PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker Tiroid adalah sutu keganasan pada tiroid yang memiliki 4 tipe yaitu:
papiler, folikuler, anaplastik dan meduler. Kanker tiroid jarang menyebabkan pembesaran
kelenjar, lebih sering menyebabkan pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar.Sebagian
besar nodul tiroid bersifat jinak, biasanya kanker tiroid bisa disembuhkan.
Nodul tiroid sangat sering ditemukan, dengan incidence rate
setiap tahunnyaberkisar antara 4-8%. Menurut data WHO 2004,
karsinoma tiroid jarang terjadidilaporkan hanya 1,5% dari keganasan
seluruh tubuh. Karsinoma tiroid biasanyamerupakan keganasan sistem
endokrin. Dijumpai secara primer pada usia dewasamuda dan
pertengahan, dengan sekitar 122.000 kasus baru per tahun di
seluruhdunia (WHO,2004).
Radiasi merupakan salah satu faktor etiologi kanker tiroid. Banyak kasus kanker
pada anak-anak sebelumnya mendapat radiasi pada kepala dan leher karena penyakit
lain. Biasanya efek radiasi timbul setelah 5-25 tahun, tetapi rata-rata 9-10
tahun.Stimulasi TSH yang lama juga merupakan salah satu faktor etiologi kanker
tiroid.Faktor resiko lainnya adalah adanya riwayat keluarga yang menderita kanker tiroid
dan gondok menahun.
Peran perawat terhadap kangker tiroid ini sangat penting, yaitu untuk
memberikan informasi sebelum jalannya oprasi dan memberikan perawatan setelah
dilaksanakan oprasi demi mempercepat penyembuhan pasien.
Setalah melihat tentang keganasan dan patofisiologi dari kanker tiroidmaka
kelompok kami tertarik untuk membahas mengenai kangker tiroid tersebut.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Tujuan umum
Meningkatkan pemahaman dan pengetahuanasuhan keperawatan carsinoma
tiroid.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa/i mampu mengetahui konsep Anatomi Fisiologi.
b. Mahasisa/i mampu memahami konsep dasar carsinoma Thyroid
c. Mahasiswa/i mampu menerapkan asuhan keperawatan dalam setiap tindakan
keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
6. Kelainan tiroid
Dalam Sayfuddin (2006) dijelaskan bahwa kelainan pada kelenjar tyroid yaitu :
a) Hipertrofi atau hiperplasia
1) Struma difosa toksik, hipermetabolisme karena jaringan tubuh dipengaruhi
oleh hormon tiroid yang berlebihan dalam darah.
2) Struma difosa nontoksik
a) Ipe endemik: kekurangan yodium kronik, air minum kurang mengandung
yodium disebut gondok edemik
b) Tipe sporadik : pembesaran difusi dan strauma didaerah endemis,
penyebabnya suatu stimulus yang tidak diketahui
B. Konsep Dasar
1. Karsinoma Tiroid
a. Pengertian
Karsinoma tiroid adalah suatu keganasan (pertumbuhan tidak terkontrol dari
sel) yang terjadi pada kelenjar tiroid (Cozzier,1996).
Kanker tiroid adalah sutu keganasan pada tiroid yang memiliki 4 tipe yaitu:
papiler, folikuler, anaplastik dan meduller. Kanker tiroid jarang menyebabkan
pembesaran kelenjar, lebih sering menyebabkan pertumbuhan kecil (nodul) dalam
kelenjar. Sebagian besar nodul tiroid bersifat jinak, biasanya kanker tiroid bisa
disembuhkan.
Kanker tiroid sering kali membatasi kemampuan menyerap yodium dan
membatasi kemampuan menghasilkan hormon tiroid, tetapi kadang menghasilkan
cukup banyak hormon tiroid sehingga terjadi hipertiroidisme.
Nodul tiroid adalah pembengkakan atau massa pada kelenjar tiroid.
Pembedahan merupakan pilihan terapi utama, namun pembedahan yang tidak
dilakukan dengan baik berisiko tinggi mencederai 2 struktur penting, yakni kelenjar
paratiroid dan nervus rekuren laringeal.
c. Etiologi
Etiologi dari penyakit ini belum pasti, yang berperan khususnya untuk
terjadi well differentiated (papiler dan folikuler) adalah radiasi dan goiter
endemis, dan untuk jenis meduler adalah faktor genetik. Belum diketahui
suatu karsinoma yang berperan untuk kanker anaplastik dan meduler.
Diperkirakan kanker jenis anaplastik berasal dari perubahan kanker tiroid
berdiferensia baik (papiler dan folikuler), dengan kemungkinan jenis folikuler
dua kali lebih besar (Sudoyo.dkk,2009).
Radiasi merupakan salah satu faktor etiologi kanker tiroid. Banyak
kasus kanker pada anak-anak sebelumnya mendapat radiasi pada kepala dan
leher karena penyakit lain. Biasanya efek radiasi timbul setelah 5-25 tahun,
tetapi rata-rata 9-10 tahun. Stimulasi TSH yang lama juga merupakan salah
satu faktor etiologi kanker tiroid. Faktor resiko lainnya adalah adanya riwayat
keluarga yang menderita kanker tiroid dan gondok menahun (Barbara,1996).
Radiasi, genetik & TSH
Kelenjar tiroid terdiri dari dua lobus, satu di sebelah kanan dan satu
lagi disebelah kiri. Keduanya dihubungkan oleh suatu struktur ( yang
dinamakan isthmus atau ismus. Setiap Karsinoma
lobus berbentuk seperti buah pir.
/ adeno karsinoma
Kelenjar tiroid mempunyai satu lapisan kapsul yang tipis dan pretracheal
fascia. Pada keadaan tertentu kelenjar tiroid aksesoria dapat ditemui di
sepanjang jalur perkembangan embriologi tiroid. Kelenjar tiroid menghasilkan
bermetstase
tiga jenis hormon yaitu triyodotironin T3, tiroksin T4 dan sedikit kalsitonin.
Hormon T3 dan T4 dihasilkan oleh folikel sedangkan kalsitonin dihasilkan
oleh parafolikuler (Sudoyo.dkk,2009)
hemtogen
Pathway
Paru2, tulang, otak , hati Pertumbuhan cepat
Gangguan nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan Kebersihan jalan nafas b.d denganob
Limfe leher
f. Anamnesis
Dalam anamnesis, perlu ditanyakan riwayat keluarga mengenai keganasan
tiroid jinak maupun ganas. Penyakit terdahulu yang mengikutsertakan leher
(iradiasi kepala dan leher saat masa anak-anak), riwayat kehamilan, dan
kecepatan onset dan tingkat pertumbuhan benjolan di leher harus ditanyakan.
Adanya benjolan di leher selama masa kanak-kanak dan remaja harus diperhatikan
karena memiliki kemungkinan keganasan tiga sampai empat kali lebih besar
daripada di orang dewasa. Risiko kanker tiroid juga meningkat pada usia tua dan
laki-laki.
Pasien dengan nodul tiroid biasanya tidak terlalu tampak atau tidak
bergejala. Seringkali, tidak ada hubungan yang jelas antara gambaran histologist
dengan gejala pada pasien.Pada pasien dengan gejala, riwayat penyakit lengkap
penting ditanyakan. Pertumbuhan benjolan yang lambat tapi progresif (minggu
sampai bulan) mengarahkan pada keganasan.
Pemeriksaan kelenjar tiroid secara umum terdiri dari inspeksi, palpasi, dan
auskultasi.Pada inspeksi perlu diperhatikan apakah terdapat pergeseran
trakea.Untuk dapat melihat kelenjar tiroid dengan jelas, pasien diminta untuk
sedikit mendangak, kemudian perhatikan daerah dibawah kartilago krikoid.Minta
pasien untuk menelan, perhatikan gerakan ke atas kelenjar tiroid, simetrisitas, dan
konturnya.Palpasi kelenjar tiroid dilakukan dengan pemeriksa berdiri di belakang
pasien.Pasien diminta mendangak.Jari-jari kedua tangan diletakan di leher pasien
tepat dibawah kartilago krikoid.Minta pasien untuk menelan, rasakan gerakan
isthmus yang naik ke atas, tetapi tidak selalu teraba.Geser trakea ke kanan dnegan
jari-jari tangan kiri.Jari-jari tangan kanan meraba lobus kanan pada ruang diantara
trakea dan sternomastoid.Temukan lateral margin. Dengan cara yang sama,
periksa lobus kiri.5 Pada massa di tiroid pelaporan terdiri dari adalah lokasi,
konsistensi, ukuran nodul, ketegangan leher, nyeri, dan adenopati servikal.
h. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan
ganas tiroid belum ada yang khusus, kecuali kanker meduler, yaitu
pemeriksaan kalsitonon dalam serum. Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-
kadang diperlukan karena pada karsinoma tiroid dapat terjadi
tiroktositosis walaupun jarang. Human Tiroglobulin (HTG) Tera dapat
dipergunakan sebagai tumor marker dan kanker tiroid diferensiasi baik.
Walaupun pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker tiroid, namun
peninggian HTG ini setelah tiroidektomi total merupakan indikator tumor
residif atau tumbuh kembali (barsano). Kadar kalsitonin dalam serum
dapat ditentukan untuk diagnosis karsinoma meduler.
2. Radiologis
i. Foto X-Ray
Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang
diperlukan untuk melihat obstruksi trakhea karena penekanan
tumor dan melihat kalsifikasi pada massa tumor. Pada karsinoma
papiler dengan badan-badan psamoma dapat terlihat kalsifikasi
halus yang disertai kalsifikasi stipled, sedangkan pada karsinoma
meduler kalsifikasi lebih jelas di massa tumor. Kadang-kadang
kalsifikasi juga terlihat pada metastasis karsinoma pada kelenjar
getah bening. Pemeriksaan X-Ray juga dipergunnakan untuk
survey metastasis pada pary dan tulang. Apabila ada keluhan
disfagia, maka foto barium meal perlu untuk melihat adanya
infiltrasi tumor pada esophagus
ii. Ultrasound
Ultrasound diperlukan untuk tumor solid dan kistik. Cara ini aman
dan tepat, namun cara ini cenderung terdesak oleh adanya tehnik
biopsy aspirasi yaitu tehnik yang lebih sederhna dan murah
iii. Computerized Tomografi
CT-Scan dipergunakan untuk melihat perluasan tumor, namun
tidak dapat membedakan secara pasti antara tumor ganas atau jinak
untuk kasus tumor tiroid.
iv. Scintisgrafi
Dengan menggunakan radio isotropic dapat dibedakan hot nodule
dan cold nodule. Daerah cold nodule dicurigai tumor ganas. Teknik
ini dipergunakan juga sebagai penuntun bagi biopsy aspirasi untuk
memperoleh specimen yang adekuat.
3. Biopsi Aspirasi
Pada dekade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak dipergunakan
sebagai prosedur diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor terutama
pada tumor tiroid. Teknik dan peralatan sangat sederhana , biaya murah
dan akurasi diagnostiknya tinggi. Dengan mempergunakan jarum tabung
10 ml, dan jarum no.22 23 serta alat pemegang, sediaan aspirator tumor
diambil untuk pemeriksaan sitologi. Berdasarkan arsitektur sitologi dapat
diidentifikasi karsinoma papiler, karsinoma folikuler, karsinoma
anaplastik dan karsinoma medule.
i. Penatalaksanaan medis
a. Therapi Radiasi
Pada adenokarsinoma papiler tanpa penyebaran ke kelenjar leher
sebaiknya dilakukan istmolobektomi. Bila terdapat pembesaran kelenjar limf
leher, kemungkinan besar telah terjadi penyebaran melalui saluran limf di dalam
kelenjar sehingga perlu dilakukan tiroidektomi total disertai diseksi kelenjar
leher pada sisi yang sama.
b. Tiroidectomi
Tiroidektomi adalah prosedur pembedahan di mana semua atau sebagian
dari kelenjar tiroid akan dihapus. Kelenjar tiroid terletak di anterior bagian dari
leher tepat di bawah kulit dan di depan jakun. Tiroid adalah salah satu kelenjar
endokrin tubuh, yang berarti bahwa mengeluarkan produk-produknya di dalam
tubuh, ke dalam darah atau getah bening. tiroid menghasilkan beberapa hormon
yang memiliki dua fungsi utama: mereka meningkatkan sintesis protein di
sebagian besar jaringan tubuh, dan mereka meningkatkan tingkat
konsumsi oksigen tubuh.
j. Peran perawat
Peran perawat adalah dalam penatalaksanaan Pre-Operatif, Intra Operatif dan
Post Operasi:
a. Penatalaksanaan Pre Operasi yang perlu dipersiapkan adalah sebagai berikut:
1) Inform Concern (Surat persetujuan operasi) yang telah ditandatangani oleh
penderita atau penanggung jawab penderita
2) Keadaan umum meliputi semua system tubuh terutama system respiratori dan
cardiovasculer
3) Hasil pemeriksaan / data penunjang serta hasil biopsy jaringan jika ada
4) Persiapan mental dengan suport mental dan pendidikan kesehatan tentang
jalannya operasi oleh perawat dan support mental oleh rohaniawan
5) Konsul Anestesi untuk kesiapan pembiusan
6) Sampaikan hal-hal yang mungkin terjadi nanti setelah dilakukan tindakan
pembedahan terutama jika dilakukan tiroidectomi total berhubungan dengan
minum suplemen hormone tiroid seumur hidup.
2. Struma
Struma disebut juga goiter adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena
pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid dapat berupa gangguan
fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya.
Dampak struma terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelenjar tiroid yang
dapat mempengaruhi kedudukan organ-organ di sekitarnya.Di bagian posterior medial
kelenjar tiroid terdapat trakea dan esophagus.Struma dapat mengarah ke dalam
sehingga mendorong trakea, esophagus dan pita suara sehingga terjadi kesulitan
bernapas dan disfagia. Hal tersebut akan berdampak terhadap gangguan pemenuhan
oksigen, nutrisi serta cairan dan elektrolit. Bila pembesaran keluar maka akan
memberi bentuk leher yang besar dapat asimetris atau tidak, jarang disertai kesulitan
bernapas dan disfagia.
a. Klasifikasi Struma
1) Berdasarkan Fisiologisnya
Berdasakan fisiologisnya struma dapat diklasifikasikan menjadi
eutiroidisme, hipotiroidisme, dan hipertiroidisme.Hipotiroidisme dapat
disebabkan kelainan pada hipotalamus, kerusakan hipofisis, defisiensi
iodium, penggunaan antitiroid, dan tiroiditis.Terdapat pula keadaan yang
dikenal sebagai hipotiroidisme iatrogenik yang terjadi pascatiroidektomi
atau pascapengobatan iodium radioaktif.
2) Berdasarkan Klinisnya
Secara klinis pemeriksaan klinis struma toksik dapat dibedakan
menjadi:
A. Struma Toksik
Struma toksik dapat dibedakan atas dua yaitu struma difus toksik
dan struma nodusa toksik. Istilah difus dan nodusa lebih mengarah kepada
perubahan bentuk anatomi dimana struma difus toksik akan menyebar luas
ke jaringan lain. Jika tidak diberikan tindakan medis sementara nodusa
akan memperlihatkan benjolan yang secara klinik teraba satu atau lebih
benjolan (struma multinoduler toksik)
Struma non toksik sama halnya dengan struma toksik yang dibagi
menjadi struma difus nontoksik dan struma nodusa nontoksik. Struma
nontoksik disebabkan oleh kekurangan iodium yang kronik.Struma ini
disebut sebagai simple goiter, struma endemik, atau goiter koloid yang sering
ditemukan di daerah yang air minumya kurang sekali mengandung iodium
atau terpapar goitrogen yang bisa menghambat sintesa hormon.
A. Pengkajian
1. Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor registrasi medik, ata biografi
ruangan dan diagnosa medis.
2. Riwayat kesehatan yang lalu berupa penyakit dahulu yang berhubungan dengan
keluhan sekarang.
3. Riwayat keluhan sekarang meliputi kapan keluhan itu timbul, apakah sudah berobat
dan keluhan apa yang dirasakan.
4. Aktivitas / Istirahat
a. Gejala : Kelelahan, kelemahan, atau malaise umum. Kehilangan
produktivitas dan penurunan toleransi latihan. Kebutuhan tidur dan
istirahat lebih banyak.
5. Sirkulasi
a. Gejala : Palpitasi, angina / nyeri dada.
b. Tanda : Takikardia, distrimia dan terdengar bunyi bruid
6. Integritas Ego
a. Gejala : Faktor stress, takut / ansietas sehubungan dengan diagnosisdan
kemungkinan takut mati.
b. Tanda : Berbagi prilaku, missal marah, menarik diri , pasif.
7. Eliminasi
a. Gejala : Tidak ada Perubahan karakteristik urin dan peces.
b. Tanda :-
8. Makanan / Cairan
a. Gejala : Anorexia / kehilangan nafsu makan, disfagia ( tekanan pada
esophagus ). Adanya penurunan berat badan sampai dengan 10 % atau lebih selam
6 bulam.
9. Neurosensori
a. Gejala : Nyeri saraf ( Neoralgia ) menunjukan kompresi saraf oleh
pembesaran kelenjar tiroid
11. Pernapasan
a. Gejala : Dipsnea pada kerja atau istirahat ; nyeri dada.
12. Keamanan
a. Gejala : Riwayat adanya infeksi, riwayat mononukleus, riwayat ulkus /
perforasi pendarahan gaster, periode demam : keringat malam tanpa menggigil.
b. Tanda : Demam menetap dengan suhu 38 C tanpa gejala infeksi, nodus limfe
simetris, membengkak atau membesar, nodus dapat terasa keras dan kenyal,
pruritas umum.
13. Seksualitas
a. Gejala : Masalah tentang fertilitas / kehamilan ( sementara penyakit tidak
mempengaruhi, tetapi pengobatan mempengaruhi ) dan penurunan libido.
b. Penyuluhan / pembelajaran
B. Diagnosa
Intervensi
1) Jelaskan apa yang terjadi selama periode pra operasi dan pasca operasi,
termasuk test laboratorium pra op, persiapan kulit, alasan status puasa, obat-
obatan pre op, aktifitas area tunggu, tinggal diruang pemulihan dan program
pasca operasi. Informasikan klien bahwa obatnya tersedia bila diperlukan untuk
mengontrol nyeri, anjurkan untuk memberitahu nyeri dan meminta obat nyeri
sebelum nyerinya bertambah hebat.
2) Informasikan klien bahwa ada suara serak & ketidaknyamanan menelan dapat
dialami setelah pembedahan, tetapi akan hilang secara bertahap 3-5 hari.
dengan berkurangnya bengkak
5) Lengkapi daftar aktifitas pada daftar cek pre op, beritahu dokter jika ada
kelainan dari test Lab. pre op.
10) Daftar cek memastikan semua aktifitas yang diperlukan telah lengkap. Aktifitas
ini dirancang untuk memastikan klien telah siap secara fisiologis untuk operasi
dan mengurangi resiko lamanya penyembuhan.
2) Ciptakan lingkungan rumah sakit yang bersifat pribadi & mendukung untuk klien
& keluarga.
3) Libatkan anggota keluarga dalam perawatan anggota keluarga yang sakit bila
memungkinkan.
4) Bantu anggota keluarga untuk mengubah harapan-harapan klien yang sakit dalam
suatu sikap yang realistis.
5) Buatlah daftar bantuan profesional lain bila masalah-masalah meluas diluar batas-
batas ke-perawatan. Klien & keluarga mengetahui segala sesuatu yang mungkin
dapat menyebabkan kekha-watiran serta dapat mengatasi nya.Klien merasa
terlindungi rasa amannya.
6) Klien mendapat perhatian & kasih sayang dari keluarga-nya & keluarga dapat
berpe-ran lebih aktif dalam merawat klien.Harapan yang tidak realistis membuat
kelurga berpikir ti-dak objektif.
2) Periksa balutan leher setiap jam pada periode awal post op, kemudian tiap 4
jam.
3) Monitor frekuensi & jumlah drainase serta kekuatan balutan.
5) Pertahankan klien dalam posisi semi fowler dengan diberi kantung es (ice bag)
untuk mengurangi bengkak.
6) Anjurkan klien untuk berbicara setiap 2 jam tanpa merubah nada atau
keparauan suara.
12) Pembedahan didaerah leher dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas karena
adanya edem post op.
13) Dengan mempertahankan posisi & pemberian es dapat mengurangi
pembengkakan.
14) Kerusakan pada saraf laringeal sela-ma pembedahan tiroid dapat menye-
babkan penutupan glottis.
16) Persiapan untuk gawat darurat memastikan pemberian perawatan yang cepat &
tepat.
Intervensi
- menyokong leher bila bergerak di tempat tidur & bila turun dari tempat
tidur.
- menghindari hiper ekstensi & fleksi akut leher. Analgesik narkotik perlu
pada nye-ri hebat untuk memblok rasa nyeri.
a) Tidak terjadi komplikasi sampai klien pulang ke rumah (hari ke-7 10 post
op).
Intervensi
Terjadi Perdarahan:
a. Pantau:
c. Tempatkan bel pada sisi tempat tidur & ins-truksikan klien untuk memberi
tanda bila tersedak atau sensasi tekanan pada daerah insisi terasa. Bila gejala
itu terjadi, kendur-kan balutan, cek TTV, inspeksi insisi, perta-hankan klien
pada posisi semi fowler, beri-tahu dokter.
Hipokalsemia:
Intervensi:
1) Berikan instruksi untuk latihan leher fleksi, ekstensi & latihan rotasi setelah
jahitan di angkat hari ke-7.
3) Bila tiroidektomi total dilakukan, berikan informasi tentang obat pengganti &
harus digunakan untuk sepanjang hidup.
A. Simpulan
Kanker tiroid merupakan salah satu gangguan endokrin. Gangguan ini lebih
banyak terjadi pada wanita dengan distribusi berkisar antara 2:1 sampai 3:1. Insidensinya
berkisar antara 5,4 30 %.
Berdasarkan usia, kanker tiroid jenis papiler biasanya terjadi pada pasien berusia
kurang dari 40 tahun. Yang berperan dalam well differentiated carcinoma (papiler dan
folikuler) adalah radiasi dan goiter endemis , dan untuk jenis meduler adalah faktor
genetik.
Kanker tiroid jenis meduler dapat diketahui dengan tes laboratorium, yaitu
pemeriksaan kalsitonin dalam serum. Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang diperlukan
karena pada karsinoma tiroid dapat terjadi tirotoksitosis walaupun jarang.
Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang diperlukan untuk
melihat obstruksi trakhea karena penekanan tumor dan melihat kalsifikasi pada massa
tumor. Ultrasonografi diperlukan untuk membedakan tumor solid dan kistik, dan cara ini
aman serta tepat.
CT-Scan dipergunakan untuk melihat perluasan tumor, namun tidak dapat
membedakan secara pasti antara tumor ganas dan jinak. Dengan menggunakan
radioisotropik dapat dibedakan hot nodule dan cold nodule.
Pada dekade terakhir ini biopsi aspirasi banyak dipergunakan sebagi prosedur
diaknostik pendahuluan dari berbagai tumor terutama pada tumor tiroid.
B. Saran
Makalah sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai kelompok
mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pembimbing dan teman-teman sesama
mahasiswa. Selain itu penyakit carsinoma tyroid ini sangat berbahaya dan kita sebagai
host harus bisa menghindari obat-obatan dan etiologi lainnya yang bisa menyebabkan
alergi dan timbulnya penyakit ini.
Selama kelompok menyelesaikan makalah ini kelompok merasa kesulitan karena
kurangnya literature dari perpustakaan. Kelompok mengharapkan peran dari kampus
untuk memperbanyak buku-buku , terutama pada penyakit carsinoma tyroid ini. Sehingga
kelompok dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu dan semaksimal mungkin.
Daftar Pustaka
Doenges Marlyn E, Moorhouse Mary Frances, Geissler Alice C, 1999, "Pedoman Asuhan
Keperawatan", Edisi ke-3. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Long Barbara C, 1996, "Medical Bedah 2" Yayasan IAPK, Pajajaran, Bandung
Price Sylvia A, Wilson Lorraine M, 1995 "Patifosiologi", Edisi ke-4 Buku ke II, Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Sudoyo Aru.W.dkk, 2009. Ilmu Penyakit Dalam.Edisi ke.5. Interna Publising, Jakarta
WHO (2004)