Pencemaran Udara
Pencemaran Udara
Pencemaran suara adalah keadaan dimana masuknya suara yang masuk terlalu banyak sehingga
mengganggu kenyamanan lingkungan manusia. Pencemaran suara biasanya diukur dalam satuan
dB atau desibel.
Pencemaran suara cukup menjadi ancama serius bagi kualitas lingkungan terutama dibagian
suasana. Sumber pencemaran suara adalah kebisingan, yaitu bunyi atau suara yang dapat
mengganggu dan merusak pendengaran manusia. Bunyi disebut bising apabila inetensitasnya
telah melampaui 50 desibel. Pencemaran suara yang bersifat terus-menerus dengan tingkat
kebisingan di atas 80 dB dapat mengakibatkan efek atau dampak yang merugikan kesehatan
manusia
Suara dengan intensitas tinggi, seperti yang dikeluarkan oleh banyak mesin industri, kendaraan
bermotor, dan pesawat terbang bila berlangsung secara terus-menerus dalam jangka waktu yang
lama dapat mengganggu manusia, bahkan menyebabkan cacat pendengaran yang permanen.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep 48/MENLH/11/1996
tentang baku tingkat kebisingan menyebutkan bahwa kebisingan adalah bunyi yang tidak
diinginkan dari suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
Salah satu ancaman serius lain bagi kualitas lingkungan manusia adalah pencemaran suara.
Bunyi atau suara yang dapat mengganggu dan merusak pendengaran manusia disebut kebisingan.
Oleh karena kebisingan dapat mengganggu lingkungan, kebisingan dapat dimasukkan sebagai
pencemaran.
Suara dengan intensitas tinggi secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama dapat
mengganggu manusia, bahkan menyebabkan cacat pendengaran yang permanen. Oleh karena itu,
bunyi dapat dianggap sebagai bahan pencemar serius yang mengganggu kesehatan manusia.
Tingkat kebisingan atau ukuran energi bunyi dinyatakan dalam satuan desiBell (dB).
Pengukurannya menggunakan alat yang bernama Sound Level Meter.
1 ) Jenis-Jenis Kebisingan:
a) kebisingan yang terus-menerus dengan jangkauan frekuensi yang sempit, misalnya, mesin
gergaji;
b) kebisingan yang terputus-putus, misalnya, suara arus lalu lintas atau pesawat terbang;
c) kebisingan impulsif, misalnya, tembakan, bom, atau suara ledakan;
d) kebisingan impulsif berulang, misalnya, suara mesin tempa
Dengan semakin berkembangnya teknologi kelautan, banyak manfaat yang dapat diambil dari
lautan. Namun disamping itu, teknologi itu juga membawa dampak negatip. Pencemaran laut
merupakan salah satu dampaknya. Telah banyak pembahasan mengenai masalah pencemaran laut
serta ada berbagai macam topik mengenai lingkungan laut serta pencemaran laut.
Pencemaran suara di darat telah cukup mempengaruhi manusia serta lingkungan di darat.
Sementara tanpa disadari bahwa di laut pun pencemaran suara ini membawa dampak yang cukup
berarti bagi kehidupan di laut.
Pencemaran suara di laut atau juga dapat disebut kebisingan laut merupakan salah satu issu yang
cukup menarik dalam beberapa tahun ini. Studi mengenai dampak pencemaran suara di laut atau
bising laut menghasilkan beberapa kesimpulan yang cukup menarik, diantaranya yaitu dampak
bising laut ini terutama terhadap mamalia laut. Tidak banyak orang mengetahui bahwa ternyata
pencemaran suara di laut juga memberikan dampak yang berarti terhadap mamalia laut serta
mahluk hidup lainnya di laut. Karena diketahui bahwa mamalia laut menggunakan suara sebagai
alat komunikasi serta untuk kewaspadaan dalam mengenali lingkungannya.
Ada beberapa kejadian menarik mengenai pengaruh kebisingan laut ini terhadap mamalia laut
atau cetacean. Seperti misalnya yang terjadi di laut Bahamas pada tahun 2000, dimana
ditemukan paus yang terdampar dan diduga penyebabnya akibat pengaruh suara dari sonar yang
digunakan oleh angkatan laut Amerika.
Dalam tulisan ini akan dibahas tentang kebisingan di laut, sumbernya, penggunaan suara oleh
mamalia laut serta bagaimana dampaknya terhadap mamalia laut dan lingkungan laut
lainnya.Sehingga diharapkan akan dapat memberikan tambahan wawasan mengenai salah satu
bentuk pencemaran yang ada di laut yaitu pencemaran suara atau kebisingan di laut.
2. Suara di Laut
Suara merupakan tekanan bolak-balik dan kumpulan molekul dalam medium elastik, yang
terdeteksi oleh penerima sebagai perubahan tekanan. Struktur dalam telinga dan juga kebanyakan
alat penerima yang dibuat oleh manusia sensitif terhadap perubahan tekanan suara ini.
Akibat dari sensitifitas yang dimiliki oleh mahluk hidup ini, maka terdapat batas toleransi
terhadap frekuensi tertentu suara yang masih dapat dianggap tidak mengganggu. Apabila
kemudian suara itu memiliki frekuensi di luar batas toleransi maka akan dapat menimbulkan
gangguan.
Seperti halnya di darat, di mana kemajuan setelah revolusi industri meningkatkan tingkat
kebisingan yang cukup mengganggu. Begitu juga terjadi di lautan. Mungkin manusia tidak
begitu merasakannya. Namun dampak dari kebisingan yang terjadi di laut dapat di lihat
perubahan perilaku mamalia laut. Laut sebagai media, di dalamnya ada suara yang bersumber
dari fenomena alam, seperti suara yang dibangkitkan oleh hujan, gelombang, gempa bumi dll.
Selain itu seiring dengan industrialisasi, pertumbuhan kapal dan anjungan minyak lepas pantai,
serta peningkatan penggunaan sonar dalam navigasi dan riset, sehingga menambah suara yang
ada dalam lingkungan laut.
2.2 Sejarah Pencemaran Suara di Laut
Sebelum tahun 1950 diperkirakan level dari pencemaran suara di laut belumlah terlalu tinggi.
Ikan-ikan paus di lautan dapat berkomunikasi satu sama lain dengan lancar menggunakan sonar.
Demikian pula hal nya dengan ajing laut untuk keperluan mencari makanan, mencari pasangan
dan berkomunikasi satu sama lain. Namun pada penelitian sejak selang tahun 1950-1975 ternyata
telah terjadi kenaikan level sebesar sepuluh desibel yang sebelumnya dalam kurun 150 tahun
aktifitas manusia di laut berpengaruh sedikit terhadap polusi suara di lautan. Dalam skala
tersebut, 10 desibel merupakan suatu angka yang cukup signifikan, yang dalam hitungan
logaritmik angka tersebut naik sepuluh kali lipatnya. Suara juga merambat lebih cepat dan lebih
jauh di dalam air dibanding di udara. Intensitas tinggi suara di lautan juga tidak berkurang dalam
ratusan mil.
Suara di laut yang timbul akibat proses alami terbagi dalam dua yaitu proses fisika serta proses
biologi. Proses fisika ini antara lain : aktivitas tektonik, gunung api dan gempa bumi, angin,
gelombang. Sedangkan contoh dari aktivitas biologis misalnya suara dari mamalia laut dan ikan.
Banyak dari kapal-kapal yang beroperasi di laut menimbulkan kebisingan yang berpengaruh
pada ekosistem laut dan umumnya berada pada batasan suara 1000Hz. Kapal-kapal Tanker Besar
yang beroperasi mengangkut minyak biasanya mengeluarkan suara dengan level 190 desibel atau
sekitar 500Hz. Sedangkan untuk ukuran kapal yang lebih kecil biasanya hanya menimbulkan
gelombang suara sekitar160-170 desibel. Kapal-kapal ini menimbulkan sejenis tembok virtual
yang disebut white noise yang memiliki kebisingan konstan. White noise dapat menghalangi
komunikasi antara mamalia di laut sampai batas untuk area yang lebih kecil.
Selain kapal Tanker juga Kapal-kapal besar lainnya sejenis Cargo yang membawa petikemas
memiliki kebisingan yang cukup menimbulkan pencemaran suara di laut.
3.3 Eksplorasi dan Ekspoitasi Gas dan Minyak
Kegiatan eksplorasi dan ekspoitasi gas dan minyak banyak menggunakan survei seismik,
pembangunan anjungan minyak/rig, pengeboran minyak, dll. Kebanyakan dari survei seismik
saat ini menggunakan airguns sebagai sumber suara, alat ini merupakan alat berisi udara yang
memproduksi sinyal akustik dengan cepat mengeluarkan udara terkompresi ke dalam kolom air.
Metoda tersebut dapat menciptakan suara dengan intensitas sampai dengan 255 desibel.
Pengaruhnya terhadap hewan lainnya juga dapat menimbulkan kerusakan pendengaran akibat
dari tekanan air yang ditimbulkan. Seperti layaknya penggunaan dinamit, airguns juga
berpengaruh terhadap pendengaran manusia secara langsung. Pulsa sinyal akustik ini dapat
menimbulkan konflik terhadap mamalia laut, seperti misalnya paus jenis mysticete, sperm, dan
beaked yang menggunakan frekuensi suara yang rendah.
Begitu juga dalam aktivitas pembangunan rig dan pengeboran minyak dimana dalam
operasionalnya setiap hari banyak menghasilkan suara serta menimbulkan kebisingan yang
beresiko bagi mamalia laut.
Dari penyebab diatas terdapat juga penyebab lainnya yang tidak disebutkan di sini, salah satunya
adalah kegiatan perikanan para nelayan yang menggunakan peledak atau pukat harimau yang
tidak hanya menimbulkan polusi suara namun juga merusak secara langsung ekosistem di laut itu
sendiri.
Bukti-bukti lainnya dari pengaruh akibat sonar yang dihasilkan ini di sebutkan oleh Vonk and
Martin (1989), Simmonds and Lopez-Jurado (1991), Frantzis (1998) dan Frantzis and Cebrian
(1999) mereka menganggap bunyi keras yang ditimbulkan oleh aktifitas militer ini telah
menyebabkan terdamparnya paus jenis beaked di Pulau Canary dan Laut Ionia. Selain itu paus
jenis sperm mengalami perubahan kelakuan dalam vokalisasi dalam merespons sonar ini.
Pendamparan lainnya terjadi pada bulan maret 2000 di Bahama, 17 mamalia laut( termasuk 2
spesies paus jenis beaked dan minke). Pendamparan ini terjadi akibat latihan militer Amerika
yang menggunakan sonar.
Ada 3 golongan mamalia yang berkembang di bumi dan beradaptasi di laut. Ketiga golongan ini
termasuk didalamnya : paus, lumba-lumba-lumba, anjing laut, singa laut,walruse, dugongs, dan
sapi laut.
Golongan Cetacean terdiri dari 76 spesies mamalia laut yang diketahui sebagi paus, lumba-
lumba-lumba, dan ikan lumba-lumba. nenek moyang dari grup ini memasuki laut kira-kira 55
juta tahun yang lalu.
Ada berbagai macam Mamalia laut diantara nya berikut ini, dari yang ukurannya terbesar hingga
kecil : Paus Biru (Blue whale), Paus Finback, Paus Right atau paus sikat, Paus Sei, Paus
Humpback, dan Paus Gray yang termasuk sub Orde Baleen Whale (Mysticete). lalu Paus Sperm,
Paus Pembunuh, paus Pilot, Paus putih, Lumba-lumba hidung botol yang termasuk suborde
Toothed whales (Odonticeti). Beberapa paus besar jenis baleen seperti grys dan humpback
bermigrasi secara musiman biasanya membiakkan pada musim dingin di daerah tropik dan
kembali ke kutub pada musim panas. Golongan kedua dari mamalia laut didalamnya termasuk
anjing laut, singa laut dan walrus.Berbeda dengan paus mamalia Laut ini menghabiskan sebagian
besar waktunya di daratan es.
Pemahaman mengenai pendengaran mamalia laut dan mekanisme aural penting diketahui untuk
mengenal potensial efek suara terhadap mereka. Mamalia laut tinggal di lingkungan dimana
tidak terdapat cahaya yaitu di kedalaman yang jauh dari permukaan.
Pada kedalaman lebih dari 200 meter cahaya tidak lagi menembus laut, dengan keadaan ini maka
mamalia laut mengandalkan suara di bandingkan cahaya sebagai alat utama dalam
berkomunikasi serta untuk lebih berhati-hati dari keadaan lingkungan sekitarnya.
Selain itu banyak juga mamalia laut yang tinggal di lingkungan yang membatasi penglihatannya,
seperti di daerah turbiditas. Maka mamalia laut ini mengandalkan kemampuannya dalam suara.
Misalnya lumba-lumba sungai dimana kemampuan penglihatannya terbatas hanya pada
membedakan yang gelap dan terang.
- Echolocation
Echolocation adalah kemampuan binatang dalam memproduksi frekuensi yang sedang atau
tinggi serta mendeteksi echos dari suara ini untuk menentukan jarak dari suatu objek, dan untuk
mengenali keadaan fisik di sekitarnya. Echolocation ini memberikan informasi yang detail dan
akurat tentang keadaan sekeliling. Echolocation ini memproduksi frekuensi tinggi. Contohnya
lumba-lumba laut yang menghasilkan frekuensi dari 50 kHz hingga 13 kHz.
Frekuensi tinggi yang digunakan mamalia laut ini memberikan resolusi yang tinggi, meskipun
bagaimanapun suara frekuensi tinggi memiliki banyak keterbatasan di dalam air. Echolocation
ini penting tidak hanya untuk mendeteksi dan menangkap mangsa tetapi juga melihat lingkungan
sekitar.
- Navigasi
Mamalia laut mysticete diketahui memproduksi frekuensi rendah. Pada frekuensi rendah ini
penjalaran suara di lingkungan laut lebih cepat. Suara dengan frekuensi rendah dimana bisa
menjalar ke tempat yang jauh dengan cepat. Karena itu mamalia laut menghasilkan suara dengan
frekuensi rendah ini untuk bermigrasi seperti misalnya Paus. Gangguan atau kebisingan dengan
frekuensi suara yang rendah tentunya menjadi gangguan serius terutama untuk pertahanan
mamalia laut.
- Komunikasi
Dalam berkomunikasi mamalia laut menggunakan suara dengan sinyal akustik tertentu, dimana
sinyal ini bervariasi tergantung kebutuhan serta keadaan lingkungan. ada berbagai macam fungsi
komunikasi mamalia laut seperti : seleksi intraseksual, seleksi interseksual, memandu anak,
memandu kelompok, pengenalan individu, dan menghindari bahaya.
Keterbatasan ilmu pengetahuan mengenai perkiraan resiko terhadap mamalia laut berdasarkan
banyak asumsi. Contohnya mamalia laut dengan pendengaran berdasarkan range tertentu akan
sangat dipengaruhi oleh suara. Mamalia laut yang tidak berkelompok memiliki resiko lebih
mudah diserang misalnya pasangan ibu dan anak. Selain itu paus jenis beaked dan sperm dapat
mudah diserang dalam perjalanan ke zona dimana kebisingan terkonsentrasi.
Dapat diasumsikan bahwa tidak ada konsekuensi biologi dari akibat suara yang keras ketika
tidak ada respon kelakuan ditemukan. Bagaimanapun dalam penelitian ini perlu diperhatikan
perubahan kelakuan mamalia laut sebagai informasi dari pengaruh kebisingan laut tersebut.
Hasil dari data yang telah dikumpulkan di mana kebisingan suara di laut telah menimbulkan efek
jangka pendek termasuk dalam memangsa makanan, bersosialisasi, dan vokalisasi serta
perubahan perilaku dalam cara menyelam. Akibatnya suara dapat menyebabkan mamalia laut
berpindah dari habitatnya sendiri. Jika ini hanya berdampak dalam jangka pendek, maka tidak
akan terlalu berpengaruh secara signifikan. Namun jika pengaruh dari gangguan ini terus
menerus berulang maka dalam jangka panjang akan dapat menimbulkan stress, melemahkan dan
pada akhirnya terhadap kelahiran.
Penjauhan dari sumber suara harus dikenal sebagai akibat, karena hewan ini mengubah perilaku
alaminya. Bagi mamalia laut yang tidak berkelompok sumber suara dapat menjadi sangat
berbahaya bagi mereka. Aktivitas lalu lintas kapal disinyalir dapat memisahkan populasi mereka.
Hasil observasi ternyata menunjukan sumber suara selain mengakibatkan mamalia menjauh dari
sumbernya serta perubahan perilaku ternyata juga berpengaruh terhadap beberapa ikan dan
invertabrata. Spesies lain di laut menunjukan reaksi terhadap suara yang masuk ke laut (airgun)
dalam level yang sama seperti terhadap mamalia laut yaitu beberapa jenis kura-kura.
>Berhubungan langsung :
Merusak telinga
Gangguan pendengaran permanen atau sementara
>Kelakuan :
Perubahan Perilaku
Modifikasi perilaku
Berpindah tempat dari area (jangka panjang atau pendek)
>Stress :
Menurunkan tingkat kelangsungan hidup
Mudah terserang penyakit
Berpotensi dipengaruhi oleh efek kumulatif yang negatif (misalnya polusi kimia kombinasi
dengan stress suara)
Peka terhadap Suara
6. Penutup
Mamalia laut merupakan bagian dari ekosistem laut yang perlu dilindungi. Polusi suara di laut
ternyata berdampak cukup besar bagi mamalia laut bahkan juga bagi makhluk laut lainnya.
Sayangnya beberapa riset mengenai pencemaran suara di laut ini masih dilakukan di luar negeri,
sementara di Indonesia sendiri belum atau sangat jarang penelitian dalam bidang ini. Padahal
dilihat dari penyebab kebisingan laut yang dibahas diatas, sebagian besar ada di Indonesia.
Seperti eksplorasi dan eksplotasi gas dan minyak lepas pantai serta padatnya lalu lintas kapal.
Informasi mengenai kebisingan laut ini, yang telah mendapat perhatian para ilmuwan di luar
negeri seharusnya dijadikan sebagai peringatan awal bagi Indonesia karena hal tersebut banyak
terjadi di perairan Indonesia. Untuk itu diperlukan identifikasi daerah dimana terdapat mamalia
laut yang rawan terhadap pencemaran suara serta mengusahakan agar di daerah tersebut kegiatan
yang dapat menimbulkan pencemaran suaranya bisa dikurangi.
PENCEMARAN SUARA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita semua tahu, saat ini kita lebih banyak dieksploitasi dengan terlalu banyak suara lebih dari
masa apapun dalam sejarah. Kehidupan modern sepertinya jadi perjuangan yang tak
berkesudahan untuk melawan hiruk-pikuk yang kian meningkat. Saat berada di rumah, telinga
kita diisi oleh riuhnya suara binatang peliharaan, suara AC, televisi, dan banyak hal lain. Saat
berada di jalan, kita juga mendengar keriuhan lain: proyek pembangunan, suara kendaraan umum
yang menderu dan musik yang dinyalakan orang lain.
Sekitar 16,8 persen dari total penduduk Indonesia mengalami gangguan pendengaran pada 1996.
Survei yang dilakukan Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia terhadap 20.000 orang di tujuh provinsi itu mencatat bahwa sekitar 38 juta
penduduk Indonesia terganggu pendengarannya.
Melihat hasil penelitian dari berbagai ahli dan penemuan dalam kehidupan seharihari tentang
dampak kebisingan atau pencemaran suara inilah seharusnya diambil langkah langkah yang
tepat untuk menanggulangi salah satu polusi yang dianggap tidak begitu berdampak dibanding
dengan polusi air, tanah dan udara yang sekarang ini dengan jelas terlihat dalam kehidupan kita
seharihari.
Dalam makalah ini penulis ingin menyajikan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan
pencemaran suara. Selain itu, penulis juga akan menguraikan bagaimana cara untuk
menanggulangi pencemaran suara yang efeknya secara tidak sadar telah menggangu kehidupan
manusia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas maka masalah dalam makalah ini
dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan pencemaran suara?
2. Apa yang menyebabkan pencemaran suara?
3. Apa saja dampak dari pencemaran suara?
4. Bagaimana menanggulangi dampak pencemaran suara?
C. Tujuan Penulisan
Dalam makalah ini, tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui definisi pencemaran suara.
2. Mengetahui sebab sebab pencemaran suara.
3. Mengetahui dampak dari pencemaran suara.
4. Mengetahui cara menanggulangi dampak pencemaran suara.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
Kehidupan modern sepertinya jadi perjuangan yang tak berkesudahan untuk melawan hiruk-
pikuk yang kian meningkat. Dimanapun kita berada kita selalu mendengar kebisingan yang
secara tidak sadar juga mengganggu kinerja tubuh kita. Walaupun tidak begitu mendapat
perhatian seperti 3 pencemaran lain, pencemaran suara merupakan suatu yang sangat penting
untuk dikaji karena dampaknya kian hari kian terlihat.
Banyak gangguan yang diakibatkan oleh pencemaran suara diantaranya mulai dari konsentrasi
yang kurang sampai meninggal akibat kebisingan yang diterima dalam jangka waktu yang lama
dan secara tidak langsung mengajak otak untuk mengubah cara kerja organ tubuh.
B. Saran
Untuk meminimalisir polusi suara ini ada berbagai cara yang bisa dilakukan yaitu dengan
meredam bising yang tidak diinginkan dengan suara yang menenangkan, pembangunan
bangunan peredam bising, meminimalisir penggunaan kendaraan bermotor, peralatan elektronik
dan pemberian peredam suara oleh pabrik untuk produknya yang dirasa menimbulkan kebisingan
yang melewati ambang batas pendengaran manusia.
DAFTAR PUSTAKA
http://gurungeblog.wordpress.com/2009/01/13/polusi-atau-pencemaran-lingkungan/ diakses 21
Januari 2009
http://organisasi.org/pengertian_definisi_arti_efek_dampak_dan_penyebab_pencemaran_suara_p
ada_pencemaran_lingkungan_hidup_dan_tubuh_manusia diakses 23 Januari 2009
http://kesehatan.kompas.com/read/2010/01/23/16481222/Awas.Bising.Mengganggu.Pendengara
n diakses 24 Januari 2009
http://www.google.co.id/#hl=id&q=PEDOMAN+PERENCANAAN+TEKNIK+BANGUNAN+
PEREDAM+BISING&meta=&aq=f&oq=PEDOMAN+PERENCANAAN+TEKNIK+BANGU
NAN+PEREDAM+BISING&fp=5be454f7189800bf diakses 24 Januari 2009
created by Fetty Kurnia di 2/12/2010 03:19:00 PM
Daftar Pustaka
1. WDCS Sciences Report, Ocean of Noise, Whale and Dolphin Conversation Society.
(http://www.wdcs.org)
3. http://oceanlink.island.net/index.html
4. http://www.nrdc.org/wildlife/marine/so