Prilia Pratiwi Munda ( 102012150), Marry Salvatrix Mekeng, Fahala Lamboi Sihaloho
(102013424), Regina Renatan (102014012), Haryaty Kaseh (102014069), Maria Rosario
Angelina Mella (102014154), Dominikus Veri Efendi (102014156), Insan Kamil
(102015001)
Fakultas Kedikteran Universitas Kristen Krida
Jl Arjuna Utara Kebon Jeruk, Jakarta
PENDAHULUAN
Penyakit jantung kongenital atau bawaan merupakan penyakit yang terjadi pada kira-kira
10 dari 1000 anak yang lahir, dan insidennya bahkan lebih tinggi daripada bayi yang lahir mati
dan pada abortus spontan. Penyakit ini mungkin disebabkan oleh interaksi antara predisposisi
genetik dan faktor lingkungan. PJB dibagi kepada dua yaitu sianotik dan asianotik. PJB sianotik
termasuk Tetralogi Fallot, Trunkus Arteriosus, Transposisi arteri-arteri besar serta Atresia
Trikuspid. Tetralogi Fallot adalah lesi jantung sianosis yang paling lazim ditemukan pada
penderita penyakit jantung sianosis yang tidak diobati yang bertahan hidup sesudah masa bayi.
SKENARIO
Seorang anak laki-laki berusia 15 bulan dibawa ibunya ke IGD RS karena tiba-tiba
membiru dan lemas setelah menangis kuat.
ANAMNESIS
Wawancara yang baik seringkali sudah dapat mengarah masalah pasien dengan diagnosa
penyakit tertentu. Adapun anamnesis meliputi: pencatatan identitas pasien, keluhan utama
pasien, riwayat penyakit pasien serta riwayat penyakit keluarga.1
Identitas penderita
Nama, alamat, tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin, pekerjaan orang tua,
pendidikan, status sosial ekonomi keluarga, saudara kandung (jumlah, jenis kelamin, dan
berapa yang masih tinggal bersama penderita), keadaan sosial ekonomi. Termasuk
anamnesis mengenai faktor resiko dan mengenai adanya gangguan aktivitas.1
diberikan.
Riwayat keluarga
o Ditanyakan apakah saudara kandung pasien yang ada lubang dalam jantung, atau
kematian pada masa bayi.
o Riwayat penyakit jantung aterosklerotik pada anggota keluarga dewasa atau
penyakit jantung koroner?
o Riwayat tekanan darah tinggi atau stroke pada anggota keluarga dewasa
mengindikasikan kebutuhan terhadap pengukuran tekanan darah secara cepat.1
Ciri/karakteristik
Tekanan cenderung naik. Dalam keadaan normal,tekanan darah sistolik
di tungkai=tekanan di lengan karena ismus aorta masih agak sempit.
Neonatus=80/45mmHg
6-12 bulan=90/60mmHg
2
Nadi
Frekuensi nafas
Suhu
PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi
Perhatikan adanya deformitas atau tidak. Hipertensi pulmonal pada pirau kiri ke kanan
dapat menimbulkan kelainan bentuk dada yang membulat ke depan akibat pembesaran ventrikel
kanan. Dilatasi atau hipertrofi ventrikel kiri akan menyebabkan penonjolan dinding dada di garis
mamilaris. Lihat denyut apex atau ictus cordis. Diperhatikan malar flush pipi kebiru-biruan
akibat dilatasi kapiler dermis. Keadaan ini tampak pada stenosis mitral dengan komplikasi
hipertensi pulmonal. Diperhatikan sianosis perifer perifer karena aliran darah melambat di
daerah yang sianotik menyebabkan kontak darah lebih lama dengan jaringan sehingga
pengambilan oksigen lebih banyak dari normal. Sianosis sentral Sentral disebabkan kurangnya
saturasi oksigen sistemik, maka lebih jelas terlihat di mukosa bibir, lidah dan konjungtiva.
Palpasi
Dengan palpasi kita memastikan iktus kordis yang mungkin sudah terlihat saat inspeksi.
Selain itu juga kita meraba denyutan jantung, aktivitas ventrikel serta getaran bising (thrill).
Dengan berdiri sebelah kanan pasien yang terlentang, jari-jari tangan meraba pada sela iga ke 4
atau ke 5 pada linea akselaris anterior kiri penderita. Untuk aktivitas ventrikel kanan hanya dapat
3
teraba pada awal bulan-bulan kehidupan, terutama pada saat inspirasi, di bawah kiri sternum.
Aktivitas ventrikel teraba pada anak-anak maka abnormal. Getaran bising (thrill) sesuai namanya
adalah bising jantung yang dapat diraba. Caranya dengan meletakkan telapak tangan secara
ringan pada dada. Perhatikan getaran bising lokasi serta ada penjalarannya. Didapatkan impuls
ventrikel kanan jelas. Teraba getaran bising sepanjang tepi sternum kiri.
Perkusi
Perkusi dinding bayi dan anak kecil biasanya tidak memberikan informasi apa-apa karena
tipisnya dinding dada. Perkusi hanya dapat dilakukan dengan anak yang besar atau dewasa muda
,disamping untuk menentukan batasa jantung secara klinis, untuk menilai keadaan paru,
khususnya jika terjadi efusi pleura.
Auskultasi
Auskultasi dilakukan dengan seksama dan penuh perhatian biasanya yang di dengarkan 4
daerah auskultasi. Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras didaerah pulmonal yang
semakin melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi. Bising ini adalah bising stenosis
pulmonal, bukan bising defek septum ventrikel. Darah dari ventrikel kanan yang menuju
ventrikel kiri dan aorta tidak mengalami turbulensi karena tekanan sistolik antara ventrikel kanan
dan kiri hampir sama. Pada serangan anoksia bising menghilang (aliran darah ke paru sangat
sedikit/tidak ada).3
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang merupakan pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium untuk
mendapatkan gambaran penyakit dengan mendalam dan mencakup antara lain beberapa tes
seperti EKG(Elektrokardiogram), Ekokardiografi dan foto Rontgen thorak.
Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi
oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan
hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA/analisa gas darah
menunjukkan
oksigen (PO2) dan penurunan PH. Pasien dengan Hn dan Ht normal atau rendah
mungkin menderita defisiensi besi.
Radiologi
Secara klasik sinar x dada menunjukkan ukuran jantung normal dengan
pengurangan vaskularisasi paru. Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan
aliran darah pulmonal . Gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat
sehingga seperti sepatu(boot shape) akibat hipertrofi ventrikel kanan.
Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi
ventrikel kanan.
Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel kanan,
penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-paru.
Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum
ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis
pulmonal perifer.
Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel
kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah.3
PEMBAHASAN
Tetralogi of Fallot
Tetralogi Fallot adalah penyakit jantung bawaan tipe sianotik. Kelainan yang terjadi
adalah kelainan pertumbuhan dimana terjadi defek atau lubang
dari bagian
hidup. TF umumnya berkaitan dengan kelainan jantung lainnya seperti defek septum
atrial.4
Etiologi
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui
secara pasti. Diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktorfaktor
tersebut antara lain :
Faktor endogen
Adanya
diabetes melitus,
Riwayat
kehamilan
ibu
Kelainan ini sering ditemukan pada bayi dengan kehamilan ibunya diatas usia
40 tahun.
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang
terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90%
kasus penyebab adalah multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor
penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan, oleh karena pada
minggu ke delapan kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai. Tetralogi
Fallot lebih sering ditemukan pada anak-anak yang menderita sindroma Down.
6
Patofisiologi
Mulai akhir minggu ketiga sampai minggu keempat kehidupan intrauterin,
trunkus arteriosus terbagi menjadi aorta dan A. Pulmonalis. Pembagian
berlangsung sedemikian, sehingga terjadi perputaran seperti spiral, dan akhirnya
aorta akan berasal dari posterolateral sedangkan pangkal A. Pulmonalis terletak
antero-medial. Kesalahan dalam pembagian trunkus dapat berakibat letak aorta
yang abnormal (overriding), timbulnya infundibulum yang berlebihan pada jalan
keluar ventrikel kanan, serta terdapatnya defek septum ventrikel karena septum
dari trunkus yang gagal berpartisipasi dalam penutupan foramen interventrikel.
Dengan demikian dalam bentuknya yang klasik, akan terdapat 4 kelainan, yaitu
defek septum ventrikel yang besar, stenosis infundibular, dekstroposisi pangkal
aorta dan hipertrofi ventrikel kanan. Kelainan anatomi ini bervariasi luas,
sehingga menyebabkan luasnya variasi patofisiologi penyakit. Secara anatomis
Tetralogi Fallot terdiri dari septum ventrikel subaortik yang besar dan stenosis
pulmonal infundibular. Terdapatnya dekstroposisi aorta dan hipertrofi ventrikel
kanan adalah akibat dari kedua kelainan terdahulu. Derajat hipertrofi ventrikel
kanan yang timbul bergantung pada derajat stenosis pulmonal. Overriding aorta
terjadi karena pangkal aorta berpindah ke arah anterior mengarah ke septum.
Derajat overriding ini lebih mudah ditentukan secara angiografis daripada waktu
pembedahan atau otopsi. Klasifikasi overriding menurut Kjellberg: (1) Tidak
terdapat overriding aorta bila sumbu aorta desenden mengarah ke belakang
ventrikel kiri; (2) Pada overriding 25% sumbu aorta ascenden ke arah ventrikel
sehingga lebih kurang 25% orifisium aorta menghadap ke ventrikel kanan; (3)
Pada overriding 50% sumbu aorta mengarah ke septum sehingga 50% orifisium
aorta menghadap ventrikel kanan; (4) Pada overriding 75% sumbu aorta asdenden
mengarah ke depan ventrikel kanan, septum sering berbentuk konveks ke arah
ventrikel kiri, aorta sangat melebar, sedangkan ventrikel kanan berongga sempit.
Derajat overriding ini bersama dengan defek septum ventrikel dan derajat stenosis
menentukan besarnya pirau kanan ke kiri. Pengembalian vena sistemik ke atrium
kanan dan ventrikel kanan berlangsung normal. Ketika ventrikel kanan
menguncup, dan menghadapi stenosis pulmonalis, maka darah akan dipintaskan
7
Manifestasi Klinis
Gejala bisa berupa:
o
o
o
o
o
o
o
o
menyusui
o Sering duduk berjongkok
o Ujung jari membesar dan tampak seperti pentung
o Terjadi Tet Spell/ serangan biru waktu istirahat: anak tampak biru kemerah
merahan, ujung tangan dan kaki menjadi sianosis. Hiperpnea, sianosis
berat dan lemah.
Cyanotic Spells
o Serangan sianosis khas untuk TOF
o Biasanya timbul ketika anak menangis, buang air besar, demam, aktiftas
yang meningkat.
Tatalaksana
Penanganan saat stabil
o Ajarkan pada orang tua untuk mengenali serangan spell dan
penanganannya.
o Berikan propranolol 0.5 1.5 mg/kg/6 jam peroral, untuk mencegah
pulmonal.
Manifestasi Klinis
Penderita dengan atresia pulmonal dan VSD datang dengan keluhan yang serupa
dengan tetralogi Fallot namun dalam derajat yang lebih berat. Sianosis biasanya
tampak dalam beberapa jam atau beberapa hari sesudah lahir; bising sistolik
tetralogi Fallot yang jelas biasanya tidak ada; suara jantung pertama disertai
dengan klik ejeksi yang disebabkan oleh akar aorta yang membesar; suara kedua
cukup keras dan tunggal; dan bising kontinu PDA atau aliran kolateral bronkial
dapat didengar pada seluruh prekordium, baik anterior maupun posterior.
Kebanyakan penderita mengalami sianosis berat dan membutuhkan pemberian
10
di tingkat atrium (foramen ovale paten/ defek septum atrium), defek septum
ventrikel (DSV). Atau arteri besar (duktus arteriousus paten).
Manifestasi Klinis
Riwayat sianosis selalu ditemukan meskipun hal ini bergantung pada jumlah atau
derajat pencampuran darah. Takipnea pada bayi yang relatif tenang dan bunyi
jantung kedua tunggal merupakan temuan yang khas. Jika septum ventrikel infark,
mungkin bising jantung tidak terdengar. Anak-anak dengan tarnsposisi dan DSV
besar memiliki pencampuran darah intrakardiak yang lebih baik dan sianosis yang
lebih ringan. Mereka mungkin datang dengan tanda gagal jantung. Jantung
tampak hiperdinamik disertai impuls ventrikel kiri dan kana yang teraba pada
palpasi. Bising DSV tedengar keras dan bunyi jantung II terdengar tunggal.
Pemeriksaan Pencitraan
Temuan EKG biasanya meliputi deviasi aksis ke kanan dan hipertrofi ventrikel
kanan. Pada foto toraks, tampak peningkatan vaskularisasi paru disertai bayangan
jantung khas berbentuk egg on a string akibat mediastinum superior yang sempit.
Ekokardiografi memperlihatkan transposisi arteri besar, lokasi dan jumlah
Manifestasi Klinis
Bayi dapat mengalami berbagai derajat sianosis tergantung pada jumlah aliran
darah pulmonal. Jika tidak terdiagnosis saat lahir, bayi dapat menunujukkan
gejala gagal jantung saat resistensi vaskular paru menurun, seperti takipnea dan
batuk. Pulsus perifer biasanya penuh akibat runoff diastolik ke arteri pulmonal.
Bunyi jantung II terdengar tunggal akibat katup yang tunggal. Klik ejeksi sistolik
pulmonal.
Tatalaksana
Tatalaksana medis biasa diperlukan dan mencakup pemberian obat antokongestif.
Tindakan koreksi bedah terdiri dari penutupan DSV dan penempatan konduit
sistolik. Bila ventrikel tunggal disertai dengan aliran pulmonal yang tidak
tersumbat, maka penderita akan lebih sering datang dengan dispnea, takipnea dan
gagal tumbuh disertai dengan infeksi paru berulang. Apabila sudah terjadi
penyakit vaskuler pulmonal, intensitas sianosis akan bertambah, ukuran jantung
akan mengurang dengan tanda-tanda gagal jantung membaik.7
KESIMPULAN
Dalam kasus seorang anak laki-laki 15 bulan dengan keluhan membiru dan lemas setelah
menangis kuat, memungkinkan adanya gangguan atau kelainan pada jantung. Tidak menutup
kemungkinan pasien mengalami tetralogi fallot, atresia pulmonal dengan VSD, double outlet
right ventricle (DORV), transposisi arteri besar, artresia trikuspid, trunkus arteriousus, total
anomalous pulmonary venous retrun, single ventricle, sindrom jantung kiri hipoplastik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bickley L.S. Anamnesis. Bates Guide to physical examination and history taking.
International edition. 10th edition. Lippincott Williams & Wilkins. Wolters Kluwer
Health; 2009.
2. Yasavati KN,Mardi S,Gracia JMT,Titi SS,Harun A. Tumbuh kembang. Buku Panduan
Ketrampilan Medik(Skills Lab).FK Ukrida;2010.
3. Wahidiyat I., Matondang S., Sastroasmoro S. Jantung. Diagnosis Fisis Pada Anak. 2nd
ed. CV Sagung Seto. Jakarta: 2009.
4. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Penyakit Jantung Bawaan. Jakarta :Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FKUI. 1985.Cetakan ke-11 : 2007.
5. Rilantono L.I. Penyakit kardiovaskular (pkv). Badan Penerbit FKUI. Jakarta: 2015.
6. Sastroasmoro S, Madiyono B, Putra ST. Pengenalan dini dan tatalaksana penyakit
jantung bawaan pada neonatus. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003.h.127-143
7. Marcdante J.K, Kliegman M.R, Jenson B.H, Behrman E.R. Nelson ilmu kesehatan
anak esensial. Ikatan dokter anak indonesia. Jakarta: 2011.
14