Anda di halaman 1dari 37

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DENGAN

PENGGUNAAN DANA DESA SEBAGAI UPAYA


MENANGGULANGI KEMISKINAN

(Studi Kasus Pada Desa Rawa Sari Kecamatan Pulau Hanaut,Kabupaten


Kotawaringin TImur )

Ditulis Oleh
Ir. H.EDDY MASHAMY,MM
NIP. 19630827199303 1007

PANGKAT/ GOLONGAN
PEMBINA TINGKAT I / IV B
JABATAN
PENGGERAK SWADAYA MASYARAKAT DESA

DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA


KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
TAHUN 2021
ABSTRAK

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DENGAN


PENGGUNAAN DANA DESA SEBAGAI UPAYA
MENANGGULANGI KEMISKINAN

(Studi Kasus Pada Desa Rawa Sari Kecamatan Pulau Hanaut,Kabupaten


Kotawaringin TImur )

OLEH
Ir.H.EDDY MASHAMY, MM
Kemiskinan merupakan masalah yang mengglobal, dimana Penanggulangan kemiskinan telah
menjadi perhatian banyak pihak untuk sekian lama. Tetapi kemiskinan masih menjadi masalah
di banyak negara berkembang termasuk Indonesia. Penanggulangan kemiskinan memerlukan
strategi dalam dalam perihal pengentasan kemiskinan. Seperti halnya yang telah dilakukan
oleh salah satu desa yang berada di wilayah kecamatan Pulau Hanaut yaitu Desa Rawa
Sari.yang mana pemerintah desa rawa sari ini tentunya ssangat antusias sekali melakukan
kegiatan dan upaya dalam mensejahterakan masyarakatnya dan memberantas kemiskinan di
desa dengan memanfaatkan potensi lokal yang ada serta dukungan dari pemerintah baik itu
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dengan memanfaatkan Dana Desa yang setiap
tahun diterima oleh desa dengan tujuan untuk mensejahterakan masyarakat. Berdasarkan
uraian di atas maka penulis mengkaji tentang “ Pemberdayaan Masyarakat Desa Dengan
Penggunaan Dana Desa Sebagai Upaya Menanggulangi Kemiskinan ( studi kasus di Desa
Rawa Sari Kecamatan Pulau Hanaut Kabupaten Kotawaringin Timur ). Dimana Hasil
Penelitian menujukan bahwa pemberdayaan masyarakat desa dengan penggunaan dana desa
sebagai upaya menanggulangi kemiskinan di desa rawa sari yaitu : a. Pembangunan
Infrastruktur Jalan dan Jembatan dengan pola PKTD (Padat Karya Tunai Desa) yang mana dalam proses
PKTD itu sendiri sesuai dengan instruksi dari Kementrian Desa yang mana salah satu dari unsur PKTD
ini yaitu melibatkan masyarakat desa setempat serta mengikutsertakan kaum perempuan di dalam
proses pembangunan tersebut ; b. Dukungan Pemberdayaan Perempuan Melalui Pembinaan serta
Sertifikasi Kesehatan Pengolahan Makanan dan Minuman Khas Desa ; c.Pengelolaan Hewan
Ternak dengan Memberdayakan Masyarakat Desa dalam bentuk pemberian Bantuan Hewan
Ternak Kambing ; d. Dukungan Pembinaan serta Pengadaan Pupuk Bagi Petani Melalui BUMDES
Saran yang diberikan yaitu Bagi Pemerintah Pusat Maupuan Daerah untuk dapat terus bersinergi
dalam pemberdayaan masyarakat desa baik melalui dukungan Pembinaan, Pelatihan maupun
pendanaan dalam memaksimalkan bentuk pemberdayaan di Masyarakat Desa serta bagi
Pemerintah Desa untuk dapat terus mengembangkan kegiatan pemberdayaan yang ada di Desa
sehingga masyarakat desa dapat dikategorikan sebagai masyarakat yang mampu dalam hal
pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.

Kata Kunci: Pemberdayaan Masyarakat Desa, Pemanfaatan Dana Desa,


Penanggulangan Kemiskinan
KATA PENGANTAR

‫بسم هلل الرحمن الرحيم‬

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat
dan hidayah-nya, dan tidak lupa shalawat dan salam penulis hadiahkan kepada Nabi
Besar Muhammad SAW. sehingga dapat menyelesaikan penyusunan Tulisan yang
berjudul “ Pemberdayaan Masyarakat Desa dengan Penggunaan Dana Desa
Sebagai Upaya Menanggulangi Kemiskinan (Studi Kasus Pada Desa Rawa Sari
Kecamatan Pulau Hanaut Kabupaten Kotawaringin Timur )

Dalam penulisan ini, penulis menemukan kesulitan namun berkat taufik dan
hidayah dari Allah SWT, serta bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak, akhirnya
penulis dapat menyelesaikannya meskipun mungkin masih banyak kekurangan.

Penulis menyadari bahwa Tulisan ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis berterimakasih kepada semua
pihak secara langsung dan tidak langsung memberikan konstribusi dalam
penyelesaian Tulisan ini.

Atas keterbatasan kemampuan penulis dalam penelitian dalam penyelesaian


tulisan ini, diharapkan kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran demi
kesempurnaan hasil tulisan ini.

Kiranya hasil Tulisan ini mudah-mudahan dapat memberikan manfaat dalam


dan semoga Tulisan ini dapat berguna bagi kita semua bagi kita semua dan semoga
SWT senantiasa memberi petunjuk bagi kita semua, Amin.

Sampit, 03 Mei 2021


Penulis

Ir.H.Eddy Mashamy,MM
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masalah kemiskinan merupakan masalah yang mengglobal, dimana Penanggulangan


kemiskinan telah menjadi perhatian banyak pihak untuk sekian lama. Tetapi kemiskinan masih
menjadi masalah di banyak negara berkembang termasuk Indonesia. Salah satu penyebabnya
adalah adanyakekeliruan dalam strategi besar dan kelemahan dalam pelaksanaan pembangunan
nasional. Strategi pertumbuhan ekonomi yang cepat serta tidak diimbangi dengan pemerataan1

Di Indonesia, penduduk miskin masih menghantui masalah pembangunan. Data


penduduk miskin yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) seringkali menjadi bahan
perdebatan. Sebenarnya melihat kemiskinan di Indonesia relatif mudah, apabila indikator
utama kemiskinan terkait dengan pemenuhan kebutuhan primer, maka realitas penduduk
Indnesia masih banyak yang sulit memenuhi kebutuhan dasar tersebut. Upaya pengentasaan
kemiskinan sudah pasti telah dilakukan pemerintah, melalui berbagai program yang
dikucurkan oleh pemerintah pusat dimana salah satunya yaitu program dari Kementrian Desa
dimana Kementrian Desa pun bersinergi dengan program pemerintah pusat untuk
menanggulangi kemiskinan yang mana pada dua tahun belakangan ini adanya bantuan yang
diberikan kepada masyarakat desa dengan persyaratan khusus mendapatkan bantuan yang
bersumber dari dana desa berupa uang tunai atau yang lebih dikenal dengan BLT DD
khususnya pada masa pandemi covid 19 yang tengah melanda negara kita.

Selain itu sesuai dengan program nasional dimana adanya program SDGs yang mana
ada fokus hasil yang ingin dicapai dengan adanya penerapan SDGs yang sesuai dengan
Permendesa PDTT Nomor 13 Tahun 2020 yang mana tujuan dari program SDGs itu sendiri
mempunyai beberapa tujuan yaitu Desa Tanpa kemiskinan, desa tanpa kelaparan, desa ssehat
dan sejahtera, pendidikan desa berkualitas, keterlibatan perempuan desa, desa layak air bersih
dan sanitasi, desa berenergi bersih dan terbarukan, pertumbuhan ekonomi desa merata,

1
Abdul Bashith, Ekonomi Kemasyarakatan, (Malang: UIN Maliki Press, 2012), hlm. 73
infrastruktur dan inovasi desa sesuai kebutuhan, desa tanpa kesenjangan, kawasan
permukiman desa aman dan nyaman, konsumsi dan produksi desa sadar lingkungan, desa
tanggap perubahan iklim, desa peduli lingkungan laut, desa peduli lingkungan darat, desa
damai berkeadilan, kemitraan untuk pembangunan desa, kelembagaan desa dinamis dan
budaya desa adaptif.2

Desa saat ini tidak lagi ditempatkan sebagai latar belakang Indonesia melainkan telah
menjadi halaman depan Indonesia. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh lahirnya Undang-Undang
No.6 Tahun 2014 tentang Desa mengembang paradigma dan konsep baru kebijakan tata kelola
desa secara nasional. Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa, yaitu adanya
komitmen negara dalam melindungi dan memberdayakan desa agar menjadi kuat, maju,
mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat dalam melaksanakan
pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera.
Selanjutnya juga diharapkan akan terwujudnya desa yang mandiri dimana :
a. Desa bukan hanya sekedar sebagai objek penerima manfaat, melainkan sebagai subyek
pemberi manfaat bagi warga masyarakat setempat;
b. Sebagai komponen desa mempunyai rasa kebersamaan dan gerakan untuk mengembangkan
aset lokal sebagai sumber penghidupan dan kehidupan bagi warga masyarakat
c. Desa mempunyai kemampuan menghasilkan dan mencukupi kebutuhan dan kepentingan
masyarakat setempat seperti pangan, energi, layanan dasar dan lain sebagainya.3
Undang – Undang Desa telah menetapkan desa sebagai ujung tombak pembangunan dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat dimana pembangunan ekonomi saat ini merupakan
salah satu permasalahan yang dihadapi dalam suatu negara. Hal tersebut selalu menjadi bagian
dari program pemerintah setiap tahunnya. Setiap negara pasti ingin meningkatkan pendapatan
serta kesejahteraan rakyat guna menciptakan perekonomian yang maju. Maka dari itu
pembangunan ekonomi sangat penting dilakukan guna mencapai tujuan tersebut. Tujuan dari
pembangunan ekonomi adalah untuk meningkatkan kecerdasan, kesejahteraan masyarakat,
meningkatkan taraf hidup serta sebagai landasan yang kuat untuk pembangunan selanjutnya.

2
www.ditjenpdt.kemendesa.go.id
3
M. Indra Maulana, “Peran Dana Desa dalam Memberdayakan Masyarakat Ditinjau dari Perspektif Ekonomi
Islam, Lampung.2018
Penanggulangan kemiskinan memerlukan strategi dalam dalam perihal pengentasan
kemiskinan. Seperti halnya yang telah dilakukan oleh salah satu desa yang berada di wilayah
kecamatan Pulau Hanaut yaitu Desa Rawa Sari.yang mana pemerintah desa rawa sari ini
tentunya ssangat antusias sekali melakukan kegiatan dan upaya dalam mensejahterakan
masyarakatnya dan memberantas kemiskinan di desa dengan memanfaatkan potensi lokal yang
ada serta dukungan dari pemerintah baik itu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
dengan memanfaatkan Dana Desa yang setiap tahun diterima oleh desa dengan tujuan untuk
mensejahterakan masyarakat yang mana khusus untuk Dana Desa itu sendiri sesuai dengan
arahan dari Presiden Joko widodo pada 22 Oktober 2019 yang mana beliau menyampaikan
bahwa Dana Desa harus dirasakan seluruh warga desa, terutama golongan terbawah serta
dampak pembangunan desa harus lebih dirasakan , melalui pembangunan desa yang lebih
terfokus.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengkaji tentang “


Pemberdayaan Masyarakat Desa Dengan Penggunaan Dana Desa Sebagai Upaya
Menanggulangi Kemiskinan ( studi kasus di Desa Rawa Sari Kecamatan Pulau Hanaut
Kabupaten Kotawaringin Timur )

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang di atas maka ditetapkanlah rumusan masalah sebagai
berikut, yaitu Bagaimana Pemberdayaan masyarakat Desa dengan menggunakan Dana Desa
dalam Menanggulangi Kemiskinan di Desa Rawa Sari ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan ini yaitu untuk mendeskripsikan Bagaimana
Pemberdayaan masyarakat Desa dengan menggunakan Dana Desa dalam Menanggulangi
Kemiskinan di Desa Rawa Sari
1.4 Manfaat Hasil Penelitian
Diharapkan hasil dari Tulisan ini nantinya dapat memberikan manfaat kepada pihak-
pihak terkait antara lain :
a. Bagi penulis
Dapat menambah wawasan sesuai dengan bidang kerja sebagai Penggerak Swadaya
Masyarakat di Kabupaten Kotawaringin Timur
b. Bagi Pemerintah Pusat
Sebagai Bahan Evaluasi bagi pemerintah Pusat Khususnya dari Kementrian Desa
PDTT dalam menilai keberhasilan serta pelaksanaan kegiatan yang bersumber dari
Dana Desa
c. Bagi Pemerintah Desa
Sebagai bahan evaluasi dan masukan bagi pemerintah desa khususnya dalam
menentukan dan memanfaatkan penggunaan dana desa seuai dengan kebutuhan
masyarakat desa
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemberdayaan Masyarakat


2.1.1 Pengertian Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah suatu proses untuk memberikan daya atau kekuasaan (power)
kepada pihak yang lemah (powerless), dan mengurangi kekuasaan (disempowerd) kepada pihak
yang terlalu berkuasa (powerfull) sehingga terjadi keseimbangan. Begitupula menurut
Rappaport pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi, dan komunitas
diarahkan agar mampu menguasai atau berkuasa atas kehidupannya. Selanjutnya menurut Ife,
pemberdayaan adalah menyiapkan kepada masyarakat berupa sumber daya, kesempatan,
pengetahuan dan keahlian untuk meningkatkan kapasitas diri masyarakat di dalam menentukan
masa depan mereka, serta berpartisipasi dan mempengaruhi kehidupan dalam komunitas
masyarakat itu sendiri.
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya meningkatkan kemampuan dan potensi yang
dimiliki masyarakat, sehingga masyarakat dapat mewujudkan jati diri, harkat dan martabatnya
secara maksimal untuk bertahan dan mengembangkan diri secara mandiri, baik di bidang
ekonomi, sosial dan budaya4

Menurut Charles Elliot, pemahaman terhadap keberdayaan dapat dilakukan


dengan menggunakan tiga pendekatan :
a. The Welfare Approach (pendekatan kesejahteraan)

Pendekatan ini mengarah pada pendekatan manusia untuk memperkuat keberdayaan


masyarakat dalam pendekatan sentrum of power (pusat kekuatan) yang dilatarbelakangi
dengan kekuatan potensi lokal masyarakat.

b. The Development Approach (pendekatan perkembangan)

Pendekatan ini bertujuan untuk mengembnagkan proyek pembangunan guna meningkatkan


kemampuan, kemandirian, dankeswadayaan masyarakat.

4
HAW. Widjaja, Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat dan Utuh,hlm.16
c. The Powerment Approach (pendekatan keberdayaan)

Pendekatan ini melihat bahwa kemiskinan adalah sebagai akibat dari proses politik dan
berusaha memberdayakan atau melatih rakyat untukmengatasi ketidakberdayaan masyarakat5

2.1.2 Prinsip Pemberdayaan

Pemberdayaan ditujukan agar sasaran mampu meningkatkan kualitas kehidupanya


untuk berdaya, memiliki daya saing, dan mandiri. Dalam melaksanakan pemberdayaan
khususnya kepada masyarakat, agem pemberdaya perlu memegang prinsip-prinsip
pemnerdayaan. Prinsip ini menjadi acuan sehingga pemberdayaan dapat dilaksanakan secara
benar. Beberapa prinsip pemberdayaan masyarakat sebagai berikut :
a. Pemberdayaan dilakukan dengan cara yang demokratis dan menghindari unsur paksaan.
Setiap individu memiliki hak yang sama untuk berdaya. Setiap individu juga memiliki
kebutuhan, masalah, bakat, minat, danpotensi yang berbeda.
b. Kegiatan pemberdayaan didasarkan pada kebutuhan, masalah, dan potensi. Hakikatnya
setiap manusia memiliki kebutuhan dan potensi dalam dirinya. Proses pemberdayaan
dimulai dengan menumbuhkan kesadaran kepada masyarakat akan potensi dan
kebutuhannya yang dapat dikembangkan dan diberdayakan untuk mandiri. Proses
pemberdayaan juga dituntut berorientasi kepada kebutuhan dan potensi yang dimiliki.
Biasanya pada masyarakat pedesaan yang masih tertutup, aspek kebutuhan, masalah,
dan potensi tidak nampak. Pemberdayaan perlu mengenali secara tepat dan akurat.
Dalam hal ini pemberdayaan perlu memiliki potensi untuk memahami kebutuhan
masyarakatnya.
c. Sasaran pemberdayaan adalahsebagai subjek atau pelaku dalam kegiatan pemberdayaan.
Oleh karena itu sasaran menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan tujuan,
pendekatan, dan bentuk aktivitas pemberdayaan.
d. Pemberdayaan berarti menumbuhkan kembali nilai, budaya, dan kearifan-kearifan lokal
yang memiliki nilai luhur dalam masyarakat.
e. Pemeberdayaan merupakan sebuah proses yang memerlukan waktu, sehingga dilakukan

5
Abdul Bashith, Ekonomi Kemasyarakatan, hlm. 34
secara bertahap dan berkesinambungan.
f. Kegiatan pendampingan atau pembinaan perlu dilakukan secara bijaksana, bertahap dan
berkesinambungan. Kesabaran dna kehati-hatian dari agen pemberdayaan perlu
dilakukan terutama dalam menghadapi keragaman karakter, kebiasaan dan budaya
masyarakat yang sudah tertanam lama.
g. Pemberdayaan tidak bisa dilakukan dari salah satu aspek saja, tetapi perlu dilakukan
secara holistik terhadap semua aspek kehidupan yang ada dalam masyarakat.
h. Pemberdayaan perlu dilakukan terhadap kaum perempuan terutama remaja dan ibu-ibu
muda sebagai potensi besar dalam mendongkrak kualitas kehidupan keluarga dan dan
pengentasan kemiskinan.
i. Pemberdayaan dilakukan agar masyarakat memiliki kebiasaan untuk terus belajar.
Individu dan masyarakat perlu dibiasakan belajar menggunakan berbagai sumber yang
tersesia.
j. Pemberdayaan perlu memperhatikan adanya keragaman budaya. Oleh karena itu
diperlukan berbagai metode dan pendekatan pemberdayaan yang sesuai dengan kondisi
di lapangan.
k. Pemberdayaan diarahkan untuk menggerakkan partisipasi aktif individu dan masyarakat
seluas-luasnya. Partisipasi ini mulai dari tahapan perencanaan, pengembangan,
pelaksanaan, evaluasi, termasuk partisipasi dalam menikmati hasil dari aktivitas
pemberdayaan.
l. Sasaran pemberdayaan perlu ditumbuhkan jiwa kewirausahaan sebagai bekal menuju
kemandirian.
m. Petugas pemberdayaan perlu memiliki kemampuan yang cukup, dinamis,fleksibel
dalam bertindak, serta dapat mengikuti perkembangan zaman dan tuntutan
masyarakat. Petugas pemberdayaan ini bertugas sebagai fasilitator.
n. Pemberdayaan perlu melibatkan berbagai pihak yang ada dan terkait dalam
masyarakat, mulai dari unsur pemerintah, tokoh, guru, kader, ulama, pengusaha, LSM,
relawan, dan anggota masyarakat lainya. Semua pihak tersebut dilibatkan sesuai peran,
potensi dan kemampuannya6

6
Oos M. Anwas, Pemberdayaan Masyarakat di Era Global hlm. 58-60
2.1.3 Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat adalah untuk
membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi
kemandirian berfikir, bertindak, dan mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut.
Kemandirian masyarakat adalah merupakan suatu kondisi yang dialami masyarakat yang
ditandai oleh kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik, afektif, dengan pengarahan
sumber daya yangdimiliki oleh lingkungan masyarakat tersebut.
Tujuan utama pemberdayaaan adalah memperkuat kekuasaaan masyarakat
khususnya kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan, baik karena kondisi internal
(misalnya presepsi mereka sendiri), maupun karena kondisi eksternal (misalnya ditindas
oleh struktur sosial yang tidak adil). Ada beberapa kelompok yang dapat dikategorikan
sebagaikelompok lemah atau tidak berdaya meliputi:
a. Kelompok lemah secara stuktural, naik lemah secara kelas, gender,maupun etnis.
b. Kelompok lemah khusus, seperti manula, anak-anak, dan remaja penyandang cacat,
gay dan lesbian, masyarakat terasing.
c. Kelompok lemah secara personal, yakni mereka yang mengalami masalah pribadi
atau keluarga.7
Menurut Agus Syafi‟i, tujuan pemberdayaan masyarakat adalah mendirikan
masyarakat atau membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang
lebih baik secara seimbang. Karena pemberdayaan masyarakat adalah upaya memperkuas
horizon pilihan bagi masyarakat. Ini berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat dan
memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya. 8

2.1.4 Tahapan Pemberdayaan

Menurut Isbandi Rukminto Adi, pemberdayaan masyarakat memiliki 7 (tujuh)


terhadap pemberdayaan, yaitu sebagai berikut:

a. Tahap Persiapan: pada tahapan ini ada dua tahapan yang harus dikerjakan, yaitu:

7
Soerjono Soekanto, Sosial Suatu Pengantar, (Jakarta, Rajawalipress, 1987), Cet. Ke 2, Hlm. 75
8
Ibid. Hlm.60
pertama, penyimpanan petugas, yaitu tenaga pemberdayaan masyarakat yang bisa
dilakukan oleh community woker, dan kedua penyiapan lapangan yang pad dasarnya
diusahakan dilakukan secara non-direktif.

b. Tahapan pengkajian (assessment): pada tahapan ini yaitu proses pengkajian dapat
dilakukan secara individual melalui kelompok- kelompok dalam masyarakat. Dalam
hal ini petugas harus berusaha mengidentifikasi masalah kebutuhan yang dirasakan
(feel needs) dan juga sumber daya yang dimiliki klien.

c. Tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan: pada tahapan ini petugas sebagai
agen perubahan (exchange agent) secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk
berfikit tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya.
Dalam konteks ini masyarakat diharapkan dapat memikirkan beberapa alternatif
program dan kegiatan yang dapat dilakukan.

d. Tahap pemfomalisasi rencanaaksi: pada tahapan ini agen perubahan membantu


masing-masing kelompok untuk merumuskan dan menentukan program dan kegiatan
apa yang mereka akan lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada. Disamping itu
juga petugas membantu untuk memfomalisasikan gagasan mereka kedalam bentuk
tertulis, terutama bila ada kaitannya dengan pembuatan proposal kepada penyandang
dana.

e. Tahap pelaksanaan (implementasi) program atau kegiatan: dalam upaya pelaksanaan


program pemberdayaan masyarakat peren masyarakat sebagai kader diharapkan dapat
menjaga keberlangsungan program yang telah dikembangkan. Kerjasama antar petugas
dan masyarakat merupakan hal penting dalam tahapan ini karena terkadang sesuatu
yang sudah direncanakan dengan baik melenceng saat dilapangan.

f. Tahap evaluasi: evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas program
pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan sebaiknya dilakukan dengan
melibatkan warga. Dengan keterlibatan warga tersebut diharpakan dalam jangka
waktu pendek biasanya membentuk suatu sistem komunitas untuk pengewasan secara
internal dan untuk jangka panjang dapat membangun komunikasi masyarakat yang
lebih mendirikan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.
g. Tahap terminasi: tahap terminasi merupakan tahapan pemutusan hubungan secara
formal dengan komunitas sasaran. Dalam tahap ini diharapkan proyek harus segera
berhenti.9

2.2 Dana Desa


2.2.1 Pengertian Desa
Secara administratif Indonesia, desa adalah pembagian wilayah administratif yang
berada di bawah kecamatan dan dipimpin oleh kepala desa. Sebuah desa secara administratif
terdiri dari beberapa kampung, dusun, banjar, serta jorong. Dalam bahasa Inggris, “desa”
disebut village 10
Definisi desa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan nomina
(kata benda) yang berarti:
a. Sekelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan, kampung, dusun.
b. Udik atau dusun (dalam arti daerah pedalaman sebagai lawan kota).
c. Tempat, tanah, daerah 11
Negara Republik Indonesia sebagai Negara kesatuan menganut asas desentralisasi dan
menyelenggarakan pemerintahan dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada
daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah. Desa adalah satu kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal usul yang bersifat istimewa.
Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah keanekaragaman, partisipasi,
otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat12
Pengertian desa menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa, khususnya Pasal 1, ayat (1) dinyatakan bahwa :

“Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya
disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan

9
Ibid. Hlm.63
10
Ani Sri Rahayu, “Pengantar Pemerintahan Desa”, (Malang: Sinar Grafika, 2018) halaman 178
11
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: PN Balai Pustaka, 2004), halaman68.
12
Soepardjo, Tugas, Fungsi dan Peranannya Dalam Pemerintah di Daerah, (Jakarta:Departemen Dalam Negeri,
1985), hlm.180
Republik Indonesia”

Para ahli dalam bidang desa memberikan pengertian atau batasan yang berbeda- beda

mengenai desa, namun demikian dari berbagai definisi tersebut mempunyai inti dan tujuan

yang sama. Berikut beberapa definisi yang diungkapkan oleh para pakar tentang pengertian

desa :

a. Menurut R. Bintarto, desa adalah perwujudan atau kesatuan geografi, sosial, ekonomi,

politik, serta kultural yang terdapat di suatu daerah dalam hubungan dan pengaruhnya

secara timbal balik dengan daerah lain.

b. Menurut Rifhi Siddiq, desa adalah suatu wilayah yang mmpunyai tingkat kepadatan rendah

yang dihuni oleh penduduk dengan interaksi sosial yang bersifat homogen, bermata

pencaharian di bidang agraris serta mampu berinteraksi denganwilayah lain di sekitarnya.

c. Menurut Paul H. Landis, desa adalah suatu wilayah yang penduduknya kurang dari 2.500

jiwa, dengan ciri-ciri antara lain memiliki pergaulan hidup yang saling mengenal satu sama

lain (kekeluargaan), ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap

kebiasaan, serta cara berusaha bersifat agraris dan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor

alam, seperti iklim, keadaan alam, dan kekayaan alam.

d. Menurut Sutardjo Kartohadikusumo, desa dalah suatu kesatuan hukum dan di dalamnya

bertempat tinggal sekelompok masyarakat yang berkuasa menadakan pemerintahan

sendiri.

2.2.2 Tinjauan Umum Tentang Keuangan Desa


2.2.2.1 Pengertian Keuangan Desa
Keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang
serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban desa13
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa keuangan desa adalah segala sesuatu
yang berhubungan dengan uang dan barang yang digunakan untuk melaksanakan hak dan
kewajiban desa.

2.2.2.2 Sumber Keuangan Desa


Pendapatan Desa meliputi semua penerimaan uang melalui rekening desa yang

merupakan hak desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh desa.

Menurut UU Desa, pasal 72 ayat (1) pendapatan desa bersumber dari:

a. Pendapatan asli desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya danpartisipasi, gotong
royong, dan lain-lain pendapatan asli desa.
b. Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
c. Bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota.
d. Alokasi dana desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima
kabupaten/kota.
e. Bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi dan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota.Hibah dan sumbangan yang
tidak mengikat dari pihak ketiga; dan
f. Lain-lain pendapatan desa yang sah. 14

2.2.3 Pengertian Dana Desa

Dana Desa adalah dana yang bersumber dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara) yang diperuntukkan bagi desa yang di transfer melalui APBD (Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah) Kabupaten/Kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan, kemasyarakatan dan pemberdayaan
masyarakat. Penganggaran dana desa dalam APBN ditentukan berdasarkan jumlah desa dan
dialokasikan dengan memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan
tingkat kesulitan geografis.

Terdapat beberapa pendapatan atau pendanaan bagi desa, diantaranya Dana Desa,
Pendapatan Asli Desa, Bantuan dari Provinsi, Bantuan dari Kabupaten, bagi hasil pajak dan
retribusi, dan bantuan dari pihak ketiga. Dana Desa yang penulis maksudkan adalah dana desa

13
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Pasal 71 ayat (1).
14
Ibid . Pasal 72 ayat (1)
sesuai dengan peraturan pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang dana desa yang bersumber
dari APBN.

2.2.4 Sasaran dan Tujuan Dana Desa

Dana Desa digunakan untuk membiayai pennyelenggaraan pemerintah, pembangunan,


pemberdayaan masyarakat dan kemasyarakatan. Serta, Dana Desa diprioritaskan untuk
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat dengan Tujuan

1. Meningkatkan pelayanan Publik di Desa

2. Mengentaskan Kemiskinan

3. Memajukan Perekonomian Desa

4. Mengatasi Kesenjangan Pembangunan Antar Desa, serta

5. Memperkuat masyarakat desa sebagai subjek dari pembangunan 15

2.3 Kemiskinan
2.3.1 Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan secara ekonomi untuk memenuhi

standar hidup rata-rata masyarakat di suatu daerah. Kondisi ketidakmampuan ini ditandai

dengan rendahnya kemampuan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pokok baik berupa

pangan, sandang, maupun papan. Kemampuan pendapatan yang rendah ini juga akan

berdampak berkurangnya kemampuan untuk memenuhi standar hidup rata-rata seperti standar

kesehatan masyarakat dan standar pendidikan.

Kondisi masyarakat yang disebut miskin dapat diketahui berdasarkan kemampuan

pendapatan dalam memenuhi standar hidup. Pada prinsipnya, standar hidup di suatu masyarakat

tidak sekedar tercukupinya kebutuhan akan pangan, akan tetapi juga tercukupinya kebutuhan

akan kesehatan maupun pendidikan. Tempat tinggal ataupun pemukiman yang layak merupakan

15
www. Djpk.kemenkeu.go.id.
salah satu dari standar hidup atau standar kesejahteraan masyarakat di suatu daerah.

Berdasarkan kondisi ini, suatu masyarakat disebut miskin apabila memiliki pendapatan jauh

lebih rendah dari rata-rata pendapatan sehingga tidak banyak memiliki kesempatan untuk

mensejahterakan dirinya.

Pengertian kemiskinan yang saat ini populer dijadikan studi pembangunan adalah

kemiskinan yang seringkali dijumpai di negara-negara berkembang dan negara-negara dunia

ketiga. Persoalan kemiskinan masyarakat di negara-negara ini tidak hanya sekedar bentuk

ketidakmampuan pendapatan, akan tetapi telah meluas pada bentuk ketidakberdayaan secara

sosial maupun politik. Kemiskinan juga dianggap sebagai bentuk permasalahan pembangunan

yang diakibatkan adanya dampak negatif dari pertumbuhan ekonomi yang tidak seimbang

sehingga memperlebar kesenjangan pendapatan antar masyarakat maupun kesenjangan

pendapatan antar daerah (inter region income gap) (Harahap, 2006). Studi pembangunan saat

ini tidak hanya memfokuskan kajiannyapada faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan, akan

tetapi juga mulai mengindintifikasikan segala aspek yang dapat menjadikan miskin

2.3.2 Bentuk dan Jenis Kemiskinan

Dimensi kemiskinan yang dikemukakan oleh Chambers memberikan penjelasan

mengenai bentuk persoalan dalam kemiskinan dan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

kondisi yang disebut memiskinkan. Konsep kemiskinan tersebut memperluas pandangan ilmu

sosial terhadap kemiskinan yang tidak hanya sekedar kondisi ketidakmampuan pendapatan

dalam memenuhi kebutuhan- kebutuhan pokok, akan tetapi juga kondisi ketidakberdayaan

sebagai akibat rendahnya kualitas kesehatan dan pendidikan, rendahnya perlakuan hukum,

kerentanan terhadap tindak kejahatan (kriminal), resiko mendapatkan perlakuan negatif secara

politik, dan terutama ketidakberdayaan dalam meningkatkan kualitas kesejahteraannya sendiri.


Berdasarkan kondisi kemiskinan yang dipandang sebagai bentuk permasalahan

multidimensional, kemiskinan memiliki 4 bentuk. Adapun keempat bentuk kemiskinan tersebut

adalah16:

a. Kemiskinan Absolut

Kemiskinan absolut adalah suatu kondisi di mana pendapatan seseorang atau sekelompok

orang berada di bawah garis kemiskinan sehingga kurang mencukupi untuk memenuhi

kebutuhan standar untuk pangan, sandang, kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang

diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup. Garis kemiskinan diartikan sebagai

pengeluaran rata-rata atau konsumsi rata-rata untuk kebutuhan pokok berkaitan dengan

pemenuhan standar kesejahteraan. Bentuk kemiskinan absolut ini paling banyak dipakai

sebagai konsep untuk menentukan atau mendefinisikan kriteria seseorang atau sekelompok

orang yang disebut miskin.

b. Kemiskinan Relatif

Kemiskinan relatif diartikan sebagai bentuk kemiskinan yang terjadi karena adanya

pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau ke seluruh lapisan masyarakat

sehingga menyebabkan adanya ketimpangan pendapatan atau ketimpangan standar

kesejahteraan. Daerah- daerah yang belum terjangkau oleh program-program pembangunan

seperti ini umumnya dikenal dengan istilah daerah tertinggal.

c. Kemiskinan Kultural

Kemiskinan kultural adalah bentuk kemiskinan yang terjadi sebagai akibat adanya sikap dan

kebiasaan seseorang atau masyarakat yang umumnya berasal dari budaya atau adat istiadat

yang relatif tidak mau untuk memperbaiki taraf hidup dengan tata cara moderen. Kebiasaan

16
Suryawati.Teori Ekoomi mikro.UPP.AMP YKPN. Yogyakarta: Jarnasy.2004. Hlm 67-70.
seperti ini dapat berupa sikap malas, pemboros atau tidak pernah hemat, kurang kreatif, dan

relatif pula bergantung pada pihak lain.

d. Kemiskinan Struktural

Kemiskinan struktural adalah bentuk kemiskinan yang disebabkan karena rendahnya

akses terhadap sumber daya yang pada umumnya terjadi pada suatu tatanan sosial budaya

ataupun sosial politik yang kurang mendukung adanya pembebasan kemiskinan. Bentuk

kemiskinan seperti ini juga terkadang memiliki unsur diskriminatif.

2.3.3 Indikator-Indikator Kemiskinan

Pengukuran mengenai kemiskinan yang selama ini banyak dipergunakan didasarkan

pada ukuran atas rata-rata pendapatan dan rata-rata pengeluaran masyarakat dalam suatu

daerah. Perluasan pengukuran dengan menyertakan pandangan mengenai dimensi

permasalahan dalam kemiskinan mengukur banyaknya individu dalam sekelompok

masyarakat yang mendapatkan pelayanan atau fasilitas untuk kesehatan dan pendidikan.

Beberapa perluasan pengukuran lainnya adalah menyertakan dimensi sosial politik sebagai

referensi untuk menerangkan terbentuknya kemiskinan. Keseluruhan hasil pengukuran ini

selanjutnya dikatakan sebagai indikator-indikator kemiskinan yang digolongkan sebagai

indikator-indikator sosial dalam pembangunan. Adapun mengenai indikator kemiskinan

antara lain :

a. Tingkat Kehidupan dengan asumsi bahwa tingkat kesehatan yang begitu rendah sehingga

lebih dari 30 % penduduk di negara terbelakang tidak dapat hidup lebih dari 40 tahun

b. Tingkat pendidikan dasar, diiukur oleh persentase penduduk usia dewasa yang buta huruf,

dengan beberapa penekanan tertentu, misalnya hilangnya hak dan pendidikan pada kaum

wanita
c. Tingkat kemapanan ekonomi , dikukur oleh persentase penduduk yang tidak memiliki

akses terhadap prasarana kesehatan dan air bersih, serta persentase anak-anak di bawah

usia lima tahun yang kekurangan gizi17

2.3.4 Penanggulangan Kemiskinan


Penanggulangan Kemiskinan Penanggulangan kemiskinan merupakan agenda utama
Undang-Undang No. 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional 2000-2004.
Untuk mendukung hal itu, pemerintah Indonesia telah membentuk Badan Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan (BKPK) yang mempunyai tugas utama mengembangkan diskursus
serta untuk mendorong instansi pemerintah pusat dan daerah, tokoh masyarakat, perguruan
tinggi, lembaga legislatif dan eksekutif serta masyarakat lainnya untuk menerapkan paradigma
baru dalam penanggulangan kemiskinan yang menempatkan masyarakat miskin sebagai

a. Pembangunan Sumber Daya Manusia


Di Indonesia atau mungkin dimana saja, pendidikan (baik formal maupun non formal)
dapat berperan penting dalam mengurangi kemiskinan dalam jangka panjang baik secara tidak
langsung, yaitu melalui perbaikan produktifitas dan efisiensi secara umum, maupun secara
langsung, yaitu melalui pelatihan golongan miskin dengan bekal ketrampilan yang dibutuhkan
untuk meningkatkan produktivitas mereka yang pada gilirannya akan mempu meningkatkan
pendapatan mereka.

b. Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

Sektor pertanian sangat berperan penting dalam pembangunan ekonomi dan pengurangan
kemiskinan di Indonesia. Ada tiga aspek dari pembangunan pertanian yang telah memberikan
kontribusi yang cukup besar bagi pengurangan kemiskinan tersebut, terutama di daerah
pedesaan. Kontribusi terbesar bagi peningkatan pendapatan pedesaan dan pengurangan
kemiskinan pedesaan dihasilkan dari adanya revolusi teknologi dalam pertanian padi, termasuk
pembangunan irigasi.

17
Lincolin Arsyad, Ekonomi Pembangunan hlm.69-71
c. Peranan Lembaga Swadaya Masyarakat
Keterlibatan aktif dari LSM di dalam program-program pemerintah cenderung untuk
meningkatkan penerimaan masyarakat pedesaan terhadap program-program pemerintah dan
akhirnya akan meningkatkan partisipasi masyarakat. Keterlibatan LSM juga dapat
meningkatkan biaya finansial dan staf dalam pengimplementasian program padat karya untuk
mengurangi kemiskinan 18

18
Lincolin Arsyad, Ekonomi Pembangunan hlm.307-309
BAB III

GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH

3.1. Sejarah Desa

Desa rawa sari adalah satu desa yang termasuk dalam wilayah kecamatan pulau hanaut
kabupaten kotawaringin timur provinsi Kalimantan tengah. Desa rawa sari berposisi desa paling
utara dalam kecamatan pulau hanautdan langsunng berbatasan dengan kecamatan seranau. Desa
rawa sari berawal dari transmigrasi yang terbentuk pada tahun 1992 , dan berkembang hingga
pada akhirnya ditetapkan sebagai Desa.

3.2 Letak Geografis

Secara geografis Desa Rawa Sari berada pada titik koordinat 111°0'50" - 113°0'46" Bujur
Timur, 0°23'14" Lintang Selatan, 3°32'54" Lintang Selatan dan secara administratif merupakan
salah satu dari 14 (empat belas) desa yang berada di kecamatan pulau hanaut kabupaten
kotawaringin timur.

Lebih lanjut, Desa Rawa Sari, secara administratif berada dalam konstelasi wilayah
Kabupaten Kotawaringin Timur, dengan batas administrasi:
• Sebelah Utara : Desa Ganepo Kecamatan Seranau.
• Sebelah Selatan: : Desa Makarti Jaya Kecamatan Pulau Hanaut
• Sebelah Barat : Desa Hanaut Kecamatan Pulau Hanaut
• Sebelah Timur : Desa Kanipang Kecamatan Mendawai Kabupaten Katingan .

Desa Rawa sari Kecamatan Pulau Hanaut merupakan desa yang berada di daerah dataran
rendah dengan ketinggian ± 0,5 – 3 meter diatas permukaan laut. Desa rawa sari Kecamatan
Pulau Hanaut memiliki luas yang sudah disepakati dengan desa yang berbatasan sebesar ± 5000
Ha, dan lahan desa selain digunakan sebagai tempat pemukiman dan perkantoran sebagian besar
digunakan sebagai lahan pertanian dan perkebunan oleh masyarakat setempat.
3.3 Keadaan Sosial

Di dewa Rawa Sari memiliki sarana prasarana pendidikan yang meliputi TK,PAUD
yang berada di RT.03 , Sekolah Dasar yang juga berada di RT.03. Selain sarana prasarana
pendidikan di Desa Rawa Sari Juga memiliki Sarana Prasarana Kesehatan yang meliputi
Pustu , Polindes dan posyandu. Untuk Sarana Parasarana Keagamaan yang dimiliki yaitu
Masjid, Mushola, dan Gereja serta memilliki Sarana Prasarana Kebudayaan yaitu Kelompok
Seni Tari Adat Dayak

3.4 Keadaan Ekonomi

Untuk Sumber Pendapatan desa terdiri dari Pendapatan Asli Desa, pendapatan transfer
yang bersumber dari Dana Desa, Alokasi Dana Desa, Dana Bagi Hasil Pajak, dan Dana Bagi
Hasil Retribusi serta pendapatan lain-lain. Untuk Sarana Parasarana Ekonomi yaitu terdiri dari
Jalan Desa, Jalan Pemukiman dan Jalan Pertanian. Di Desa Rawa Sari pun memiliki
Komoditas Unggulan Desa seperti Kelapa Sawit, Kelapa, Ayam, Sapi, Kambing, Padi Sawah,
Karet, Rotan dll.

3.5 Keadaan Musim

Pada Desa Rawa Sari Kecamatan Pulau Hanaut terdapat dua musim pada setiap
tahunnya yaitu musim kemarau dan musim hujan. Pada musim hujan dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk bercocok tanam sedangkan pada musim kemarau masyarakat lebih
cenderung memanfaatkannya untuk menyiapkan lahan pertanian atau menanam tanaman yang
lebih bertahan lama apabila kekurangan air.

3.6 Keadaan Energi dan Komunikasi

Sumber energi atau listrik merupakan salah satu sarana penting yang mana di Desa
Rawa Sari Kecamatan Pulau Hanaut sudah Memiliki sebagian besar akses listrik bagi
masyarkat desa yaitu sekitar 90 % sudah tersambung jaringan listrik PLN . sedangkan untuk
sarana komunikasi dan informasi untuk jaringan telkomsel sudah dapat dirasakan manfaatnya.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pemberdayaan Masyarakat Melalui Penggunaan Dana Desa dalam Memberantas


Kemiskinan

Pemberdayaan masyarakat desa dapat dikatakan sebagai suatu bentuk strategi


pembangunan yang diharapkan mampu memperbaiki perekonomian di desa. Arah Dana Desa
adalah sebagai sarana atau jembatan agar suatu desa dapat mandiri, dengan menciptakan
lapangan kerja dan memberdayakan masyarakatnya. Salah satu Pemberdayaan yang di lakukan
pemerintah Desa Rawa Sari adalah dengan memanfaatkan Potensi yang ada di Desa baik itu
Potensi Sumber Daya Manusia maupun Potensi Sumber Daya Alam Berupa Lahan atau Tanah
yang masih banyak Kosong untuk dapat dimanfaatkan sebagai pendukung pemberdayaan di
Desa. Dengan memanfaatkan Potensi yang ada tersebut melalui pemberdayaan di Desa
diharapkan bisa menyumbang untuk pendapatan desa yang berujung pada penanggulangan
kemiskinan, dengan menciptakan lapangan kerja baru untuk para masyarakatnya. Berikut adalah
bentuk strategi yang dilakukan oleh pemerintah Desa Rawa Sari Kecamatan Pulau Hanaut
Kabupaten Kotawaringin Timur melalui program dana desa memberdayaan masyarakat :

a. Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Jembatan dengan pola PKTD (Padat Karya Tunai
Desa)
Pembangunan Infrastruktur merupakan hal yang sangat penting untuk mempercepat proses
pemmbangunan berskala nasional. Pembangunan infrastruktur pastinya akan berpengaruh
terhadap beberapa sektor. Yang paling utama adalah bagaimana pembangunan tersebut mampu
mempermudah aktifitas masyarakat.
Peran dana desa memang sangat penting bagi pembangunan. Sebelum adanya dana desa
memang sudah ada bantuan dari pemerintah, tetapi belum cukup mampu untuk pengolahan
pembangunan. Karena dana yang terbatas, membuat pembangunan tidak maksimal.
Sebagaimana Hasil Wawancara kepada salah satu masyarakat, selaku warga Desa Rawa Sari :
“Semenjak adanya dana desa memang lebih terlihat pembangunannya. Dimana-mana
ada pembangunan seperti jalan, jembatan ”
Kondisi pembangunan di Desa Rawa Sari saat ini sudah di katakan berkembang.
Pemerintah Desa Rawa Sari sedang berupaya melakukan pembangunan-pembangunan, salah
satunya adalah pembanguan jalan desa dan jembatan. Yang menarik dari pembangunan Jalan
dan jembatan di Desa Rawa Sari ini yang mana pembangunan tersebut menggunakan pola
PKTD atau yang biasa disebut Padat Karya Tunai Desa yang mana dalam proses PKTD itu
sendiri sesuai dengan instruksi dari Kementrian Desa yang mana salah satu dari unsur PKTD ini
yaitu melibatkan masyarakat desa setempat serta mengikutsertakan kaum perempuan di dalam
proses pembangunan tersebut dengan harapan mempercepat pertumbuhan ekonomi masyarakat,
membantu memenuhi ketersediaan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar yang tidak
mempunyai pekerjaan, meningkatkan daya beli masyarakat, mempertahankan daya beli
masyarakat di pedesaan, dan juga membuat perputaran uang yang bersumber dari Dana Desa
tersebut yang dilaksanakan dengan kegiatan pembangunan akan dirasakan manfaatnya oleh
masyarakat sekitar Desa Seperti pada gambar dibawah ini :
Gambar 4.1
Keterlibatan Perempuan di dalam Proses Pembangunan dengan PKTD
Gambar 4.2

Keterlibatan Warga Desa dalam Pembangunan dengan PKTD

Seperti Pada Gambar 4.1 dan 4.2 dimana terlihat dalam proses pembangunan Jalan dan Jembatan
tersebut pemerintah Desa Rawa Sari Menerapkan Pola PKTD dengan melibatkan Perempuan Desa
setempat dan warga desa setempat dalam proses pembangunan tersebut yang mana dalam proses
pembangunan tersebut Pemerintah Desa Rawa Sari melaksanakan pemberdayaan dengan
mengoptimalkan sumber potensi yang ada di Desa itu sendiri yang mana dalam hal ini Potensi
Sumber Daya Manusia di Desa Rawa Sari.

b. Dukungan Pemberdayaan Perempuan Melalui Pembinaan serta Sertifikasi Kesehatan


Pengolahan Makanan dan Minuman Khas Desa

Kaum perempuan memang sudah disetarakan derajatnya dengan kaum laki-laki. Maka,
kaum perempuan yang menghabiskan waktunya dirumah untuk mengurus rumah tangga, juga
berhak diberikan ilmu pengetahuan. Dengan adanya program dari pemerintah yang khususnya
memberdayakan kaum perempuan, diharapkan mampu meningkatkan ekonomi di masyarakat,
yaitu dengan pengadaan pelatihan-pelatihan bagi ibu-ibu seperti pelatihan posyandu, pelatihan
pembuatan kue berdasarkan potensi desa yang tentunya memiliki tujuan yang sangat positif
dalam meningkatkan perekonomian masyarakat, dimana berawal dari pelatihan, nantiya
akan memberinya bekal untuk berwirausaha. Seperti Halnya di Desa Rawa Sari Ini yang
mana Mulanya hanya uji tiru Ibu-Ibu PKK Di Kecamatan lain untuk pemanfaatan Jeruk Lemon
dibuat sebuah minuman dalam bentuk “water lemon” sehingga sekarang Ibu-Ibu PKK dan
Perempuan sekitar di Desa di Berdayakan Untuk Mengelola Lahan untuk ditanami Lemon yang
mana nantinya Lemon tersebut diharapkan dapat dikembangkan menjadi sebuah Produk Lokal
Desa yang menjadikan ciri khas ataupun minuman khas desa setempat, selain Lemon ,
pemerintah desa setempat juga terus mengembangkan produk asli Desa seperti Makanan Khas
Desa yang diberi Nama Carang mas yang dibuat dari Gembili atau Ubi Jalar yang ditanam
untuk dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar serta Kopi Jahe Merah yang mana bahan
utamanya Kopi dan jahe merah memang khusus ditanam dan dihasilkan oleh Desa Rawa sari
dengan memanfaatkan Lahan Kosong yang masih tersedia di Desa Rawa Sari seperti pada
Gambar dibawah ini :

Gambar 4.3
Lemon sebagai Bahan Dasar minuman “water Lemon”
Gambar 4.4
Produk Makanan Khas Desa “ Carang Mas” Berbahan Dasar Gembili atau Ubi Jalar

Gambar 4.5
Produk Minuman Kopi Jahe Merah
Jika Mellihat dari Gambar 4.3, 4.4 dan 4.5 terlihat bahwa di Desa Rawa Sari untuk
kegiatan pemberdayaan nya sudah terus dikembangkan oleh Pemerintah Desa dengan terus
memfasilitasi masyarakat desanya baik melalui pembinaan , pelatihan , serta dukungan dalam
proses sertifikasi hasil produk makanan dan minuman yang dihasilkan dengan tujuan agar
masyarakat terus dapat berinovasi serta kreatif dalam memanfaatkan potensi desa yang ada.

c. Pengelolaan Hewan Ternak dengan Memberdayakan Masyarakat Desa


Selain kegiatan pemberdayaan yang telah dijelaskan diatas, dimana di Desa Rawa Sari Juga
Memberdayakan Masyarakat sekitar dengan pengelolaan Hewan Ternak dalam bentuk Hewan
Ternak Kambing, dimana dalam proses pemberdayaan ini Pemerintah Desa Rawa Sari Memberikan
Bantuan satu ekor Kambing Kepada masyarakat secara adil dan merata melalui Dana Desa dari
Alokasi Afirmasi yang bertujuan dapat dikelola oleh masyarakat sekitar terutama masyarakat yang
memang tidak mampu dan tidak mempunyai modal untuk beternak. Sehingga dengan pemberian
bantuan Hewan ternak ini masyarakat dapat mengelola dengan sungguh-sungguh dan dapat
berkembang dan dapat membantu masyarakat sekitar dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Seperti Pada Gambar dibawah ini :

Gambar 4.6
Bantuan Hewan Ternak Kambing Melalui Dana Afirmasi
Gambar 4.7
Monitoring Pemerintah Desa dalam Bentuk Pengawasan Bantuan Hewan Ternak Kambing

Jika dilihat dari Gambar 4.6 Tersebut diserahkannya Bantuan dari Pemerintah Desa dengan
Sumber Pendanaan Dari Dana Desa yaitu Alokasi Afirmasi yang diberikan kepada masyarakat desa
sekitar dengan harapan dapat membantu masyarakat sekitar dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya
dan membantu masyarakat terhindar dari ancaman kemiskinan. Dan dengan Melihat Gambar 4.7
adanya Monitoring pemerintah Desa Rawa Sari Kepada Masyarakat yang menerima Bantuan
Hewan Ternak Kambing Tersebut guna melaksanakan pengawasan yang untuk melihat
perkembangan serta permasalahan dalam pengelolaan Hewan Ternak Kambing Tersebut.

d. Dukungan Pembinaan serta Pengadaan Pupuk Bagi Petani Melalui BUMDES


Pemberdayaan merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai pemerintah desa Rawa Sari
guna meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar sehingga masyarakat sekitar tidak ada yang
mengalami kemiskinan mengingat begitu banyaknya potensi yang dapat dikelola dan dikembangkan
di Desa Rawa Sari, tinggal bagaimana cara masyarakat itu sendiri untuk dapat memanfaatkan
potensi tersebut. Akan tetapi hal tersebut juga harus didukung dan difasililtasi oleh Pemerintah Desa
karena berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat sekitar dalam mengoptimalkan Sumber
Daya yang dimiliki desa tersebut. Seperti halnya yang telah dilakukan pemerintah desa rawa sari
dimana dalam mendukung pemberdayaan masyarakat khususnya dalam memanfaatkan potensi yang
ada yaitu lahan kosong yang masih tersedia untuk bertani dimana bentuk dukungan pemerintah
daerah dalam hal ini yaitu adanya Pembinaan Melalui Pertemuan Kepada Masyarakat sekitar
khususnya para petani untuk dapat menyampaikan permasalahan dalam bertani juga dalam
pertemuan tersebut disisipkan pelatihan atau penyampaian teknik pengelolaan pertanian melalui
media video kepada masyarakat khususnya para petani, selain itu guna mengatasi permasalahan
yang selama ini sering dikeluhkan petani yaitu masalah ketersediaan pupuk dan obat-obatan
pertanian maka langkah yang diambil pemerintah Desa yaitu memfasilitasi dengan adanya
BUMDES yang mana sumber permodalan BUMDES itu sendiri yaitu Dari Dana Desa yang
digunakan dan dimanfaatkan untuk membantu mensejahterakan masyarakat sekitar yang dalam hal
ini usaha BUMDES itu sendiri menjual dan mengadakan Pupuk dan obat-obatan pertanian.
Walaupun tidak gratis akan tetapi Harga Pupuk dan obat-obatan Pertanian yang dijual BUMDES ini
jauh lebih murah dari harga di pasaran serta untuk pembayarannya pun bisa dibayar dan diangsur
ketika Hasil Panen udah terjual.
Hal ini tentunya merupakan salah satu bentuk dukungan pemerintah desa dalam
memberantas kemiskinan di desa dengan terus mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki desa
khususnya dalam hal ini yaitu potensi lahan yang digunakan untuk bertani. Seperti Pada Gambar di
Bawah ini :
Gambar 4.8
Usaha BUMDES dalam Mendukung Penyediaan Pupuk dan Obat-Obatan Pertanian
Gambar 4.9
Hasil Pertanian Masyarakat Desa Rawa Sari

Jika Melihat dari Gambar 4.8 disitu terlihat bahwa salah satu Usaha BUMDES Rawa Sari
yaitu Pengadaan Pupuk dan Obat-Obatan Pertanian yang dimanfaatkan untuk mendukung para
petani agar terus dapat bertani walaupun dengan keterbatasan modal untuk pembelian pupuk dan
obat-obatan pertanian secara individu dengan adanya BUMDES ini mampu untuk membantu
memecahkan permasalahan yang dihadapi para petani desa rawa sari. Dan jika melihat dari Gambar
4.9 terlihat bahwa masyarakat yang dalam hal ini para petani Nampak memanen hasil padi mereka
yang tentunya hasil panen tersebut dapat dimanfaatkan untuk konsumsi sehari-hari serta dijual untuk
memenuhi kebutuhan hidup lainnya
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari Tulisan mengenai “ Pemberdaayaan Masyarakat
Desa dengan Penggunaan Dana Desa dalam Memberantas Kemiskinan ( Studi Kasus Pada Desa
Rawa Sari Kecamatan Pulau Hanaut Kabupaten Kotawaringin Timur) antara lain sebagai Berikut :

a. Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Jembatan dengan pola PKTD (Padat Karya Tunai Desa)
Pembangunan Infrastruktur di Desa Rawa Sari saat ini sudah di katakan berkembang.
Pemerintah Desa Rawa Sari sedang berupaya melakukan pembangunan-pembangunan,
salah satunya adalah pembanguan jalan desa dan jembatan menggunakan pola PKTD atau
yang biasa disebut Padat Karya Tunai Desa yang mana dalam proses PKTD itu sendiri
sesuai dengan instruksi dari Kementrian Desa yang mana salah satu dari unsur PKTD ini
yaitu melibatkan masyarakat desa setempat serta mengikutsertakan kaum perempuan di
dalam proses pembangunan tersebut dengan harapan mempercepat pertumbuhan ekonomi
masyarakat, membantu memenuhi ketersediaan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar yang
tidak mempunyai pekerjaan, meningkatkan daya beli masyarakat, mempertahankan daya
beli masyarakat di pedesaan, dan juga membuat perputaran uang yang bersumber dari Dana
Desa tersebut yang dilaksanakan dengan kegiatan pembangunan akan dirasakan manfaatnya
oleh masyarakat sekitar Desa.

b. Dukungan Pemberdayaan Perempuan Melalui Pembinaan serta Sertifikasi Kesehatan


Pengolahan Makanan dan Minuman Khas Desa

Desa Rawa Sari untuk kegiatan pemberdayaan nya terus dikembangkan oleh Pemerintah
Desa dengan terus memfasilitasi masyarakat desanya baik melalui pembinaan , pelatihan , serta
dukungan dalam proses sertifikasi hasil produk makanan dan minuman yang dihasilkan dengan
tujuan agar masyarakat terus dapat berinovasi serta kreatif dalam memanfaatkan potensi desa
yang ada Seperti halnya untuk pemanfaatan Jeruk Lemon dibuat sebuah minuman dalam
bentuk “water lemon” sehingga sekarang Ibu-Ibu PKK dan Perempuan sekitar di Desa di
Berdayakan Untuk Mengelola Lahan untuk ditanami Lemon yang mana nantinya Lemon
tersebut diharapkan dapat dikembangkan menjadi sebuah Produk Lokal Desa yang
menjadikan ciri khas ataupun minuman khas desa setempat, selain Lemon , pemerintah desa
setempat juga terus mengembangkan produk asli Desa seperti Makanan Khas Desa yang
diberi Nama Carang mas yang dibuat dari Gembili atau Ubi Jalar yang ditanam untuk dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar serta Kopi Jahe Merah yang mana bahan utamanya
Kopi dan jahe merah memang khusus ditanam dan dihasilkan oleh Desa Rawa sari dengan
memanfaatkan Lahan Kosong yang masih tersedia di Desa Rawa Sari.

c. Pengelolaan Hewan Ternak dengan Memberdayakan Masyarakat Desa

Di Desa Rawa Sari Juga Memberdayakan Masyarakat sekitar dengan pengelolaan Hewan
Ternak dalam bentuk Hewan Ternak Kambing, dimana dalam proses pemberdayaan ini
Pemerintah Desa Rawa Sari Memberikan Bantuan satu ekor Kambing Kepada masyarakat
secara adil dan merata melalui Dana Desa dari Alokasi Afirmasi yang bertujuan dapat dikelola
oleh masyarakat sekitar terutama masyarakat yang memang tidak mampu dan tidak mempunyai
modal untuk beternak. Sehingga dengan pemberian bantuan Hewan ternak ini masyarakat dapat
mengelola dengan sungguh-sungguh dan dapat berkembang dan dapat membantu masyarakat
sekitar dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

d. Dukungan Pembinaan serta Pengadaan Pupuk Bagi Petani Melalui BUMDES

Seperti halnya yang telah dilakukan pemerintah desa rawa sari dimana dalam
mendukung pemberdayaan masyarakat khususnya dalam memanfaatkan potensi yang ada yaitu
lahan kosong yang masih tersedia untuk bertani dimana bentuk dukungan pemerintah daerah
dalam hal ini yaitu adanya Pembinaan Melalui Pertemuan Kepada Masyarakat sekitar khususnya
para petani untuk dapat menyampaikan permasalahan dalam bertani juga dalam pertemuan
tersebut disisipkan pelatihan atau penyampaian teknik pengelolaan pertanian melalui media
video kepada masyarakat khususnya para petani, selain itu guna mengatasi permasalahan yang
selama ini sering dikeluhkan petani yaitu masalah ketersediaan pupuk dan obat-obatan pertanian
maka langkah yang diambil pemerintah Desa yaitu memfasilitasi dengan adanya BUMDES
yang mana sumber permodalan BUMDES itu sendiri yaitu Dari Dana Desa yang digunakan dan
dimanfaatkan untuk membantu mensejahterakan masyarakat sekitar yang dalam hal ini usaha
BUMDES itu sendiri menjual dan mengadakan Pupuk dan obat-obatan pertanian. Walaupun
tidak gratis akan tetapi Harga Pupuk dan obat-obatan Pertanian yang dijual BUMDES ini jauh
lebih murah dari harga di pasaran serta untuk pembayarannya pun bisa dibayar dan diangsur
ketika Hasil Panen udah terjual.

5.2 SARAN

a. Perlu Kiranya Bagi Pemerintah Pusat Maupuan Daerah untuk dapat terus bersinergi dalam
pemberdayaan masyarakat desa baik melalui dukungan Pembinaan, Pelatihan maupun
pendanaan dalam memaksimalkan bentuk pemberdayaan di Masyarakat Desa.

b. Perlu Kiranya bagi Pemerintah Desa untuk dapat terus mengembangkan kegiatan pemberdayaan
yang ada di Desa sehingga masyarakat desa dapat dikategorikan sebagai masyarakat yang
mampu dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Bashith, 2012. Ekonomi Kemasyarakatan, Malang: UIN Maliki Press.

Arsyad, Lincolin.2010. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.

M. Indra Maulana, 2018.Peran Dana Desa dalam Memberdayakan Masyarakat Ditinjau dari
Perspektif Ekonomi Islam, Lampung

Permendesa PDTT Nomor 13 Tahun 2020

Suryawati.2004. Teori Ekonomi mikro.UPP.AMP YKPN. Yogyakarta : Jarnasy

Soerjono Soekanto,1987. Sosial Suatu Pengantar,Jakarta :Rajawalipress.

Undang-undang no. 6 Tahun 2014 tentang Desa

Undang-UndangNo. 25 Tahun 2000

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Widjaja, H.A.W .2008. Otonomi Desa : Merupakan otonomi yang Asli Bulat dan Utuh. Jakarta :
Rajawali Pers.

www.ditjenpdt.kemendesa.go.id

www.Djpk.kemenkeu.go.id.

Anda mungkin juga menyukai