Anda di halaman 1dari 9

Pengertian, Definisi dan Rumus BEP / Break Even Point -

Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan


Thu, 08/06/2006 - 1:13pm godam64

Break Even point atau BEP adalah suatu analisis untuk menentukan dan mencari jumlah
barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi
biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntungan / profit.

Rumus Analisis Break Even :


BEP = Total Fixed Cost / (Harga perunit - Variabel Cost Perunit)

Keterangan :
- Fixed cost : biaya tetap yang nilainya cenderung stabil tanpa dipengaruhi unit yang
diproduksi.
- Variable cost : biaya variabel yang besar nilainya tergantung pada benyak sedikit jumlah
barang yng diproduksi.

Contoh :
Misalnya ada perusahaan konveksi kaos kaki murah yang harga satu buah kaos kaki adalah
Rp. 10.000 dengan biaya variabel sebesar Rp. 5.000 per kaos kaki dan biaya tatap sebesar Rp.
10.000.000

BEP = 10.000.000 / (10.000 - 5.000)


BEP = 20.000

Jadi diperlukan memproduksi 20.000 kaos kaki untuk mendapatkan kondisi seimbang antara
biaya dengan keuntungan alias profit nol.

Author : andri apriyono

Break event point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan tidak
mendapat untung maupun rugi/ impas (penghasilan = total biaya)

BEP amatlah penting kalau kita membuat usaha agar kita tidak mengalami kerugian, apa itu
usaha jasa atau manufaktur, diantara manfaat BEP adalah

1. alat perencanaan untuk hasilkan laba

2. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya


dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.

3 Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan

4 Mengganti system laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengerti
Setelah kita mengetahui betapa manfaatnya BEP dalam usaha yang kita rintis, kompenen
yang berperan disini yaitu biaya, dimana biaya yang dimaksud adalah biaya variabel dan
biaya tetap, dimana pada prakteknya untuk memisahkannya atau menentukan suatu biaya itu
biaya variabel atau tetap bukanlah pekerjaan yang mudah, Biaya tetap adalah biaya yang
harus dikeluarkan oleh kita untuk produksi ataupun tidak, sedangkan biaya variabel adalah
biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit produksi jadi kalau tidak produksi
maka tidak ada biaya ini

Salah satu kelemahan dari BEP yang lain adalah Bahwa hanya ada satu macam barang yang
diproduksi atau dijual. Jika lebih dari satu macam maka kombinasi atau komposisi
penjualannya (sales mix) akan tetap konstan. Jika dilihat di jaman sekarang ini bahwa
perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya mereka menciptakan banyak produk jadi
sangat sulit dan ada satu asumsi lagi
yaitu Harga jual persatuan barang tidak akan berubah berapa pun jumlah satuan barang yang
dijual atau tidak ada perubahan harga secara umum. Hal ini demikian pun sulit ditemukan
dalam kenyataan dan prakteknya.

Break Even Point (BEP) Analysis - Part 1

Break Even Point yang biasa disingkat dengan BEP, yang di Indonesia kita
kenal dengan TITIK IMPAS, termasuk alat analisa paling classic yang dipakai
untuk menganalisa hubungan antara: Revenue/Sales, Cost, Volume & Profit.
Dalam artikel ini kita akan coba explore sejauh yang kita bisa dan
mengaplikasikannya kedalam suatu kasus bisnis. Saya pribadi tidak memiliki
pengetahuan yang mendalam mengenai Break Even Point. Terus terang, waktu
masih jamannya kuliah, subject ini sangat membosankan buat saya. Tetapi
sekarang saya merasa ini adalah salah satu minning knowledge (tambang
pengetahuan) yang menantang untuk di explorize. Jadi sesungguhnya artikel ini
lebih merupakan suatu pembelajaran sekaligus experiment bagi saya pribadi.
Saya ingin mengetahui:

(-). Sejauh mana alat analisis ini bisa diterapkan dalam menjawab persoalan
bisnis?

(-). Apakah memiliki suatu keterbatasan?

(-). Atau justru alat analysis ini bisa diaplikasikan untuk keperluan lain, tidak
hanya sekedar untuk mengetahui break even point (misalnya: untuk membidik
tingkat profit tertentu?).

(-). Apa bedanya BEP dengan ROC (Return of capital)? Apakah berhubungan?
Saya sangat berharap dengan research, explorasi dan experiment kecil-kecilan
ini bisa memperoleh jawaban, sekaligus bisa berbagi dengan pengunjung blog
ini, agar tidak perlu membuang waktu untuk ber-experiment sendiri, cukup
hanya membaca hasil laporan saya ini :-) Sukur-sukur jika bisa diaplikasikan pada
usaha kecil yang baru anda rintis, misalnya: pizza kaki lima?, atau distro?, atau
mini market di komplek perumahaan dimana anda tinggal? Atau bagi yang suka
hal-hal berbau analytical works mungkin ingin mengembangkannya lebih jauh
lagi. Silahkan.

Bagi yang tertarik dengan topic ini silahkan ikuti terus sampai selesai, sedikit
agak panjang (memang tidak bisa dibuat singkat), bagi yang tidak silahkan baca
artikel lainnya di blog ini. Bagi saya pribadi ini adalah tantangan yang meng-
asyik-kan

Pengertian dan Formulasi Break Even Point


Pemahaman saya pribadi (dengan logika sederhana saja): Break Even Point
adalah titik dimana Entity/company/business dalam keadaan belum memperoleh
keuntungan, tetapi juga sudah tidak merugi. Jika dinyatakan dengan bahasa
akuntansi keuangan mungkin jadinya: Suatu keadaan dimana:

REVENUE - COGS EXPENSES = 0

Jika REVENUE - COGS EXPENSES = 1, berarti di atas break even point


(untung)
Jika REVENUE - COGS EXPENSES = -1, berarti belum break even (masih
rugi)

Setuju?.

Selanjutnya saya mencari-cari pengertian BEP sambil berharap untuk


memperoleh pengertian yang lebih specific dan detail.

Berikut ini adalah pengertian Break even point yang saya temukan di
www.organisasi.org:

Break Even point atau BEP adalah suatu analisis untuk menentukan dan
mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada
harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan
keuntungan / profit.

Dan rumusnya :

Rumus Analisis Break Even :


BEP = Total Fixed Cost / (Harga perunit - Variabel Cost Perunit)
Cukup memuaskan?, menurut saya lumayan bagus, lebih detail dibandingkan
pengertian saya, tetapi definisinya agak rancu (agak bias), coba kita cari
lagi kali ini saya mencarinya di Yahoo Answer, dan saya menemukan
penjelasan salah satu member disana, yang menurut saya sudah cukup detail,
formula dan pengertiannya seperti dibawah ini:

BEP adalah Total Revenue = Total Cost


Total Revenue = Total Fixed Cost + Total Variabel Cost

Total Revenue adalah pendapatan total kita.Total Fixed Cost adalah total semua
biaya tetap kita. Yaitu biaya yang "mau ga mau, produksi atau ga produksi"
harus tetap dibayar.
Total Variabel Cost adalah total semua biaya variable. Yaitu biaya yang kita
keluarkan untuk memproduksi satu unit produk. Singkatnya, BEP terjadi bila
total seluruh pendapatan kita sama dengan total semua biaya yang kita
keluarkan.
Kalau kamu mau tahu rumus BEP untuk satuan unit:
Total Fixed Cost/(Price-Variabel Cost)
Price adalah harga jual barang.

Okay, sepertinya kita mendapat pengertian yang kurang lebih sama, so


seharusnya dari sini kita bisa tarik kesimpulan apa itu BEP.

Break Even Point adalah titik dimana Revenue sama dengan Cost.

Pertanyaan saya: apakah itu saja sudah applicable?, apakah sudah bisa
dijadikan tool untuk menjawab masalah suatu bisnis?.

Saya melanjutkan research kecil-kecilan saya, nah berikut ini adalah contoh
kasus yang diungkapkan di www.organisasi.org:

"Misalnya ada perusahaan konveksi kaos kaki murah yang harga satu buah kaos
kaki adalah Rp. 10.000 dengan biaya variabel sebesar Rp. 5.000 per kaos kaki
dan biaya tetap sebesar Rp. 10.000.000

BEP = 10.000.000 / (10.000 - 5.000)


BEP = 20.000

Jadi diperlukan memproduksi 20.000 kaos kaki untuk mendapatkan kondisi


seimbang antara biaya dengan keuntungan alias profit nol. (Putra: mungkin
writter-nya salah ketik, di atas mungkin maksudnya harga sepasang kaos kaki Rp
10,000, bukan sebuah kaos kaki).

Wow, great!, ternyata kita memperoleh jawaban yang lumayan applicable.


Sayang skalanya sangat kecil. Bisa dimengerti, mungkin hanya untuk
memberikan pengetahuan dasar (basic knowledge) mengenai BEP. Masalahnya,
mana mungkin ada suatu perusahaan memproduksi hanya sepasang kaos kaki.

Pengembangan Kasus Break Even Point


Ada beberapa pertanyaan yang mungkin bisa kita kembangkan:

1). Bagaimana jika kaos kaki yang dibuat 1000 pairs?

2). Bagimana jika pertanyaannya saya ubah: jika berproduksi 1000 pairs, pada
harga berapa seharunya kaos kaki tersebut dijual agar perusahaan mencapai
break even point?

3). Jika berproduksi 1000 pairs dengan harga Rp 10,000/pair, berapa fixed cost
yang bisa dialokasikan agar perusahaan mencapai break even?

4). Jika berproduksi 5000 pairs, harga kaos kaki Rp 15,000/pair berapa lama
perusahaan akan mencapai BEP?

5). Fixed Cost yang dimaksudkan pada contoh diatas meliputi apa saja?
(walaupun sudah diungkapkan di yahoo answer di atas bahwa fixed cost yang
dimaksudkan disini adalah pengeluaran-pengeluaran yang tidak dipengaruhi oleh
aktivitas produksi) akan tetapi rasanya tidak cukup specific.

6). Yang dimaksudkan variable cost dari proses produksi kaos kaki disini apa
saja?.

7). Bagaimana jika ada mixed cost (cost yang sebagian tergolong fixed cost,
sisanya tergolong variable cost). Misal: Perusahaan menyewa genset untuk satu
bulan Rp 10,000,000,- untuk penggunaan 8 jam saja, sedangkan kelebihan jam
penggunaan akan dihitung Rp 25,000/jam. Perusahaan juga membayar gaji
seorang salesman dengan Gaji Pokok Rp 2,000,000,- dan komisi 2% untuk setiap
penjualan yang dihasilkan. Bagaimana menentukan BEP-nya?.

8). Bagaimana jika perusahaan tidak hanya menjual kaos kaki, perusahaan juga
menjual kaos dalam dan celana dalam, bagaimana menghitung BEP-nya?

Sampai pada tahap ini, saya masih harus mencari jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan di atas. Apakah saya akan menemukan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan tersebut?, bagimana caranya memberdayakan
alat ini (Break Even Point Analysis) agar bisa kita terapkan?, bagaimana
penerapannya?.
Di posting saya yang berikutnya: Break Even Point (BEP) Analysis Part 2,
akan saya explore dengan formulasi yang lebih berkembang dan contoh
kasus yang lebih complex. Silahkan ikuti terus. Sampai ketemu di Break
Even Point (BEP) Analysis Part 2.

COST BENEFIT ANALYSIS (BARU)


DOWNLOAD

COST BENEFIT ANALYSIS

A. Pendahuluan
Kesehatan adalah salah satu hal yang paling berharga dalam kehidupan. Ketika
sakit, tak jarang seseorang harus mengeluarkan sejumlah uang dalam jumlah
yang cukup besar. Pemerintah sendiri baru-baru ini mengeluarkan kebijakan
Jamkesmas sebagai bentuk upaya pembiayaan kesehatan. Kita berharap agar
kebijakan ini dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang adil, berkualitas dan
dapat diakses oleh masyarakat luas.

Berbicara mengenai efisiensi biaya pengobatan rasanya akan turut pula


membicarakan tentang obat karena obat merupakan komponen penting dalam
upaya pelayanan kesehatan bahkan penggunaan obat dapat mencapai 40 % dari
seluruh komponen biaya pelayanan kesehatan.
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi harga obat sehingga sering kali
pasien kesulitan untuk melakukan efisiensi dalam investasi kesehatannya. Pasien
sulit memprediksi biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan pengobatan
yang pada akhirnya dapat membuat pasien enggan untuk mengakses layanan
kesehatan karena kekhawatiran harus menanggung biaya yang besar.
Untuk itu dalam farmakoekonomi dikenal istilah cost benefit analysis. Analisis ini
digunakan untuk menilai apakah keuntungan pengobatan lebih besar dari biaya.

B. Pengertian Cost Benefit Analisis


Cost benefit analisis adalah analisis yang membandingkan antara biaya (cost)
dari suatu penyakit dengan output atau keuntungan (benefit) dari pengobatan.
Cost mencerminkan biaya dari penyakit dan pengobatannya. Sedangkan
keuntungan mencerminkan hasil dari sebuah pengobatan/terapi. Benefit yang
dimaksudkan disini dapat bersifat netral, positif atau negatif yang bergantung
dari hasil yang dicapai. Sebuah terapi yang manjur akan menghasilkan benefit
yang positif. Sedangkan terapi yang tidak manjur berarti tidak menghasilkan
keuntungan (netral) atau bahkan dapat merugikan (benefit yang negatif).
Dalam cost benefit analisis, input (biaya) dan output (hasil pengobatan)
dikuantifikasi berdasarkan nilai uang. Dengan demikian, akan mudah
membandingkan antara intervensi terapetik yang satu dengan yang lain.
Sehingga, dapat ditentukan dengan mudah apakah hasil dari sebuah pengobatan
(output) sebanding dengan investasi yang di lakukan. Dari analisis ini, dapat
diketahui berapa jumlah uang yang pantas/akan dikeluarkan oleh seseorang
untuk mendapatkan suatu keuntungan dalam hal kesehatan.
Perhitungan antara cost dan benefit (dalam nilai uang) dapat dilakukan dengan
dua cara yakni:
1. Membagi perkiraan benefit dengan perkiraan cost, yang akan memberikan
rasio benefit-to-cost. Jika rasio ini lebih besar dari 1, berarti pilihan tersebut
menguntungkan.
2. Mengurangi nilai benefit dengan nilai cost. Bila hasilnya positif, maka pilihan
tersebut memberikan keuntungan.
Tabel 1. Dasar pengukuran Cost Benefit Analisis
Metode Dasar Pengukuran output Perhitungan antara cost dan benefit
Cost Benefit Cost dan benefit diukur dalam satuan yang sama, yaitu uang.
Contoh: biaya yang dikeluarkan untuk mencegah kematian, biaya untuk
mengurangi tekanan darah, rasa sakit dll. Keuntungan bersih = Keuntungan
biaya

Rasio = benefit/cost

Keunggulan & Kelemahan dari CBA


Memberikan keunggulan dibandingkan analisis lainnya, karena keduanya dinilai
dengan uang, mudah dibandingkan. Namun demikian, terdapat kelemahan dari
CBA, yaitu sulitnya menterjemahkan suatu output dalam unit uang. Misalkan
bagaimana mengukur rasa sakit, hidup manusia, dalam suatu nilai uang?
Terdapat dua pendekatan yang dilakukan untuk mengatasi kelemahan ini:

1. Pendekatan human capital


Suatu nilai dari output/keuntungan dianggap sama dengan produktivitas
ekonomi yang dapat dihasilkan dari keuntungan tersebut. Sebagai contoh, biaya
dari sebuah penyakit, adalah biaya yang diakibatkan karena hilangnya
produktivitas berkenaan dengan terjangkitnya penyakit ini. Pendapatan
seseorang sebelum dikenakan pajak atau nilai dari kegiatan (pekerjaan rumah
tangga, mengasuh anak) dapat digunakan untuk mengukur nilai suatu cost dan
benefit orang tersebut.
Contoh kasus:
Studi analisis cost dan benefit dari pemberian vaksin meninggococus kepada
mahasiswa. Dalam studi ini nilai dari produktivitas mahasiswa diperkirakan
mencapai 1 juta dolar. Padahal, nilai moneter ini belum tentu mewakili nilai riil
seorang mahasiswa dalam masyarakat.

2. Pendekatan willingness-to-pay /kemauan untuk membayar sejumlah uang


Metode pendekatan willingness-to-pay, memperkirakan nilai dari benefit/output
kesehatan dengan cara memeperkirakan berapa orang akan membayar untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya hal hal yang tidak diinginkan.
Sebagai contoh kasus:
Jika seseorang mau membayar $100 untuk mengurangi risiko kematian dari
1:1000 menjadi 1:2000, secara teoritis, sebuah hidup manusia bernilai: $
200.000 didapat dari [$100 / (0.001-0.0005)]. Permasalahan dengan metode ini
adalah, apa yang dikatakan seseorang tentang kemauan membayar, belum
tentu berkaitan dengan apa yang akan dilakukan mereka. Selain itu, persepsi
setiap orang tentang penurunan risiko kematian berbeda-beda, tergantung
kondisinya.

C. Aplikasi Analisis Cost Benefit


Cost benefit analisis dapat digunakan untuk bermacam-macam tujuan:
1. Menyediakan data tentang net monetary outcome (hasil net output dalam
bentuk uang) untuk sebuah intervensi medis. Bukan hanya sekedar berfungsi
sebagai pembanding antara intervensi yang satu dengan yang lain saja.Net
outcome = benefit cost. Atau dalam bentuk ratio benefit/cost
2. Menyediakan data tentang net monetary outcome untuk beberapa
intervensi medis. Contoh:
Untuk mengontrol diabetes & hipertensi, lebih baik menggunakan diet dan
olahraga terlebih dahulu, daripada langsung menggunakan terapi obat. Hal ini
dapat dihitung dan dibandingkan. Jadi CBA bisa digunakan untuk
membandingkan (dalam satuan uang) alternatif pengobatan yang satu dengan
yang lain.
3. Perbandingan langsung secara kuantitatif intervesi medis untuk penyakit
yang berbeda
Hal ini berguna untuk suatu rumah sakit, agen asuransi, pemerintah, karena
budget keuangannya sering kali terbatas. Jadi, sebuah intervensi medis
diharapkan dapat memberikan dampak kesehatan yang besar.
Misalnya: Perlukah sebuah rumah sakit melakukan program edukasi untuk
medidik masyarakat tentang bahaya keracunan pestisida? Ataukan lebih baik
dana tersebut digunakan untuk membeli alat diagnostik yang baru?
Dalam mengambil keputusan, CBA berperan sebagai alat untuk membantu
pengambilan keputusan, dengan mempertimbangkan faktor terkait lainnya.

D. Contoh Perhitungan analisis cost-benefit


1) Sebuah RS ingin membandingkan obat yang akan diberikan pada pasien
dalam mengatasi hipertensi, analisis cost benefit menunjukkan hasil sebagai
berikut:
Total Cost Total Benefit Benefit: Cost Net benefit
Obat A 90.000 120.000 120.000/90.000 = 1.33 120.000-90.000 = 30.000
Obat B 100.000 135.000 135.000/100.000 = 1.35 135.000-100.000 =
35.000

Dari perhitungan diatas, keduanya memberikan rasio benefit:cost > 1 dan net
benefit yang positif. Namun Obat B memberikan keuntungan lebih dibandingkan
Obat A.
2) Analisis pemberian vaksinasi influenza secara cuma-cuma pada seluruh
orang dewasa.
Pemerintah ingin mengetahui: perlukah flu vaksin diberikan secara cuma-cuma
kepada setiap orang? Analisis Cost benefit membandingkan total biaya yang
dibutuhkan untuk mengimplementasikan program vaksin flu dengan keuntungan
yang didapat, misal: menurunnya kasus influenza. Namun demikian ada
kekurangan dari CBA, yaitu dalam contoh vaksin flu, keuntungan dari pemberian
vaksin flu sulit untuk diterjemahkan dalam bentuk uang.
Keuntungan tersebut berupa:
- Efek vaksin terhadap berkurangnya hari kerja karena gejala flu
- Efek vaksin terhadap berkurangnya efektifitas/ kinerja seseorang karena
gejala flu
- Efek vaksin terhadap jumlah kunjungan ke praktisi kesehatan
Dari hasil penelitian, didapatkan hasil:
Biaya untuk vaksin flu& administrasinya: $43.07. Benefit/keuntungan yg
didapat: meningkatkan hari aktif kerja sebanyak 18%, meningkatkan efektifitas
kerja sebanyak 18% mengurangi hari kunjungan ke praktisi kesehatan sebanyak
13%.
Dapat disimpulkan, melalui cost benefit analisis, vaksin flu memberikan
keuntungan.
Kelemahan dari analisis ini: Menurunnya prokduktifitas kerja, atau meliburkan
diri karena harus beristirahat berbeda antara satu dengan yg lain. Dampak flu
terhadap orang dewasa, orang tua, anak-anak akan sangat berbeda. Dengan
demikian, CBA penggunaannya luas dengan syarat benefit dapat dihitung
dengan uang.

E. Kesimpulan
Analisis cost benefit merupakan bagian dari berbagai analisis dalam
farmakoekonomi yang membandingkan antara cost/biaya dan keuntungan. Cost
benefit memiliki keunggulan dimana cost dan benefit dihitung dalam satuan
moneter sehingga dapat mudah dibandingkan, namun kelemahan dari analisis
ini adalah tidak semua keuntungan dapat diterjemahkan dalam nilai uang.
Analisis cost benefit dapat diterapkan secara luas, semakin tinggi rasio benefit to
cost dan net benefit, semakin menguntungkan intervensi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Bonk, Robert. Pharmacoeconomics in perspective: a primer on research,


techniques and information. 1999. NY: Haworth Press Inc.
Walley T, Haycox A, Boland A. 2004. Pharmacoeconomics. Spanyol: Churchill
Livingstone.
Malone PM, Mosdel KW. 2001. Drug information: a guide for pharmacists. Edisi
kedua. USA: McGraw Hill
Nichol KL, Mallon KP, Mendelman PM. Cost benefit of influenza vaccination in
healthy, working adults: an economic analysis based on the results of a clinical
trial of trivalent live attenuated influenza virus vaccine.Vaccine, 2003 May
16;21(17-18):2207-17.

Anda mungkin juga menyukai