Metabolik Endokrin
Disusun oleh:
Kelompok C2
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Pendahuluan
Hormon tiroid bekerja pada hampir setiap sel dalam tubuh. Hormon ini
mempengaruhi metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein maupun vitamin, sehingga sel
tubuh dapat mempergunakan enersi dari hasil proses metabolisme bahan-bahan tersebut.
Hormone tiroid juga membantu regulasi pertumbuhan tulang (bekerjasama dengan hormon
pertumbuhan), sintesa berbagai protein serta maturasi jaringan syaraf termasuk otak. Apabila
kadar hormone tiroid dalam darah terlalu rendah, sel akan kekurangan hormon sehingga
terjadi gangguan metabolisme, pertumbuhan dan diferensiasi sel, maupun aktivitas lain di
dalam sel. Hipotiroid yang terjadi pada bayi baru lahir dapat berlangsung secara permanen
atau sementara yang ditandai dengan adanya perubahan struktur, baik aplasia maupun
hypoplasia atau terjadi perubahan lokasi pada kelenjar tiroid (ektopik).1
Hipotiroid merupakan suatu keadaan dimana tubuh kekurangan hormon tiroid yang
dimana akan menimbulkan tanda dan gejala akibat menurunnya kegiatan metabolism dalam
tubuh. Permasalahan lain yang perlu dipecahkan berkaitan dengan pemahaman penyakit
Hipotiroid kongenital, baik oleh masyarakat umum maupun kalangan medis, diagnosis,
pengobatan, pencegahan penyakit, pencegahan dari Hipotiroid kongenital pada masyarakat.
Anamnesis
Anamnesis yang terdiri dari pertanyaan yang harus ditanyakan mengenai kemungkinan
penyebab, keluhan dan gejala klinis antara lain:
Pemeriksaan Fisik
Setelah anamnesis selesai dilakukan, maka pemeriksaan fisik biasanya dimulai
dengan pemeriksaan objektif yaitu tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, suhu, dan tingkat
kesadaran, inspeksi, palpasi, pergerakan.2
Kepala: tampak besar, fontanel anterior terbuka datar, fontanel posterior
terbuka lebar dan datar dengan sutura yang terbuka, rambut lebar berdiri
Wajah: tampak bengkak, jarak kedua mata berjauhan, nasal bridge datar.
Mata: sklera tampak ikterik
Mulut: tampak terbuka dengan lidah yang besar
Thoraks: bunyi jantung I-II regular, gallop (-), murmur (-), suara napas
vesikular, ronkhi (-), wheezing (-)
Abdomen: tampak besar & bulat, hernia umbilikalis, bising usus menurun
Akral: teraba dingin, hipoonus, reflex fisio lambat, tekanan nadi kuat
Kulit: kuning seluruh tubuh karena meningkatnya karoten didalam darah,
tampak mottled-skin
Pemeriksaan Penunjang
TSH: bila nilai TSH <25U/ml dianggap normal; kadar TSH >50 U/ml dianggap
abnormal dan perlu pemeriksaan klinis dan pemeriksaan TSH dan T4 plasma. Bila
kadar TSH tinggi > 40U/ml dan T4 rendah, < 6 g/ml, bayi diberi terapi tiroksin dan
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Bayi dengan kadar TSH diantara 25-50
U/ml,dilakukan pemeriksaan ulang 2-3 minggu kemudian.3
FT4: pemeriksaan ini menggambarkan hormon yang aktif bekerja pada sel-sel tubuh,
yaitu sekitar 0.03 persen dari T4 total yang tidak berikatan dengan protein.4
USG: Color Doppler ultrasonografi, tidak menggunakan radiasi, prosedur ini
merupakan alternatif pertama yang dianjurkan untuk pencitraan tiroid. Ultrasound
memberikan informasi tentang morfologi kelenjar tiroid dan merupakan modalitas
yang andal dalam menentukan ukuran dan volume kelenjar tiroid serta dapat
membedakan apakah nodul tersebut bersifat kistik, padat atau campuran kistik-padat.
Ultrasonografi juga dapat digunakan sebagai penuntun biopsy.5
1. Atresia Bilier
Atresia bilier jarang terjadi, namun mengenalinya sejak dini penting bagi keberhasilan
pembedahan. Tanda utama adalah ikterus terkonjugasi dan kotoran yang warnanya pucat. Hal
tersebut harus diperhatikan pada semua bayi yang masih menunjukkan gejala kuning pada
hari ke-14.6
2. Sindrom Down7
Sindrom Down merupakan kelainan pada kromosom 21 dan 15 dengan kemungkinan:
Nondisjunction sewaktu osteogenesis (trisomi)
Translokasi kromosom 21 dan 15
Postzygotic non disjunction
Gejala yang paling menonjol adalah retardasi mental dan retardasi jasmani. Kemampuan
berfikir dapat digolongkan pada idiot serta tidak akan mampu melebihi seorang anak yang
berumur 7 tahun. Sulit dibedakan dengan hipotiroidisme tetapi secara kasarnya dapat dilihat
anak dengan hipotiroidisme sangat lambat dan malas sedangkan anak dengan Sindrom Down
biasanya sangat aktif.
Gejala lain yang khas pada sindrom Down ialah:
Kepala agak kecil dan brakisefalik dengan daerah oksipital yang mendatar.
Mukanya lebar, tulang pipi tinggi, hidung pesek, mata berjauhan serta seperti miring
ke atas dan samping (seperti mongol).
Bibir tebal dan lidah besar, kasar dan bercelah-celah (scrotal tongue).
Pertumbuhan gigi geligi sangat terganggu.
Gambaran telapak tangan tampak tidak normal, yaitu terdapat satu garis besar
melintang (Simian crease).
Kelenjar tiroid terletak di leheri yang terdiri dari lobus kanan dan lobus kiri, antara fasia
koli media dan fasia prevertebralis. Sangat vaskular dengan perabaan yang kenyal.
Berbentuk konus dengan bagian apex pada level kartilago thyroid dengan bagian bawah pada
level ring trakea ke-5 atau ke-6. Ukuran tiap lobus panjangnya 5 cm, lebar 3 cm dan tebal 2
cm. Diperdarai oleh Art. Thyroidal superior (A. Carotis eksterna), dan art. Thyroidal inferior
(Trunkus Thryrocervical-subclavia). Vena Thyroidal mengalir ke jugularis serta inominata
inverior. Di dalam ruang yang sama terletak trakea, esofagus, pembuluh darah besar, dan
saraf. Kelenjar tiroid melekat pada trakea sambil melingkarinya dua pertiga sampai tiga
perempat lingkaran. . Nervus rekurens terletak di dorsal tiroid sebelum masuk laring. Nervus
frenikus dan trunkus simpatikus tidak masuk ke dalam ruang antara fasia media dan
prevertebralis.8
Biosintesis hormone tiroid merupakan suatu urutan langkah-langkah proses yang diatur
oleh enzim-enzim tertentu. Langkah-langkah tersebut adalah:2
1. Penangkapan yodida
Penangkapan yodida oleh sel-sel foikel tiroid merupakan suatu proses aktif dan
membutuhkan energi. Energi ini didapatkan dari metabolisme oksidatif dalam kelenjar.
Yodida yang tersedia untuk tiroid berasal dari yodida dalam makanan atau air, atau yang
dilepaskan pada deyodinasi hormone tiroid atau bahan-bahan yang mengalami yodinasi.
Tiroid mengambil dan mengonsentrasikan yodida 20 hingga 30 kali kadarnya dalam plasma.
Yodiada diubah menjadi yodium, dikatalis oleh enzim yodida peroksida. Yodium kemudian
digambungkan dengan molekul tirosin, yaiitu proses yang disebut organifikasi yodium.
Proses ini terjadi pada interfase sel-koloid. Senyawa yang terbentuk, monoyodotirosin dan
diyodotirosin, kemudian digabungkan sebagai berikut: dua molekul diyodotirosin membentuk
tiroksin (T4), satu molekul diyodotirosin dan satu molekul monoyodotirosin membentuk
triyodotirosin (T3). Penggabungan senyawa-senyawa ini dan penyimpanan hormone yang
dihasilkan berlangsung dalam tiroglobulin. Pelepasan hormone dari tempat penyimpanan
terjadi dengan masuknya tetes-tetes koloid ke dalam sel-sel folikel dengan proses yang
disebut pinositosis. Didalam sel-sel ini tiroglobulin dihidrolisis dan hormone dilepaskan ke
dalam sirkulasi. Berbagai langkah yang dijelaskan tersebut dirangsang oleh tirotropin
(thyroid stimulating hormone [TSH]).2
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin. Bentuk aktif hormon
ini adalah triiodotironin yang sebagian besar berasal dari konversi hormon tiroksin di perifer,
dan sebagian kecil langsung dibentuk oleh kelenjar tiroid. Sekresi hormon tiroid dikendalikan
oleh kadar hormon perangsang tiroid (Thyroid Stimulating Hormon) yang dihasilkan oleh
lobus anterior kelenjar hipofisis. Kelenjar ini secara langsung dipengaruhi dan diatur
aktivitasnya oleh kadar hormon tiroid dalam sirkulasi, yang bertindak sebagai umpan balik
negatif terhadap lobus anterior hipofisis dan terhadap sekresi hormon pelepas tirotropin dari
hipothalamus. Hormon tiroid mempunyai pangaruh yang bermacam-macam terhadap
jaringan tubuh yang berhubungan dengan metabolisme sel.2
Kelenjar tiroid juga mengeluarkan kalsitonin dari sel parafolikuler. Kalsitonin adalah
polipeptida yang menurunkan kadar kalsium serum, mungkin melalui pengaruhnya terhadap
tulang. Hormon tiroid memang suatu hormon yang dibutuhkan oleh hampir semua proses
TSH adalah hormon yang terdiri dari glikoprotein yang diproduksi oleh kelenjar
hipofise anterior, dan merupakan hormon primer yang bertanggung jawab untuk
menstimulasi sintesa dan sekresi hormon- hormon tiroid antara lain T3 dan T4. Sekresi
hormon TSH dipengaruhi oleh hormon Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) yang
diproduksi oleh kelenjar hipotalamus. Hormon TRH, TSH, T3 maupun T4 bekerja dalam
suatu mekanisme umpan balik pada kelenjar hipotalamus, hipofise anterior dan kelenjar
tiroid. Pada keadaan kadar hormon T3 dan T4 yang meningkat maka akan terjadi mekanisme
umpan balik secara negatif terhadap kelenjar hipotalamus dan hipofise sehingga akan
menurunkan produksi dari hormon TRH dan TSH. Hal ini akan terjadi pada keadaan
sebaliknya dimana kadar T3 dan T4 rendah maka akan terjadi mekanisme umpan balik positif
terhadap kelenjar hipotalamus dan hipofise sehingga akan menaikan produksi hormon TRH
dan TSH.2
Diagnosis Kerja
Keluhan utama pasien pada skenario adalah kuning diseluruh tubuhnya. Keluhan
ditambah dengan tidak aktifnya anak, tampak lemas, mengalami kesulitan dalam menyusu,
konstipasi, dan suaranya terdengar serak kasar saat menangis. Pada keluhan utama kita bisa
bandingkan dengan penyakit Atresia Bilier, masih kuning sampai hari ke-14, tetapi tidak
terdapat feses yang berwarna pucat yang menghilangkan penyakit ini sebagai diagnosis
kerjanya. Dengan kepala daerah oksipital mendatar, jarak mata berjauhan, dan juga lidah
besar terdapat pada pemeriksaan fisik pada pasien ini yang memungkinkan terkena penyakit
Sindrom Down, tetapi pada penyakit ini anak aktif sedangkan pada pasien nampak lemas dan
mencoret penyakit ini sebagai diagnosis kerja. Pada penyakit LSD terdapat gejala klinis
seperti hernia dan juga kelemahan otot yang juga ada di bagian pemeriksaan fisik pasien,
tetapi pasien tidak berwarna ungu kebiruan yang dimana jauh daripada keluhan utama pasien
itu sendiri. Maka dari itu menjadikan diagnosis kerja satu-satunya adalah Hipotiroid
kongenital.
Epidemiologi
Hipotiroid kongenital terjadi kira-kira 1 per 500-1000 anak usia sekolah dengan
insidens pada kelahiran 1 per 4000. Perbandingan bayi laki-laki dan perempuan 2:1 dengan
prevalensi lebih rendah pada bayi kulit hitam (1 per 11000).7
Etiologi
Hipotiroid yang terjadi pada bayi baru lahir dapat berlangsung secara permanen atau
sementara, yang dimana bila permanen ditandai dengan adanya perubahan struktur, baik
aplasia maupun hipoplasia atau terjadi perubahan lokasi kelenjar tiroid (ektopik), sedangkan
yang bersifat sementara antara lain: adanya bloking antibodi ibu terhadap tirotropin, adanya
paparan terhadap obat anti tiroid yang dikonsumsi ibu, defisiensi iodium ataupun akibat
iodium yang berlebihan.1
Adapun dibagi menjadi primer dan sekunder, dengan primer dikarenakan tiroiditis
limfositik autoimun (tiroiditis Hashimoto); tiroidektomi atau terapi yodium radioaktif; radiasi
Patofisiologi
Kelenjar tiroid janin berasal dari endoderm foregut yang kemudian bermigrasi ke
inferior sampai ke daerah kartilago tiroid. Segala sesuatu yang terjadi selama proses migrasi
ini dapat menyebabkan terjadinya tiroid ektopik. Pada usia 7 minggu, kelenjar tiroid sudah
terdiri dari 2 lobus.
Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) mulai terdapat dalam neuron pada neonatus
saat usia 4 minggu sedangkan Tiroid Stimulating Hormone (TSH) mulai dihasilkan oleh
hipofisis pada usia 9 minggu, dan dapat dideteksi dalam sirkulasi pada usia 11 sampai 12
minggu. Kadar TSH dalam darah mulai meningkat pada usia 12 minggu sampai aterm. Pada
usia 4 minggu, janin mulai mensintesis tiroglobulin. Aktivitas tiroid mulai tampak pada usia 8
minggu kehamilan. Pada usia kehamilan 8 sampai 10 minggu, janin dapat melakukan ambilan
(trapping) iodium dan pada usia 12 minggu dapat memproduksi T4 yang secara bertahap
kadarnya terus meningkat sampai mencapai usia 36 minggu. Produksi TRH oleh hipotalamus
dan TSH oleh hipofisis terjadi dalam waktu yang berrsamaan, tetapi integrasi dan fungsi
aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid dengan mekanisme umpan baliknya belum terjadi sampai
trimester kedua kehamilan.
Sebelum memasuki trimester kedua kehamilan, perkembangan normal janin sangat
bergantung pada hormon tiroid ibu. Kira-kira sepertiga kadar T4 ibu dapat melewati plasenta
dan masuk ke janin. Apabila ibu hamil mengalami kelainan tiroid atau mendapatkan
pengobatan anti tiroid, misalnya penyakit Graves maka, obat anti tiroid juga melewati
plasenta sehingga janin beresiko mengalami hipotiroid.
Sesudah bayi lahir terjadi kenaikan TSH mendadak yang menyebabkan peningkatan
kadar T3 dan T4 yang kemudian secara perlahan-lahan menurun dalam 4 minggu pertama
kehidupan bayi. Pada bayi prematur kadar T4 saat lahir rendah kemudian meningkat
mencapai kadar bayi aterm dalam usia 6 minggu. Semua tahap yang melibatkan sintesis
hormon tiroid termasuk trapping, oksidasi, organifikasi, coupling dan sekresinya berada di
bawah pengaruh TSH.
Gejala Klinis
Komplikasi
Secara umumnya,komplikasi dari hipotiroid kongenital ialah:9
Retardasi mental
Hambatan pertumbuhan
Kelainan jantung
Penatalaksanaan
Untuk pasien dengan penyakit hipotiroid kongenital, bisa diberikan pengobatan
farmakologi dan non farmakologi.
Terapi farmakologik. Hipotiroid membutuhkan hormone tiroid eksogen.
Levotiroksin adalah obat terpilih dengan dosis 10-15 mcg/kgBB.hari atau 37,5-50 mcg/hari.
Terapi farmakologik. Kontrol rutin, ikuti TSH dan T4 untuk memantau efektifitas
dan menyesuaikan dosis dengan berjalannya waktu. Bila etiologinya autoimun (terutama bila
banyak anggota keluarga dengan hipotiroidisme autoimun) evaluasi adanya penyakit
autoimun lain.10
Prognosis
Baik jika terapi dimulai dari 1-2 bulan setelah kelahiran. Jika rawatan atau terapi
dimulai setelah usia bayi 3-6 bulan, kemungkinan terjadi perlambatan/hambatan pertumbuhan
yang permanen atau retardasi mental.
Daftar Pustaka