Makalah-Konduksi-Tunak-Tak-Tunak - Eliza
Makalah-Konduksi-Tunak-Tak-Tunak - Eliza
KELOMPOK 3
DEPOK
MARET 2016
Makalah Perpindahan Kalor Konduksi Kelompok 3 PK 01
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena akhirnya tim penulis dapat
menyelesaikan laporan Perpindahan Kalor mengenai perpindahan kalor secara konduksi.
Dalam kehidupan sehari-hari, terjadi begitu banyak perpindahan kalor di sekeliling
kita yang mungkin tidak begitu disadari. Mata kuliah Perpindahan Kalor mencakup peristiwa-
pwristiwa tersebut, dari yang sederhana sampai skala industri. Pada skala industri inilah peran
insinyur teknik kimia sangat dibutuhkan. Karena itu, pelajaran Perpindahan Kalor ini
sangatlah penting.
Walaupun banyak kendala yang dihadapi sepanjang pembuatan laporan ini, tim
penulis tetap bertekad untuk menyelesaikan laporan ini sebagai komitmen dan
tanggungjawab demi memenuhi tugas Perpindahan Kalor. Untuk itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Tim penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, tim penulis mengharapkan adanya kritik serta saran supaya laporan ini lebih baik lagi
untuk kedepannya.
Tim penulis berharap agar laporan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca dan dapat
menambah wawasan kami khususnya mahasiswa teknik kimia.
2
Makalah Perpindahan Kalor Konduksi Kelompok 3 PK 01
DAFTAR ISI
Halaman Judul 1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
Bab I Pendahuluan 4
Latar Belakang 4
Rumusan Masalah 4
Tujuan Penulisan 4
Bab II Pembahasan 5
Inovasi Alat Masakan 5
Soal 1 8
Soal 2 10
Soal 3 12
Soal 4 14
Soal 5 16
Kesimpulan 20
Daftar Pustaka 21
Lampiran
3
Makalah Perpindahan Kalor Konduksi Kelompok 3 PK 01
BAB I - PENDAHULUAN
4
Makalah Perpindahan Kalor Konduksi Kelompok 3 PK 01
BAB II - PEMBAHASAN
SOAL KASUS
Solusi:
1 Prinsip Kerja dari Alat Pemanas Masakan
Alat pemanas masakan yang paling umum saat ini adalah Oven Microwave. Oven
Microwave terdiri dari dua kata yaitu Oven dan Microwave. Microwave adalah sebuah
gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang antara 1 milimeter sampai 1
meter dan berfrekuensi antara 300 megahertz sampai 300 gigahertz. Oven adalah sebuah
peralatan dapur yang digunakan untuk memasak atau memanaskan makanan. Oven
Microwave adalah adalah sebuah peralatan dapur yang menggunakan radiasi gelombang
mikro untuk memasak atau memanaskan makanan.
Gelombang mikro merupakan hasil radiasi yang dapat ditransmisikan, dipantulkan
atau diserap tergantung dari bahan yang berinteraksi dengannya. Oven Microwave
memanfaatkan 3 sifat dari gelombang mikro tersebut dalam proses memasak. Gelombang
mikro dihasilkan oleh magnetron, gelombang tersebut ditransmisikan ke dalam
waveguide, lalu gelombang tersebut dipantulkan ke dalam fan stirrer dan dinding dari
ruangan didalam oven, dan kemudian gelombang tersebut diserap oleh makanan.
Oven Microwave dapat membuat air berputar, putaran molekul air akan mendorong
terjadinya tabrakan antar molekul. Tabrakan antar molekul inilah yang akan membuat
molekul-molekul tersebut memanas. Perlu diingat bahwa sebagian besar makanan
memiliki kadar air didalamnya dan jika makanan tersebut memiliki kadar air berarti efek
yang sama akan terjadi jika makanan tersebut dimasukan dalam Oven Microwave. Selain
itu harus dingat juga bahwa molekul makanan yang lain akan menjadi panas karena ada
kontak langsung antara molekul tersebut dengan molekul air yang memanas.
Prinsip kerja dari sebuah Oven Microwave dalam memanaskan sebuah objek sebagai
berikut :
1 Arus listrik bolak-balik dengan beda potensial rendah dan arus searah dengan beda
potensial tinggi diubah dalam bentuk arus searah.
2 Magnetron menggunakan arus ini untuk menghasilkan gelombang mikro dengan
frekuensi 2,45 GHz.
3 Gelombang mikro diarahkan oleh sebuah antenna pada bagian atas magnetron ke
dalam sebuah waveguide.
5
Makalah Perpindahan Kalor Konduksi Kelompok 3 PK 01
6
Makalah Perpindahan Kalor Konduksi Kelompok 3 PK 01
akan membutuhkan biaya yang sangat besar. Efesiensi panas pada alat pemanas
masakan dapat diefesienkan dengan menghemat bahan bakar seperti gas, kayu bakar,
dan arang. Proses pengefisiensian panas dapat dilakukan dengan menginsulasi panas
agar tetap berada di dalam mesin pemanas masakan. Hal ini dapat dilakukan dengan
cara menggunakan tutup kaca, sekat silicon, tutup besi yang rapat, hingga lapisan
insulator pelapis alat pemanas.
Keamanan Alat Pemanas Masakan
Alat pememanas masakan ini akan digunakan untuk memanaskan masakan yang akan
dikonsumsi oleh manusia, sehingga diperlukan bahan-bahan yang aman untuk
berkontak langsung dengan makanan. Kemudian alat pemanas masakan juga harus
memiliki desain yang memenuhi prinsip K3LL agar dalam proses penggunannya tidak
terjadi kecelakaan seperti kebakaran, keracunan, terluka, ataupun kejadian berbahaya
lainnya. Perlu diperhatikan bahwa bagian pemanas dari alat pemanas masakan akan
sangat panas ketika digunakan. Diperlukan tambahan bagian tertentu yang
memungkinkan untuk pengguna memegang/memindahkan alat tersebut ketika
digunakan. Pemberian gagang plastik atau kayu dapat menjadi solusi dari masalah ini.
Bentuk Alat Pemanas yang Mudah Digunakan
Bentuk alat pemanas masakan sangat peru diperhatikan. Alat pemanas yang baik
adalah yang bersifat praktis untuk digunakan, tidak memakan space yang teralu
banyak di dapur. Volume alat pemanas masakan juga menjadi salah satu perhatian
mengingat beberapa jenis masakan membutuhkan alat pemanas berukuran besar
seperti ikan gurame, ayam, dan lain-lain. Selain itu, lapisan yang berkontak langsung
dengan makanan harus lah anti lengket, hal ini bertujuan agar tidak ada masakan yang
menempel ketika proses pemanasan dan akhirnya terbuang karena tidak lagi dapat
dikonsumsi..
Harga dari Alat Pemanas Masakan
Harga dari suatu produk snagat menjadi pertimbangan pada saat ini. Harga yang tidak
ekonomis untuk masyarakat pada suatu produk maka tidak akan banyak dibutuhkan
oleh masyarakat. Harga yang relatif ekonomis dengan material alat yang baik akan
menjadi incaran dari masyarakat sehingga harga menjadi pertimbangan penting dalam
membuat suatu alat pemanas masakan.
3 Langkah-langkah yang ditempuh untuk Mendesain Alat Pemanas Masakan
Dalam membuat alat pemanas maskaan, langkah-langkah yang harus ditempuh adalah
sebagai berikut :
1 Tahap Persiapan (Tinjauan Pustaka)
Tahap ini kita butuh untuk mencari pustaka mengenai konsep-konsep dari alat
pemanas masakan. Pada langkah ini kita bisa mencari tahu dan mendapatkan data
bagaimana perkembangan alat pemanas sekarang ini, apa saja kekurangan atau
kelemahan dari alat - alat pemanas yang sudah ada sekarang dan alat pemanas jenis
apakah yang menjadi selera pasar sekarang dalam lingkup bentuk, harga, fungsi dan
lain-lain. Pada tahap ini bertujuan untuk mengetahui selera pasar pada umumnya dan
bertujuan untuk membuat alat pemanas masakan yang eknomis serta memiliki fungsi
yang maksimal
2 Tahap Perancangan Alat Pemanas Masakan
7
Makalah Perpindahan Kalor Konduksi Kelompok 3 PK 01
Pada tahap ini,kita mulai memilih material dari alat pemanas masakan yang kita
inginkan sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan untuk menghasilkan alat
pemanas yang memiliki fungsi yang maksimal. Kemudian, membuat desain akhir dan
gambar teknik
berdasarkan hubungan dimensi komponen-komponen yang sudah ditentukan sehingga
kita akan mendapatkan ilustrasi produk alat pemanas masakan yang kita inginkan.
Setelah itu, menetapkan proses manufaktur yang tepat untuk proses pembuatan alat
pemanas masakan tersebut.
3 Tahap Pembuatan
Pada tahap ini, pembuatan alat pemanas masakan dilakukan dengan tidak melepasan
prinsip-prinsip K3LL. Dibutuhkan juga alat-alat pendukung untuk membuat alat
pemanas masakan.
4 Tahap Akhir : Evaluasi dan Modifikasi
Pada tahap ini, dilakukan untuk mengevaluasi apakah ada kekurangan pada alat
pemanas masakan yang telah dibuat. Diskusi dengan melihat gambar produk biasanya
lebih mudah
berkembang daripada hanya membayangkannya saja. Pada tahap ini perlu dilakukan
brainstorming untuk mendapatkan hasil yang optimal.
SOAL HITUNGAN
1. Sebuah peti es dibuat dari bahan busa styrofoam (k = 0,033 W/m. ) dengan
dimensi dalam 25 x 40 x 100 cm dan tebal dinding 5,0 cm. Bagian luar berada dalam
udara yang suhunya 25 dengan h = 10 W/ m . Jika peti berisi penuh
2
Solusi
Diketahui:
kstyrofoam = 0,033 W/m.oC
tebal dinding (d) = 5 cm = 0,05 m
T = 25 oC
T0 = 0 oC
h = 10 W/m.oC
Les = 340 kJ/kg
es = 920 kg/m3 ;
dimensi dalam peti = 25 x 40 x 100 cm
Asumsi yang digunakan:
8
Makalah Perpindahan Kalor Konduksi Kelompok 3 PK 01
g. Tidak ada perubahan suhu, karena kalor yang terlibat dianggap kalor laten yaitu yang
digunakan untuk mengubah seluruh wujud es menjadi cair.
h. Peti diasumsikan terletak di dasar bidang, namun transfer panas dari bidang tersebut
diabaikan.
i. Laju perpindahan kalor di seluruh permukaan peti homogen.
j. Kapasitas kalor lebur es (L) 340 kJ/kg.
Setelah nilai kalor laten untuk meleburkan seluruh es diketahui, maka selanjutnya yang harus
dicari adalah nilai laju perpindahan kalornya (q). Pada kasus ini, kami menggunakan teori
koefisien perpindahan kalor menyeluruh untuk proses konveksi dan konduksinya. Perbedaan
luas permukaan konveksi (dari lingkungan ke styrofoam) dan konduksi (dari permukaan luar
styrofoam ke permukaan dalam styrofoam) akan dihitung sendiri-sendiri dan tidak dibuat
perbandingan.
1 1 0
Rkonveksi = = =0,045 C /W
h A luar ( 10W / m0 C ) (2,22 m 2)
9
Makalah Perpindahan Kalor Konduksi Kelompok 3 PK 01
x 0,05
Rkonduksi = = =1,010 C /W
k A dalam W
( )
0,033 0 (1,5 m2)
m C
Sehingga:
T (250)0 C
q= = =23,697 J /s
R total 1,0550 C /W
2. Suatu sistem isolasi dipilih untuk dinding tanur yang suhunya 1000C dengan
menggunakan lapisan blok wol mineral dan diikuti dengan lapisan papan kaca-serat.
Bagian luar isolasi berada dalam lingkungan dengan suhu 40C dan h = 15 W/m2.oC.
Hitunglah tebal masing-masing lapisan isolasi, jika suhu antar lapisan tidak lebih dari
400C dan suhu bagian luar tidak lebih dari 55C.
Solusi:
Diketahui :
Ttanur = 1000oC
Tw = 400oC
Tp = 55oC
Tl = 40oC
h = 15 W/m2.oC
Ditanya :
Tebal masing-masing lapisan isolasi ?
Jawab :
10
Makalah Perpindahan Kalor Konduksi Kelompok 3 PK 01
q q
Berdasarkan literatur pada buku Holman ed 6, maka didapat data konduktivitas termal sesuai
dengan jenis bahan isolasi yang digunakan pada soal, yaitu
Tabel 1 Jenis-jenis Bahan Isolasi dan Penerapannya
Asumsi :
Nilai k yang dipakai adalah nilai tengah dari interval konduktivitas termal yang bersangkutan.
- Maka didapatkan nilai kp pada suhu 227,5oC dengan menggunakan metode interpolasi dan
menggunakan data yang telah diketahui, yaitu
Interval temperatur = 450 oC - 1000 oC
Internal konduktivitas termal = 52 mW/m2.oC - 130 mW/m2.oC
700450 k 52
= w
1000450 13052
k w =87, 45 mW /m 2 .o C
11
Makalah Perpindahan Kalor Konduksi Kelompok 3 PK 01
2 o
k w 0, 087 W /m . C
- Maka didapatkan nilai kp pada suhu 227,5oC dengan menggunakan metode interpolasi dan
menggunakan data yang telah diketahui, yaitu
Interval temperatur = 20 oC - 450 oC
Internal konduktivitas termal = 33 mW/m2.oC - 52 mW/m2.oC
227.520 k p33
=
45020 5233
k p =42, 16 mW /m2 .o C
2 o
k p 0, 042W /m . C
q T T w T T p
=k w tanur =k p w
A xw xp
T tanur T w
h(T pT l)=k w
xw
W ( o o 2 o 1000o C400o C
)
15 2 o 55 C40 C =0, 087 W /m . C
m .C xw
x w =0, 232 m
12
Makalah Perpindahan Kalor Konduksi Kelompok 3 PK 01
T w T p
h(T pT l)=k p
xp
W ( o o 2 o 400o C55o C
15 2 o
55 C40 C ) =0, 042W /m . C
m .C xw
x p=0, 064 m
Sehingga didapatkan nilai tebal lapisan wol mineral ( x w ) adalah 0,232 m dan nilai
x
tebal lapisan papan kaca serat ( p ) adalah 0,064 m
3. Sebuah pipa uap ditanam di dalam tanah tanpa isolasi. Diameter pipa 4 inchi, panjang
100 yard, dan di dalamnya mengalir uap pada suhu tidak kurang dari 300F. Pipa
ditanam pada kedalaman 9 inci diukur dari sumbu pipa. Asumsi: konduktivitas termal
tanah = 1,2 W/m2.oC. Menurut Anda, amankah instalasi pipa tersebut?
Tanah
D = 9 in
L = 100 yard Pipa
2r = 4 in
Solusi:
Diketahui:
- Konduktivitas termal tanah, k = 1,2 W/m2OC
- Suhu uap, T = 300OF = 148,89OC = 422,038 K
- Kedalaman pipa, D = 9 inci = 0,2286 m
- Diameter pipa, 2r = 4 inchi = 0,1016 m
- Jari-jari pipa, r = 2 inchi = 0,0508 m
- Panjang pipa, L = 100 yard = 91,44 m
Asumsi:
- Suhu Permukaan Tanah = 15oC
- Uap yang mengalir merupakan saturated steam
- Massa uap yang mengalir = 10 kg
-
Menghitung Conduction Shape Factor
13
Makalah Perpindahan Kalor Konduksi Kelompok 3 PK 01
r = 2 in, 3r = 6 in, D = 9 in, maka D>3r, L = 91,44 m, r = 0,0508 m, maka L>>r, sehingga
berdasarkan tabel 3-1 mengenai conduction shape factor pada buku Heat Transfer 10th Ed,
oleh J.P. Holman, persamaan untuk menentukan conduction shape factor nya adalah
2
2 L 9
D
( )
S = ln
r
= ln
2 .91,44 m
= 381,8 m
Menghitung waktu tempuh minimum uap agar heat loss tidak melebihi batas maksimum
8234,04 kJ
t = 61,35 kJ /s = 134,2 s
Kesimpulan
Karena nilai kecepatan minimum uap ini masuk akal dalam kehidupan nyata, maka instalasi
pipa uap ini sudah dapat dibilang aman.
4. Sebuah bola kuarsa-lebur mempunyai difusivitas termal 9,5x10 -7m2/s, diameter 2,5 cm,
dan konduktivitas termal 1,52 W/m.oC. Bola tersebut mula-mula berada pada suhu
seragam 25oC, dan secara tiba-tiba diberi lingkungan konveksi dengan suhu 200oC.
Jika koefisien perpindahan kalor konveksi sebesar 110 W/m2.oC, hitunglah suhu pada
pusat bola setelah 4 menit. Dapatkah sistem di atas dianggap sebagai sistem dengan
14
Makalah Perpindahan Kalor Konduksi Kelompok 3 PK 01
kapasitas kalor tergabung? Metode penyelesaian mana yang paling tepat untuk soal di
atas?
Solusi:
Teori Umum
Dalam menyelesaikan permasalahan perpindahan kalor, harus diperhatikan kondisi
peristiwanya. Pada soal diberitahu keadaan di mana suatu bola kuarsa lebur diberi lingkungan
konveksi dengan suhu yang berbeda jauh dari suhu benda, dan ditanyakan suhu pada pusat
bola setelah waktu tertentu. Karena terkait dengan waktu dan perbedaan temperatur dengan
lingkungan, masa permasalahan ini termasuk kondisi tak-tunak.
Untuk menyelesaikan permasalahan kondisi tak-tunak, ada beberapa metode yang
dapat dilakukan: lumped heat capacity, transient heat flow in a semi-infinite solid, dan
convention boundary condition.
Lumped heat capacity, atau kapasitas kalor tergabung, adalah metode penyelesaian
aliran kalor tak-tunak yang dapat diaplikasikan jika resistensi kalor internal sangat kecil,
sehingga bisa diabaikan, terhadap resistensi kalor eksternal. Dengan kata lain, konduktivitas
benda besar dibandingkan dengan konveksi dari lingkungan. Untuk mengecek apakah suatu
sistem dapat didekati dengan kapasitas kalor tergabung adalah dengan parameter bilangan
Biot.
hs
Bi=
k
15
Makalah Perpindahan Kalor Konduksi Kelompok 3 PK 01
Pembahasan Soal
Yang diketahui:
Difusivitas termal: = 9,5x10-7m2/s
Diameter bola: d = 2,5x10-2 m
Dari diameter, luas permukaan (A) dan volume (V) dapat dicari
2
A = d = 1,96x10-3 m2
1
d3
V= 6 = 8,18x10-6 m3
T = 200oC
Penyelesaian
Akan dilihat metode apa yang cocok untuk menyelesaikan permasalahan ini. Pertama
dengan meninjau metode kapasitas kalor tergabung.
V
h( )
Bi = A = 0,3015
k
Karena nilai bilangan Biot melebihi 0,1 maka metode kapasitas kalor tergabung tidak
dapat diguankan. Untuk itu, kita akan menggunakan metode lainnya, yaitu kondisi batas
konveksi dan memanfaatkan grafik Heisler.
hr o 1
Bi = k = 0,91 Bi = 1,105
Fo = s2 = 1,4592
Dari grafik 4.9 di buku Holman, kita bisa mencari nilai o/i dengan interpolasi.
16
Makalah Perpindahan Kalor Konduksi Kelompok 3 PK 01
o
0,04
1,45921,375 1
=
1,51,375 0,050,04
o
=0,046 7
i
T oT
=0,0467
T iT
To = 0,0467(Ti-T) + T
To = 0,0467(-175oC) + 200oC
To = 191,83oC
5. Sepotong bahan keramik yang cukup tebal berada pada suhu seragam 30 oC. Untuk
menguji ketahanan bahan tersebut, dilakukan dengan menaikkan suhu
permukaannya menjadi 2 kali lipat semula secara tiba-tiba. Metode apakah yang Anda
gunakan untuk menyelesaikan problem di atas? Jelaskan dasar Anda dalam memilih
metode tersebut. Gambarkan grafik distribusi suhu sebagai fungsi waktu pada
kedalaman 1 cm, selama proses pengujian berlangsung!
Solusi:
Ada berbagai metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan problem perpindahan
panas konduksi tak tunak, diantaranya adalah dengan pendekatan kapasitas kalor tergabung,
dengan pendekatan aliran kalor transien, dan dengan pendekatan kondisi batas konveksi.
Metode yang tepat untuk menyelesaikan problem di atas ialah dengan pendekatan aliran
kalor transien pada benda semi tak terhingga. Pemilihan metode ini didasarkan pada bahan
keramik. Bahan keramik diketahui cukup tebal, tetapi tidak diketahui berapa ketebalannya
secara pasti dan hanya dimensi ketebalan yang diketahui, tidak ada dimensi lain yang
17
Makalah Perpindahan Kalor Konduksi Kelompok 3 PK 01
diketahui sehingga asumsi yang paling tepat digunakan adalah dengan menganggap benda
tersebut sebagai semi-infinite solid.
Untuk menggambarkan grafik distribusi suhu sebagai fungsi waktu dan panjang, kita
dapat menganggap suhu (T) sebagai y dan waktu ( ) serta panjang (x). Grafik ini
merupakan grafik untuk metode aliran kalor transien pada benda semi tak terhingga, dengan
persamaan diferensial untuk distribusi suhu T(x, ) ialah
2 T 1 T
=
x2
Kondisi awal dan batasnya ialah
T ( x ,0 )=T i
T ( 0, ) =T 0 for >0
18
Makalah Perpindahan Kalor Konduksi Kelompok 3 PK 01
0.01
T ( x , )=6030 erf
2 3,704 107
Berdasarkan data yang ada diperoleh distribusi suhu pada x = 1 cm selama waktu , yaitu
sebuah persamaan garis y = 0,076x + 29,362
(s)
19
Makalah Perpindahan Kalor Konduksi Kelompok 3 PK 01
KESIMPULAN
Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu.
Perpindahan kalor konduksi terjadi melalui media yang molekulnya tidak ikut
berpindah selama proses perpindahan kalor.
Beberapa hal yang memengaruhi perpindahan kalor konduksi adalah jenis media, luas
permukaan, perbedaan suhu, generasi kalor.
Perpindahan kalor dapat ditinjau dari sudut pandang tunak dan tak tunak.
Secara sederhana, kondisi tak tunak adalah ketika kalor dikalkulasi dengan
memperhitungkan waktu, sementara tunak adalah ketika kalor dianggap tidak berubah
terhadap waktu.
Pada dasarnya, semua perpindahan kalor adalah peristiwa tak tunak.
Sistem insulasi adalah suatu sistem yang digunakan untuk menghambat dan
mengurangi laju perpindahan kalor.
20
Makalah Perpindahan Kalor Konduksi Kelompok 3 PK 01
DAFTAR PUSTAKA
Holman, J. P. 2010. Heat Transfer 10th edition. New York: McGraw Hill
Cengel, Yunus A. 1998. Heat Transfer: A Practical Approach. New York: McGraw Hill
Incropera, F. P. and DeWitt, D. P. (1990). Introduction to Heat Transfer, 2nd ed., John Wiley
& Sons, New York.
21