Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

REGANGAN BIDANG

(Plain Strain)
Dosen Pengampu : Faqih Maarif, S.T., M.Eng.

Disusun Oleh :
DIDIEK HERMANSYAH
5150811095

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun guna
memenuhi persyaratan tugas Mekanika Bahan jurusan Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Teknologi Yogyakarta dari mata kuliah Mekanika Bahan.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
membantu. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memperlancar tugas ini sehingga dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
2. Bapak Adi Setiabudi Bawono, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik
Sipil.
3. Bapak Faqih Maarif, S.T., M.Eng. Selaku dosen mata kuliah Mekanika Bahan.
4. Rekan-rekan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Teknologi Yogyakarta.
5. Semua pihak yang telah membantu selama penyusunan makalah ini yang tidak
dapat penyusun sebutkan satu persatu.

Dengan segala keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki, penyusun


menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun dari berbagai pihak senantiasa diharapkan untuk peningkatan
berikutnya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.

Yogyakarta, Desember 2016

Penyusun
DAFTAR ISI
MAKALAH ........................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... 2
1. ANALISIS REGANGAN BIDANG (PLAIN STRAIN) .............................................. 4
2. TRANSFORMASI REGANGAN BIDANG ............................................................... 6
3. REGANGAN UTAMA DAN GESER MAKSIMUM (PRINCIPAL STRAIN) ........ 10
4. LINGKARAN MOHR UNTUK REGANGAN BIDANG ........................................ 11
5. CONTOH SOAL DAN APLIKASI .......................................................................... 11
KESIMPULAN ................................................................................................................... 15
1. ANALISIS REGANGAN BIDANG (PLAIN STRAIN)

Regangan di suatu titik pada struktur yang dibebani bervariasi menurut orientasi
sumbu-sumbunya, dengan cara seperti pada tegangan. Dalam subbab ini, kita akan
menurunkan persamaan transformasi yang menghubungkan regangan dalam arah miri ng
dengan regangan dalam arah referensi. Persamaan transformasi ini banyak digunakan di
laboratorium dan penelitian-penelitian yang melibatkan regangan.
Regangan biasanya diukur dengan strain gages; sebagai contoh, strain gages
(pengukur regangan) diletakkan di pesawat udara untuk mengukur perilaku struktural selama
penerbangan, dan strain gages diletakkan di gedung-gedung untuk mengukur pengaruh
gempa. Karena setiap pengukur tersebut mengukur regangan di dalam satu arah tertentu,
maka biasanya dibutuhkan perhitungan regangan dalam arah-arah lainnya dengan
menggunakan persamaan transformasi.
Mari kita mulai dengan menjelaskan apa yang dimaksud dengan regangan bidang dan
bagaimana kaitannya dengan tegangan bidang. Tinjaulah elemen kecil dari suatu bahan yang
mempunyai sisi-sisi dengan panjang 1a, 1b, dan 1c dalam arah x, y, dan z. Jika satu-satunya
deformasi adalah yang ada di dalam bidang xy, maka tiga komponen regangan dapat ada:
regangan normal x dalam arah x, regangan normal y dalam arah y, dan regangan geser xy

Gambar 1.a Gambar 1.b


Gambar 1.c Gambar 1.d

Suatu elemen dari bahan yang mengalami regangan-regangan ini (dan hanya regangan-
regangan ini) dikatakan berada dalam keadaan regangan bidang. Oleh karena itu, suatu
elemen dalam regangan bidang tidak mempunyai regangan normal z dan arah z.dan tidak

mempunyai regangan xz dan yz masing-masing dalam bidang xz dan yz. Jadi, regangan

bidang didefinisikan dengan kondisi berikut:

persamaan 1.a

Regangan-regangan lainnya (x, x, xy) dapat mempunyai harga yang tidak nol. Dari

definisi di atas, kita lihat bahwa regangan bidang terjadi apabila muka depan dan belakang
suatu elemen bahan ditahan penuh terhadap peralihan, suatu kondisi yang diidealisasikan
yang jarang tercapai pada struktur aktual. Namun, ini tidak berarti bahwa persamaan
transformasi untuk regangan bidang tidak berguna. Sebaliknya, persamaan tersebut sangat
berguna karena juga berlaku untuk tegangan bidang, sebagaimana diterangkan di bawah ini.
Dalam tegangan bidang, tegangan berikut ini harus nol:
persamaan 1.b
Sedangkan tegangan lainnya ((x, y, dan xy) dapat mempunyai harga tidak nol.
Perbandingan antara tegangan dan regangan dalam kasus tegangan bidang dan regangan
bidang. Sekalipun definisi tegangan bidang dan regangan bidang mempunyai kemiripan, tidak
boleh dianggap bahwa keduanya terjadi secara simultan. Pada umumnya, suatu elemen yang
berada dalam keadaan tegangan bidang akan mengalami regangan dalam arah z.
Gambar 1.e

2. TRANSFORMASI REGANGAN BIDANG


Di dalam penurunan rumus transformasi untuk regangan bidang, kita akan
menggunakan sumbu-sumbu koordinat. Kita akan mengasumsikan bahwa regangan normal x

dan y dan regangan geser xy. yang berkaitan dengan sumbu-sumbu xy diketahui. Tujuan

dari analisis kita adalah untuk menentukan regangan normal x1 dan regangan geser x1y1

yang berkaitan dengan sumbu-sumbu x1yl yang diputar berlawanan jarum jam melalui sudut
dari sumbu sumbu xy. (Kita tidak perlu menurunkan persamaan terpisah untuk regangan
normal Y l karena ini dapat diperoleh dari persamaan untuk x1 dengan mensubstitusikan
+ 90 untuk .)
Regangan normal x1. Untuk menentukan regangan normal x1 di dalam arah xl kita tinjau
elemen kecil dari bahan sehingga sumbu x1 ada di sepanjang diagonal rnuka z elemen dan
sumbu-sumbu x dan y ada di sisi-sisi elemen. Tentu saja, elemen ini pada kenyataannya
adalah tiga dimensi, dengan adanya dimensi dalam arah z.
Tinjau dahulu regangan x dalam arah x. Regangan ini menghasilkan perpanjangan dalam
arah x sama dengan xdx, di mana dr adalah panj ang sisi yang berkaitan pada elemen.
Sebagai hasil dari perpanjangan ini. diagonal elemen bertambah panjang sebesar

. persamaan 2.1
Regangan ini menimbulkan perpanjangan dalam arah y sama dengan ydy, di mana dy adalah
panjang sisi elemen sejajar dengan sumbu y. Sebagai hasil dari perpanjangan ini, diagonal
elemen bertambah panjang sebesar
persamaan 2.2

Regangan ini menghasilkan distorsi elemen sedemikian rupa sehingga sudut di pojok kiri

bawah elcmen berkurang sebesar regangan geser. Akibatnya, muka atas elemen bergerak ke

kanan ( terhadap muka bawah) sebcsar xydy. Deformasi ini menghasilkan pertambahan

panjang diagonal sebesar

persamaan 2.3
Pertarnbahan total d pada panjang diagonal adalah jumlah ketiga rurnus di atas jadi,

Regangan normal 2.a Regangan normal 2.b y

Regangan normal 2.c xy

Persamaan 2.4

Persamaan 2.5
Dengan mengamati bahwa dx/ds = cos dan dy/ds = sin , maka kita peroleh rumus berikut
untuk regangan normal:

Persamaan 2.6
Jadi, kita telah memperoleh rumus untuk regangan normal dalam arah x1 yang dinyatakan

dalam regangan x, y, dan xy yang berkaitan dengan sumbu-sumbu x1y1. Seperti telah

diterangkan sebelum ini, regangan normal 1 dalam arah y1 diperoleh dari persamaan ini
dengan mensubstitusikan + 90 untuk .

Regangan geser x1y1 Sekarang kita tinjau regangan geser x1y1 yang berkaitan dengan

sumbu-sumbu x1y1 Regangan ini sama dengan berkurangnya sudut antara garis-garis dalam
bahan yang semula di sepanjang sumbu x1 dan y1. Deformasi yang disebabkan oleh regangan

x, Y, dan xy menyebabkan garis Oa berputar melalui sudut berlawanan jarum jam dari

sumbu x1. Dengan cara yang sama, garis Ob pada awalnya ada di sepanjang sumbu Y1
namun karena deformasi maka ia berputar melalui sudut searah jarum jam. Regangan geser

x1y1adalah berkurangnya sudut antara kedua garis yang semula saling tegak lurus dengan

demikian,

Persamaan 2.7

Jadi, untuk mencari regangan geser x1y1 kita harus menentukan sudut dan . Sudut

dapat diperoleh dari deformasi. Regangan x menghasilkan rotasi dengan elemen searah
jarum jam. Sudut rotasi tersebut kita beri notasi 1. Sudut 1 ini sama dengan jarak xdx sin
dibagi dengan panjang diagonal ds:

Persamaan 2.8
Dengan cara yang sama, regangan y menghasilkan rotasi diagonal berlawanan jarum jam

melalui sudut 2. Sudut ini sama dengan jarak ydy cos dibagi dengan ds:

Persamaan 2.9

Akhimya, regangan xy menghasilkan rotasi searah jarum jam melalui sudut 3 sama dengan

jarak xy dy sin dibagi dengan ds:


Persamaan 2.10
Dengan demikian rotasi resultan diagonal dalam arah berlawanan jarum jam sama dengan
sudut yaitu

Persamaan 2.11
Lagi-lagi, dengan mengamati bahwa dx/dy = cos dan dy/ds = sin , kita peroleh

Persamaan 2.12
Rotasi garis Ob yang semula bersudut 90 terhadap garis Oa, dapat diperoleh dengan
mensubstitusikan + 90 untuk di dalam rumus untuk . Rumus yang dihasilkannya
mempunyai arah berlawanan j arum jam apabila positif (karena adalah berlawanan jarum
jam jika positif), sehingga ini sama dengan negatif dari (karena adalah positif jika searah
jarum jam). Jadi,

Persamaan 2.13
Menjumlahkan dan maka didapat kan

Persamaan 2.14
Untuk memformat persamaan ini ke dalam bentuk yang lebih menguntungkan, kita bagi
masing-masing suku dengan 2:

Persamaan 2.15

Sekarang kita telah memperoleh rumus untuk regangan geser xiyi yang berkaitan dengan

sumbu-sumbu x1 y1 yang dinyatakan dalam regangan x, y, dan xy yang berkaitan dengan

sumbu-sumbu xy.
Persamaan transforrmasi. Persamaan-persamaan untuk regangan bidang dapat dinyatakan
dalam sudut 2 dengan menggunakan identitas trigonometri sebagai berikut:

Persamaan 2.16
Jadi, persamaan transformasi untuk rcgangan hidang adalah

Persamaan 2.17

Persamaan 2.18

3. REGANGAN UTAMA DAN GESER MAKSIMUM (PRINCIPAL


STRAIN)
Regangan utama ada di bidang-bidang yang tegak lurus dengan sudut utama p yang
dihitung dari persamaan berikut

persamaan 3.1

persamaan 3.2
untuk tegangan utama. Kedua regangan utama (di bidang .xy) dapat dikaitkan dengan dua
arah utama dengan menggunakan cara-cara yang diuraikan dalam Subbab untuk tegangan
utama. Akhimya, perhatikan bahwa dalam keadaan regangan bidang, regangan utamanya
adalah ez = 0. Juga, regangan geser adalah nol di bidang-bidang utama.

REGANGAN GESER MAKSIMUM


Regangan geser maksimum dalam bidang xy berkaitan dengan sumbusumbu pada 45
terhadap arah regangan utama. Regangan geser yang secara aljabar maksimum (dalam bidang
xy) dinyatakan dalam persamaan berikut

persamaan 3.3
Regangan geser yang secara aljabar mtmmum mempunyai besar yang sama tetapi bertanda
negatif. Dalam arah regangan geser maksimum, regangan nornalnya adalah

persamaan 3.4
4. LINGKARAN MOHR UNTUK REGANGAN BIDANG
Lingkaran Mohr untuk regangan bidang dibuat dengan cara yang sama seperti
lingkaran untuk tegangan bidang. Regangan normal x, diplot sebagai absis (positif ke kanan)

dan setengah regangan geser (x1y1/2) diplot ebagai ordinat ( positif ke bawah). Pusat

lingkaran C mempunyai absis yang sama dengan rata-rata

persamaan 4.1
Titik A, yang merepresentasikan regangan yang berkaitan dengan arah X = 0), mempunyai

koordinat x dan x/2. Titik B. di ujung yang berlawanan untuk diameter dari A, mempunyai

koordinat y dan -xy/2, yang mempresentasikan regangan yang berkaitan dengan sepasang

sumbu yang berputar melalui sudut = 90 .


Regangan yang berkaitan dengan sumbu-sumbu yang diputar melalui sudut dinyatakan
dengan ti tik D. Yang terletak di lingkaran dengan mengukur sudut 2 berlawanan
denganradius CA. . Regangan u tama dinyatakan dengan titik P1 dan P2 dan regangan geser
maksimum dengan titik S1 dan S2. Semua regangan ini dapat ditentukan dari geometri
lingkaran atau dari persamaan transformasi.

5. CONTOH SOAL DAN APLIKASI

Sebuah elemen bahan yang berada dalam keadaan regangan bidang mengalami
regangan sebagai berikut:

Semua regangan ini menunjukkan deformasi suatu elemen dengan dimensi satu. Karena tepi-
tepi elemen mempunyai panjang satuan, maka perubahan dalam dimensi linier mempunyai

besar yang sama seperti regangan normal x dan y. Regangan geser xy adalah pengurangan

sudut di pojok kiri bawah elemen.


Tentukan besaran-besaran sebagai berikut:
a) regangan untuk elemen yang berorientasi pada sudut f) = 30,
b) regangan utama, dan
c) regangan geser maksimum. (Tinjau regangan dalam bidang saja, dari tunjukkan sernua
hasil dalam gambar dengan elernen dengan orientasi yang sudah benar.)

Solusi
Elemen yang berorientasi pada sudut = 30 . Regangan untuk elemen yang berorientasi pada
sudut terhadap sumbu x dapat diperoleh dari

Sekarang dengan mensubtitusikan

Dengan demikian, regangan geser adalah


x1y1 = -110 x 10-6

Regangan y1 dapat diperoleh sebagai berikut:

Regangan x1 , y1 , dan x1y1 untuk elemen yang berorientasi pada sudut = 30.

Perhatikan bahwa sudut di pojok kiri bawah elemen bertambah karena x1y1 bertanda

negatif.
(b) Regangan utama. Regangan utama dapat secara langsung ditentukan sebagai
berikut

Jadi regangan utamanya yaitu,


di mana 1 menunjukkan regangan utama yang secara aljabar lebih besar dan 2 menunjukkan
regangan utama yang secara aljabar lebih kecil. (lngat bahwa kita meninjau hanya regangan
dalam bidang di dalam contoh ini.)

Harga 2 P di antara 0 dan 360 adalah 38,0 dan 2 1 8,0 sehingga sudut untuk arah utama
adalah
P = 19 dan 109
Untuk menentukan harga P yang berkaitan dengan masing-masing regangan utama, kita
mensubstitusikan P = 19 = ke dalam persamaan transformasi pertama.

Hasil ini menunjukkan bahwa suatu elemen yang berorientasi pada sudut s2 =64,0
mempunyai regangan geser negatif maksimum.
Kita dapat memperoleh hasil yang sarna dengan mengamati bahwa sudut s1 terhadap arah
regangan geser positif maksimum selalu 45 kurang dari p1,
KESIMPULAN
Di dalam pembahasan mengenai tegangan bidang, kita akan menggunakan elemen
regangan untuk merepresentasikan keadaan tegangan di suatu titik di dalam benda. Elemen
tegangan telah dibahas pada konteks khusus, tetapi sekarang kita akan menggunakannya
secara lebih formal. Kita akan mulai analisis kita dengan meninjau suatu elemen yang
padanya diketahui ada tegangan, dan selanjutnya kita akan menurunkan hubungan
transformasi yang memberikan tegangan yang bekerja di sisi-sisi suatu elemen yang
berorientasi dalam arah yang berbeda.
Di dalam meninjau elernen tegangan, kita harus selalu mengingat bahwa hanya satu
keadaan tegangan yang ada di suatu titik di benda yang mengalami tegangan, tidak peduli
bagaimana orientasi elemen yang digunakan untuk menggambarkan keadaan tegangan
tersebut. Apabila kita mempunyai dua elemen dengan orientasi yang berbeda di titik yang
sama di suatu benda, maka tegangan yang bekerja di permukaan kedua elemen akan berbeda,
tetapi ini masih merepresentasikan keadaan tegangan yang sama, yaitu tegangan di titik yang
sedang ditinjau.
Situasi ini analog dengan representasi suatu vektor gaya dengan komponen-
komponennya meskipun komponen-komponennya berbeda apabila sumbu koordinatnya
dirotasikan ke posisi yang baru, gaya itu sendiri tetap sama. Selain itu. kita harus selalu ingat
bahwa tegangan bukanlah vektor. Fakta ini kadang-kadang dapat membingungkan. karena
kita biasanya merepresentasikan tegangan dengan panah, sebagaimana pada vektor gaya.
Meskipun panah digunakan untuk merepresentasikan tegangan yang mempunyai besar dan
arah, ini bukanlah vektor karena tidak dapat dijumlahkan mengikuti aturan jajaran genjang.
Sebenamya, tegangan lebih merupakan besaran yang rumit dibandingkan vektor, dan dalam
matematika disebut tensor. Besaran tensor lainnya di dalam mekanika adalah regangan dan
momen inersia.

Anda mungkin juga menyukai