Anda di halaman 1dari 4

Hukum Jual Beli Gambar dan Lukisan

Apr 26, 2014Muhammad Abduh Tuasikal,

Gambar Jual Beli Apakah Lukisan Itu Haram Lukisan Haram Hukum Menjual Lukisan
Bernyawa Hukum Menjual Lukisan

Gambar atau lukisan yang memiliki ruh seperti manusia dan hewan haram
diperdagangkan. Sedangkan gambar selain itu yang tidak memiliki ruh, masih
dibolehkan seperti gambar pohon, gunung, pemandangan, bebatuan, dan pantai.

Dari Said bin Abil Hasan, ia berkata,





.



.
.

Aku dahulu pernah berada di sisi Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma-. Ketika itu ada
seseorang yang mendatangi beliau lantas ia berkata, Wahai Abu Abbas, aku adalah manusia.
Penghasilanku berasal dari hasil karya tanganku. Aku biasa membuat gambar seperti ini. Ibnu
Abbas kemudian berkata, Tidaklah yang kusampaikan berikut ini selain dari yang pernah
kudengar dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Aku pernah mendengar beliau bersabda,
Barangsiapa yang membuat gambar, Allah akan mengazabnya hingga ia bisa meniupkan ruh
pada gambar yang ia buat. Padahal ia tidak bisa meniupkan ruh tersebut selamanya. Wajah si
pelukis tadi ternyata berubah menjadi kuning. Kata Ibnu Abbas, Jika engkau masih tetap ingin
melukis, maka gambarlah pohon atau segala sesuatu yang tidak memiliki ruh.[1]

Bagaimana jika gambar atau lukisan tersebut terpotong tidak terlihat bernyawa?

Ibnu Qudamah berkata, Jika bagian kepala itu dipotong, maka hilanglah larangan. Ibnu Abbas
berkata,

Disebut gambar (yang terlarang) adalah jika ada kepalanya. Namun jika kepalanya itu
terpotong, maka itu bukanlah gambar (yang terlarang). Perkataan ini diceritakan dari Ikrimah.

Diriwayatkan pula dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda,

:

.

Jibril pernah mendatangiku, lalu ia berkata, Aku tadi malam hendak menemui engkau. Namun
ada sesuatu yang merintangiku masuk yaitu ada suatu gambar di pintu. Dan ketika itu di
rumahku, ada kain penutup yang bergambar (makhluk bernyawa). Di rumahku juga terdapat
anjing. Potonglah kepala dari gambar yang terdapat di pintu, maka bentuknya nanti sama
seperti pepohonan. Untuk bantal atau sandaran pun demikian, yang ada gambarnya dipotong.
Untuk anjing, maka usirlah dari rumah. Rasululullah shallallahu alaihi wa sallam lantas
melakukan perintah dari Jibril.

Jika gambar tersebut dipotong lantas tidak nampak lagi bernyawa setelah dipotong, seperti
yang terpotong adalah dada, perut, atau yang ada hanyalah kepala yang terpisah dari badan,
maka tidak termasuk dalam larangan. Karena setelah dipotong, tidak nampak gambar (yang
utuh). Terpotongnya bagian-bagian tadi statusnya sama seperti kepala yang terpotong.

Namun jika ketika dipotong masih teranggap bernyawa, seperti lengkap dengan mata, tangan,
atau kaki, maka masih tetap terlarang.

Demikian pula jika di awal pembuatan gambar hanyalah ada badan tanpa kepala, kepala tanpa
badan, atau bentuknya tidak teranggap hidup dengan adanya kepala dan bagian lain dari
badannya, maka tidak termasuk dalam larangan. Karena seperti itu bukanlah gambar sesuatu
yang bernyawa.[2]
Adapun jika gambar tersebut bukan yang dimaksud dibeli, namun ikutan pada barang yang lain,
maka ada kaedah yang bisa jadi pegangan,

Sah jika berbarengan dengan yang lain, namun bermasalah jika bersendirian.

Misalnya kita ingin membeli sabun cuci, namun di kemasannya terdapat gambar manusia,
tetapi yang dituju ketika membeli adalah sabunnya (isinya), bukan kemasannya. Maka sah-sah
saja membeli sabun cuci seperti itu berdasarkan kaedah fikih di atas.

Semoga bermanfaat. Hanya Allah yang memberi taufik.

[1] HR. Bukhari no. 2225.

[2] Lihat Al Mughni, 10: 201.

Disusun di sore hari di Panggang, Gunungkidul, 26 Jumadats Tsaniyyah 1435 H

Akhukum fillah: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com
Sumber: https://rumaysho.com/7364-hukum-jual-beli-gambar-dan-lukisan.html

Anda mungkin juga menyukai