Anda di halaman 1dari 7

ASKEB KOMUNITAS

DESA SIAGA

SRI WULAN RATNA DEWI

RESNA LITASARI, SST


DESA SIAGA

KONSEP DASAR
1. Pengertian
Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan serta kemauan untuk untuk mencegah dan mengatasi
masalah kesehatan, bencana, dan kegawadaruratan, kesehatan secara mandiri. Desa
yang dimaksud di sini adalah kelurahan atau istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan yang diakui dan dihormati dalam Pemerintah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Si (siap), yaitu pendataan dan mengamati seluruh ibu hamil, siap mendampingi ibu, siap
menjadi donor darah, siap memberi bantuan kendaraanuntuk rujukan, siap membantu
pendanaan, dan bidan wilayah kelurahan selalu siap memberi pelayanan.
A (antar), yaitu warga desa, bidan wilayah, dan komponen lainnya dengan cepat dan
sigap mendampingi dan mengatur ibu yang akan melahirkan jika memerlukan tindakan
gawat darurat.
Ga (jaga), yaitu menjaga ibu pada saat dan setelah ibu melahirkan serta menjaga
kesehatan bayi yang baru dilahirkan.

2. Tujuan
a. Tujuan umum desa siaga adalah terwujudnya masyarakat desa yang sehat, peduli,
dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya.
b. Tujuan khususnya adalah sebagai berikut.
Peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya
kesehatan.
Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap risiko
dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah,
kegawadaruratan dan sebagainya)
Peningkatan kesehatan lingkungan di desa. Meningkatnya kemampuan dan
kemauan masyarakat desa untuk menolong diri sendiri di bidang kesehatan.

3. Ciri ciri pokok desa siaga


a. Minimal Memiliki pos kesehatan desa yang berfungsi memberi pelayanan dasar
(dengan sumberdaya minimal 1 tenaga kesehatan dan sarana fisik bangunan,
perlengkapan & peralatan alat komunikasi ke masyarakat & ke puskesmas )
b. Memiliki sistem gawat darurat berbasis masyarakat
c. Memiliki sistem pembiayaan kesehatan secara mandiri
d. Masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat
4. Sasaran pengembangan desa siaga adalah mempermudah strategi intervensi, sasaran
ini dibedakan menjadi tiga yaitu sebagai berikut :
a. Semua individu dan keluarga di desa yang diharapkan mampu melaksanakan hidup
sehat, peduli, dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya
b. Pihak- pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan
keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku
tersebut, seperti tokoh masyarakat termasuk tokoh agama, tokoh perempuan dan
pemuda, kader serta petugas kesehatan
c. Pihak-pihak yang diharapkan memberi dukungan memberi dukungan kebijakan,
peraturan perundang undangan, dana, tenaga, sasaran, dll, seperti kepala desa,
camat, pejabat terkait, LSM, swasta, donatur, dan pemilik kepentingan lainnya.
5. Dalam pengembangan desa siaga akan meningkat dengan membagi menjadi empat
kriteria.
a. Tahap bina. Tahap ini forum masyarakat desa mungkin belum aktif, tetapi telah ada
forum atau lembaga masyaratak desa yang telah berfungsi dalam bentuk apa saja
misalnya kelompok rembuk desa, kelompok pengajian, atau kelompok persekutuan
doa.
b. Tahap tambah. Pada tahap ini, forum masyarakat desa talah aktif dan anggota
forum mengembangkan UKBM sesuai kebutuhan masyarakat, selain posyandu.
Demikian juga dengan polindes dan posyandu sedikitnya sudah oada tahap madya.
c. Tahap kembang. Pada tahap ini, forum kesehatan masyarakat telah berperan secara
aktif,dan mampu mengembangkan UKBMsesuai kebutuhan dengan biaya berbasis
masyarakat.Jika selama ini pembiyaan kesehatan oleh masyarakat sempat terhenti
karena kurangnya pemahaman terhadap sistem jaminan,masyarakat didorong lagi
untuk mengembangkan sistem serupa dimulai dari sistem yang sederhana dan di
butuhkan oleh masyarakat misalnya tabulin.
d. Tahap Paripurna, tahap ini,semua indikator dalam kriteria dengan siaga sudah
terpenuhi. Masyarakat sudah hidup dalam lingkungan sehat serta berperilaku hidup
bersih dan sehat.

PENGEMBANGAN DESA SIAGA


Pengembangan desa siaga dilaksanakan dengan membantu / memfasilitasi /
mendampingi masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran melalui siklus atau spiral
pemecahan masalah yang terorganisasi dan dilakukan oleh forum masyarakat desa
(pengorganisasian masyarakat), yaitu dengan menempuh tahap berikut.
1. Mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, dan sumber daya, yang dapat
dimanfaatkan untuk mengatasi masalah.
2. Mendiagnosis masalah dan merumuskan alternatif pemecahan masalah.
3. Menetapkan alternatif pemecahan masalah yang layak merencanakan dan
melaksanakannya.
4. Memantau, mengevaluasi, dan membina kelesatarian upaya yang telah dilakukan.
Dalam pengembangan desa siaga juga sangat diperlukan forum komunikasi
masyarakat yaitu terbagi menjadi empat money dan pelaporan, musyawarah mufakat desa,
gerakan masyarakat desa, survey mawas diri.
1. Pengembangan tim petugas
Langkah ini merupakan awal kegiatan, sebelum kegiatan lainnya dialaksanakan.
Tujuan langkah ini adalah persiapan para petugas kesehatan yang berada di wilayah
puskesmas, baik petugas teknis maupun petugas administrasi. Persiapan para petugas
ini dapat berbentuk sosialisasi, pertemuan, atau pelatihan yang bersiafat konsolidasi,
yang di sesuaikan dengan kondisi setempat. Keluaran atau out put dari langkah ini adalah
para petugas yang memahami tugas dan fungsinya, serta siap bekerja sama dalam satu
tim untuk melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat.
2. Pengembangan tim di masyarakat
Tujaun langkah ini adalah mempersiapakan para petugas, tokoh masyarakat, dan
masyarakat (forum masyarakat desa ) agar mereka mengetahui dan mau bekerja sama
dalam satu tim untuk mengembangkan desa siaga. Langkah ini, termasuk kegiatan
advokasi kepada para penentu kebijakan, bertujuan agar mereka mau memberi
dukungan, baik berupa kebijakan atau anjuran, persejuan, dana, maupun sumber daya
lain sehingga pengembangan desa siaga dapat berjalan denag lancar. Penfdekatan pada
tokoh tokoh masyarakat bertujuan agar mereka memahami dan mendukung ,khususnya
dalam membentuk opini masyarakat guna menciptakan iklim yang kondusif bgi
pengembangan desa siaga.
3. Survei Mawas Diri
Survei Mawas Diri (SMD) atau telah mawas diri (TMD) atau Comunity Self Survei
(CSS) bertujuan agar tokoh masyarakat mampu melakukan telah mawas diri untuk
desanya. Survei harus dilakukan oleh tokoh-tokoh masyarakat setempat dengan
bimbingan tenaga kesehatan.
Keluaran atau output dari SMD ini berupa identifikasi masalah kesehatan dan
daftar potensi di desa yang dapat di dayagunakan dalam mengatasi masalah-masalah
kesehatan tersebut,termasuk dalam rangka membangun poskedes.
Bentuk :
Curah Pendapat
Pengisisan Kartu Mawas Diri
Observasi lapangan dll
Penyajian Data berupa :
Data masalah
Data potensi
4. Musyawarah masyarakat desa
Tujuan penyelenggaraan musyawarah masyarakat desa (MMD) ini adalah
mencari alternatif penyelesaian, masalah kesehatan dan upaya membangun poskesdes
di kaitkan dengan potensi yang dimiliki desa.Disamping itu,untuk menyusun rencana
jangka panjang pengembangan desa siaga.
Data serta temuan lain yang diperoleh pada saat SMD disampaikan, biasanya
adalah daftar masalah kesehatan, data potensi serta harapan masyarakat. Hasil
pendataan tersebut dimusyawarahkan untuk menentukan prioritas, serta langkah-langkah
solusi untuk pengembangan poskesdes dan pengembangan desa siaga.

PELAKSANAAN KEGIATAN
Secara operasional, pembentukan desa siaga dilakukan dengan kegiatan sebagai
berikut.
1. Pemilihan pengurus dan kader desa siaga. Pemilihan pengurus dan kader siaga
dilakukan melalui pertemuan khusus para pimpinan formal desa dan tokoh masyarakat
serta beberapa wakil masyarakat pilihan dilakukan secara musyawarah dan mufakat,
sesuai dengan tata cara dan criteria yang berlaku dengan di fasilitasi oleh masyarakat.
2. Orientasi / pelatihan kader siaga.
Sebelum melaksanakn tugasnya, pengolahan dan kader desa yang telah ditetapkan perlu
di beri orientasi atau pelatihan. Orientasi / pelatihan di laksanakan oleh dinas kesehatan
kabupaten / kota. Materi orientasi / pelatihan mencakup kegiatan yang akan di
laksanakan di desa dalam rangka pembangunan desa siaga yang meliputi penolahan
desa siaga secara umum, pembangunan dan pengelolaan poskesdes, pembangunan dan
pengelolaan UKBM lain, dan hal-hal penting lain yang terkait seperti kehamilan dan
persalinan sehat.
3. Pengembangan poskesdes dan UKBM lain. Dalam hal ini, pembangunan poskesdes
dapat di kembangkan dari polindes yang sudah ada. Dengan demikian, akan diketahui
bagaimana poskesdes tersebut diadakan, membangun baru dengan fasilitas dari
pemerintah, membangun baru dengan bantuan dari donator, membangun baru dengan
swadaa masyarakat atau memodivikasi bangun lain. Jika poskesdes sudah berhasil di
selenggarakan, kegiatan di lanjutkan dengan UKBM lain, seperti posyandu dengan
berpedoman pada panduan yang berlaku.
4. Penyelenggaraan desa siaga. Dengan adanya poskesdes, desa yang bersangkutan telah
di tetapkan sebagai desa siaga. Setelah desa siaga resmi dibentuk, dilanjutkan dengan
pelaksanaann kegiatan poskesdes secara rutin, yaitu pengembanagan system surveilans
berbasis nasyarakat, pengembangan kesiap siagaan dan penanggulangan kegawat
daruratan dan bencana, pemberantasan penyakit(dimilai dengan 2 penyakit yang
berpotensi menimbulkan KLB), penanggulangan masalah dana, pemberdayaan
masyrakat menuju kadarsi dan PHBS, serta penyehatan lingkungan.
5. Pembinaan dan peningkatan. Mengingat permasalahan kesehatan sangat dipengaruhi
oleh kinerja sector lain dan adanya keterbatasan sumber daya, maka untuk memajukan
desa siaga, perlu adanya pengembangan jejaring kesjasama dengan berbagi pihak
perwujudan dari pengembangan jejaring desa siaga dapat dilakukan melalui temu
jejaring IKBM secara internal di dalam desa sendiri dan atau temu jejaring antar desa
siaga (minimal sekali dalam setahun). Upaya ini selain memantapkan kerjasama, juga
diharapkan dapat menyediakan wahana tukar menukar pengalaman dan memecahkan
masalah yang dihadapi bersama. Pembinaan jejaring lintas sector juga sangat penting ,
khususnya dengan program pembangunan yang bersasaran desa. Salah satu kunci
keberhasilan dan kelestarian desa siaga adalah keaktifan para kader.

PEMBINAAN DESA SIAGA


Pembentukan desa siaga memerlukan tim lintas sector dan komponen masyarakat
(LSM) untuk melakukan pendampingan dan fasilitasi. Tim ini dibutuhkan ditingkat kecamatan,
kabupaten, kota, dan profinsi, yang bekerja berdasarkan surat keputusan camat, surat
keputusan bupati atau wali kota dan surat keputusan gubernur .
Untuk mengingat permasalahan kesehatan sangat di pengaruhi oleh kinerja sector lain
dan adanya keterbatasan sumber daya, maka untuk memajukan desa siaga, perlu adanya
pengembangan jejaring kerja sama dengan berbagai pihak. Perwujudan dari pengembangan
jejaring desa siaga dapat di lakukan melalui temu jejaring UKBM secara internal di dalam desa
sendiri dan atau temu jejaring antar desa siaga (minimal sekali dalam setahun. Salah satu
kunci keberhasilan dan desa siaga adalah ke aktifan para kader. Oleh karena itu, dalam
rangaka pembinaan, perlu dikembangkan upaya-upaya untuk memenuhi kebutuhan para
kader agar tidak drop out. Kader-kader yang memiliki motifasi memuaskan kebutuhan social
psikologisnya harus di beri kesempatan seluas-luasnya utuk mengembangkan kreatifitasnya.
Sementara kader-kader yang masih dengan pemenuhan kebutuhan dasarnya harus dibantu
untuk memperoleh pendapatan tambahan misalnya dengan pemberian gaji/ insentif atau
fasilitas atau dapat berwira usaha.
Perkembangan desa siaga perlu di pantau dan di evaluai berkaitan dengan ini
kegiatan-kegiatan desa siaga perlu di catat oleh kader, misalnya dalam buku register U KBM
(contohnya system informasi posyandu ).

INDICATOR KEBERHASILAN
Keberhasilan upaya pembangunan desa siaga dapat di lihat dari 4 kelompok indikatornya :
1. Indicator masukan adalah indicator untuk mengukur seberapa besar masukan telah di
berikan dalam rangka desa siaga. Indicator masukan terdiri dari :
a. Ada / tidaknya forum masyarakat desa
b. Ada/ tidaknya sarana pelayanan kesehatan serta perlengkapan atau peralatannya
c. Ada/ tidaknya PKBM yang di butuhkan masyarakat.
d. Ada/ tidaknya tenaga kesehatan (minimal bidan )
e. Ada/ tidaknya kader aktif.
f. Ada/ tidaknya sarana pembangunan atau poskesdes sebagai pusat pemberdayaan
masyarakat di bidang kesehatan.
g. Ada/ tidaknya alat komunikasi yang telah lazim di pakai masyarakat yang di
manfaatkan untuk mendung pergerakan surveilans berbasis masyarakat ( misalkan
kentongan, bedug )
2. Indikaor proses adalah indicator untuk menukur seberapa aktif upaya yang di laksanakan
di sutu desa dalam rangka pengembangan desa siaga. Indicator proses meliputi :
a. Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa
b. Berfungsi atau tidaknya UKBM poskesdes
c. Ada/tidaknya pembinaan dari puskesmas PONED
d. Berfungsi atau tidaknya UKBM yang ada
e. Berfungsi atau tidaknya system kegawat daruratan dan penanggulangan kegawaat
daruratn dan bencana.
f. Ada/tidaknya kegiatan kunjungan rumah kadarsi dan PHBS.
g. Ada/ tidaknya deteksi dini gangguan jiwa di tingkat rumah tangga.
3. Indicator keluaran adalah indicator untuk menukur seberapa besar hasil kegiatan yang di
capai di suatu desa dalam rangka pengembangan desa siaga indicator keluaran meliputi :
a. Cakupan pelayanan kesehatan dasar ( utamanya KIA )
b. Cakupan pelyanan UKBM lain
c. Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang ada dan di laporkan
d. Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah oleh kadarsi dan PHBS.
e. Tertanganinya masalah kesehatan dengan respon tepat.
4. Indicator dampak adalah indicator untuk mengukur seberapa besar dampak dari kegiatan
desa dalam rangka pengembangan desa siaga indicator proses meliputi
a. Jumlah penduduk yang menderita sakit
b. Jumlah ibu melahrkan yang meninggal dunia
c. Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia
d. Jumlah balita dengan gizi buruk
e. Tidak terjadinya KLB penyakit
f. Respon cepat masalah kesehatan

Anda mungkin juga menyukai