Oleh
Dr. Astia Dendi, Heinz-Josef Heile, Mahman, Rukyatil Hilaliyah, Rifai Saleh Haryono
Oleh
Dr. Astia Dendi
H. J. Heile
Mahman
Rukyatil Hilaliyah
Rifai Saleh Haryono
Desember 2004
PN. 2002.2133.3
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
Kata Pengantar
Kebijakan otonomi daerah dimaksudkan antara lain untuk dapat lebih mendorong
prakarsa masyarakat dalam menggali dan mengembangkan potensi lokal di masing-
masing daerah. Partisipasi masyarakat merupakan kunci utama dalam mendukung
pelaksanaan otonomi daerah, terutama terkait dengan pendekatan penanggulangan
kemiskinan yang efektif di daerah.
Akhirnya diucapkan terima kasih atas dukungan semua pihak yang telah
berkontribusi dan semoga pelajaran berharga ini dapat dijadikan sebagai referensi
untuk dimanfaatkan dan sejauh mungkin direplikasikan di daerah lain di Indonesia.
SEMAN WIDJOJO
i
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
BUPATI DOMPU
Kata Sambutan
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah Subhanahuwataala karena kita diberi
kekuatan untuk tetap bekerja sepenuh hati untuk membantu masyarakat kita yang
berada di bawah garis kemiskinan.
ii
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
Kepada penulis yang telah bekerja keras dalam menyelesaikan buku ini, saya atas
nama masyarakat Dompu mengucapkan terima kasih. Semoga karya-karya seperti
ini dapat terus disarikan sehingga dapat memberi manfaat bagi pihak-pihak yang
memerlukannya.
Bupati Dompu,
H. ABUBAKAR AHMAD, SH
iii
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
BUPATI BIMA
Kata Sambutan
Alhamdullilah, puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa, yang senantiasa mencurahkan rahmat, kasih sayang, dan bimbingannya
kepada kita semua, sehingga penyusunan Buku yang berjudul: Menanggulangi
Kemiskinan melalui Pengembangan Ekonomi Lokal ini dapat diselesaikan.
Kemiskinan merupakan salah satu masalah yang terkait erat dengan kebijakan
pembangunan ekonomi. Di sisi lain, kita menyadari bahwa pembangunan ekonomi
saat ini dan di masa depan, selain dihadapkan pada sejumlah persoalan dan
tantangan yang terkait dengan persaingan global yang terkait dengan
perkembangan lingkungan strategis lokal dan regional, juga sangat dipengaruhi oleh
dinamika persaingan global yang kompetitif. Dalam konteks itulah perlu dirumuskan
dan dikembangkan kebijakan pembangunan ekonomi yang serasi dengan
mengedepankan pemanfaatan potensi ekonomi lokal, tanpa mengabaikan potensi
global dan sumber daya luar sebagai pendukung. Pengembangan ekonomi lokal
adalah salah satu pendekatan pembangunan ekonomi yang mementingkan
pemanfaatan sumber daya lokal secara optimal dengan tetap berpijak pada 3 (tiga)
pilar yaitu daya tarik, daya tahan, dan daya saing.
iv
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
Penerbitan buku ini merupakan salah satu bentuk kerjasama Indonesia Jerman,
sebagai wujud kepedulian GTZ PROMIS-NT terhadap kemajuan daerah di Kawasan
Nusa Tenggara, termasuk di Kabupaten Bima, yang di dalamnya membahas tentang
strategi pengembangan ekonomi lokal berdasarkan kondisi riil daerah, pengalaman-
pengalaman empirik implementasi program pengembangan ekonomi lokal di daerah.
Oleh karena itu, atas nama Pemerintah Daerah dan seluruh masyarakat Kabupaten
Bima, saya menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada GTZ PROMIS-NT dan tim penulis atas sumbangan pemikirannya.
Kiranya buku ini dapat dijadikan salah satu referensi oleh Satuan Kerja Perangkat
Daerah dalam menjabarkan prinsip-prinsip Pengembangan Ekonomi Lokal dalam
upaya memanfaatkan potensi yang dimiliki.
Bupati Bima,
v
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
Daftar Isi
Kata Pengantar i
Daftar Isi vi
BAB 1 PENDAHULUAN 1
Daftar Pustaka 43
vi
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
2
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
1
Lihat Topik 3.2 dalam Bab III
3
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
BAB 2
TANTANGAN STRATEGIS DAN PERSPEKTIF UMUM
PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH DAN
PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Indonesia telah dan sedang mengalami suatu transformasi politik dan ekonomi yang
dinamis, dimana terjadi proses desentralisasi yang cepat yang membawa kepada
devolusi kekuasaan administrasi dan tanggungjawab kepada sekitar 400 kabupaten
semenjak Januari 2001. Sejalan dengan ini, telah diperkenalkan pula suatu sistem
fiskal baru antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Meskipun
penerapan otonomi daerah telah mulai memperluas ruang partisipasi publik di
daerah dalam perumusan kebijakan, perencanaan pembangunan dan pengawasan
anggaran, pemerintah daerah, sektor swasta dan masyarakat sipil masih
berhadapan dengan berbagai tantangan dan kendala dalam membangun kehidupan
yang lebih baik dan berkelanjutan. Beberapa tantangan dan kendala tersebut
dibahas dalam Topik 2.1. Pada Topik 2.2 dikemukakan beberapa perspektif pokok
sebagai bagian dari kerangka normatif pengembangan ekonomi lokal.
4
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
tinggal sekitar 11,3% dari total penduduk Indonesia (Sumodiningrat, 2004)2. Menurut
statistik resmi pemerintah (Sumodiningrat, 2004), sekitar 76% dari rumah tangga
miskin hidup di pedesaan terutama pada sektor pertanian, sementara sisanya hidup
di perkotaan dengan usaha pokok di luar sektor pertanian. Hanya sekitar 25% dari
rumah tangga miskin di perkotaan yang hidup dari sektor pertanian.
Krisis keuangan tersebut yang kemudian meluas menjadi krisis ekonomi dan multi
dimensi, krisis kepercayaan, politik dan sosial, tentunya beserta faktor-faktor akar
penyebabnya pada akhirnya merusak kecenderungan keberhasilan prestasi
penanggulangan kemiskinan di Indonesia sejak pertengahan abad 20. Seorang
ekonom dari Universitas Indonesia, M.Chatib Basri, memperkirakan bahwa sekitar
sepertiga atau bahkan setengah dari penduduk Indonesia masih rentan terhadap
masalah kemiskinan3. Buruknya akses pendidikan, kesehatan dan lingkungan dapat
membuat mereka kembali masuk kedalam kategori penduduk miskin. Kehidupan
mereka hanya sedikit diatas garis kemiskinan, karena itu sangat rentan terhadap
perubahan harga.
Kini sekitar 16 juta jiwa atau sekitar 7,5 persen4 penduduk Indonesia hidup dibawah
garis kemiskinan menurut standar Bank Dunia, yakni hidup dengan daya beli kurang
dari 1 dolar Amerika Serikat per hari. Tetapi jumlah penduduk Indonesia yang rentan
menjadi miskin, artinya mereka yang hidup dengan kurang dari 2 dolar Amerika
Serikat per hari, dilaporkan jauh lebih dari jumlah tersebut, yaitu lebih dari 110 juta
jiwa atau sekitar 53 persen (Soedjito, 2004) 5 . Laporan Pembangunan Manusia
Indonesia tahun 2004 mengungkapkan bahwa IPM (HDI-Human Development Index)
Indonesia berada pada urutan ke 111 dari 177 negara6. Ini menunjukkan bahwa hasil
pembangunan yang dicapai Indonesia dalam peningkatan taraf kehidupan
masyarakatnya relatif tertinggal dibanding negara-negara lain. Lebih jauh lagi,
ketimpangan antar daerah dibidang pembangunan manusia juga menonjol. Indeks
2
Gunawan Sumodiningrat. 2004. Perkembangan strategi penanggulangan kemisikinan. Makalah
disampaikan pada Lokakarya Tukar Pengalaman Daerah Dalam Upaya Penanggulangan Kemiskinan,
diselenggararakan di Sanur Paradise Plaza Hotel Denpasar, Bali 2-4 Juli 2004. Kerjasama Bappenas,
The World Bank, GTZ dan DFID.
3
Sumber: Kompas, 26 Juli 2004, halaman 1.
4
Sumber: Kompas, 1 November 2004, halaman 15.
5
Soedjito, B. Bintoro (2004). Decentralization and poverty reduction: from lessons learnt to policy
action-the case of Indonesia. A paper presented at a workshop jointly organized by the OECD
Development Center and the Development Cooperation Directorate, OECD Headquarters, Paris,
September 29-30, 2004.
6
http://hdr.undp.org/statistics/data/country_fact_sheets/cty_fs_IDN.html).
5
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
7
GDI diukur berdasarkan angka harapan hidup, angka melek huruf, angka partisipasi murid sekolah,
dan GDP riil per kapita antara laki-laki dan perempuan (baca
http://hdr.undp.org/statistics/data/country_fact_sheets/cty_fs_IDN.html).
8
Nitisastro, Widjojo (Kompas, 4 Agustus 2004, halaman 13).
9
Nitisastro, Widjojo, Ibid.
6
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
Tetapi, Indonesia masih relatif lebih rendah daya tarik investasinya dan lebih rentan
terhadap resiko globalisasi dan liberalisasi ekonomi dibanding dengan negara-
negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Thailand dan Australia. World
7
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
Investment Report 200410 mengungkapkan bahwa Indonesia berada pada posisi ke-
139 dari 144 negara yang menjadi tujuan investasi dunia. Sebagai perbandingan,
Brunei Darussalam berada pada urutan ke-2 setelah Belgia dan Luksemburg yang
menduduki urutan pertama. Negara Asia Tenggara lainnya, yakni Singapura, berada
pada urutan ke-6, sedangkan Malaysia berada pada urutan ke-75, Myanmar urutan
ke-85 dan Thailand di urutan ke-87. Disamping kondisi dalam negeri yang berkaitan
dengan faktor ekonomi, faktor yang paling dikhawatirkan para investor adalah kondisi
keamanan serta citra tingginya korupsi di Indonesia. Meskipun upaya
pemberantasan korupsi dan penegakan hukum mulai dilaksanakan secara lebih
serius di Indonesia, persepsi ekonomi biaya tinggi di Indonesia kelihatannya masih
sulit untuk dihapus dalam waktu singkat. Disamping realita korupsi yang belum dapat
diberantas sepenuhnya sampai kini, besarnya jumlah pegawai negeri merupakan
salah satu penyebab ketidakefisienan dan ekonomi biaya tinggi di Indonesia.
Laporan Bank Dunia11 mengungkapkan bahwa biaya untuk memulai berinvestasi
Indonesia tergolong paling tinggi diantara negara-negara ASEAN, yakni sekitar 1.163
dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp. 10.000.000. Disamping biaya, waktu yang
diperlukan untuk mengurus sampai keluarnya izin bisnis di Indonesia juga terlama
diantara negara-negara Asean, yakni sekitar 150 hari. Sebagai perbandingan, biaya
untuk memulai berinvestasi di Malaysia adalah sekitar 966 dolar AS dan izin bisnis
keluar dalam tempo 30 hari, sementara di Thailand lebih murah dan lebih cepat
dimana biayanya sebesar 160 dolar AS dan izin bisnis diperoleh dalam tempo sekitar
33 hari.
10
Lihat selengkapnya pada Harian Kompas 8 September, 2004: halaman 13.
11
Sumber: Kompas, 2 Agustus 2004, halaman 35.
8
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
ekonomi rakyat sebagai tulang punggung ekonomi nasional dan kesanalah kebijakan
dan dukungan difokuskan. Perspektif ini sejalan dengan amanat konstitusi, Undang-
Undang Dasar 1945 sebagaimana tertulis dalam pasal 33.
Meletakkan fokus pada sektor ekonomi rakyat, yang notabene adalah sektor usaha
mikro dan kecil-menengah (UMKM) bukan berarti mengabaikan sektor swasta skala
besar. Malah sebaliknya kebijakan dan pelayanan publik semestinya menjadi insentif
untuk memperluas peluang bagi terwujudnya kemitraan yang saling menguntungkan
antara perusahaan besar dengan perusahaan mikro dan kecil-menengah. Salah satu
contoh peluang kemitraan yang belum termanfaatkan secara signifikan adalah
peluang koperasi untuk memiliki sebagian saham perusahaan publik (Badan Usaha
Milik Negara) atau saham perusahaan swasta, meskipun telah ada kerangka legal
formal yang menunjangnya. Sekiranya pemerintah dapat memfasilitasi koperasi
untuk memperoleh sebagian saham BUMN maupun perusahaan swasta melalui
kebijakan penguatan modal koperasi, misalnya dengan mengurangi subsidi bahan
bakar minyak serta subsidi pupuk dan mengalihkan dananya untuk bantuan
modal koperasi disamping untuk biasanya dana kesehatan dan pendidikan, maka
masyarakat miskin dan pelaku usaha mikro dan kecil menengah (sektor UMKM)
yang menjadi anggota koperasi akan memperoleh keuntungan yang semakin besar
dari rantai produktif dan pemasaran produk maupun jasa. Pada gilirannya akan ada
dampak ekonomi, sosial dan lingkungan hidupnya. Hal ini didiskusikan lebih jauh
pada Topik 3.3 dalam Bab III.
9
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
12
Perspektif yang serupa juga pernah disampaikan Dr. Birgit Kerstan (Bali Post 5 Agustus 2004,
halaman 10).
10
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
KONTEKS REGIONAL-GLOBAL
SOSIAL EKONOMI/ PASAR
DAYA SAING
KEBIJAKAN MINAT/
SEKTOR PRILAKU
PUBLIK SWASTA
SOSIAL POLITIK
Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 207 juta jiwa, yang terdiri dari lebih dari
300 kelompok etnis dan 700 bahasa dan dialek serta beragam agama merupakan
realita yang kompleks dan rawan konflik. Dari perspektif ekonomi, implementasi
otonomi daerah diharapkan menghasilkan nilai tambah ekonomi yang lebih tinggi
bagi masyarakat daerah melalui peningkatan partisipasi masyarakat dalam pasar.
Pemerintah daerah, sektor swasta dan masyarakat daerah tentunya lebih mengenal
dan memahami potensi daerahnya. Tetapi, penataan birokrasi yang dilakukan
pemerintah daerah dalam kerangka desentralisasi tersebut ternyata belum efektif
dan efisien untuk mendukung pengembangan ekonomi daerah.
11
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
Birokrasi yang diciptakan terlalu gemuk dan kemampuan sumber daya manusianya
masih belum optimal. Disamping itu pemerintah daerah pada umumnya sangat
mementingkan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) daripada peningkatan
Produk sebagai upaya meningkatkan pemasukan/kemampuan keuangan daerah.
Kebijakan yang berfokus pada PAD tersebut diimplementasikan melalui
pemberlakuan berbagai macam pungutan, baik berupa retribusi, pajak maupun
pembayaran-pembayaran lainnya (fees). Pungutan-pungutan tersebut menambah
mengganggu minat investor domestik maupun luar negeri, dan menghambat orang
miskin maupun pengusaha untuk memulai maupun mengembangkan bisnis.
Sejalan dengan pemikiran di atas, potensi kerjasama regional yang ditujukan untuk
mengurangi biaya-biaya transaksi serta perolehan nilai tambah ekonomi bagi
12
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
13
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
BAB 3
STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL
13
Lihat GTZ Local Economic Development position paper (draft 2004): What makes LED LED?
14
Ibid
14
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
Dapat disimpulkan bahwa pengembangan ekonomi lokal adalah sebuah proses yang
membentuk kemitraan pemeran (stakeholders) ekonomi, yakni pemerintah daerah,
kelompok-kelompok berbasis masyarakat dan sektor swasta dalam mengelola
sumber daya yang tersedia untuk menciptakan lapangan kerja dan menggiatkan
(stimulasi) ekonomi daerah. Pendekatan tersebut menekankan kewenangan lokal
(local control), menggunakan potensi sumber daya manusia, sumber daya fisik dan
kelembagaan. Dengan demikian, kemitraan pengembangan ekonomi lokal
mengintegrasikan upaya mobilisasi para aktor, organisasi dan sumber daya, serta
pengembangan kelembagaan baru melalui dialog dan kegiatan-kegiatan strategik15.
15
Para pembaca yang ingin memperoleh keterangan lebih lengkap mengenai definisi, cakupan dan
kategorisasi pengembangan ekonomi lokal dianjurkan untuk melihat makalah A.H.J. Helmsing (2001).
Local economic development: new generations of actors, policies and instruments. Draft paper for the
2001 Cape Town Symposium. Dokumen ini di-download pada Juni 2004.
15
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
TUJUAN
PERTUMBUHAN BERKURANGNYA KEHIDUPAN
EKONOMI LOKAl & PENDUDUK BERKELANJUTAN
LAPANGAN KERJA MISIKIN
FOKUS STRATEGI
Desentralisasi dan Deregulasi
16
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
masyarakat sipil (termasuk para pakar) perlu mengintensifkan dialog, dan lebih
intensif memberikan masukan kepada pemerintah pusat melalui jalur birokrasi
maupun melalui platform formal partisipasi publik yang ada (Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, Dewan Perwakilan Daerah, DPR RI) maupun melalui media massa
dan dialog-dialog informal stakeholder.
Pro-Masyarakat Miskin
16
Perspektif ini juga pernah dikemukakan M.Chatib Basri (Kompas, 26 Juli 2004 hal. 1). Pemenang
Nobel ekonomi tahun 1998, Amartya Sen, sebagaimana dikutip oleh Basri (Kompas, 26 Juli 2004 hal.
1) berpendapat bahwa akses sangat penting untuk meningkatkan kapabilitas orang. Lebih jauh Sen
berpendapat bahwa orang menjadi miskin karena ruang kapabilitas mereka kecil (tidak dapat
melakukan sesuatu), bukan karena mereka tidak memiliki sesuatu. Artinya, kesejahteraan tercipta
bukan karena barang yang kita miliki tetapi karena akses yang memungkinkan kita memiliki barang
tersebut. Sehubungan dengan konsep akses ini Basri berpendapat bahwa perluasan akses keluarga
miskin terhadap sumber daya ekonomi melalui sisi penawaran seperti pembangunan infrastruktur fisik,
17
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
kepada sumber daya dan pelayanan menjadi faktor penting dalam mencapai tujuan-
tujuan pengembangan ekonomi lokal sebagaimana tercantum pada Gambar 2.
Sampai sekarang belum ada kesepakatan mengenai definisi dari strategi yang pro-
penduduk miskin (pro-poor) tersebut. Namun, dalam makalah ini, konsep pro-
masyarakat miskin mementingkan beberapa prinsip pokok, yakni: (i) investasi pada
peningkatan sumber daya manusia dan modal sosial penduduk miskin; (ii) kebijakan
dan pelayanan yang menghasilkan tersedianya secara luas dan berkelanjutan
kebutuhan dasar masyarakat (akses pangan, air bersih, perumahan, kesehatan dan
pendidikan); (iii) kebijakan dan pelayanan yang mengurangi biaya-biaya transaksi
sehingga membuka peluang bagi masyarakat miskin untuk memperoleh pekerjaan
dan/atau nilai tambah dari usaha sendiri; (iv) peningkatan akses masyarakat miskin
kepada sumber daya ekonomi (modal, lahan/ ruang, sarana produksi, informasi
pasar, dan lain-lain); dan (v) pembangunan yang ramah lingkungan, yang
memelihara atau bahkan memperbaiki fungsi ekologi dan kapasitas sumber daya
alam untuk berproduksi.
Kesetaraan Gender
Prinsip kesetaraan gender telah terintegrasi ke dalam kerangka pembangunan
berkelanjutan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), kerenanya gender telah menjadi
isu lintas sektor. Salah satu fokus isu gender adalah pada kesetaraan akses dan
kontrol laki-laki dan perempuan terhadap sumber daya ekonomi dan pasar tenaga
kerja. Apapun inisiatif pengembangan ekonomi lokal, mesti ditelaah terlebih dahulu
manfaat atau kerugiannya baik bagi laki-laki maupun perempuan. Revolusi hijau
yang pada satu sisi telah berjasa besar dalam melipatgandakan produksi pangan
melalui sistem pertanian intensif serta mekanisasi, ternyata disisi lain merugikan
kaum perempuan, karena mekanisasi tersebut menyebabkan banyak buruh
perempuan di pedesaan kehilangan lapangan pekerjaan. Kejadian seperti itu dapat
dicegah dengan merancang teknologi yang netral gender atau menciptakan
lapangan kerja baru bagi mereka yang terpinggirkan. Lebih jauh lagi, implikasi dari
pengakuan prinsip kesetaraan gender adalah penghormatan terhadap fungsi
reproduksi perempuan, sehingga perempuan pekerja tetap menerima hak-hak
mereka sebagai pekerja selama cuti hamil dan melahirkan.
maupun akses terhadap subsidi terarah untuk kegiatan ekonomi dan beasiswa pendidikan jadi
penting.
18
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
Pembangunan Berkelanjutan
Prinsip pembangunan ekonomi berkelanjutan telah menjadi bagian integral dari
kerangka pembangunan berkelanjutan PBB. Pembangunan berkelanjutan
menekankan kemanunggalan (inclusiveness) pembangunan ekonomi dengan
pembangunan sosial dan kelestarian lingkungan hidup. Jadi, prinsip pembangunan
berkelanjutan mengintegrasikan mekanisme pasar dengan kelembagaan
(hukum/perundang-undangan, norma sosial, hadiah dan sanksi) untuk membentuk
perilaku dan tindakan sektor publik, swasta dan non-pemerintah dalam mengelola
pembangunan. Lebih jauh lagi, pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan
yang padat ilmu (knowledge-intensive), yang mensubstitusi modal dengan ilmu.
Penggunaan agen hayati (musuh alami) untuk pengendalian hama tanaman
tertentu, yang menggantikan penggunaan pestisida, merupakan contoh kongkrit
bagaimana ilmu menggantikan modal. Contoh lain di bidang pertanian adalah
penerapan pola usahatani yang mengintegrasikan kacang-kacangan yang mampu
menjalin kemitraan (bersimbiose) dengan bakteri rhizobium pada sistem
perakarannya dalam mengolah nitrogen dari udara menjadi senyawa nitrogen yang
dapat diserap tanaman, sehingga keseluruhan atau setidaknya sebagian kebutuhan
pupuk urea disuplai oleh kemitraan bakteri dengan kacang-kacangan tersebut.
Pembangunan berkelanjutan sangat menekankan pentingnya pembangunan hemat
sumber daya dan energi, sehingga penggunaan energi yang dapat diperbaharui
(renewable energy) dan konservasi sumber daya alam perlu diintensifkan.
19
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
20
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
Faktor resiko. Faktor ini termasuk (1) stabilitas makro ekonomi dan dinamika sosial
politik yang kondusif; (2) transparansi, stabilitas dan prediktibilitas kebijakan serta (3)
institusi yang efektif memberikan kepastian hak kepemilikan (property rights) dan
kontrak.
Peningkatan sumber daya manusia dapat ditempuh baik melalui jalur pendidikan
formal (sekolah negeri maupun sekolah swasta), jalur pendidikan informal/ pelatihan
kejuruan (vocational training). Karena permintaan pasar tenaga kerja sangat
21
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
Kita kembali kepada persoalan dilema upah tenaga kerja. Penciptaan daya tarik
investasi dengan mengandalkan keunggulan komparatif melalui pelaksanaan
kebijakan upah rendah menguntungkan pengusaha tetapi tidak sepenuhnya pro-poor.
Sebaliknya bila Pemerintah yang membuat regulasi upah tinggi (kebijakan upah
minimum yang tinggi), bisa menghambat investasi dan/atau menciptakan pasar
gelap tenaga kerja yang dapat menyebabkan tersingkirnya kaum miskin maupun
pencari kerja yang berkeahlian rendah dari pasar tenaga kerja, sehingga juga tidak
bisa disebut pro-poor. Oleh sebab itu, pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
perlu secara bertahap melakukan deregulasi upah tenaga kerja, sejalan dengan
upaya mendukung atau memfasilitasi langkah-langkah berikut ini, yakni:
Pengembangan sumber daya manusia dengan menyediakan pendidikan yang
terjangkau bagi masyarakat luas, termasuk masyarakat miskin. Pemerintah perlu
mendukung inisiatif-inisiatif lokal dan nasional untuk menggalang dana (fund
rising) memenuhi hak-hak dasar semua warga negara dalam memperoleh
pendidikan. Langkah-langkah inovatif yang tidak menimbulkan ekonomi biaya
tinggi perlu digelorakan, misalnya pemberian keringanan pajak kepada Badan
Usaha Milik Negara (BUMN), perusahaan-perusahaan swasta besar dan Badan
Usaha Milik Daerah yang bersedia menyumbangkan sebagian keuntungannya
untuk dana pendidikan rakyat.
Mengoptimalkan fungsi lembaga pelatihan milik Pemerintah untuk menyediakan
pelayanan pelatihan calon tenaga kerja.
Pemberian kupon (voucher) kepada keluarga miskin, pencari kerja maupun
pelaku sektor UMKM untuk mengikuti pelatihan yang sesuai kebutuhan atau
permintaan pasar tenaga kerja, pada lembaga-lembaga pelatihan milik
pemerintah maupun swasta, atau lembaga nirlaba non-pemerintah.
22
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
23
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
24
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
maupun pada tingkat lokal merupakan faktor penting yang memerlukan perencanaan
dan koordinasi lintas lokal dan lintas sektor.
Penciptaan iklim usaha kondusif adalah prasyarat penting bagi keberhasilan strategi
diversifikasi/transformasi produk, tetapi tidak cukup. Sebagai penunjang, pemerintah
daerah perlu memfasilitasi:
Memutakhirkan atau merevisi rencana tata ruang wilayah dengan memperhatikan
keberadaan dan kebutuhan masyarakat miskin dan mensosialisasikannya secara
efektif.
Transformasi struktur pemasaran untuk menghapuskan distorsi harga akibat
rantai pemasaran yang terlalu panjang dan dominasi para tengkulak, melalui
pembentukan dan pemberdayaan lembaga-lembaga ekonomi produsen
(koperasi, asosiasi pemasaran, dan sebagainya).
Peningkatan akses masyarakat kepada informasi dan teknologi melalui
revitalisasi pelayanan penyuluhan maupun menjalin kemitraan dengan lembaga-
lembaga jasa pengembangan bisnis (business development service providers).
Pemerintah daerah menyediakan insentif finansial dan insentif peningkatan
kapasitas bagi keluarga miskin, misalnya:
o Subsidi pengadaan peralatan untuk pengolahan produk (contohnya alat
pengupas jambu mete, lantai permanen untuk penjemuran rumput laut. dan
lain-lain).
o Pemberian voucher kepada keluarga miskin, pencari kerja maupun pelaku
sektor UMKM untuk mengikuti pelatihan-pelatihan teknis maupun manajemen
sesuai kebutuhan mereka pada lembaga pelatihan publik, lembaga-lembaga
pelatihan nirlaba non-pemerintah maupun lembaga jasa pelatihan swasta
dengan dana dari pemerintah daerah. Model pelatihan seperti ini diharapkan
mendorong persaingan dan efisiensi dalam menyediakan pelatihan
berkualitas baik sesuai kebutuhan pasar.
Menyediakan kredit (maupun grant untuk revolving fund) bagi keluarga miskin
maupun organisasi mereka (koperasi, asosiasi) untuk menunjang pengolahan
dan pemasaran produk-produk lokal. Hal ini disajikan lebih jauh lagi pada bagian
selanjutnya dalam Bab ini.
25
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
Pengembangan Kewirausahaan
Berbicara kewirausahaan (entrepreneurship) adalah berbicara mengenai perubahan
dan membuat sesuatu yang berbeda. Secara sempit kewirausahaan adalah
bagaimana mengeksploitasi inovasi untuk menciptakan nilai yang tidak bisa selalu
diukur dengan ukuran-ukuran keuangan saja (Wickham, 2001). Wirausahawan
sangat peduli dengan potensi untuk berubah. Potensi untuk berubah tersebut berada
pada tiga dimensi (Wickham, 2001) yakni (i) dimensi keuangan (potensi menciptakan
nilai baru); (ii) dimensi personal (potensi mencapai tujuan-tujuan personal, tidak
hanya uang semata); dan (iii) dimensi sosial (potensi melakukan perubahan
struktural).
26
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
Oleh sebab itu, diperlukan suatu strategi yang lebih kontekstual dan pro-masyarakat
miskin, antara lain:
27
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
HPH swasta yang telah habis izinnya. Dengan kata lain, sebagian lahan yang
berada dalam domain kehutanan dialihkan statusnya menjadi domain pertanian
dimana rakyat memegang hak akses (hak pakai), bukan hak milik. Untuk
mendapatkan hak akses yang demikian masyarakat sipil dan pemerintah
daerah perlu proaktif memberikan masukan kepada pemerintah pusat melalui
mekanisme yang ada.
(iii) Kedua strategi yang diusulkan tersebut perlu dituangkan dalam suatu kerangka
legal, yakni tata ruang wilayah. Meskipun barangkali setiap Kabupaten dan
Kota di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur telah memiliki rencana
tata ruang wilayah yang definitif, keberpihakannya kepada masyarakat miskin
serta fleksibilitas jangka panjangnya masih belum jelas. Disamping itu, juga
masih ada ruang yang perlu diteliti kembali, yakni sejauhmana rencana tata
ruang wilayah tersebut sinkron dengan rencana strategi pembangunan daerah.
28
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
kepemilikan dan perguliran dana tersebut pasca proyek (dalam jangka panjang)
tidak jelas. Biasanya, dana bergulir dikontrol oleh komite adhoc, dan kelompok
penerima dana mencicil pengembalian dana melalui rekening komite tersebut,
yang selanjutnya secara konseptual akan digulirkan kepada kelompok lain
dalam desa yang sama. Agar perguliran dana tersebut benar-benar berjalan
secara efektif dan efisien, perlu dirumuskan konsep kepemilikan yang jelas,
serta diciptakan struktur kelembagaan yang akan mengelola perguliran dana
tersebut. Beberapa model kelembagaan yang dapat dipertimbangkan antara
lain: Asosiasi kelompok-kelompok masyarakat (asosiasi pokmas), Badan
Usaha Milik Desa atau organisasi klaster industri.
Namun koperasi biasanya tidak tumbuh sendirinya, dan tidak semua koperasi
yang dapat memenuhi persyaratan perbankan, terutama koperasi-koperasi
yang baru tumbuh. Disinilah diperlukan peran pemerintah daerah, khususnya
(Dinas Koperasi), untuk membangun kesadaran masyarakat berkoperasi serta
memfasilitasi pembentukan koperasi. Sejalan dengan itu, pemerintah daerah
perlu mendukung penguatan sumber daya koperasi baik kelembagaan maupun
modalnya. Salah satu inovasi yang berpeluang dilaksanakan guna penguatan
modal koperasi adalah penghapusan subsidi bahan bakar minyak (subsidi BBM)
serta subsidi pupuk, dan memberikan dana tersebut kepada koperasi untuk
dijadikan modal koperasi.
29
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
miskin dan pelaku sektor UMKM. Misalnya yang terjadi di Kabupaten Tanah
Datar dimana Pemda melakukan penyertaan modal pada Bank Perkreditan
Rakyat (BPR) yang diambilkan dari APBD 2002 dan 2004. Di Kabupaten
Dompu, pada tahun 2003 Pemda meyediakan dana 2,5 Miliar Rupiah melalui
PERPADI (Persatuan Pedagang Beras Indonesia) untuk membeli padi petani,
tetapi sayangnya gagal antara lain karena struktur kelembagaan,
profesionalisme, dan masalah internal organisasi. Selain itu, di Kabupaten Alor
diadaptasi konsep yang diperkenalkan Bank Indonesia, yakni pengembangan
hubungan bank dengan kelompok melalui mobilisasi tabungan kelompok.
Dengan difasilitasi oleh motivator desa, kelompok membuka rekening tabungan
di Bank dan menabung secara reguler pada Bank Daerah NTT. Motivator desa
dan Bank memberikan pembinaan tentang administrasi keuangan dan
penyusunan rencana usaha (business plan). Bila anggota kelompok
memerlukan kredit, dana tabungan kelompok yang ada di Bank dapat diajukan
sebagai jaminan bagi anggota yang ingin meminjam di Bank, dimana Bank
dapat memberikan kredit atas nama kelompok sebesar 5 kali lipat jumlah
tabungannya.
30
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
Kabupaten Bima sebagai salah satu daerah penerima dana NTAADP, dimana
sejak tahun 1999-2002 telah menerima dana tersebut sekitar Rp. 7 Milyar. Data
bulan Agustus 2003 bahwa jumlah kelompok 892 pokmas inti dengan anggota
13.557 orang dengan rincian laki-laki 9.717 orang dan perempuan 3.840 orang.
Pokmas pengembangan 541 kelompok dengan jumlah anggota 7.422 orang
(laki-laki 4.545 orang dan wanita 2.809 orang). Hasil studi terakhir (LP3M, 2003)
mengungkapkan bahwa dana yang semula berjumlah Rp. 7 milyar telah
mengalami perkembangan yang berarti menjadi sekitar Rp. 10 milyar.
Peningkatan tersebut berasal dari jasa bunga pinjaman serta tabungan
masyarakat. Lebih jauh studi oleh LP3M (2003) mengungkapkan bahwa
pendapatan kelompok sasaran dana NTAADP meningkat secara signifikan,
bervariasi dari 12%-70% tergantung jenis usaha yang mereka jalankan.
Kunci keberhasilannya terletak pada adanya visi bersama anggota, yang disertai
dengan struktur dan aturan organisasi yang jelas, kepastian kepemilikan dana
oleh masyarakat, manajemen yang partisipatif, transparan dan professionalisme
dari pengurus. Namun, beberapa UPKD mengalami kegagalan dalam mengelola
dana tersebut karena ketiadaan faktor-faktor tersebut di atas, ditambah dengan
sulitnya transportasi ke beberapa lokasi, sehingga menghambat pembinaan.
31
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
Dimensi-dimensi modal sosial tersebut bersifat dinamis, ada yang telah luntur akibat
pengaruh modernisasi ataupun mengalami evolusi sesuai perkembangan kondisi
masyarakat; jadi, dapat berubah dari waktu ke waktu. Lebih jauh lagi, belum tentu
semua norma atau nilai-nilai yang dianut masyarakat menunjang atau koheren
dengan pembangunan ekonomi berkelanjutan. Pemerintah daerah tentunya lebih
memahami tantangan dan peluang membangun dinamisme modal sosial ke arah
yang koheren dengan tujuan pembangunan ekonomi yang lebih merata dan
berketahanan. Pemerintah daerah perlu mendukung inisiatif-inisiatif lokal untuk
reinventing dan pengayaan modal sosial melalui:
32
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
Pertanyaan pokok yang hendak dijawab dalam topik ini adalah peran apa yang perlu
dilaksanakan sektor publik untuk menunjang daya saing sektor bisnis dalam kancah
persaingan regional-global? Sebagaimana dikemukakan pada Topik 3.2,
sesungguhnya membangun daya saing bukanlah strategi yang terisolir dari strategi
membangun daya tarik dan daya tahan. Dengan kata lain keberhasilan strategi
membangun daya tarik dan daya tahan bisnis dan ekonomi adalah prasyarat bagi
keberhasilan strategi membangun daya saing yang akan diuraikan dalam topik
Membangun Daya Saing ini. Definisi pendekatan pengembangan ekonomi lokal
(Topik 3.1) menekankan bahwa peranan sektor publik yang paling utama adalah
menciptakan iklim yang kondusif untuk memulai maupun melakukan ekspansi bisnis.
Berikut ini dipaparkan beberapa elemen penting dari strategi membangun daya saing
untuk melengkapi apa yang telah didiskusikan pada Topik 3.3.1 dan Topik 3.3.2
sebelumnya.
33
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
Salah satu dimensi penting dari kerangka legal yang disebut di atas adalah
kejelasan dan keterjaminan keamanan hak-hak properti (secure property right),
termasuk juga keamanan kontrak, yang merupakan prasyarat penting untuk
mendorong investasi.
Di kabupaten sumba timur, komponen proyek Nusa Tenggara (PNT) dari GTZ
PROMIS-NT mendukung beberapa kelompok yang terdiri dari petani miskin
untuk menggali sumur sebagai sumber air irigasi pada lahan tadah hujan mereka.
Proyek menerapkan pendekatan padat karya yang mengintegrasikan konsep
food-for-work dan aktifitas simpan pinjam kelompok. Para petani yang ikut
menggali sumur memperoleh dari proyek 3,5 kilogram beras. Dari jumlah
tersebut, hanya 2,5 kilogram yang diserahkan langsung ke tangan masing-
masing petani, sedangkan sisanya tinggal pada kelompok sebagai tabungan
anggota pada kelompok. Dari tabungan tersebut, petani dapat membeli satu unit
mesin pompa, guna memompa air ke permukaan dan menampungnya pada bak
penampungan, dan dari bak tersebut air siap untuk didistribusikan ke masing-
34
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
Meskipun globalisasi dapat menimbulkan berbagai dampak ekonomi dan sosial yang
tidak diharapkan, terbukanya pasar regional dan global adalah sebuah peluang
besar bagi bisnis untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan taraf
hidup masyarakat. Namun, kemampuan untuk menciptakan perubahan atau inovasi
adalah salah satu faktor penentu keberhasilan bisnis. Pengusaha swasta besar yang
telah mapan di perkotaan mungkin tidak mengalami banyak kesulitan dalam
melakukan inovasi. Namun pengusaha UMKM di pedesaan maupun di perkotaan
Nusa Tenggara masih memerlukan dukungan dan pelayanan sektor publik untuk
meraih peluang pasar yang ada di luar daerah maupun luar negeri. Pengusaha di
daerah tidak dapat bergantung sepenuhnya kepada tetesan informasi pasar yang
datang dari pengusaha besar ataupun asosiasi-asosiasi ekspor-impor yang ada di
kota metropolitan. Berikut ini didiskusikan beberapa fasilitasi atau pelayanan yang
penting dilakukan pemerintah daerah untuk mendukung inovasi.
(i) Menyediakan secara luas kepada produsen hasil-hasil studi pasar domestik
maupun pasar luar negeri;
(ii) Mendukung promosi dan/atau atau integrasi produk baru ke pasar, baik pasar
lokal-regional maupun pasar luar negeri, dengan cara:
Mendukung pembangunan infrastruktur dan kelembagaan promosi yang
berkelanjutan, serta penyediaan dukungan dana operasional. Pendekatan
yang ditempuh pemerintah China (lihat Selipan 5) barangkali dapat dijadikan
contoh untuk diterapkan untuk promosi tingkat regional maupun
internasional. Manajemen lembaga promosi tersebut seyogyanya diserahkan
35
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
Kemitraan Regional
Konsep regional management mengintegrasikan wilayah administrasi menjadi
wilayah ekonomi dalam suatu wadah kerjasama stakeholders antar daerah
dibidang kebijakan ekonomi, komunikasi informasi, serta kerjasama pemasaran
(regional marketing).
Berlakunya Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang otonomi daerah yang
mana pemerintah daerah diberikan wewenang yang luas untuk mengatur kegiatan
pembangunan ekonominya. Hal ini telah memberikan peluang bagi pemerintah
daerah untuk melakukan transformasi perencanaan pembangunan dari sentralistik
menuju desentralistik. Akan tetapi otonomi daerah justru cenderung semakin
menambah berat beban sektor swasta dan masyarakat miskin pembangunan daerah
itu sendiri, karena munculnya hegemoni lokal disamping egoisme sektoral yang
masih sulit dihapuskan. Sayang sekali, selama ini belum terlihat adanya upaya yang
berarti, baik dari pemerintah pusat maupun yang berasal dari inisiatif pemerintah
daerah sendiri, untuk mendorong proses regionalisasi. Meskipun Undang Undang
Nomor 32 tahun 2004 pasal 195 dapat dijadikan landasan hukum bagi regionalisasi,
pengaruh kebiasaan menggunakan pola sentralistik dalam membuat kebijakan serta
kelemahan para perencana dalam merumuskan strategi pengembangan ekonomi
36
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
GUBERNUR
NTB
Fasilitasi dan
Koordinasi
DEWAN EKSKUTIF Anggota
FORUM
KOMUNIKASI
REGIONAL SK Bersama untuk sekretariat bersama yang
Terdiri dari: Advisor
didalamnya terdiri : ADVOKATOR
-Tim Prospek Bima Perwakilan masing masing kabupaten / Technical Assisten
.-Tim Prospek kota yang dikukuhkan dengan SK penunjukan GTZ-PROMIS
Dompu. oleh Bupati / Walikota.
Advisor Perguruan Tinggi
-Forum Perwakilan Propinsi yang ditunjuk oleh
Pengembangan
Konsultan
Gubernur NTB.
Ekonomi Kota Bima. Profesional
(Dgn Asumsi team Dll
KONTRAKTUAL
prospek telah
mewakili representasi
stakeholders.) Regional Manager Profesional dgn tugas;
- Menyusun program kerja.
- Melaksanakan program kerja.
- Mengaktifkan kerjasama.
- Melakukan promosi dan pemasaran wilayah.
- Memperoleh kesepakatan investasi.
Advisor
37
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
Tetapi model kelembagaan yang tepat masih sedang dieksplorasi melalui dialog-
dialog stakeholders di daerah yang difasilitasi oleh forum kemitraan pengembangan
ekonomi lokal (Tim PROSPEK) di Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu. Sebagai
salah satu model kelembagaan yang dapat dipertimbangkan dapat dilihat pada
Gambar 3, sementara Selipan 6 di bawah ini menggambarkan secara ringkas
beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan dalam rangka pengembangan
kemitraan regional dimaksud.
38
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
BAB 4
PENGALAMAN PROMIS-NT DAN REKOMENDASI
39
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
40
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
41
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
212 tentang keuangan desa, ayat 3) yang menjelaskan dan menjamin hak-hak
desa atas perolehan bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah
yang diterima kabupaten.
42
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
Daftar Pustaka
Dipokusumo, B., A. Dendi, H.J. Heile, H. Sufriadi. 2004. Isu dan Strategi Menuju
Sistem Pertanian Lahan Kering Berkelanjutan dan Penanggulangan
Kemiskinan: Kasus Petani Mete Nusa Tenggara Barat. Makalah disajikan
sebagai makalah utama (akan muncul dalam prosiding seminar) dalam seminar
nasional Pemberdayaan Petani Miskin di Lahan Marginal Melalui Inovasi
Teknologi Tepat Guna tanggal 31 Agustus-1 September 2004 di Mataram.
Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi, Universitas Mataram dan
Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) propinsi NTB.
GTZ, and MoHA. 2002. Raising Capacities of the Poor: Experiences of Nusa
Tenggara Project. GTZ and Ministry of Home Affairs of the Republic of
Indonesia. Jakarta. 18 pp.
GTZ, ed. 2003. Guide to Rural Economic and Enterprise Development. Working
paper edition 1.0, November 2003. Eschborn.
INDEF. 2003. Pertumbuhan Tanpa Daya Saing. Laporan pertengahan tahun. Indef,
Jakarta.
Lindgren, M., and H. Bandhold. 2003. Scenario Planning: The Link Between Future
and Strategy. Palgrave Macmillan. New York. 180 pp.
43
Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Beberapa Pelajaran dari Nusa Tenggara
Rachbini, D.J. 2002. Ekonomi Politik: Paradigma dan Teori Pilihan Publik. Ghalia
Indonesia. Jakarta. 206 pp.
Tarigan, R. 2004. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. PT Bumi Aksara. Jakarta.
175 pp.
44
PROMIS-NT
Penanggulangan Kemiskinan dan
Dukungan Pemerintahan Daerah di
NTB dan NTT