Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

Karsinoma tiroid merupakan keganasan endokrin yang tersering dan


diperkirakan 3% dari seluruh keganasan manusia. Insiden karsinoma tiroid meningkat
seiring dengan meningkatnya usia, dengan puncaknya pada usia antara 21-40 tahun.
Mayoritas kasus (70%) terjadi pada wanita. Resiko karsinoma pada benjolan tunggal
tiroid bervariasi antara 2,5-24,3%. Di Indonesia dari registrasi Perhimpunan Dokter
Spesialis Patologi Indonesia didapatkan karsinoma tiroid menempati urutan ke-9 dari
10 kanker terbanyak (4,43%). 1,2

Penyakit ini tumbuh dan berkembang secara lambat dan seringkali melakukan
residif lokal, invasi lokal dengan mortalitas yang rendah, sebagian kecil dapat pula
tumbuh dengan cepat dan berakhir fatal. Karena variasi yang begitu luas dari derajat
keganasan tumor ini timbullah berbagai macam pertentangan pendapat mengenai
penatalaksanaan karsinoma ini di berbagai pusat penanggulangan penyakit kanker di
dunia. 5

Diagnosis dini dan terapi agresif dengan segera dianjurkan untuk berbagai jenis
karsinoma tiroid, terutama jenis karsinoma tiroid anaplastik. Oleh karena itu, sangat
penting untuk memahami tipe karsinoma tiroid mulai dari tanda awal, faktor resiko,
gejala klinis, maupun terapi untuk menurunkan mortalitas akibat karsinoma tiroid.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelenjar Tiroid

2.1.1 Embriologi

Pada masa embrional minggu ke-4, kelenjar tiroid mulai terbentuk dari
penebalan entodermal (divertikulum tiroid) pada dasar primitif faring, dan
terhubung dengan foramen sekum oleh duktus tiroglosus. Kemudian, pada masa
embrional minggu ke-7, kelenjar tiroid sudah turun, dan posisi terakhirnya berada
di ventral trakea, setingkat vertebra servikal C5, C6, dan C7 serta vertebra torakal
T1, sedangkan duktus tiroglosus rudimenter kadang masih tersisa, yang
kemudian bisa kita jumpai sebagai lobus piramidalis, yang terletak di isthmus
menuju hyoid (50%). Kelenjar tiroid janin secara fungsional mulai mandiri pada
minggu ke-12 masa kehidupan intrauterine dan pada minggu ini, folikel tiroid
pertama mulai terisi koloid. 1

Gambar 1. Embriologi kelenjar tiroid 9

2
2.1.2 Anatomi

Kelenjar tiroid merupakan organ berbentuk seperti kupu-kupu yang


terletak di anterior dari trakea pada cincin trakea kedua sampai ketiga. Kelenjar
ini terdiri dari 2 lobus yang dihubungkan oleh isthmus pada bagian tengahnya.
Setiap lobus berukuran panjang 3-4 cm, lebar 2 cm, dan tebalnya hanya beberapa
millimeter. Isthmus tingginya 12-15 mm, terkadang terdapat lobus piramidalis di
atas isthmus, agak ke kiri dari midline. Lobus ini merupakan sisa jaringan
embryonic thyroid yang ketinggalan pada waktu migrasi jaringan ini ke bagian
anterior di hipofaring. Berat tiroid sehat hanya sekitar 25 gram dan tidak teraba
dari luar. 2,5

Gambar 2. Anatomi kelenjar tiroid 10

Seluruh kelenjar tiroid ini dibungkus oleh suatu lapisan jaringan yang
dinamakan true capsule. Sedangkan extension dari lapisan tengah fascia servikalis
profundus yang mengelilingi kelenjar tiroid itu dinamakan false capsule atau
surgical capsule. Seluruh pembuluh darah arteri, vena, pleksus limfatikus dan
kelenjar paratiroid, letaknya antara true dan false capsule. Kedua lobus tiroid
dihubungkan di bagian posterior oleh ligamentum suspensorium Berry yang

3
letaknya antara kartilago krikoid dan upper tracheal ring. Jumlah ligamentum ini
satu di kiri dan kanan. Fungsinya sebagai ayunan/gendongan kelenjar ke laring
dan mencegah jatuh/turunnya kelenjar dari laring, terutama bila terjadi
pembesaran kelenjar. Saat pengangkatan kelenjar tiroid, ligamentum
suspensorium Berry harus dipotong agar kelenjar dapat dimobilisasi dengan
mudah. 3,5

Gambar 3. Ligamentum suspensorium Berry 11

Arteri karotis komunis, vena jugularis interna, dan nervus vagus terletak
bersama di dalam suatu sarung tertutup di laterodorsal tiroid. Nervus rekurens
terletak di dorsal tiroid sebelum masuk laring. Nervus frenikus dan trunkus
simpatikus tidak masuk ke dalam ruang antara fascia media dan prevertebralis.
Struktur penting yang berdekatan dengan kelenjar tiroid adalah nervus laringeus
superior, nervus laringeus inferior (rekurens), kelenjar paratiroid, dan esofagus.
1,2

4
Kelenjar tiroid kaya vaskularisasi, yaitu berasal dari empat sumber, arteri
karotis superior kanan dan kiri, cabang arteri karotis eksterna kanan dan kiri,
kedua arteri tiroidea inferior kanan dan kiri, dan cabang arteri brakialis. Kadang
dijumpai arteri tiroidea ima, cabang trunkkus brakiosefalika, yang sering secara
tidak sengaja terpotong pada saat trakeostomi. Adapun sistem venanya terdiri
atas vena tiroidea superior, yang berjalan bersama arterinya; vena tiroidea
media, yang berada di lateral dan berdekatan dengan arteri tiroidea inferior, dan
vena tiroidea inferior, yang berada dalam satu arah dengan arteri tiroidea ima
(jika ada). Terdapat dua saraf yang mensarafi laring dengan pita suara (plica
vocalis), yaitu nervus rekurens dan cabang nervus laringeus superior. 1

Gambar 4. Vaskularisasi dan Innervasi 10

5
2.1.3 Histologi

Kelenjar tiroid terdiri atas banyak sekali folikel-folikel yang tertutup


(diameternya antara 100-300 mikrometer) yang dipenuhi dengan bahan
sekretorik yang disebut koloid dan dibatasi oleh sel epitel koloid yang
mengeluarkan hormonnya ke bagian folikel itu. Unsur utama dari koloid adalah
glikoprotein tiroglobulin besar, yang mengandung hormon tiroid di dalam
molekulnya. 4

Begitu hormon yang disekresikan sudah masuk ke dalam folikel, hormon itu
harus diabsorbsi kembali melalui epitel folikel ke dalam darah, sebelum dapat
berfungsi dalam tubuh. Setiap menitnya jumlah aliran darah di dalam kelenjar
tiroid kira-kira lebih besar daripada berat tiroid itu sendiri, yang merupakan suplai
darah yang sama banyaknya dengan bagian lain dalam tubuh, dengan
pengecualian korteks adrenal. 4

Gambar 5. Histologi kelenjar tiroid 12

6
2.1.4 Fisiologi

Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama, yaitu tiroksin (T4).


Bentuk aktif hormon ini adalah triiodotironin (T3), yang sebagian besar berasal
dari konversi hormon T4 di perifer, dan sebagian kecil langsung dibentuk oleh
kelenjar tiroid. Iodida anorganik yang diserap dari saluran cerna merupakan
bahan baku hormon tiroid. Sel kelenjar tiroid secara aktif melakukan transportasi
Iodium ke sitoplasmanya. Zat ini dipekatkan kadarnya menjadi 30-40 kali
sehingga afinitasnya sangat tinggi di jaringan tiroid. Iodida anorganik teroksidasi
menjadi bentuk organiknya dan selanjutnya menjadi bagian dari tirosin yang
terdapat dalam tiroglobulin sebagai monoiodotirosin (MIT) atau diiodotirosin
(DIT). Konjugasi DIT dengan MIT atau dengan DIT yang lain akan menghasilkan T3
atau T4, yang disimpan di dalam koloid kelenjar tiroid. Sebagian besar T4
dilepaskan ke sirkulasi, sedangkan sisanya tetap berada di dalam kelenjar dan
kemudian mengalami deiodinasi untuk selanjutnya menjalani daur ulang. Dalam
sirkulasi, hormon tiroid terikat pada protein, yaitu globulin pengikat tiroid
(thyroid-binding globulin, TBG) atau prealbumin pengikat tiroksin (thyroxine-
binding prealbumine, TBPA). 1

7
Gambar 6. Pembentukan hormon tiroid 13

Ketika kebutuhan akan hormon T3 dan T4 meningkat, sel folikel kelenjar


tiroid melakukan ingesti koloid secara pirositosis. Dengan bantuan enzim
lisosomal, hormon T3 dan T4 akan dilepas dari tiroglobulin, berdifusi ke dalam
sirkulasi darah, lalu ditranspor dalam bentuk kombinasi kimiawi dengan protein
dalam plasma. 1

Sekresi hormon tiroid dikendalikan oleh thyroid stimulating hormone (TSH)


yang dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Kelenjar hipofisis secara
langsung dipengaruhi dan diatur aktivitasnya oleh kadar hormon tiroid dalam
sirkulasi yang bertindak sebagai umban balik negatif terhadap lobus anterior
hipofisis dan terhadap sekresi thyrotropine releasing hormone (TRH) oleh
hipotalamus. Hormon kelenjar tiroid mempunyai pengaruh yang sangat
bervariasi terhadap jaringan/organ tubuh yang pada umumnya berhubungan
dengan metabolisme sel. 1

8
Pada kelenjar tiroid, juga terdapat sel parafolikular yang menghasilkan
kalsitonin. Kalsitonin adalah suatu polipeptida yang turut mengatur metabolisme
kalsium, yaitu menurunkan kadar kalsium serum, melalui pengaruhnya terhadap
tulang. 1

Gambar 7. Pituitary-Hipotalamic Axis 13

2.1.5 Pembesaran Kelenjar Tiroid

Pembesaran kelenjar tiroid dapat disebabkan oleh: 7

a. Hiperplasia dan hipertrofi


Setiap organ apabila dipacu untuk bekerja lebih berat maka akan
kompensasi dengan jalan hipertrofi dan hiperplasia. Demikian juga halnya
pada kelenjar tiroid pada saat masa pertumbuhan atau pada kondisi
dimana membutuhkan hormon tiroksin lebih banyak, maka akan diikuti
dengan pembesaran kelenjar tiroid, misalnya pada saat pubertas, gravid,
dan sembuh dari sakit parah.

9
b. Inflamasi
Terdiri dari tiroiditis akut, tiroiditis subakut (de Quervain), dan tiroiditis
kronis (Hashimotos disease, Riedels Struma).
c. Neoplasma
Ada dua bentuk yaitu neoplasma jinak (adenoma) dan neoplasma ganas
(adenokarsinoma).

2.2 Karsinoma Tiroid

2.2.1 Definisi

Nodul tiroid atau struma atau pembesaran kelenjar tiroid adalah


pertumbuhan yang berlebihan dan perubahan struktural dengan atau tanpa
perubahan fungsional pada satu atau beberapa bagian dalam jaringan tiroid
normal. Nodul tiroid dapat bersifat jinak atau ganas. 2

Karsinoma tiroid berasal dari sel folikel tiroid. Keganasan tiroid


dikelompokkan menjadi karsinoma tiroid berdiferensiasi baik, yaitu bentuk
papiler, folikuler, atau campuran keduanya, karsinoma meduler yang berasal dari
sel parafolikuler yang mengeluarkan kalsitonin, dan karsinoma berdiferensiasi
buruk/anaplastik. Karsinoma sekunder pada kelenjar tiroid sangat jarang
dijumpai. Perubahan dari struma endemik menjadi karsinoma anaplastik dapat
terjadi terutama pada usia lanjut. 1

2.2.2 Epidemiologi

Karsinoma tiroid merupakan keganasan terbanyak ke-9 diantara 10 kanker


terbanyak. Karsinoma tiroid merupakan 3-5% dari semua keganasan. Insidennya
lebih tinggi di negara dengan endemik struma, terutama jenis folikuler dan jenis

10
berdiferensiasi buruk/anaplastik. Insiden meningkat seiring dengan
meningkatnya usia, dengan puncak usia 21-40 tahun. Karsinoma tiroid
didapatkan pada 5-8% populasi, wanita 2-4 kali lebih sering mengalami
karsinoma tiroid daripada laki-laki. 1

Kondisi geografik mempengaruhi prevalensi tipe karsinoma tiroid. DI


daerah pantai dimana kondisi iodium cukup atau terkadang berlebih, karsinoma
tiroid papiler lebih dominan. Di pegunungan atau dataran tinggi dimana kondisi
iodium kurang, karsinoma tiroid folikuler dominan. 2

2.2.3 Faktor Resiko

Penyebab pasti karsinoma tiroid masih belum diketahui, tapi penelitian


sedang berlangsung untuk menemukannya. Beberapa faktor yang dapat
meningkatkan resiko untuk terjadinya karsinoma tiroid: 2

1. Paparan radiasi
9% karsinoma tiroid terdapat riwayat paparan radiasi. Insiden
meningkat pada dosis di atas 20 Gy. Radiasi pada anak-anak (<15 tahun)
merupakan faktor resiko mayor untuk karsinoma tiroid. Proporsi
karsinoma tiroid papiler lebih tinggi pada anak dengan riwayat radiasi
dibanding yang tidak pernah radiasi. 2
2. Sindrom Genetik
Karsinoma tiroid papiler frekuensinya meningkat pada penderita kanker
payudara, ovarium, ginjalm atau sistem saraf pusat. Karsinoma meduler
dan limfoma maligna tiroid frekuensinya meningkat pada tiroiditis
Hashimoto. 2
3. Riwayat keluarga dengan MEN 2A, MEN 2B. Karsinoma tiroid sebagian
(20%) diturunkan secara genetik. Pada karsinoma papiler, aktivasi dua

11
fusi onkogen telah teridentifikasi pada kromosom 10q11-q12 dan 1q32-
q41. Gen fusi RET/D10S170 spesifik untuk karsinoma papiler dan
dipercaya berperan dalam patogenesis tumor. Perkembangan
karsinoma tiroid folikuler melibatkan tahap multiple dimana aktivasi
mutasi ras gen terlibat dalam progresi dari sel epitel folikuler nomal
menjadi adenoma folikuler. Inaktivasi dari gen tumor-suppressor pada
3p kemudian memfasilitasi progresi dari adenoma folikuler menjadi
karsinoma folikuler. 2,6
4. Kelainan tiroid jinak
Misalnya goiter, adenoma, dan tiroiditis. Kondisi hipertiroid dan
hipotiroid tidak meningkatkan resiko terjadinya keganasan tiroid. 2
5. Diet
Makanan yang banyak mengandung mentega, keju, dan daging
meningkatkan resiko, sedangkan buah-buahan segar dan sayuran
menurunkan resiko. Makanan yang kurang iodium juga meningkatkan
resiko. Kadar iodium yang rendah juga dapat terjadi karena paparan
radiasi atau karena kelainan tiroid jinak. 2
6. Usia
Umumnya penderita karsinoma tiroid berusia lebih diatas 45 tahun dan
penderita karsinoma tiroid anaplastik diatas 60 tahun.

2.2.4 Klasifikasi
a. Klasifikasi Karsinoma Tiroid berdasarkan histopatologi menurut WHO: 8
Tumor epitel maligna
Karsinoma folikuler
Karsinoma papiler
Campuran karsnimoa folikuler-papiler
Karsinoma anaplastik (undifferentiated)

12
Karsinoma sel skuamosa
Karsinoma tiroid meduler

Tumor non-epitel maligna

Fibrosarkoma
Lain-lain

Tumor maligna lainnya

Sarkoma
Limfoma maligna
Haemangiothelioma maligna
Teratoma maligna

Tumor sekunder dan unclassified tumors

Rosai J. membedakan tumor tiroid atas adenoma folikuler, karsinoma


papiler, karsinoma folikuler, hurthle cell tumors , clear cell tumors, tumor sel
skuamous, tumor musinus, karsinoma meduler, karsinoma berdiferensiasi buruk
dan undifferentiated carcinoma. 8

Untuk menyederhanakan penatalaksanaan, Mc Kenzie membedakan


karsinoma tiroid atas 4 tipe, yaitu karsinoma papiler, karsinoma folikuler,
karsinoma meduler, dan karsinoma anaplastik. 8

13
b. Klasifikasi Klinik TNM Edisi 6 2002 28

T (Tumor Primer)
Tx Tumor tidak dapat dinilai
T0 Tidak terbukti ada tumor
T1 <1 cm
T2 2-4 cm masih terbatas pada tiroid
T3 >4 cm terbatas pada tiroid atau tumor dengan ukuran berapa saja
dengan perluasan ekstra tiroid yang minimal (misal ke otot sternotiroid
atau jaringan lunak peritiroid).
Tumor telah meluas keluar kapsul tiroid dan menginvasi ke tempat
T4a berikut; jaringan lunak sukutan, laring, trakea, esofagus, n.Laringeus
rekurens atau karsinoma anaplastik terbatas pada tiroid (intra tiroid).
Tumor telah menginvasi fascia prevertebra, pembuluh mediastinal atau
T4b arteri carotis atau karsinoma anaplastik meluas keluar kapsul (ekstra
tiroid).
N (Kelenjar getah bening regional)
Nx Kelenjar getah bening tidak dapat dinilai
N0 TIdak ditemukan metastasis ke kelenjar getah bening
N1 Pembesaran (dapat dipalpasi)
N1a Hanya ipsilateral
N1b Kontralateral, bilateral, garis tengah, atau mediastinum
M (metastase jauh)
Mx Metastase tidak dapat dinilai
M0 Tidak terdapat metastase jauh
M1 Terdapat metastase jauh

14
Gambar 8. Klasifikasi TNM Tumor Primer 16

15
Gambar 9. Klasifikasi TNM Metastase ke kelenjar limfe 16

c. Stadium Klinis Menurut AJCC (American Joint Committee on Cancer) 8

Karsinoma Tiroid Papiler atau Folikuler Umur < 45 tahun


Stadium I Tiap T Tiap N M0
Stadium II Tiap T Tiap N M1

16
Karsinoma Tiroid Papiler atau Folikuler Umur > 45 tahun dan Meduler
Stadium I T1 N0 M0
Stadium II T2 N0 M0
Stadium III T3 N0 M0
T1, T2, T3 N1a M0
Stadium IVA T1, T2, T3 N1b M0
T4a N0, N1 M0
Stadium IVB T4b Tiap N M0
Stadium IVC Tiap T Tiap N M1
Anaplastik/Undifferentiated (semua kasus termasuk stadium IV)
Stadium IVA T4a Tiap N M0
Stadium IVB T4b Tiap N M0
Stadium IVC Tiap T Tiap N M1

2.2.5 Patologi dan Karakteristik Klinis

Karsinoma Tiroid Papiler (PTC)


Tipe ini merupakan golongan terbesar dari karsinoma tiroid (hampir 80%).
Umumnya tumbuh lambat, biasanya terdapat pada usia kurang dari 40 tahun dan
jarang ditemukan pada anak-anak. Termasuk golongan yang berdiferensiasi baik,
multisentris 85%, dan didapatkan berbagai varian yang dapat juga menentukan
prognosis. Varian karsinoma tiroid papiler meliputi: papiler biasa (65-68%), varian
folikuler (15-20%), tall cell (5-10%), diffuse sclerossing (1-3%), solid (1-3%), dan
kolumnar (<1%). Diantara varian ini tall cell mempunyai prognosis yang buruk dan
cenderung untuk rekurens dan metastasis jauh. 2
Gambaran makroskopis: konsistensi keras, keputihan, permukaan yang
dipotong granular dengan kemungkinan kalsifikasi. Gambaran histopatologi
karakteristik adalah ditemukannya struktur papiler dari sel-sel ganas, yang

17
uniform baik ukuran maupun intinya. Kadang-kadang tipe ini disertai adanya
folikuler atau psamoma bodies (40-50%) ditengah-tengah struktur yang papiler.
Sel raksasa juga sering ditemukan. 2
Penyebaran terutama melalui sistem kelenjar getah bening regional. Dapat
juga bermetastasis jauh ke paru-paru atau tulang. Biasanya terdapat multisentris
atau bilateral. Tumor primer atau rekurens dapat menginfiltrasi trakea atau
esofagus hingga menimbulkan gejala obstruksi. 2

Gambar 10. Karsinoma tiroid papiler 17

Karsinoma Tiroid Folikuler (FTC)


Golongan terbanyak kedua setelah karsinoma papiler yakni 10-20% dari
keganasan tiroid. Lebih ganas dari golongan pertama. Lebih sering ditemukan di
daerah yang kurang iodium. Dapat ditemukan pada semua umur, tapi lebih
banyak pada usia diatas 40 tahun. Lebih sering unilateral daripada bilateral. 2
Penyebaran terutama melalui sistem vaskuler (hematogen), metastasis
jauh ke tulang, alat-alat visceral seperti hati, paru-paru, dan kulit, jarang ke
kelenjar getah bening regional. Kemungkinan untuk mengalami transformasi
menjadi karsinoma anaplastik dua kali lebih besar dari tipe adenokarsinoma
papiler. Subtipe karsinoma folikuler: hurtle cell carcinoma dan insular carcinoma.2
Histopatologi, mikroskopis tumor mengandung sel-sel folikel neoplastik,
yang secara keseluruhan mempunyai komponen solid, trabekular atau follicular

18
growth pattern (umumnya memproduksi microfollicle). Sel-sel folikel pada tumor
ini tidak mempunyai karakteristik yg khas seperti pada karsinoma papiler.
Diagnosis jenis kanker folikuler didasarkan pada ada tidaknya invasi sel tumor ke
kapsul tiroid atau pembuluh darah. 2

Gambar 11. Karsinoma tiroid folikuler 17

Karsinoma Tiroid Meduler (MTC)


Sering ditemukan pada usia tua (50-60 tahun). Insidensnya 5,1% dari semua
keganasan tiroid. Berasal dari sel C atau parafolikuler yang terletak pada bagian
atas dan tengah lobus tiroid, banyak mengandung amyloid, yang merupakan sifat
khasnya. 2
Makroskopis terlihat adanya hiperplastik sel C yang mengandung
immunoreaktif kalsitonin. Kalsitonin dapat diukur dengan radioimmunoassay dan
digunakan untuk screening atau follow up penyakit ini. 2
Kanker ini disebut juga karsinoma solidum karena sangat keras seperti batu.
Tipe ini bersifat herediter (20%) dan sporadik (80%). 2

19
Gambar 12. Karsinoma tiroid meduler 17

Karsinoma Tiroid Anaplastik (UTC: Undifferentiated Thyroid Carcinoma)


Kasusnya jarang, yakni kurang dari 5% keganasan tiroid. Perjalanan
penyakit ini cepat dan biasanya fatal. Penyebaran melalui sistem getah bening
dan bermetastasis jauh. Dalam beberapa minggu atau bulan sudah menyebabkan
keluhan akibat penekanan dan invasi karsinoma berupa gejala obstruksi
pernapasan atau obstruksi esofagus. Keadaan umum cepat menurun dan tumor
cepat mengadakan metastasis jauh. Pada beberapa keadaan jenis ini berasal dari
karsinoma jenis papiler yang tidak diobati atau karsinoma papiler yang sudah
diobati dengan radiasi. 2
Sutipe kanker ini secara histopatologi terdiri dari anaplastik spindle cell,
giant cell, dan small cell. Ketiga sel ini menunjukkan aktivitas mitosis yang tinggi,
focus nekrosis yang luas dan infiltrasi yang nyata. Dengan pewarnaan
immunohistokimia sering menunjukkan ekspresi keratin positif dan terkadang
positif pada tiroglobulin. 2

20
Gambar 13. Karsinoma tiroid anaplastik 17

Karsinoma Sel Hurthle


Prevalensinya 5% dari seluruh kanker tiroid, merupakan varian dari
karsinoma folikuler. Karakteristik mikroskopis berupa adanya sel-sel poligonal
dan hiperkromatik. Insiden metastasis ke kelenjar getah bening sedikit lebih
tinggi pada Hurthle dibanding FTC. Prognosis lebih buruk dibanding PTC atau
FTC.2

Limfoma Maligna
Limfoma maligna primer di tiroid berjumlah 1% dari semua kanker tiroid.
Limfoma dapat primer ataupun sekunder. Tipe yang dominan adalah Non
Hodgkin limfoma, umunya terjadi pada wanita tua (Dekade 7) yang menderita
tiroiditis Hashimoto. Gambaran klinis hamper sama dengan UTC, berupa massa
di leher yang timbuh cepat dengan gejala disfagia dan disfonia. HIstologik, berupa
gambaran sel yang monomorfik dan non-kohesif dengan pewarnaan yang positif
untuk CD20. 2

21
Sarkoma
Sarkoma pada kelenjar tiroid sangat jarang. Biasanya merupakan tumor
yang sangat agresif serupa dengan karsinoma anaplastik. Sel tumor berasal dari
stroma atau vaskuler dalam kelenjar. Tipe yang pernah dilaporkan adalah
angiosarkoma dan leimiosarkoma. 2

2.2.6 Diagnosis

a. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

1. Pengaruh usia dan jenis kelamin


Risiko malignansi: apabila nodul tiroid terdapat pada usia dibawah 20 tahun, dan
diatas 50 tahun jenis kelamin laki-laki mempunyai risiko malignansi lebih tinggi. 8

2. Pengaruh radiasi didaerah leher dan kepala


Radiasi pada masa kanak-kanak dapat menyebabkan malignansi pada tiroid
kurang lebih 33 37%. 8

3. Kecepatan tumbuh tumor 8


Nodul jinak membesar tidak terlalu cepat
Nodul ganas membesar dengan cepat
Nodul anaplastik membesar sangat cepat
Kista dapat membesar dengan cepat
4. Riwayat gangguan mekanik di daerah leher.
Keluhan gangguan menelan, perasaan sesak sesak, perubahan suara dan nyeri
dapat terjadi akibat desakan dan atau infiltrasi tumor. 8
5. Riwayat penyakit serupa pada famili/keluarga.
Bila ada, harus curiga kemungkinan adanya malignansi tiroid tipe meduler. 8

22
6. Temuan pada Pemeriksaan Fisik 8

Pada tumor primer dapat berupa suatu nodul soliter atau multipel dengan
konsistensi bervariasi dari kistik sampai dangan keras bergantung kepada jenis
patologi anatomi (PA) nya.
Perlu diketahui ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening regional.
Disamping ini perlu dicari ada tidaknya benjolan pada kalvaria, tulang
belakang, klavikula, sternum dll, serta tempat metastasis jauh lainnya yaitu di
paru-paru, hati, ginjal dan otak.

Gambar 14. Karsinoma tiroid 13


b. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium 8

Human thyroglobulin, suatu penanda tumor (tumor marker) untuk


keganasan tiroid; jenis yang berdiferensiasi baik, terutama untuk follow
up.
Pemeriksaan kadar FT4 dan TSHS untuk menilai fungsi tiroid
Kadar kalsitonin hanya untuk pasien yang dicurigai karsinoma meduler.

23
2. Pemeriksaan radiologis 1,8

Pemeriksaan roentgen dilakukan untuk melihat dorongan, tekanan, dan


penyempitan pada trakea, serta membantu diagnosis dengan melihat
adanya kalsifikasi di dalam jaringan tiroid.
Dilakukan pemeriksaan foto toraks posteroanterior, untuk menilai
kemungkinan ekstensi struma ke retrosternum dan penyebaran karsinoma
tiroid ke mediastinum bagian atas atau ke paru.
Foto polos leher antero-posterior dan lateral dengan metode soft tissue
technique dengan posisi leher hiperekstensi, bila tumornya besar. Untuk
melihat ada tidaknya mikrokalsifikasi.
Esofagogram dilakukan bila secara klinis terdapat tanda-tanda adanya
infiltrasi ke esofagus.
Pembuatan foto tulang dilakukan bila ada tanda-tanda metastasis ke
tulang yang bersangkutan.
Pemeriksaan CT scan bermanfaat terutama pada karsinoma tiroid stadium
lanjut, yaitu melihat ekstensi tumor ke jaringan sekitar, adanya
pembesaran, dan metastase pada kelenjar getah bening leher. CT scan
juga berguna untuk merencanakan pembedahan, tetapi tidak dapat
membedakan ganas atau jinaknya suatu nodul tiroid jika belum terjadi
infiltrasi ke jaringan sekitarnya.

24
Gambar 15. CT scan karsinoma tiroid 14

3. Pemeriksaan ultrasonografi
Diperlukan untuk mendeteksi nodul yang kecil atau nodul di posterior yang
secara klinis belum dapat dipalpasi. Disamping itu dapat dipakai untuk
membedakan nodul yang padat dan kistik, mengukur volume tumor, serta dapat
dimanfaatkan untuk penuntun dalam tindakan biopsi aspirasi jarum halus. 1,8

Gambar 16. USG karsinoma papiler 13

25
4. Pemeriksaan sidik tiroid
Pemeriksaan sidik radiokatif tiroid dilakukan dengan bahan radioaktif
iodium 131. Bila nodul menangkap iodium lebih sedikit dari jaringan tiroid yang
normal disebut nodul dingin (cold nodule), bila sama afinitasnya maka disebut
nodul hangat (warm nodule) dan bila afinitasnya lebih maka disebut nodul panas
(hot nodule). 1,8
Karsinoma tiroid sebagian besar adalah nodul dingin. Sekitar 10-17%
struma dengan nodul dingin ternyata adalah suatu keganasan. Sedangkan
karsinoma papiler biasanya kurang atau sama sekali tidak menangkap iodium. 1,8

Bila akan dilakukan pemeriksaan sidik tiroid maka obat-obatan yang


mengganggu penangkapan iodium oleh tiroid harus dihentikan selama 2-4 minggu
sebelumnya. 8

Pemeriksaan sidik tiroid ini tidak mutlak diperlukan, jika tidak ada
fasilitasnya, tidak perlu dikerjakan. 8

26
Gambar 17. Pemeriksaan sidik tiroid 19

5. Pemeriksaan sitologi melalui biopsi aspirasi jarum halus (BAJAH)


Pemeriksaan sitologi nodul tiroid diperoleh dengan biopsi aspirasi jarum
halus (BAJAH/FNAB, fine needle aspiration biopsy). Keberhasilan dan ketepatan
pemeriksaan BAJAH tergantung dari 2 hal yaitu: Faktor kemampuan pengambilan
sampel dan faktor ketepatan interpretasi oleh seorang sitolog sehingga angka
akurasinya sangat bervariasi. 8
Ketepatan pemeriksaan sitologi untuk kanker tiroid anaplastik, meduler
dan papiler hampir mendekati 100% tetapi untuk jenis folikuler hampir tidak
dapat dipakai karena gambaran sitologi untuk adenomatous goiter, adenoma
folikuler dan adenokarsinoma folikuler adalah sama, tergantung dari gambaran

27
invasi ke kapsul dan vaskuler yang hanya dapat dilihat dari gambaran
histopatologi. 8

Walaupun BAJAH merupakan tes yang akurat dengan biaya yang murah dan
seringkali tanpa komplikasi, namun ada beberapa keterbatasan, yaitu: 1

Ketidakmampuan BAJAH untuk memberikan diagnosis banding nodul pada


goiter hiperseluler dan neoplasma folikuler benign dan maligna. Keterbatasan
ini menyebabkan ahli sitologi sering mendiagnosisnya sebagai suspek (4-24%)
dan mengharuskan penderita untuk melakukan lobektomi untuk diagnosis
yang lebih obyektif.
Keterbatasan yang berkaitan dengan jumlah negatif palsu (1,3-17%) yang
akhirnya akan menyebabkan kegagalan penanganan neoplasma maligna.
Sejumlah kasus dimana tidak mungkin merumuskan satu diagnosis disebabkan
karena material inadekuat (2-31%) sehingga menurunkan akurasi metode ini
dan jumlah penderita yang menjalani lobektomi meningkat untuk
mendapatkan hasil diagnosis yang lebih akurat.

Gambar 18. Pemeriksaan biopsi aspirasi jarum halus 18

28
6. Pemeriksaan Histopatologi
Merupakan pemeriksaan diagnostik utama jaringan diperiksa setelah
dilakukan tindakan lobektomi atau isthmolobektomi. Untuk kasus inoperabel,
jaringan yang diperiksa diambil dari tindakan biopsi insisi. 8

Secara klinis, nodul tiroid dicurigai ganas apabila: 8

Usia dibawah 20 tahun atau diatas 50 tahun


Riwayat radiasi daerah leher sewaktu kanak-kanak
Disfagia, sesak nafas perubahan suara
Nodul soliter, pertumbuhan cepat, konsistensi keras
Ada pembesaran kelenjar getah bening leher
Ada tanda-tanda metastasis jauh.

2.2.7 Penatalaksanaan Nodul Tiroid


Pertama-tama dilakukan pemeriksaan klinis untuk menentukan apakah
nodul tiroid tersebut suspek maligna atau suspek benigna. 8

Bila nodul tersebut suspek maligna dibedakan atas apakah kasus tersebut
operabel atau inoperabel. Bila kasus yang dihadapi inoperabel maka dilakukan
tindakan biopsi insisi dengan pemeriksaan histopatologi secara blok parafin.
Dilanjutkan dengan tindakan debulking dan radiasi eksterna atau
khemoradioterapi. 8

Bila nodul tiroid suspek maligna tersebut operabel dilakukan tindakan


isthmolobektomi dan pemeriksaan potong beku (VC). 8

Ada 5 kemungkinan hasil yang didapat: 8

1. Lesi jinak
Maka tindakan operasi selesai dilanjutkan dengan observasi

29
2. Karsinoma papiler
Dibedakan atas risiko tinggi dan risiko rendah berdasarkan klasifikasi
AMES. Bila risiko rendah tindakan operasi selesai dilanjutkan dengan
observasi. Bila risiko tinggi dilakukan tindakan tiroidektomi total.
3. Karsinoma folikuler
Dilakukan tindakan tiroidektomi total
4. Karsinoma meduler
Dilakukan tindakan tiroidektomi total
5. Karsinoma anaplastik
Bila memungkinkan dilakukan tindakan tiroidektomi total. Bila tidak
memungkinkan, cukup dilakukan tindakan debulking dilanjutkan
dengan radiasi eksterna atau kemoradioterapi.

Bila nodul tiroid secara klinis suspek benigna dilakukan tindakan FNAB. Ada
2 kelompok hasil yang mungkin didapat yaitu: 8

1. Hasil FNAB suspek maligna, foliculare pattern, dan Hurthle cell


Dilakukan tindakan isthmolobektomi dengan pemeriksaan potong
beku seperti diatas.
2. Hasil FNAB benigna
Dilakukan terapi supresi TSH dengan tablet Thyrax selama 6 bulan
kemudian dievaluasi, bila nodul tersebut mengecil diikuti dengan
tindakan observasi dan apabila nodul tersebut tidak ada perubahan
atau bertambah besar sebaiknya dilakukan tindakan isthmolobektomi
dengan pemeriksaan potong beku seperti diatas.

30
Gambar 19. Macam-macam Tiroidektomi 15

Teknik Operasi Tiroidektomi 20


Menjelang operasi

Penjelasan kepada penderita dan keluarganya mengenai tindakan operasi


yang akan dijalani serta resiko komplikasi disertai dengan tandatangan
persetujuan dan permohonan dari penderita untuk dilakukan
operasi (Informed consent).
Memeriksa dan melengkapi persiapan alat dan kelengkapan operasi.
Penderita puasa minimal 6 jam sebelum operasi.

31
Tahapan operasi

Pembiusan dengan endotrakeal, posisi kepala penderita hiperekstensi dengan


bantal di bawah pundak penderita.
Desinfeksi dengan larutan antiseptik, kemudian dipersempit dengan linen
steril.
Insisi collar dua jari di atas jugulum, diperdalam dengan memotong m.
platisma sampai fascia kolli superfisialis.
Dibuat flap keatas sampai eminentia kartilago tiroid dan kebawah sampai
jugulum, kedua flap di teugel keatas dan kebawah pada linen.
Fascia kolli superfisial dibuka pada garis tengah dari kartilago hioid sampai
jugulum.
Otot pretrakealis (sternohioid dan sternotiroid) kanan kiri dipisahkan kearah
lateral dengan melepaskannya dari kapsul tiroid.
Tonjolan tiroid diluksir dan dievaluasi mengenai ukuran, konsistensi,
nodularitas dan adanya lobus piramidalis.
Ligasi dan pemotongan v. tiroidea media, dan a. tiroidea inferior sedikit
proksimal dari ujung distal yang mudah tiroid, hati-hati jangan mengganggu
vaskularisasi dari kel. paratiroid.
Identifikasi N. rekuren pada sulkus trakeoesofagikus. Syaraf ini diikuti sampai
menghilang pada daerah krikotiroid.
Identifikasi kel. paratiroid inferior pada permukaan posterior kel. tiroid
berdekatan dengan masuknya a. tiroidea inferior pada tiroid.
Kutub atas kel. tiroid dibebaskan dari kartilago tiroid mulai dari posterior
dengan identifikasi cabang eksterna n. laringikus superior dengan
memisahkannya dari a & v tiroidea superior. Kedua pembuluh darah tersebut
diligasi dan dipotong. Dilakukan pengangkatan seluruh jaringan tiroid.

32
Perdarahan yang masih ada dirawat, kemudian luka pembedahan ditutup lapis
demi lapis dengan meninggalkan drain Redon.

Gambar 20. Prosedur tiroidektomi 15

33
Bagan Penatalaksanaan Nodul Tiroid
Bagan I

Nodul Tiroid

Klinis

Suspek Maligna Suspek Benigna

Inoperabel Operabel
FNAB

Biopsi Insisi Isthmolobektomi

Lesi jinak VC Suspek maligna Benigna


Folikulare pattern
Hurthle cell

Papiler Folikuler Meduler Anaplastik


Supresi TSH
6 bulan

Risiko Risiko
Rendah Tinggi Membesar
Tidak ada Mengecil
Perubahan

Debulking

Observasi Tiroidektomi total Radiasi eksterna/


Kemoterapi

34
Bagan Penatalaksanaan Alternatif Nodul Tiroid
Bagan II

Nodul Tiroid

Klinis

Suspek Maligna Suspek Benigna

Inoperabel Operabel
Observasi
Biopsi Insisi Lobektomi
Isthmolobektomi -Gejala penekanan
-Terapi konservatif
Blok paraffin supresi TSH gagal
-Kosmetik
Lesi jinak Ganas

Operasi selesai

Papiler Folikuler Meduler Anaplastik

Risiko Risiko
Rendah Tinggi

Debulking
Observasi Tiroidektomi total
Radiasi
eksterna
/Kemoterapi

35
Penatalaksanaan Kanker Tiroid Dengan Metastasis Regional.

Dipastikan terlebih dahulu apakah kasus yang dihadapi operabel atau


inoperabel. Bila inoperabel tindakan yang dipilih adalah dengan radioterapi
eksterna atau dengan kemoradioterapi dengan memakai Adriamicin. Dosis 50-
60mg/m2 luas permukaan tubuh (LPT). 8
Bila kasus tersebut operabel dilakukan penilaian infiltrasi kelenjar getah
bening terhadap jaringan sekitar. Bila tidak ada infiltrasi dilakukan tiroidektomi
total (TT) dan Functional RND. 8
Bila ada infiltrasi pada n. Acessorius dilakukan TT + RND standar. Bila ada
infiltrasi pada vena Jugularis interna tanpa infiltrasi pada n. Acessorius dilakukan
TT + RND modifikasi 1. Bila ada infiltrasi hanya pada m. Sternocleidomastoideus
dilakukan TT + RND modifikasi 2. 8

Bagan Penatalaksanaan Kanker Tiroid dengan Metastasis


Regional
Bagan III

KT + Metastasis Regional

Inoperabel Operabel

Infiltrasi ke

N.Acessorius V.Jugularis M.Sterno Infiltrasi


Interna cleidomas (-)
toideus

Radioterapi TT + RND TT + RND TT + RND TT + RND


Kemoradio Standar Modif. 1 Modif 2 Functional
terapi

36
Penatalaksanaan Kanker Tiroid Dengan Metasasis Jauh
Dibedakan terlebih dahulu apakah kasus yang dihadapi berdiferensiasi baik
atau buruk. 8
Bila berdiferensiasi buruk dilakukan kemoterapi dengan Adriamicin. Bila
berdiferensiasi baik dilakukan TT + radiasi interna dengan I131 kemudian dinilai
dengan sidik seluruh tubuh, bila respon (+) dilanjutkan dengan terapi
supresi/subtitusi. 8
Syarat untuk melakukan radiasi interna adalah: tidak boleh ada jaringan
tiroid normal yang akan bersaing dalam afinitas terhadap jaringan radioaktif.
Ablatio jaringan tiroid itu bisa dilakukan dengan pembedahan atau radio ablatio
dengan jaringan radioaktif. 8
Bila respon (-) diberikan kemoterapi Adriamicin. Pada lesi metastasisnya,
bila operabel dilakukan eksisi luas. 8

37
Bagan Penatalaksanaan Kanker Tiroid dengan Metastasis Jauh
Bagan IV

KT + Metastasis Jauh

Diferensiasi Buruk Diferensiasi Baik

TT + Radiasi interna

Khemoterapi Respon (-) Respon (+)

Terapi supresi
& substitusi

2.2.8 Komplikasi

Komplikasi dini pasca operasi: 20


Perdarahan

Bila darah di botol Redon > 300 ml per 1 jam, perlu dilakukan re-open. Jika
perdarahan arterial, drain Redon kurang cepat menampung perdarahan dan
darah mengumpul pada leher membentuk hematoma dan menekan trakea
sehingga penderita sesak napas.

38
Lakukan intubasi. Atau tusukkan Medicut no.12 perkutan menembus
membran krikotiroid.
Luka operasi dibuka dan evakuasi bekuan darah.
Penderita dibawa ke kamar pembedahan untuk dicari sumber perdarahan dan
dihentikan, dipasang drain Redon.

Lesi n. laringeus superior

Cedera pada cabang eksternus mengakibatkan perubahan tonus suara


penderita, bila berbicara agak lama maka penderita merasa capek dan suara
makin menghilang.
Cedera pada cabang internus mengakibatakan penderita tersedak bila minum
air.

Kerusakan n. rekuren

Bila waktu pembedahan kedua saraf rekuren diidentifikasi maka kemungkinan


paralisa akibat kecelakaan dilaporkan hanya 0-0,6%. Gangguan yang sifatnya
transien pada 2-4% dan akan sembuh sendiri dalam beberapa minggu atau
bulan.
Adanya gangguan pada n. rekuren secara awal dapat dilihat
dengan laringoskop direkta pada waktu dilakukan ekstubasi.

Komplikasi yang terjadinya lambat: 20


Hipoparatiroidism

Hipokalsemia transien dapat terjadi 1-2 hari pasca bedah. Edema pada
paratiroid karena manipulasi dapat menambah terjadinya hipoparatiroidism
transien.

39
Bila timbul gejala klinis seperti parestesi, kram, kejang, perlu diberi terapi
dengan pemberian pelan intravena kalsium glukonas 10% sebanyak 10
ml, disertai kalsium per-oral. Terjadinya hipoparatiroidism permanen bila kel.
paratiroid terambil sebanyak 2 buah atau lebih, atau terjadi kerusakan
vaskularisasinya. Untuk mencegah hal ini dianjurkan untuk melakukan
autotransplantasi kel. paratiroid pada m. sternokleidomastoideus.
Autotransplantasi kel. paratiroid ini memiliki daya hidup yang tinggi.

Hipotiroidism
Hipotiroidism setelah tiroidektomi total adalah konsekuensi logis yang
terjadi karena penderita tidak lagi memiliki jaringan tiroid sama sekali.

2.2.9 Perawatan Pasca Bedah dan Follow Up

Perawatan Pasca Bedah


Pasca bedah penderita dirawat di ruangan selama 1-2 hari, diobservasi
kemungkinan terjadinya komplikasi dini yang membahayakan jiwa penderita
seperti perdarahan dan obstruksi jalan nafas. 20
Drain Redon dilepas setelah 24 jam, dan jahitan luka pembedahan diangkat
pada hari ke 7. 20

Follow-up
Pasca bedah tiroidektomi total karena karsinoma tiroid, 3-4 minggu
kemudian dilakukan pemeriksaan sidikan I131 seluruh tubuh. Bila ada uptake
yodium dilakukan ablasi dengan I131 di Bagian Radionuklir. Bila tidak ada uptake,
diberi terapi hormonal yaitu ekstrak hormon tiroid, dosis 50 mcg/hari dan
ditingkatkan sampai pemeriksaan TSH menunjukkan < 0.01. Dosis ini diberikan
seumur hidup. 20

40
Jadwal follow-up: 20
Tahun ke 1 : tiap 3 bulan
Tahun ke 2 : tiap 4 bulan
Tahun ke 3-4 : tiap 6 bulan
Tahun ke 5 : setiap tahun

Hal yang perlu dievaluasi: 20

Keadaan klinis dan faal tiroid (T3, T4, TSH) setiap kali pasien kontrol
Untuk pasca tiroidektomi total karena karsinoma tiroid, perlu:

Dicari metastase di kelenjar getah bening leher atau metastasis


jauh.
Diperiksa hormon tiroglobulin setiap kontrol bila hormon
tiroglobulin > 10 ng/l, periksa
Sidikan I131 seluruh tubuh untuk mencari kekambuhan atau
metastasis.
Foto toraks setiap tahun sekali

2.2.10 Prognosis 1
Ketahanan hidup 5 tahun adenokarsinoma tiroid
a. Adenokarsinoma papiler: 80%
b. Adenokarsinoma folikuler: 50-70%
c. Adenokarsinoma meduler: 30-40%
d. Adenokarsinoma anaplastik: <5%

41
KETERANGAN 8
1. Karsinoma tiroid berdiferensiasi buruk adalah KT anaplastik dan meduler
2. Karsinoma tiroid berdiferensiasi baik adalah KT papiler dan folikuler
Dibedakan atas kelompok risiko tinggi dan risiko rendah berdasarkan klasifikasi
AMES (age, metastatic disease, extrathyroidal extension, size)

Risiko rendah :

a. - Laki-laki umur < 41 th, wanita < 51 th

- Tidak ada metastasis jauh

b. - Laki-laki umur > 41 th, wanita > 51 th

- Tidak ada metastasis jauh

- Tumor primer masih terbatas didalam tiroid untuk karsinoma papiler


atau invasi kapsul yang minimal untuk karsinoma folikuler

- Ukuran tumor primer < 5 cm

Risiko tinggi :

a. Semua pasien dengan metastasis jauh


b. Laki-laki umur < 41th, wanita < 51 th dengan invasi kapsul yang luas
pada karsinoma folikuler
c. Laki-laki umur > 41 th, wanita >51 th dengan karsinoma papiler invasi
ekstra tiroid atau karsinoma folikuler dengan invasi kaspul yang luas
dan ukuran tumor primer 5 cm.
3. Tiroidektomi totalis artinya semua kelenjar tiroid diangkat.
4. Near total thyroidectomy artinya isthmolobektomi dekstra dan lobektomi
subtotal sinistra dan sebaliknya, sisa jaringan tiroid masing-masing 1 2 gram
5. Tiroidektomi subtotal bilateral artinya mengangkat sebagian besar tiroid lobus
kanan dan sebagian besar lobus kiri sisa jaringan tiroid masing-masing 2 - 4 gram

42
6. Isthmolobektomi artinya mengangkat isthmus juga, karena batas isthmus itu
imaginer melewati pinggir tepi trachea c.l.(kontra lateral)
7. Lobektomi artinya mengangkat satu lobus saja atau secara rinci :
a. Lobektomi totalis dekstra atau lobektomi totalis sinistra.
b. Lobektomi subtotal dekstra artinya mengangkat sebagian besar lobus
kanan, sisa 3 gram.
c. Lobektomi subtotal saja tidak dilakukan sendiri tanpa 7a.
Catatan : pada pengangkatan kelenjar tiroid yang disebutkan diatas dengan
sendirinya bila ada tumor harus diangkat.

Istilah strumectomy tidak dipakai karena kemungkinan memberikan pengertian


yang salah, seolah-olah hanya benjolan saja yang diangkat.

Istilah enukleasi artinya pengangkatan rodulnya saja, dan cara ini tidak
dibenarkan pada pembedahan tiroid.

8. RND (Diseksi leher radikal) Standar


Pengangkatan seluruh jaringan limfoid didaerah leher sisi ybs dengan
menyertakan pengangkatan n. ascesorius, v. jugularis ekterna dan interna, m.
sternocleidomastoideus dan m.omohyodius dan kelenjar ludah submandibularis
dan tail parotis

9. RND modifikasi 1 : RND dengan mempertahankan n.ascessorius


10. RND modifikasi 2 : RND dengan mempertahankan n.ascessorius dan v. jugularis
interna
11. RND functional : RND dengan mempertahankan n.ascessorius ,v. jugularis interna
dan m. sternocleidomastoideus

43
BAB III
KESIMPULAN

1. Karsinoma tiroid adalah keganasan pada kelenjar tiroid. Karsinoma tiroid ini
menempati urutan ke-9 dari insiden kanker di Indonesia.
2. Pasien dengan riwayat keluarga yang positif harus dianggap sebagai calon untuk
karsinoma meduler.
3. RIwayat terpajan radiasi kepala dan leher merupakan salah satu faktor resiko
terkena karsinoma tiroid.
4. Karsinoma tiroid merupakan keganasan dengan 4 tipe: papiler, folikuler,
meduler, dan anaplastik yang bisa didapat pada segala usia (wanita lebih banyak).
5. Secara klinis, nodul tiroid dicurigai ganas apabila:

Usia dibawah 20 tahun atau diatas 50 tahun


Riwayat radiasi daerah leher sewaktu kanak-kanak
Disfagia, sesak nafas perubahan suara
Nodul soliter, pertumbuhan cepat, konsistensi keras
Ada pembesaran kelenjar getah bening leher
Ada tanda-tanda metastasis jauh.
6. Aspirasi jarum dapat membedakan suatu keganasan dengan infeksi tiroid jika
positif, tetapi tidak menyingkirkan keganasan jika negatif.
7. Teknik operasi yang paling direkomendasikan untuk karsinoma tiroid adalah
tiroidektomi total.
8. Radiasi interna hanya untuk tumor yang berdiferensiasi baik untuk yang masih
ada sisa tumor dan metastase, radiasi ablasi atau radiasi eksterna untuk tumor
yang punya residu cukup banyak dan inoperable terutama jenis anaplastik.

44
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat R., de Jong W, 2015. Buku Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Hal 799-814
2. Suyatno, Pasaribu Emir T., 2014. Bedah Onkologi Diagnosis dan Terapi. Edisi 2.
Jakarta: CV Sagung Seto. Hal 1-37
3. N.C.Chakrabarty, D.Chakrabarty, 1997. Fundamentals of Human Anatomy.
Calcuta: New Central Book Agency (P) LTD. Hal 162-7
4. Guyton, Arthur C, John E.Hall, 1997. Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran. Editor:
Irawati S Edisi 9 Jakarta: EGC. Hal 1188
5. Reksoprodjo, Soelarto, et al., 1987. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: FKUI.
Hal 366-76
6. Sabiston D.C., Lyerly H.K., 1997. Textbook of Surgery: The biological Basis of
Modern Surgical Practice, 15th Ed. Philadelphia: W.B. Saunders Company
7. Brunicardi Charles F, dkk. 2006. Schwartz: Manual Surgery. 8th Ed. USA: The
McGraw-Hill Companies, Inc.
8. Lukitto P., Manoppo A., Azamris, et al., 2003. Protokol Penatalaksanaan
Tumor/Kanker Tiroid. Jakarta: Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia
9. http://www.aarathyroidclinic.com/about-thyroid-benign-disease.html
10. http://www.aboutcancer.com/thyroid_anatomy.htm
11. http://www.slideshare.net/hamzehbattikhi/thyroid-gland-47660208
12. http://www.ouhsc.edu/histology/text%20sections/endocrine.html
13. http://www.aarathyroidclinic.com/about-thyroid-benign-disease.html
14. http://www.headandneckcancerguide.org/teens/cancer-basics/explore-cancer-
types/neck-cancers/advanced-thyroid-cancer/
15. http://epomedicine.com/medical-students/thyroidectomy-basics/
16. http://www.headandneckcancerguide.org/teens/cancer-basics/explore-cancer-
types/neck-cancers/advanced-thyroid-cancer/

45
17. http://oncolex.org/thyroid-cancer/background/histology
18. http://www.drugs.com/health-guide/thyroid-cancer.html
19. http://web.rshs.or.id/unggulan
20. https://bedahunmuh.wordpress.com/2010/05/18/tiroidektomi-total/

46

Anda mungkin juga menyukai