi SKTM diberi. Jadi, terlihat perbedaannya. Saya sampai
penduduk yang kesulitan memperoleh air bersih. malu waktu itu. Dan saat anak saya selesai dirawat, saya
Apakah kondisinya demikian? Apakah bidang-bidang tetap diharuskan bayar, papar Eni tentang pengalamannya
yang ingin dicapai Indonesia di dalam MDGs sesuai tar yang tak mengenakan itu.
get? Bagaimana kondisi nyatanya di masyarakat? Buletin Kesulitan terhadap akses layanan kesehatan juga diung
Perempuan Bergerak mencari tahu bagaimana kondisi kapkan Voni. Perempuan asal Bojonggede itu menyatakan
masyarakat berkait dengan masalah pendidikan dan ke bahwa kondisi kesehatan sekarang belum dapat dikatakan
sehatan, yang dirasakan masyarakat selama ini. baik, khususnya layanan bagi masyarakat miskin. Persoalan
layanan rumah sakit yang masih sering menolak pasien
Kondisi endidikan? yang menggunakan SKTM, menunjukan betapa orang mis
kin masih diperlakukan diskriminatif. Padahal, menurutnya,
Katanya pendidikan murah, tidak bayar, nyatanya orang miskin punya hak yang sama untuk mendapatkan
untuk orang-orang kalangan bawah, itu sama aja. SPP perawatan kesehatan.
dihapuskan, tapi bayar buku tetap mahal. Bahkan, untuk Ketika ditanya soal masih banyaknya perempuan yang
masuk SD sekarang harus TK dulu. Padahal, TK kan ma meninggal karena melahirkan, beberapa orang menjawab
hal. Pendidikan, kalau menurut saya, ini belum merata dan bahwa hal itu erat kaitannya dengan akses terhadap layanan
merakyat. Dana BOS, menurut saya, tidak tepat sasaran. kesehatan. Ya karena beaya kesehatan mahal, maka jangan
Orang yang harusnya dapat, malah tidak dapat. Jadi, salahkan jika masih ada perempuan yang lebih percaya du
menurut saya masalah pendidikan, selain belum merata, kun beranak daripada melahirkan di rumah sakit, ujar Voni
juga penggunaan dananya banyak yang belum tepat, menanggapi.
ungkap Eni, penduduk Muara Baru. Dalam melihat persoalan itu, Eni mempunyai pendapat
Senada dengan Eni, Eti warga Prumpung, Jakarta lain. Menurutnya, masalah kemiskinanlah yang memicu ke
Timur, mengatakan bahwa pendidikan masih tidak gratis, sulitan ekonomi, sehingga menyebabkan perempuan makin
khususnya bagi tingkatan sekolah menengah. Pendidikan tidak punya akses, terutama akses layanan kesehatan.
belum mengalami pemerataan, karena masih banyak anak Lain menurut Eti, perempuan paruh baya ini, mengata
yang tak dapat sekolah. Untuk akses anak perempuan dan kan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan banyaknya
laki-laki, menurutnya, lumayan bagus. perempuan meninggal karena melahirkan adalah kurangnya
Hal yang sama diungkapkan Muslimah, warga Depok, sosialisasi tentang kesehatan reproduksi, sehingga banyak
yang tengah merintis karir sebagai pedagang keripik can perempuan yang tidak tahu tentang kesehatan dirinya.
tir. Menurutnya, kondisi pendidikan kini belum seperti yang Mampukah Indonesia mencapai target untuk mengu
diharapkan masyarakat. Katanya pendidikan gratis, tapi rangi lebih dari separuh orang-orang yang menderita akibat
beli buku tetap mahal, ujarnya. kelaparan, menjamin semua anak untuk menyelesaikan
Kondisi Kesehatan? pendidikan dasarnya, mengentaskan kesenjangan gender
pada semua tingkat pendidikan, mengurangi kematian anak
Ditanya mengenai kesehatan, beberapa warga yang di balita, dan mengurangi hingga separuh jumlah orang yang
tanya mengaku merasakan masalah birokrasi dan layanan tidak memiliki akses air bersih, pada tahun 2015?
kesehatan yang jauh dari memadai. Masyarakat miskin Semua orang mengatakan pesimis! Kalau dari tahun
masih mendapatkan kesulitan dalam hal mengakses layanan 2000 masih begini, bagaimana hanya 4 tahun lagi? Saya
kesehatan. rasa sih enggak akan tercapai ya, ungkap Voni. Jawaban
Kesehatan lebih parah, apalagi untuk penggunaan serupa ditegaskan pula oleh keempat ibu lainnya.
SKTM bagi penduduk miskin. Pelayanan rumah sakit masih Mampukah Indonesia mengejar target pencapaian MDGs
pilih-pilih. Yang punya SKTM dengan yang punya deposito, yang waktunya hanya 4 tahun lagi? Wallahualam!.*****(NR)

Perempuan Bergerak
Edisi IV | Oktober-Desember 2010 |
11
Tak Ada Pencapaian
perspektif Indikator Acuan Dasar Saat ini

MDGs
Tingkat pemakaian 1991: 2007:
kontrasepsi/ Contra 49,7% 61,4%
ceptive Prevalence (SDKI) (SDKI)
Rate (CPR)

Tanpa Pemenuhan Hak Tingkat Kelahiran


pada remaja (per
1991:
Kota: 39
2007:
Kota: 26

Kesehatan Reproduksi
1000 perempuan usia Desa: 82 Desa: 74
15-19 tahun/ASFR Total: 67 Total: 35
15-19 tahun) (SDKI) (SDKI)
Perempuan Cakupan pelayanan 1995: 2007:
antenatal (K1 dan K4) K1= 85% K1= 92,7%
Oleh: K4=64,8% K4= 86%
(Profil (Profil
Atashendartini Habsjah,MA.* Kesehatan) Kesehatan)
Unmet Need KB 1991: 2007:
12,7% 9,1%

M
DGs Tujuan 5B mencakup peningkatan pemakaian (SDKI) (SDKI)
alat kontrasepsi (CPR) maupun penurunan unmet
need, yakni tidak terpenuhinya jenis-jenis alat kon Fakta: Contraceptive Prevalence Rate (CPR)
trasepsi yang dibutuhkan oleh perempuan usia subur (PUS). CPR nasional tahun 2007 adalah 57,4 persen un
Tahun 2010 merupakan titik kritis untuk me-review penca tuk cara modern dan 61,4 persen untuk semua
paian Millennium Development Goals di Indonesia. Diband cara.
ingkan dengan titik awal tahun 1991, maka di tahun 2010 Capaian CPR untuk semua cara yang tertinggi be
Indonesia memang memperlihatkan pencapaian secara rada di Provinsi Bengkulu (74,0 persen), semen
bertahap dari beberapa target yang ditetapkan. Namun tara yang terendah ada di Maluku (34,1 persen)
demikian, kenyataannya akan sulit mencapai MDG Tujuan 5 dan Papua (24,5 persen).
B di tahun 2015, jika pemerintah tidak berani melakukan CPR untuk semua cara di daerah perkotaan (63
berbagai terobosan baru. Persoalan kesenjangan dalam persen) lebih tinggi daripada di perdesaan (61
penggunaan alat kontrasepsi maupun unmet need sangat persen), akan tetapi,penggunaan KB cara modern
memprihatinkan. Pemenuhan hak reproduksi, khususnya relatif sama di keduanya (masing-masing sebesar
bagi perempuan Indonesia masih sulit diakui. Sebenarnya 57 dan 58 persen).
UU Kesehatan No.36/2009 sudah berlandaskan prinsip Perempuan di daerah perkotaan lebih banyak
non-diskriminasi yang berarti semua warga negara tanpa menggunakan IUD, kondom, dan sterilisasi, se
dilihat statusnya harus terpenuhi hak reproduksinya, namun mentara wanita di daerah pedesaan lebih banyak
tetap saja diberlakukan berbagai persyaratan ketat. mengandalkan suntikan dan implan.

Diagram 1: Disparitas Angka Pemakaian Kontrasepsi/ CPR antar provinsi (SDKI 1991-2007)

Perempuan Bergerak | Edisi IV | Oktober-Desember 2010


12
Fakta: Unmet Need pedesaan, sudah sangat sadar akan kegunaan alat
Unmet need nasional menurut SDKI 2007 menca kontrasepsi dalam mengatur jumlah dan jarak anak
pai 9,1 persen. yang diinginkannya.
Unmet need terendah berada di Bangka Belitung
(3,2 persen) dan tertinggi di Maluku (22,4 pers Tidak adanya akses terhadap alat kontrasepsi
en).
Unmet need yang tinggi ditemukan di daerah Jika dilihat dari penghasilan yang terendah me
perdesaan (9,2 persen), tertinggal, terpencil, dan mang CPR-nya juga yang terendah (CPR 53%) dan
daerah perbatasan (20,4 persen) serta pada kel juga yang tidak pernah sekolah (CPR 42%), maka da
ompok yang tidak berpendidikan (10,7 persen). pat disimpulkan bahwa tidak ada akses terhadap alat
Hampir 30 persen provinsi masih memiliki unmet kontrasepsi menjadi faktor utama, mungkin transpor
need di atas rata-rata nasional dan 9 provinsi di tasi mahal dan/atau tidak dapat membayar alat kon
antaranya adalah provinsi-provinsi di Indonesia trasepsi atau jasa suntikan/pemasangannya.
bagian timur.
Data SDKI 2007 menunjukkan bahwa unmet need KB Mandiri tidak bisa diterapkan pada tiap
pada kelompok yang tidak bersekolah sebesar 11 komunitas
persen.
Wilayah yang miskin dan terisolasi tidak dapat di
Tantangan: Conctraceptive Prevalence Rate harapkan untuk membayar, karena kebutuhan pokok
(CPR) dan Unmet Need saja tidak terpenuhi apalagi untuk alat kontrasepsi.
Sistem blanket yang tidak memilah-milah PUS ber
Kinerja Program KB di perkotaan melemah dasarkan berbagai persyaratan harus bisa diterapkan
dibandingkan Program KB di pedesaan agar kebutuhan alat kontrasepsi tiap perempuan ter
penuhi.
Data SDKI 2007 menunjukkan bahwa persentase
penggunaan kontrasepsi (CPR) untuk semua cara Penggunaan alat kontrasepsi (CPR) tinggi, na-
hampir sama di perkotaan dengan di pedesaan, yakni mun unmet need-nya juga tinggi
63 persen dan 61 persen, bahkan juga penggunaan
KB cara modern, yakni 57 persen di perkotaan dan Keadaan ini menandakan bahwa perempuan, baik
58 persen di pedesaan. Dengan banyaknya fasilitas di perkotaan maupun pedesaan, sudah tinggi ke
kesehatan (pemerintah dan swasta) di perkotaan, sadarannya untuk ikut ber-KB, namun kebutuhannya
ternyata tidak menjamin CPR nya lebih tinggi dengan tidak terpenuhi karena alat kontrasepsi yang diingin
di pedesaan. Kelihatannya bahkan perempuan lulusan kan tidak tersedia atau tidak dapat diaksesnya atau
SD ke atas, baik yang tinggal di perkotaan maupun takut menggunakannya.

Diagram 2: Trend kebutuhan Kontrasepsi, Indonesia 1991-2007 (SDKI 1991 2007)

Perempuan Bergerak
Edisi IV | Oktober-Desember 2010 |
13
Banyak pemangku kepentingan, khususnya beaya transportasi yang tinggi untuk mendapatkan
di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota alat kontrasepsi di Puskesmas tersebut.
masih belum melihat keterkaitan antara CPR
yang tinggi dan unmet need yang rendah da- Apakah unmet need yang sangat bervariasi
pat menurunkan AKI antar provinsi dan antar daerah terkait dengan
kinerja program KB setempat atau tingginya
Contohnya, Surat Keputusan Bupati Kabupaten angka kemiskinan?
Bogor tentang upaya pencapaian penurunan AKI
di wilayahnya sama sekali tidak mencantumkan Menurut saya keduanya, karena sejak adanya de
satu kalimat pun tentang pentingnya program KB. sentralisasi struktur BKKBN hanya masih terlihat di
Padahal, banyak studi telah membuktikan jika ada tingkat provinsi, sedangkan di tingkat kabupaten/
jaminan akses terhadap alat kontrasepsi bagi tiap kota ke bawah hampir tidak terlihat bagi pendekatan
perempuan yang membutuhkan, maka 40% AKI bisa pemberian informasi tentang KB secara personal
ditekan. Oleh karena itu, para pimpinan tertinggi kepada masyarakat yang tinggal jauh dari jalan be
daerah dan pemangku kepentingan lainnya harus sar. PLKB banyak yang sudah jadi pegawai Pemda
memprioritaskan program KB, karena program ini yang tidak bekerja lagi untuk urusan KB.
adalah investasi pembangunan manusia yang paling Memang, kinerja program KB banyak yang menu
cost-effective. run apalagi jika eksekutif dan legislatifnya di tingkat
provinsi, kabupaten dan kota tidak peduli dengan
Unmet need yang tinggi bisa meningkatkan program KB. Selain itu, memang faktor kemiskinan
kejadian kehamilan yang tidak direncanakan/ juga merupakan hambatan. Banyak perempuan tidak
diinginkan (KTD) bisa membayar ongkos transport untuk datang ke
Puskesmas.
Bagi yang tidak bisa menerima kondisi KTD, ke Dari penelitian saya tentang program KB di Ka
nyataannya masih sulit mendapatkan fasilitas pengh bupaten Bogor (2008) terungkap jika alat-alat kon
entian kehamilannya, jika alasannya tidak dapat trasepsi yang disediakan bagi perempuan miskin
diterima tim medis. Pada akhirnya, jalan pintas den nyatanya digunakan oleh perempuan dari kategori
gan cara-cara yang tidak aman dipilih untuk mengh menengah ke atas, yang memang dapat menjang
entikannya, yang cukup banyak berakhir dengan kau Puskesmas. Tidak heran, mereka tinggal dekat
kematian. Selanjutnya, SDKI 2007 menunjukkan 60 dengan Puskesmas karena hampir semua lokasi
persen perempuan kawin dengan 2 anak; 75 persen Puskesmas di jalan besar.
perempuan kawin dengan 3-4 anak hidup; dan 80
persen perempuan kawin dengan 5 atau lebih anak Kesimpulan
hidup tidak menginginkan menambah anak lagi. Ke
cenderungan ini berpotensi meningkatkan kehamilan Kesenjangan angka pemakaian kontrasepsi (CPR)
yang tidak diinginkan dan aborsi yang tidak aman, antar provinsi jelas memperlihatkan diperlukannya
bila tidak diikuti dengan upaya peningkatan pema kerja keras agar MDGs Tujuan 5B dapat tercapai. De
haman kesehatan reproduksi bagi rem aja, serta pe mikian juga dengan Tujuan 5A yang mensyaratkan di
nyediaan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi tahun 2015 penurunan Angka Kematian Ibu 2/3nya
bagi PUS. dari tahun 1990. Perlu diingat kembali pesan Prof.
Gulardi (alm.): AKI dan KB saling terkait, setiap ke
Sektor swasta hanya memenuhi kebutuhan alat hamilan beresiko kematian, sehingga makin sedikit
kontrasepsi bagi yang bisa membayar hamil semakin kecil resiko kematian seorang perem
puan. Terobosan yang dahsyat diperlukan saat ini,
Ada praktik swasta yang mengambil alat kon namun tidak membenarkan untuk meneruskan keg
trasepsi dari sumber pelayanan publik (yang di iatan safari manunggal yang memberi layanan bagi
subsidi pemerintah), namun memasang tarif tinggi puluhan perempuan sekaligus dalam sehari yang ke
untuk jasa pemasangannya, seperti IUD atau Implan banyakan tidak memenuhi prosedur standar medis
dan penyuntikan untuk KB-suntik. Dari studi di Ka yang bisa menularkan penyakit permanen (seperti
bupaten Bogor (2008) terungkap bahwa alat kon HIV/AIDS dan Hepatitis). *****
trasepsi di suatu Puskesmas nyatanya digunakan
oleh perempuan menengah ke atas dan ini terjadi *) Penggiat Kesehatan di Yayasan Kesehatan Perem-
karena perempuan miskin tidak dapat membayar puan.

Perempuan Bergerak | Edisi IV | Oktober-Desember 2010


14
Gagal

sosok
Indonesia Terancam
Penuhi Target h
Pencapaian MDGs
D
ian Katikasari, seorang aktivis yang mempunyai
perhatian besar terhadap Millenium Development
Goals (MDGs). Sekretaris Jendral Koalisi Perem
puan Indonesia (KPI)ini pun mengkhawatirkan bahwa
Indonesia akan gagal memenuhi target MDGs di tahun
2015 nanti.
Belum adanya perbaikan signifikan terkait masih ting
ginya angka kemiskinan, angka kematian ibu mela
hirkan maupun tingginya angka kematian bayi ialah
salah satu hal di mana Indonesia diperkirakan akan ga
gal memenuhi target pencapaian Millenium Development
Goals (MDGs) pada tahun 2015. Sementara itu, masih
tingginya kemiskinan di Indonesia juga dinilai akan makin
memberatkan beban perempuan.
Sebelum menjabat sebagai Sekretaris Jendral KPI
periode 2009-2014 yang merupakan salah satu hasil
Kongres Nasional III KPI, yang dilaksanakan pada tang
gal 14-18 Desember 2009, di Graha Insan Cita Depok,
Dian Kartikasari menjabat sebagai Deputi Direktur Inter
national NGO Forum on Indonesian Development (INFID)
sejak Mei 2004 hingga Januari 2010.
Kiprah Dian, begitu ia biasa disapa, di dunia LSM
Dian Kartikasari
dimulai sejak menjadi salah seorang relawan di LBH APIK
Jakarta pada Desember 1998-Juli 1999. Kemudian di Melihat kondisi yang demikian, Dian mengatakan,
tahun yang sama, tepatnya Januari 1999-Agustus 1999 presiden harus sesegera mungkin mempersiapkan pro
ia menjadi relawan di Koalisi Perempuan Indonesia. Dan gram khusus, yakni percepatan pencapaian MDGs. Salah
menjabat staf advokasi kebijakan publik di Sekretarias satu caranya memaksa semua jajaran kabinet yang ber
Nasional KPI pada Agustus 1999-Agustus 2001. Semen tanggungjawab terhadap persoalan MDGs, untuk saling
tara itu, mulai Agustus 2001-Februari 2004 ia menjadi berkoordinasi dan bekerja sama antar lembaga. Yang
Koordinator Advokasi Kebijakan Publik Sekretariat Na penting jangan dijadikan proyek, demikian ungkapnya.
sional KPI. Dan menjadi Presidium Nasional KPI tahun Untuk mencapai target bidang kesehatan misalnya,
2004-2009. dibutuhkan kerja keras seluruh pihak. Kerja sama lintas
Berbicara mengenai target MDGs, menurut Dian, ada sektor, dan aksi nyata pemerintah daerah berupa ang
beberapa kendala yang dihadapi yang menjadi batu san garan, sumber daya manusia, dan teknologi untuk menu
dungan dalam pencapaiannya, salah satunya kebijakan runkan angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi
pemerintah yang selama ini dipandang kurang berpihak (AKB), persentase anak kurang gizi, penyakit menular
pada komitmen sektor pendanaan program-program HIV/AIDS, dan malaria, sangatlah dibutuhkan
MDGs. Minimnya akses layanan kesehatan yang memberat
Akibat persoalan-persoalan tersebut, anggaran untuk kan perempuan, turut mempergaruhi kondisi kesehatan
program MDGs menjadi rendah. Anggaran di Departe yang dari hari ke hari makin menurun karena layanan
men Kesehatan misalnya, hanya sekitar Rp 20 triliun, kesehatan yang tidak baik. Untuk layanan kesehatan di
atau kurang dari setengah jumlah yang ideal, untuk Puskesmas misalnya, hampir di tiap kabupaten, jumlah
mewujudkan target MDGs, yakni Rp 50 triliun. Puskesmas masih kurang dari 10% dari total desa yang
Perempuan Bergerak
Edisi IV | Oktober-Desember 2010 |
15
ada. Artinya, belum semua desa memiliki Puskesmas. dini juga. Banyaknya perkawinan paksa yang dialami
Sementara, obat menjadi persoalan serius bagi perem perempuan pada usia dini akhirnya mendorong terjadin
puan. Ketika hak paten menjadi penting pada tataran ya reproduksi kemiskinan di Indonesia. Ketika
global, maka akses terhadap obat-obatan murah pun kemiskinan membuat kondisi ekonomi keluarga makin
semakin sulit. buruk, maka beban yang dipikul perempuan kian besar.
Hal lain yang menjadi perhatian Dian adalah adanya Hal itu juga yang membuat tekanan psikologis perem
penghapusan proteksi dalam kesepakatan internasional puan makin besar, karena perempuan harus memutar
yang justru menimbulkan ketimpangan. Pembangunan otak untuk mengelolah keuangan keluarga maupun untuk
ekonomi tidak berpihak pada perempuan, melainkan memenuhi kebutuhan pangan.
lebih berpihak pada angka-angka pertumbuhan ekonomi Dalam catatan akhir tahunnya, KPI merekam bahwa
dan pasar perdagangan bebas. Hal tersebut memba sepanjang tahun 2010 percepatan pencapaian Millenium
wa dampak pada banyak ibu-ibu pedagang tradisional Development Goals (MDGs) belum maksimal. Yang men
menjadi tersingkir atau bangkrut kemudian membuat jadi problem serius tahun ini adalah beberapa kegagalan
perempuan menjadi orang terusir dari tanahnya sendiri. pencapaian target MDGs seperti Goal 1 Gizi dan kalori
Mereka menjadi buruh migran, PRT atau menjadi korban minimum, Goal 5 Angka Kelahiran Ibu, Goal 6 HIV AIDS,
perdagangan orang, demikian ungkapnya. KB, Penyakit Menular, penyediaan kelambu untuk balita,
Hal lain yang dianggap menjadi tantangan berat da Goal 7 Sanitasi dan akses untuk air bersih serta Goal 8,
lam pencapaian MDGs adalah tingginya perkawinan dini ungkapnya.
yang dialami perempuan. Hasil penelitian 2007-2008 Untuk merespon situasi ini, KPI akan melakukan kerja
perkawinan paksa pada usia dini masih banyak ditemu jejaring dengan masyarakat sipil lain, terutama Jaringan
kan di berbagai daerah. Perkawinan usia dini itu se masyarakat sipil untuk MDGs, guna melakukan kerja-ker
sungguhnya di luar kehendak perempuan. Umumnya ja advokasi percepatan pencapaian MDG di tahun 2011
mereka belum paham pernikahan itu untuk apa, tetapi dan selanjutnya.
mereka sudah dipaksa kawin. Dampaknya, pernikahan Diperlukan suatu gerakan masyarakat sipil untuk
mereka tidak langgeng, kemudian cerai, demikian Dian penguatan peran perempuan dari tingkat desa maupun
menyatakan keprihatinannya terhadap maraknya perka perkotaan, untuk advokasi kebijakan publik demi mem
winan dini. perbaiki kehidupan perempuan, demikian Dian memberi
Jika seorang perempuan menjalani pernikahan dini, kan pesan kepada gerakan masyarakat sipil yang ada.
maka dia akan mengawinkan anak-anaknya pada usia *****(JK)

Perempuan Bergerak | Edisi IV | Oktober-Desember 2010


16
Kemiskinan

bedah film
Tidak untuk Ditertawakan!!!
H
idup adalah perjuangan. Untuk mencapai kehidupan susah mencari kerja. Bagaimana dengan yang tidak berpen
yang lebih baik, maka diperlukan keterampilan untuk didikan?
mengolah potensi yang dimiliki. Pendidikan dasar ada Sebagai sarjana manajemen, Muluk berusaha mencari
lah hal penting yang harus dimiliki oleh tiap orang supaya kerja sesuai dengan pendidikannya. Dengan tanpa lelah, dia
dapat memajukan baik diri sendiri, daerahnya maupun nega melamar dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya, de
ranya. Tetapi, tidak semua orang bisa menikmati pendidikan, ngan bermodal ijazah yang dimilikinya. Sekian banyak lama
karena itu menjadi hal yang sangat mahal. Ketika kondisi ran sudah ia masukan, dan jawabannya tetap sama: belum
ekonomi tidak memungkinkan, pendidikan pun akan terabai ada lowongan! Namun, Muluk tetap berusaha, berkeliling
kan. kota tanpa kenal lelah.
Kemiskinan adalah persoalan yang dialami oleh tiap ne Suatu hari ketika sedang berkeliling untuk melamar ker
gara di dunia, tak terkecuali Indonesia. Kesenjangan pem ja, terlihat olehnya sekelompok pencopet cilik yang sedang
bangunan adalah salah satu penyebab kemiskinan yang beraksi di keramaian yang menyita perhatiannya, dan terus
terjadi. Tidak meratanya pembangunan, membuat orang mengikuti pencopet cilik bernama Komet yang kemudian
berlomba-lomba ke ibu kota. Mencari penghidupan yang ditangkap olehnya. Inilah awal keterlibatan Muluk dengan
layak adalah impian walaupun terkadang bermodal keneka pencopet.
tan tanpa keahlihan yang memadai. Di lain hari, Muluk bertemu dengan Komet si pencopet di
Kantong-kantong kemiskinan di ibu kota bertambah luas. warung makan yang mengajak ke markas dan memperke
Hampir di sudut kota terdapat hunian yang sangat padat. nalkan pemimpin pencopet yang bernama Jarot. Di Markas
Potret kemiskinan di ibu kota itulah yang coba diangkat da ini ternyata banyak anak yang berprofesi sebagai pencopet
lam film Alangkah Lucunya Negeri Ini. Sebuah film karya dan dikoordinir oleh Jarot
Dedy Mizwar. Muluk pun menawarkan diri untuk membantu mengelola
Film tersebut bercerita tentang Muluk yang berpendidi keuangan pencopet, sesuai dengan latar belakang pendi
kan sarjana manajemen, yang sejak lulus kuliah belum dikannya, yakni manajemen. Sepuluh persen hasil menco
mendapatkan kerja. Ayahnya, Pak Makbul dan calon besan pet merupakan nilai yang harus dibayarkan sebagai imbalan
nya H. Sarbini, selalu berdebat tentang Muluk yang belum kerjanya.
mendapatkan kerja dan membahas penting atau tidaknya Dengan dikelolanya hasil copetan tersebut, Muluk ber
pendidikan. Hal ini tentu karena orang berpendidikan pun harap uang hasil copetan dapat dikelola dengan baik dan

Judul Film : Alangkah Lucunya


Negeri Ini
Sutradara : Dedy Mizwar
Penulis : Musfar Yasin
Produksi : Citra Sinema
Produser : R. Giselawati
Wiranegara
Durasi : 105 menit
Pemain : Reza Rahadian,
Deddy Mizwar,
Slamet Rahardjo,
Jaja Miharja,
Tio Pakusadewo,
Asrul Dahlan,
Ratu Tika Bravani,
Rina Hasyim,
Angga

Perempuan Bergerak
Edisi IV | Oktober-Desember 2010 |
17
dapat dijadikan modal usaha. Dengan demikian, anak-anak karena selama ini mereka menerima uang hasil mencopet
itu tidak perlu mencopet lagi dikemudian hari. Di hari berikut atau uang haram. Kemudian Pak Makbul dan H. Rahmat
nya, Muluk diperkenalkan oleh Jarot kepada seluruh anggota pergi ke Musholla untuk beristighfar atas kejadian ini. Hal ini
copet. Para pencopet ini sendiri terbagi dalam 3 kelompok, membuat Muluk dan Pipit menjadi terharu dan memutuskan
yakni pencopet mall, angkot, dan pasar. untuk tidak bergabung lagi dengan para pencopet ini.
Terkait dengan pekerjaannya, ketika di tanya oleh ayah Dari film ini kita melihat bahwa ada persoalan mendasar
nya, Muluk menjawab bekerja di bagian Pengembangan yang memang masih terjadi di negeri ini, seperti tergambar
Sumberdaya Manusia, walaupun terlihat di wajahnya rasa dari tokoh Komet, yang tidak bersekolah karena tidak ada
bersalah. beaya untuk menikmati pendidikan yang layak. Kemiskinan
Seiring kedekatannya dengan pencopet-pencopet cilik menjadikan mereka tidak punya pilihan hidup yang layak,
ini, ia melihat bahwa mereka butuh pendidikan untuk dapat bahkan sekadar memenuhi kebutuhan pokok. Persoalan lain
hidup yang lebih baik. Muluk meminta bantuan Samsul, sarja yang harus diperhatikan adalah pengangguran, seperti yang
na pendidikan yang juga pengangguran, yang sehari-harinya di alami Muluk. Pendidikan tinggi tidak menjamin seseorang
main kartu, untuk mengajari mereka membaca dan menulis. memperoleh pekerjaan yang layak.
Selain dibantu oleh Samsul, mereka juga dibantu oleh Pipit, Negara seharusnya melakukan pemenuhan pendidikan
anaknya Haji Rahmat, yang gemar mengikuti kuis-kuis ber dasar untuk semua, dengan menjamin semua anak dapat
hadiah di TV, untuk mengajarkan agama. menyelesaikan sekolah dasar. Undang-undang telah me
Dalam film ini, kita dapat menyaksikan dialog antara pen mandatkan hal tersebut, tetapi yang terjadi di lapangan
copet terdengar lucu karena di ucapkan spontan; terkadang masih banyak anak tidak dapat menempuh pendidikan ka
ada unsur kritik sosial atas kejadian nyata kehidupan yang rena kemiskinan. Pemerintah harus mempunyai upaya agar
mereka alami sehari-hari. anak-anak tetap mengikuti pendidikan di sekolah dengan
Uang hasil mencopet yang sudah terkumpul, akhirnya kualitas yang baik. Selain itu, juga memperluas kesempatan
Muluk memberikan penawaran kepada anak-anak tersebut kerja dan usaha yang bisa dilakukan melalui bantuan dana
untuk menjadi pedangang asongan. Hal tersebut dilakukan untuk modal usaha, terutama melalui kemudahan dalam
agar anak-anak tetap mendapatkan penghasilan tanpa harus mengakses kredit mikro dan UKM. Di samping itu, pelatihan
mencopet. keterampilan kerja untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja
Teryata hal tersebut tidak berjalan lancar. Beberapa dari menjadi salah satu hal penting agar masyarakat mempunyai
mereka menolak idenya. Namun, Muluk tidak putus asa. keahlian.
Siapa yang mau silahkan dikerjakan, yang tidak juga tidak Kemiskinan memang tidak hanya terjadi di Indonesia,
apa-apa. tetapi juga di negara lain di dunia ini. Itu mengapa kemiski
Masalah muncul ketika Pak Makbul, H. Sarbini, dan H. nan menjadi salah satu target dari Millenium Development
Rahmat ingin melihat tempat Muluk bekerja. Mereka diajak Goals yang di sepakati oleh para anggota PBB dalam sebuah
pergi ke markas copet berbarengan dengan acara yang di KTT global, yang melahirkan Millenium Declaration. MDGs
laksanakan Muluk dan para pencopet. Melihat anak-anak memiliki 8 tujuan dan 18 target yang harus di capai oleh
yang ternyata copet, mereka terkejut bahwa Muluk, Pipit, negara-negara yang menandatangani, termasuk Indonesia
Samsul bekerja untuk para pencopet. Pertentangan terjadi dan negara-negara maju.*****(NE)
Perempuan Bergerak | Edisi IV | Oktober-Desember 2010
18
Dengan MDGs,

bedah buku
Kita Hapus Kemiskinan di Dunia?
M
ampukah kita mencapai target delapan sa hanya mencakup masalah lingkungan, pendidikan,
saran yang kita sepakati dalam Konferensi kemitraan global, dan kesetaraan gender.
Tingkat Tinggi Pembangunan Milenium di
Markas Besar PBB pada September 2000 lalu? Sang Persoalan Lingkungan
gupkah negara memenuhi komitmennya dalam upaya
pencapaian kesepakatan yang ditandatanganinya? Isu lingkungan menjadi isu yang paling banyak
Sanggupkah kita, dalam sisa waktu yang kurang dari dibahas di buku ini. Adanya pemanasan global, yang
5 tahun, mencapainya? Dan, sanggupkah kita dengan dampaknya mengancam keberlanjutan kehidupan selu
jujur menjawab pertanyaan-pertanyaan itu? ruh mahluk hidup di muka bumi ini, diulas dari berbagai
Buku ini memberikan pemikiran mengenai tan sudut pandang. Masing-masing penulis menyuguhkan
tangan dan permasalahan yang harus dihadapi da beragam alternatif solusi pencegahan untuk keberlan
lam upaya pencapaian Millenium Development Goals jutan lingkungan.
(MDGs) yang sampai kini masih menyisakan banyak Tulisan Satryo Soemantri Brodjonegoro, menyata
pekerjaan rumah. Di samping itu, juga dikemukan be kan bahwa pemanasan global menyebabkan berbagai
ragam pilihan yang dapat dilakukan guna pencapaian masalah, seperti kekurangan pangan, kekurangan air
MDGS tersebut. Sebelas pemikiran yang tertuang da bersih, penurunan kesehatan dan kekurangan gizi, ke
lam buku ini merupakan sumbangsih pemikiran sebe langkaan energi, punahnya keanekragaman hayati, pe
las alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) Angkatan rubahan iklim yang ekstrim, dan lainnya. Selain itu, pe
1975 yang saat ini telah menduduki jabatan sebagai manasan global berdampak sangat buruk bagi negara
guru besar di berbagai universitas. miskin dibandingkan negara maju. Mereka akan menjadi
Walaupun demikian, dalam buku bersampul dasar makin miskin dan kesehatannya makin buruk, sehingga
warna kuning ini, tidak tercakup ke-8 sasaran MDGs. terpaksa harus melakukan migrasi besar-besaran untuk
Jika dikelompokan, sebelas tulisan dalam buku ini bertahan hidup.
Penulis mengajukan Eco-Technology sebagai solu
si untuk mengatasi masalah pemanasan global. Sebab,
Eco-Technology dapat menyeimbangkan antara kebutu
han manusia dan kebutuhan alam dengan mengandalkan
energi non fosil. Misalnya, pemanfaatan tenaga air, te
naga angin, dan tenaga matahari. Misalnya, penggunaan
tenaga angin secara umum dapat memberikan sekitar

Judul : MDGs Sebentar Lagi:


Sanggupkah Kita
Menghapuskan Kemiskinan
di Dunia?
Editor : Budi Sulistyo,
Jodie Perdanakusuma,
Ninok Leksono
Penerbit : Kompas
Tahun : 2010
Halaman : xxiv+318 halaman
ISBN : 978-979-709-502-4

Perempuan Bergerak
Edisi IV | Oktober-Desember 2010 |
19
30% kebutuhan energi global, artinya akan menurunkan Saat ini, dunia tengah menghadapi beragam per
30% emisi Greenhouse Gases (GHG) jika dibandingkan soalan. Kondisi ini memicu persaingan dan saling me
dengan penggunaan bahan bakar fosil sepenuhnya. musnahkan antar satu kelompok dengan kelompok lain
Dalam tulisan yang sama, juga dinyatakan bahwa maupun negara dengan negara yang lain. Untuk itu,
Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan eco- diperlukan penyelesaian yang menekankan pada aspek
technology untuk mendukung lingkungan yang bersih keharmonisan kerjasama dalam berkehidupan. Pembu
dan mencegah pemanasan global. Hal ini dapat dicapai dayaan nilai-nilai yang mengedepankan keharmonisan
melalui swasembada energi dan optimalisasi sumber haruslah dimulai sejak dini melalui pendidikan yang ber
daya. sifat kolaboratif dan mengakui keberadaan yang saling
Sedangkan Yulinah Trihadiningrum mengetengahkan bergantung dan terhubung.
persoalan sampah yang makin meningkat dan peru Konsep pembelajaran berbasis konsep humano
bahan paradigma pengelolaan sampah kota untuk pen sphere diangkat penulis sebagai salah satu metode
capaian MDGs. Menurutnya, pengelolaan sampah kota pendidikan mandiri. Konsep ini menjadi metode pem
merupakan salah satu bagian penting pembangunan belajaran secara kolaboratif yang berpotensi untuk
berkelanjutan. Untuk itu perlu mengubah pola pengelo memenuhi tantangan dunia masa kini dan masa depan.
laan sampah yang semula pengumpulan-pengangkutan- Konsep ini dapat menawarkan sebuah cara penyele
pembuangan (P3) menjadi pemisahan sampah bahan saian masalah yang timbul dari segala tantangan terse
berbahaya dan beracun(B3)-pemilahan-pengolahan-pe but untuk dipecahkan dengan melibatkan keikutsertaan
manfaatan-pembuangan residu (P5). Jika pola P5 ber partisipan terkait secara kolektif. Pendidikan tinggi di
hasil diterapkan, maka pengelolaan sampah kota akan tuntut dapat memberikan pembiasaan, pembelajaran,
mendukung target MDG. Misalnya, pengelolaan sampah dan peneladanan sehingga akan memantapkan pola
yang benar dapat membuat sampah memiliki nilai perilaku dalam berbagai situasi dan interaksi. Untuk itu,
ekonomi yang dapat mendukung pengentasan kemis lembaga pendidikan perlu memandang penting peruba
kinan. han model pembelajaran dari teaching menuju learning,
Penulis menyatakan bahwa keberhasilan program atau teaching university ke knowledge server.
reduksi sampah harus melibatkan masyarakat. Da
lam arti, pengelolaan sampah kota harus berbasis Kemitraan Global
masyarakat. Selain itu, penulis melihat bahwa dalam
kenyataannya pelaku utama kegiatan pemilahan dan Pemberlakukan ACFTA (ASEAN-China Free Trade
pendaur-ulangan sampah adalah perempuan. Oleh se Agreement) menimbulkan banyak kekhawatiran bagi in
bab itu, tingkat keberhasilan program reduksi sampah dustri dalam negeri dalam berbagai bidang, terutama
juga ditentukan oleh keterlibatan gender. industri kecil yang banyak dikelola oleh masyarakat. Hal
Tulisan lainnya dalam buku ini menyoroti penting ini akan menciptakan persaingan dengan produk China
nya teknologi untuk pembangunan berkelanjutan. Kata atau Negara ASEAN lainnya. Dalam perkembangannya,
kuncinya adalah inovasi sistem yang mengubah struk perdagangan bebas melemahkan industri dalam negeri,
tur sistem teknologi. Penciptaan teknologi juga harus termasuk industri farmasi. Leonardus Broto Sugeng
dibarengi dengan meminimalisir efek samping yang Kardono dalam tulisannya menyatakan pentingnya kemi
merusak lingkungan. Inovasi teknologi harus ditunjang traan global untuk mengembangkan industri farmasi di
dengan teknologi ramah lingkungan dan kesehatan. Indonesia.
Misalnya, meminimalkan pemakaian pestisida kimiawi Industri farmasi Indonesia terkenal berkembang san
sintetik, yang sering berdampak buruk bagi lingkungan gat lamban dibandingkan China. Sebagian besar industri
dan kesehatan. farmasi di Indonesia adalah industri formulasi obat yang
mengembangkan produk akhir dengan mengandalkan
Persoalan Pendidikan dan keunggulan atau kesetaraannya dalam bioavailabil
ity/bioequivalent. Bahkan sampai saat ini, komponen
Tercapainya pendidikan dasar umum menjadi target produksi terbesar masih diimpor, yakni mencakup 90%
nomor 2 dalam MDGs. Itu artinya, pendidikan sangat dari bahan baku yang digunakan. Berbagai usaha untuk
penting dalam pembangunan negara. Dadang Ahmad mengganti dengan komponen lokal yang dilakukan pun
Suriamihardja dalam tulisannya menilai pentingnya per selalu gagal.
an pendidikan tinggi di masa depan. Pendidikan akan Indonesia memiliki bahan alam yang sangat kaya se
mencetak insan pembelajar yang sejati dan mandiri. bagai bahan baku obat. Perlu pemanfaatan dan pengem
Oleh karenanya, sangat diperlukan perubahan pola pem bangan yang optimal dan berkelanjutan agar tidak ber
belajaran dalam tingkat pendidikan tinggi di Indonesia. gantung terus-menerus pada produk impor. Beberapa

Perempuan Bergerak | Edisi IV | Oktober-Desember 2010


20
tanaman yang ada di Indonesia diyakini mempunyai dikemukakan oleh penulis, bahwa partisipasi perempuan
potensi besar untuk menurunkan berbagai persoalan dalam kehidupan politik publik, laki-laki masih mendomi
kesehatan. Misalnya, HIV/AIDS yang sampai saat ini be nasi, misalnya jumlah menteri perempuan dalam Kabinet
lum ditemukan obatnya. Hanya saja, Indonesia belum Indonesia Bersatu Jilid 2 saat ini, hanya 5 menteri perem
mempunyai laboratorium virus yang memadai untuk puan dari total 34 menteri. Ini menunjukkan bahwa ke
melakukan kultur sel rutin untuk HIV. Hal ini terkendala nyataannya perempuan masih dibatasi keterlibatannya
dengan biaya yang sangat besar untuk pengadaannya. dalam kancah politik oleh negara.
Untuk itu, diperlukan kemitraan global dalam Dalam sejarah politik di Indonesia, justru banyak
mengembangkan bahan baku obat. Misalnya, seperti perempuan Indonesia yang menduduki posisi-posisi
yang dilakukan oleh Singapura, yakni mengundang pa penting dalam pemerintahan. Penulis menyontohkan
kar-pakar internasional dan industri multinasional untuk empat orang perempuan Aceh yang pernah menjadi
bekerjasama. Dengan adanya kemitraan global, target Sultanah (sultan perempuan) walaupun penempatan
MDGs terkait dengan peningkatan kesehatan ibu dan prioritasnya masih setelah laki-laki. Dalam sejarah Jawa,
anak serta penanggulangan HIV/AIDS dapat tercapai tersebut seorang Raja yang adil bijaksana dari Kerajaan
dengan terciptanya obat-obatan hasil kekayaan alam Kalingga yakni Ratu Sima. Kemudian Sri Gitarja yang
Indonesia. Selain itu, pengembangan sumberdaya ma bergelar Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328-1350)
nusia juga sangat diperlukan melalui penguatan basic- seorang Ratu yang terkenal dari Majapahit, serta tokoh-
knowledge untuk mendukung pengembangan meka tokoh perempuan dari berbagai wilayah yang menem
nisme riset korporasi. pati posisi-posisi penting dalam kesejarahan politik di
Indonesia. Ironisnya, saat ini perempuan seperti tengah
Kesetaraan Gender ditenggelamkan dengan membatasi peran perempuan
dalam ranah politik publik.
Tulisan mengenai salah satu Sasaran Pembangunan Diakui oleh penulis, bahwa kedudukan perempuan
Milenium, yakni kesetaraan gender disampaikan oleh dalam historiografi tradisional begitu rendah baik dalam
Nina Herlina, sejarawan sekaligus Guru Besar dalam keluarga maupun masyarakat. Hal ini disebabkan oleh
Ilmu Sejarah Universitas Padjajaran. Dalam tulisannya, pelanggengan dalam struktur kehidupan di dalam ke
penulis membahas secara khusus mengenai kesetaraan luarga, masyarakat, maupun negara. Pun hal ini yang
gender dari perspektif sejarah, terutama peran perem mengakibatkan perempuan masih dianggap warga kelas
puan dalam bidang politik. dua saat ini, karena memang telah ditanamkan sejak
Penulis mengemukakan pertanyaan bahwa dalam berabad-abad lalu. Dan hal ini pula yang akhirnya me
penulisan sejarah, perempuan sangat jarang dijadikan nyebabkan kesetaraan gender dalam bidang politik be
tokoh sentral, baik di dunia maupun di Indonesia. Hal ini lum mencapai target.
disebabkan oleh corak sejarah yang mengutamakan la Untuk menjawab persoalan ini, penulis mengemu
ki-laki dan menempatkan perempuan hanya sebagai figu kakan beberapa pemikirannya. Pertama, penulis me
ran. Padahal, perempuan adalah pribadi mandiri yang mandang perlunya diciptakan rekasaya politis dengan
dapat menggerakan sejarah. Dalam tulisannya ini, penu membuat kebijakan yang bersifat pemaksaan agar
lis menangkap citra dan peran perempuan yang diben perempuan diberi kuota sesuai target, sehingga tidak
tuk pada masa lalu melalui historiografi tradisional atau hanya memberi kesempatan bebas berkompetisi. Ked
tulisan sejarah yang sudah berlangsung berabad-abad ua, perubahan sikap mental serta pola pikir masyarakat
dan ditulis oleh para pujangga, empu, penulis-penulis terhadap perempuan yang kontraproduktif dengan etos
khusus di istana atau pendopo kabupaten. Aspek pem kerja yang positif sejak dari Taman Kanak-kanak. Hal ini
bahasannya meliputi seks, gender, serta masalah kelas sangat penting dilakukan agar ruang bagi perempuan
di beberapa wilayah di Indonesia. terbuka lebar, sehingga dapat mengaktualisasikan di
Kita mengenal tokoh-tokoh penggerak emansipasi rinya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
yang membuka jalan bagi perempuan Indonesia untuk Dalam upaya pencapaian target MGDs yang batas
sejajar dengan laki-laki dalam berbagai bidang. Misal waktunya kurang dari lima tahun ini, diperlukan konsen
nya, Raden Dewi Sartika (Bandung), R. A. Kartini (Jepa trasi dan sinergi yang kuat antara pemerintah, NGO, dan
ra), Rohana Kudus (Kotogadang), Rahmah El-Yunusiyah pihak-pihak lain yang terkait, serta komitmen dalam upa
(Padang Panjang), R. Ayu Lasminingrat (Garut), dan R. ya pencapaiannya. Sehingga, kita dapat menyelesaikan
Siti Jenab (Cianjur). Jalan yang telah dibuka oleh para to pekerjaan rumah yang masih banyak ini bersama-sama.
koh perempuan tersebut kini dapat kita rasakan - walau Semoga saja kita akan segera menyontoh negara te
pun belum menyeluruh - dalam kehidupan berbangsa tangga kita, Malaysia, yang sudah mencapai MDG tahun
dan bernegara. Hanya saja, faktanya berbeda. Seperti 2003 silam. Mampukah kita? *****(IK)

Perempuan Bergerak
Edisi IV | Oktober-Desember 2010 |
21
Kisah dari Negeri yang Menggigil
puisi
Oleh: Abdurahman Faiz

Kesedihan adalah kumpulan layang-layang hitam Airmata bercucuran


yang membayangi dan terus mengikuti peluh terus bersimbahan
hinggap pada kata-kata ayah dan abangmu
yang tak pernah sanggup kususun akan mencari kuburan
juga untukmu, adik kecil tapi tak akan ada kafan untukmu
tak akan ada kendaraan pengangkut jenazah
Belum lama kudengar berita pilu hanya matahari mengikuti
yang membuat tangis seakan tak berarti memanggang luka yang semakin perih
saat para bayi yang tinggal belulang tanpa seorang pun peduli
mati dikerumuni lalat karena busung lapar aku pun bertanya sambil berteriak pada diri
aku bertanya pada diri sendiri benarkah ini terjadi di negeri kami?
benarkah ini terjadi di negeri kami?
Tolong bangunkan aku, adinda
Lalu kulihat di televisi biar kulihat senyummu
ada anak-anak kecil katakan ini hanya mimpi buruk
memilih bunuh diri ini tak pernah terjadi di sini
hanya karena tak bisa bayar uang sekolah sebab ini negeri kaya, negeri karya.
karena tak mampu membeli mie instan Ini negeri melimpah, gemerlap.
juga tak ada biaya rekreasi Ini negeri cinta

Beliung pun menyerbu Ah, tapi seperti duka


dari berbagai penjuru aku pun sedang terjaga
menancapi hati sambil menyesali
mengiris sendi-sendi diri mengapa kita tak berjumpa, Adinda
sampai aku hampir tak sanggup berdiri dan kau taruh sakit dan dukamu
sekali lagi aku bertanya pada diri sendiri pada pundak ini
benarkah ini terjadi di negeri kami?
Di angkasa layang-layang hitam
Lalu kudengar episodemu adik kecil semakin membayangi
Pada suatu hari yang terik kulihat para koruptor
nadimu semakin lemah menarik ulur benangnya
tapi tak ada uang untuk ke dokter sambil bercerita
atau membeli obat tentang rencana naik haji mereka
sebab ayahmu hanya pemulung untuk ketujuh kalinya
kaupun tak tertolong
Aku putuskan untuk tak lagi bertanya
Ayah dan abangmu berjalan berkilo-kilo pada diri, pada ayah bunda, atau siapa pun
tak makan, tak minum sementara airmata menggenangi hati dan mimpi
sebab uang tinggal enam ribu saja
mereka tuju stasiun Aku memang sedang berada di negeriku
sambil mendorong gerobak kumuh yang semakin pucat dan menggigil
kau tergolek di dalamnya
berselimut sarung rombengan
pias terpejam kaku

Perempuan Bergerak | Edisi IV | Oktober-Desember 2010


22
Millennium Tujuan ke-4: Mengurangi Tingkat Kematian Anak

pojok kata
Target 5: Mengurangi hingga dua pertiga-nya, tingkat

Developments Goals kematian anak di bawah usia 5 tahun.

(MDGs) Tujuan ke-5: Meningkatkan Kesehatan Ibu


Target 6: Menurunkan -nya Tingkat Kematian Ibu di

M
illennium Development Goals (MDGs) atau dalam ba Indonesia.
hasa Indonesianya adalah Sasaran Pembangunan
Milenium adalah delapan tujuan yang diupayakan Tujuan ke-6: Memerangi HIV/AIDS dan penyakit
untuk dicapai pada tahun 2015, yang menjadi tantangan menular lainnya
utama dalam pembangunan di seluruh dunia. Tantangan- Target 7: Menghentikan dan mulai menurunkan kecen
tantangan ini sendiri diambil dari seluruh tindakan dan derungan penyebaran HIV/AIDS di Indonesia.
target yang dijabarkan dalam Deklarasi Milenium yang dia Target 8: Menghentikan dan menurunkan kecenderun
dopsi oleh 189 negara dan ditandatangani oleh 147 kepala gan penyebaran malaria dan penyakit menular lain di
pemerintahan dan kepala negara saat Konferensi Tingkat Indonesia.
Tinggi (KTT) Milenium di New York pada September 2000.
Pada September 2000, Pemerintah Indonesia, bersa Tujuan ke-7: Memastikan Kelestarian Lingkungan
ma-sama dengan 189 negara lain, ikut menandatangani Target 9: Mengintergrasikan prinsip pembangunan
Deklarasi Milenium di New York. Deklarasi berisi komitmen berkelanjutan kedalam kebijakan dan program pemerin
negara masing-masing dan komunitas internasional untuk tah Indonesia, serta mengembalikan sumberdaya yang
mencapai 8 sasaran pembangunan dalam Milenium ini hilang.
(MDGs), sebagai satu paket tujuan terukur untuk pemban Target 10: Mengurangi hingga setengahnya proporsi
gunan dan pengentasan kemiskinan. Penandatanganan de masyarakat Indonesia yang tidak memiliki akses ter
klarasi ini merupakan komitmen dari pemimpin-pemimpin hadap air minum yang aman dan sanitasi dasar.
dunia untuk mengurangi lebih dari separuh orang-orang Target 11: Meningkatkan secara signifikan kehidupan
yang menderita akibat kelaparan, menjamin semua anak masyarakat yang hidup di daerah kumuh.
untuk menyelesaikan pendidikan dasarnya, mengentaskan
kesenjangan gender pada semua tingkat pendidikan, me Tujuan ke-8: Mengembangkan Kemitraan untuk
ngurangi kematian anak balita hingga 2/3 dan mengurangi Pembangunan
hingga separuh jumlah orang yang tidak memiliki akses air Target 12: Mengembangkan sistem keuangan dan
bersih pada tahun 2015. perdagangan yang terbuka, berbasis peraturan, dapat
diprediksi, dan tidak diskriminatif.
Sasaran Pembangunan Milenium Indonesia Target 13: Mengatasi persoalan khusus dari negara-
negara paling tertinggal. Hal ini termasuk akses bebas
Tujuan ke-1: Mengentasan Kemiskinan Ekstrim dan tarif dan bebas kuota untuk produk ekspor mereka,
Kelaparan meningkatkan pembebasan utang untuk negara beru
Target 1: Menurunkan hingga setengahnya penduduk tang besar, penghapusan utang bilateral resmi dan
yang hidup di bawah garis kemiskinan ekstrim hingga memberikan ODA yang lebih besar kepada negara yang
50%. berkomitmen menghapuskan kemiskinan.
Target 2: Mengurangi jumlah penduduk yang menderita Target 14: Mengatasi kebutuhan khusus di negara-nega
kelaparan hingga setengahnya. ra daratan dan kepulauan kecil.
Target 15: Menangani hutang negara berkembang mela
Tujuan ke-2: Mencapai Pendidikan Dasar untuk Se- lui upaya nasional maupun internasional agar pengelo
mua laan hutang berkesinambungan dalam jangka panjang.
Target 3: Pada 2015, semua anak Indonesia, baik laki- Target 16: Bekerjasama dengan negara berkembang
laki maupun perempuan, akan dapat menyelesaikan mengembangkan pekerjaan yang layak dan produktif
pendidikan dasar. untuk kaum muda.
Target 17: Bekerjasama dengan Perusahaan Farmasi,
Tujuan ke-3: Mendukung Kesetaraan Gender dan memberikan akses untuk penyediaan obat-obatan pen
Memberdayakan Perempuan ting dengan harga terjangkau di negara berkembang.
Target 18: Bekerjasama dengan swasta dalam meman
Target 4: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat faatkan teknologi baru, terutama teknologi informasi
pendidikan dasar dan sekolah menengah di Indonesia. dan komunikasi.*****(JK)

Perempuan Bergerak
Edisi IV | Oktober-Desember 2010 |
23

Anda mungkin juga menyukai