Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 4 No.

I September 2005 : 7 - 13 7

ANALISIS INTERSEKSIONALITAS
TERHADAP RANCANGAN AKSI NASIONAL
PENGHAPUSAN PERDAGANGAN (TRAFFICKING)
PEREMPUAN DAN ANAK

Herlina Permata Sari

Abstrak

Rencana Aksi Nasional (RAN) Penghapusan Perdagangan (Trafiking) Perempuan dan


Anak telah disahkan dalam bentuk Keputusan Presiden pada tahun 2002. RAN itu menyebutkan
terdapat sedikitnya 29 peraturan dalam berbagai tingkatan yang dapat digunakan sebagai
landasan hukum penanganan kasus-kasus perdagangan manusia.
Tulisan ini merupakan tawaran untuk menyoroti masalah perdagangan perempuan dan
anak dengan menggunakan analisa interseksionalitas. Diketahui bahwa perempuan dan anak
korban perdagangan manusia mengalami diskriminasi yang unik akibat interseksi jender dan
kelas ekonomi mereka. Penyebabnya adalah, diskriminasi yang dialami merupakan persilangan
antara diskriminasi jender dan kelas ekonomi yang secara simultan saling mempengaruhi dan
mendiskriminasi.

Kata kunci: trafficking, perdagangan manusia, perempuan, anak

Pendahuluan merumuskan UU Anti Perdagangan


Perdagangan perempuan dan Manusia. Sayangnya, hingga saat ini
anak merupakan salah satu bentuk UU tersebut belum dapat disahkan
perbudakan manusia yang apalagi diberlakukan. Namun
menghasilkan keuntungan miliaran demikian, itu tidak berarti bahwa
dolar AS setiap tahunnya. Indonesia, penegak hukum Indonesia tidak
sebagai salah satu negara yang memiliki perangkat hukum sama
aktif meratifikasi berbagai konvensi sekali saat menangani kasus
PBB tentang perdagangan manusia perdagangan manusia saat ini.
termasuk perempuan dan anak - Rencana Aksi Nasional (RAN)
juga menjadi salah satu negara Penghapusan Perdagangan
pengirim tenaga kerja kontrak ke (Trafiking) Perempuan dan Anak
berbagai negara lain di dunia. yang disahkan dalam bentuk
Sebuah praktek yang sangat Keputusan Presiden pada tahun
berkaitan dengan perdagangan 2002, telah menyebutkan terdapat
manusia. sedikitnya 29 peraturan dalam
Berbagai hasil penelitian dan berbagai tingkatan yang dapat
kritik mendorong Indonesia untuk digunakan sebagai landasan hukum
Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 4 No. I September 2005 : 7 - 13 8

penanganan kasus-kasus organisasi buruh internasional (ILO)


perdagangan manusia. berjudul A Global Alliance against
Tulisan ini merupakan Forced Labour (2005) dapat
tawaran untuk menyoroti masalah menggambarkan tingginya jumlah
perdagangan perempuan dan anak korban dan besarnya keuntungan
dengan menggunakan analisa finansial dari perdagangan manusia.
interseksionalitas. Jika kita mengacu ILO menyebutkan angka 2,45
pada kritik membangun dari Bond juta orang korban trafficking di
(2003) terhadap Convention on the seluruh dunia dengan kisaran
Elimination of Discrimination Against keuntungan 32 miliar dolar AS.
Women (CEDAW) dan berbagai Laporan tersebut menambahkan,
konvensi PBB lainnya maupun 2,4 juta sampai 3,7 juta perempuan
institusi-institusi penegakan HAM beresiko terjerumus praktek kerja
PBB, maka kita akan melihat paksa dan trafficking karena mereka
berbagai kekurangan akibat bekerja sebagai buruh migran,
penggunaan analisa (perspektif) pembantu rumah tangga, atau
yang kurang tepat. pekerja seks (ILO, 2005).
Bond kemudian menawarkan Kesadaran PBB akan bentuk
untuk menganalisa berbagai baru dari perbudakan manusia yang
diskriminasi yang adalah sebentuk jelas melanggar hak azasi manusia
pelanggaran HAM tersebut secara ini (Jurnal Perempuan 36: 109-110)
interseksional. Tujuan analisa ini telah dituangkan dalam bentuk
adalah untuk mengidentifikasi berbagai konvensi seperti Konvensi
bentuk-bentuk multiple discrimination Penghapusan Perdagangan Manusia
akibat dari interseksi (persilangan) dan Pelacur, Konvensi Internasional
berbagai sistem opresi (AWID, untuk Penghapusan Perdagangan
2004:1), yang selama ini tidak Perempuan dan Anak, Tambahan
terdeteksi atau tertutupi oleh satu Konvensi mengenai Penghapusan
jenis diskriminasi saja. Misalnya, Perbudakan, Perdagangan Budak
bahwa seringkali kasus-kasus dan Lembaga-lembaga serta
perdagangan perempuan dan anak Praktek-praktek Serupa Perbudakan,
dipandang secara sempit hanya Konvensi Internasional untuk
sebagai akibat diskriminasi jender penghapusan Perdagangan
dan mengabaikan kenyataan bahwa Perempuan Dewasa dan Konvensi
mereka memasuki jaringan tersebut Penghapusan Segala Bentuk
sebagai akibat dari diskriminasi ras Diskriminasi terhadap Perempuan
dan kelas sosial (Darling, 2002: 18). (Farid, 1999: xxiii).
Berbagai konvensi PBB
Perdagangan Perempuan dan tersebut menyiratkan bahwa
Anak sebagai Isu Internasional perdagangan perempuan dan anak
Perdagangan (trafficking) adalah kejahatan lintas batas
perempuan dan anak merupakan negara. Sebagaimana termuat
bagian dari suatu masalah besar dalam beberapa penelitian (Brown,
dunia internasional saat ini, yaitu 2001; Jurnal Perempuan No.29 dan
perdagangan manusia (human Jurnal Perempuan No.36), hal ini
trafficking). Laporan studi terbaru menunjukkan bahwa perdagangan
Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 4 No. I September 2005 : 7 - 13 9

perempuan dilakukan secara lintas 2004: 53). Demikian pula Pemerintah


batas negara, terorganisir rapi serta R.I. didesak untuk kemudian
melibatkan berbagai pihak (pribadi, mensahkan Keputusan Presiden RI
organisasi kejahatan maupun oknum No.88 tahun 2002 tentang Rencana
aparat keamanan dan pemerintahan) Aksi Nasional (RAN) Penghapusan
dari negara pengirim maupun negara Perdagangan (Trafficking)
penerima. Perempuan dan Anak pada tanggal
30 Desember 2002 (Menneg PP,
Perdagangan Perempuan dan 2005).
Anak di Indonesia
Sebagaimana disebutkan Interseksionalitas sebagai Teori
dalam studi ILO (2005), Indonesia Feminis dan Alat Analisa
adalah pemasok tenaga kerja kasar Teori interseksionalitas
kontrak terbesar di dunia; 72 %-nya dikembangkan oleh para feminis
adalah perempuan. Sekalipun berkulit hitam yang beranggapan
memberikan keuntungan sampai bahwa teori-teori feminis
dengan 2,5 miliar dolar AS bagi sebelumnya sangat berorientasi
pemerintah Indonesia, pengiriman pada perempuan kulit putih (Cossins,
pekerja migran perempuan oleh 2003: 144-156; Ritzer dan Goodman,
Indonesia ternyata sangat terkait 2005: 443-448 dan Tong, 1998: 315-
dengan perdagangan perempuan 330).
dan anak (Jurnal Perempuan No. 29, Ritzer (2005: 443); dalam bab
2003 dan Jurnal Perempuan No.36, tentang Teori Feminis Modern,
2004). Buruh migran perempuan dari meringkaskan interseksionalitas
Indonesia rentan menjadi korban sebagai: semua perempuan
perdagangan manusia. potensial untuk ditindas karena
Data terakhir (Sinar Harapan, jendernya, namun sifat penindasan
2003) memperkirakan terdapat 400 tersebut akan berlainan tergantung
ribu perempuan yang pada berbagai titik silang (interseksi)
diperdagangkan. Sementara ketimpangan sebagai vektor
Komnas Perempuan (2005:11-12) penindasan dan privilese. Ritzer
mencatat bahwa sepanjang tahun merinci lebih lanjut (2005: 447)
2002 terdapat sekitar 2.500 pekerja bahwa vektor penindasan dan
migran perempuan yang menjadi privilese tersebut antara lain adalah
korban deportasi, penipuan agen ras, kelas, jender, usia, lokasi global
pengerah tenaga kerja, kekerasan dan preferensi seksual. Sementara
(termasuk kekerasan seksual), Tong (1998:317), dalam bab tentang
penganiayaan dan penyekapan. Feminisme Multikultural dan Global,
Jumlah korban yang besar dengan mengutip Hooks, menyebut
tersebut menimbulkan keprihatinan titik silang dari Ritzer sebagai
di berbagai kalangan dan bahaya berlapis dan sistem opresi
mendorong pemerintah Indonesia yang saling mengunci dari rasisme,
menjadi salah satu negara seksisme dan kelasisme yang tidak
penandatangan the Bangkok Accord terpisahkan satu sama lain. Cossins
and Plan of Action to Combat (2003: 153) di pihak lain lebih suka
Trafficking in Woman 1998 (Iswarini,
Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 4 No. I September 2005 : 7 - 13 10

menamakannya analisis konvergen terhempas jauh sekali dari tempat di


dari jenis kelamin dan ras. mana mereka dapat mengharapkan
Dengan demikian, secara dukungan dan pemberdayaan.
ringkas, interseksionalitas Untuk keperluan tulisan ini
sebagaimana menurut Association maka perempuan dan anak
for Womens Rights in Development Indonesia korban perdagangan
(AWID) dalam terbitannya (2004:2), manusia dapat dikategorikan
adalah setiap orang yang menjalani sebagai telah mengalami
identitas diri yang banyak dan diskriminasi gender dan kelas
berlapis akibat dari relasi sosial, ekonomi. Bagian berikut ini akan
sejarah dan beroperasinya struktur membahas hal tersebut.
kekuasaan. Dengan demikian,
seseorang bisa menjadi anggota Perdagangan Perempuan dan
lebih dari satu komunitas pada saat Anak Indonesia akibat Interseksi
yang bersamaan serta secara Diskriminasi Jender dan Kelas
simultan mengalami opresi dan Ekonomi
privilese. Jadi, penekanan teori ini Perempuan dan anak
adalah pada banyak identitas dan Indonesia yang menjadi korban
faktor-faktor yang bersilangan di satu perdagangan manusia, menurut
titik yang kemudian menciptakan berbagai penelitian (Jurnal
opresi dan atau diskriminasi yang Perempuan No. 29 dan No.36),
unik yang tidak sama dengan satu adalah mereka yang dapat
opresi/diskriminasi + satu dikategorikan sebagai miskin.
opresi/diskriminasi + satu Diskriminasi jender dan kelas
opresi/diskriminasi. ekonomi menghalangi akses mereka
Teori interseksionalitas terhadap pendidikan. Misalnya, ada
kemudian dikembangkan menjadi pendapat bahwa anak perempuan
analisis interseksionalitas untuk dari keluarga miskin tidak perlu
mempelajari berbagai diskriminasi bersekolah, atau anak perempuan
yang dialami oleh perempuan akibat sebaiknya dikawinkan cepat-cepat
kombinasi identitas diri mereka. agar dapat meringankan beban
Darling (2002:3) memerinci berbagai ekonomi keluarganya.
identitas diri dan faktor-faktor Pendidikan yang rendah dan
bersilangan tersebut sebagai berikut: jender dari para perempuan dan
ras dan warna kulit, kasta, usia, anak ini, lebih lanjut membuat
etnik, bahasa, keturunan, baik/tidak mereka tidak dapat memperoleh
baik, orientasi seksual, agama, kelas pekerjaan dengan penghasilan yang
sosial ekonomi, cacat/tidak cacat, layak. Misalnya, perempuan miskin
budaya. Kemudian, Darling dan tidak berijazah hanya dapat
mengklasifikasikan manusia yang bekerja sebagai buruh tani, buruh
diperdagangkan sebagai kelompok kasar atau pembantu rumah tangga.
yang secara khusus beresiko untuk Selain itu, pendidikan yang
mengalami multiple discrimination. rendah dan jender mendiskriminasi
Lebih jauh lagi, Darling menyakini mereka untuk mengakses informasi
bahwa perempuan korban yang dapat membantu mereka
perdagangan manusia telah mendapatkan pekerjaan. Misalnya,
ketidaktahuan bahwa seseorang
Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 4 No. I September 2005 : 7 - 13 11

tidak dapat bepergian ke luar negeri Diskriminasi tersebut tidak


tanpa paspor, atau bahwa paspor sama dengan diskriminasi jender
tidak dapat dibuat tanpa KTP, dan ditambah dengan diskriminasi kelas
bahwa KTP tidak dapat dibuat jika ekononomi. Hal itu berarti, jika
seseorang belum berumur 17 tahun. mereka tidak memperoleh
Kelas ekonomi dan jender pendidikan, maka itu dikarenakan
mereka juga telah pada saat yang sama
mendiskriminasikan mereka untuk keperempuanan dan kemiskinan
mempertanyakan dan menggugat mereka saling mengunci dan dengan
perlakuan para pedagang begitu lalu mendiskriminasi mereka.
(traffickers). Kenyataan bahwa Hasil analisis interseksional
mereka perempuan miskin dan tidak terhadap perempuan dan anak
berpendidikan mendidik mereka korban perdagangan manusia,
untuk tidak memiliki keberanian guna dengan demikian, menuntut
mempertanyakan otoritas orang- penanganan yang juga bersifat
orang yang lebih berkuasa dari interseksional. Hal ini berarti, segala
mereka. Termasuk pula ketika kebijakan dan tindakan yang diambil
mereka dianiaya, diperkosa atau oleh masyarakat Indonesia haruslah
disekap. mengacu pada penghapusan
Kelas ekonomi dan jender diskriminasi jender dan kelas
kembali mendiskriminasi mereka jika ekonomi secara simultan.
mereka selamat dari para pedagang Bagian berikut ini akan
manusia tersebut. Pada kasus-kasus mendiskusikan RAN Penghapusan
perempuan pekerja migran yang Perdagangan (Trafiking) Perempuan
mengalami kekerasan sehingga dan Anak dari sudut pandang
terpaksa menjadi pekerja seks interseksionalitas.
komersial (PSK) dan kemudian
berhasil diselamatkan dan RAN Penghapusan Perdagangan
dipulangkan ke daerahnya kembali, (Trafiking) Perempuan dan Anak
tidak terdapat mekanisme yang dari Perspektif Interseksionalitas
menjamin mereka akan diterima Pembahasan pada bagian ini
kembali oleh masyarakat tanpa akan dibatasi hanya pada pasal-
mengalami diskriminasi lebih jauh pasal dan bagian-bagian yang
lagi akibat stigma sebagai PSK. relevan dengan analisa
Penjelasan di atas interseksionalitas.
memperlihatkan bahwa perempuan Pasal 4 : Rincian ayat 2 (a),
dan anak korban perdagangan (b), (c), (d) dan (e) secara jelas
manusia mengalami diskriminasi menggambarkan kesadaran bahwa
yang unik akibat interseksi jender perdagangan perempuan dan anak
dan kelas ekonomi mereka. sangat terkait dengan berbagai
Penyebabnya adalah, diskriminasi macam masalah yang membutuhkan
yang dialami merupakan persilangan koordinasi dan kerja sama dari
antara diskriminasi jender dan kelas berbagai pihak dalam dan luar
ekonomi yang secara simultan negeri. Namun, pasal ini belum
saling mempengaruhi dan menggambarkan baik diskriminasi
mendiskriminasi.
Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 4 No. I September 2005 : 7 - 13 12

jender maupun diskriminasi kelas


ekonomi. Kesimpulan dan Saran
Lampiran I BAB I : Identifikasi RAN Penghapusan
faktor-faktor penyebab perdagangan Perdagangan (Trafficking)
perempuan dan anak telah merinci Perempuan dan Anak telah
diskriminasi jender dan kelas menjelaskan betapa rumitnya
ekonomi. Selanjutnya telah hubungan antar masalah yang pada
diidentifikasi perlunya usaha-usaha ujungnya membuat perempuan dan
yang signifikan, sistematis dan anak menjadi korban perdagangan
strategis sekaligus dirinci pula manusia. Hal yang belum tampak
perlunya kegiatan-kegiatan yang dari berbagai pasal dan
secara simultan dan terpadu dapat penjelasannya di atas adalah
menghapuskan perdagangan pernyataan bahwa interseksi
perempuan dan anak. diskriminasi jender dan kelas
BAB II Sasaran 5 : Identifikasi ekonomi secara simultan telah
dan rincian pentingnya penghapusan membuat korban mengalami
diskriminasi jender dan kelas diskriminasi yang unik. Diskriminasi
ekonomi agar korban perdagangan inilah yang harus dihapuskan lewat
perempuan dan anak dapat kembali cara-cara yang menjamin hilangnya
ke masyarakatnya. Perspektif interseksi dua diskriminasi ini secara
interseksional telah terlihat pada simultan.
sasaran ini. Namun demikian, patut kita
Sasaran 7 : Mekanisme sadari bersama bahwa penghapusan
perlindungan terhadap anak dan perdagangan perempuan adalah
perempuan yang akan menjadi kerja besar yang menuntut semua
pekerja migran, merupakan pihak untuk terlibat dan bekerja
perspekstif interseksional yang dapat sama secara baik. Sekadar
meningkatkan pengetahuan mereka Keputusan Presiden memang belum
tentang hak-hak dan kewajiban cukup untuk mencapai tujuan
mereka. penghapusan tersebut.
Sasaran 9 : Secara jelas,
terlihat keberpihakan kepada Daftar Pustaka
perempuan dan anak dari sudut
pandang interseksional yang AWID
mengupayakan penghapusan 2004 Intersectionality: A Tool for
kebodohan dan kemiskinan Gender and Economic
(diskriminasi jender dan kelas Justice, facts and issues
ekonomi). Womens Rights and
Strategi : Strategi 2 dan 3 Economic Change, No.9
menunjukan perspektif interseksional August
yang mengupayakan perlindungan
hukum bagi perempuan dan anak Bond, J. E.
yang potensial menjadi korban 2003 International
perdagangan manusia karena Intersectionality: A
diskriminasi jender dan kelas Theoretical and Pragmatic
ekonomi. Exploration of Womens
Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 4 No. I September 2005 : 7 - 13 13

International Human Rights Perempuan No.36: 109-116.


Violations Emory Law
Journal, 52(1): 71-186 2003 Dont Buy Dont Sell
[online] Available: Perempuan dan Anak
http://www.proquest.com Indonesia, Jurnal
[diakses 1 August 2003] Perempuan No.29

Brown, L. Komnas Perempuan


2001 Sex Slaves the Trafficking 2005 Sistem Peradilan Pidana
of Women in Asia, London: Terpadu Yang Berkeadilan
Virago Jender dalam Penanganan
Kasus Kekerasan terhadap
Cossin, A. Perempuan, Serial Publikasi
2003 Saints, Sluts and Sexual Kemitraan Perempuan dan
Assault: Rethinking the Penegak Hukum, Kertas
Relationship between Sex, Kerja Kebijakan.
Race and Gender Social &
Legal Studies,12 (1): 77-103 Menteri Negara Pemberdayaan
Perempuan
Darling, M.J.T. 2005 Rencana Aksi Nasional
2002 Intersectionality: Penghapusan
Understanding and Applying Perdagangan (Trafiking)
Intersectionality to Confront Perempuan dan Anak
Globalization, [online] Available:
dipresentasikan pada AWID www.mennegpp.go.id
9th International Forum
October 5, 2002 Ritzer, G. and Goodman, D.J.
Guadalajara, Mexico [online] 2005 Teori Sosiologi Modern
Available: edisi keenam (terj), Jakarta:
www.awid.org/publications/primers Kencana.
/intersectionality en.pdf [diakses 7
Maret 2005.]
Tong, R.P.
Farid, M. 1998 Feminist Thought
1999 Perisai Perempuan Pengantar Paling
Kesepakatan Internasional Komprehensif kepada Arus
untuk Perlindungan Utama Pemikiran Feminis,
Perempuan.Yogyakarta: Yogyakarta: Jalasutra.
Yayasan Galang.

Iswarini
2004 Kelompok Survivor: Belajar
dari Pengalaman Perempuan
Korban Trafiking Jurnal
Perempuan No.36: 49-59.

2004 Kata dan Makna, Jurnal

Anda mungkin juga menyukai