Gambar :
Naungan seng plastic hijau
Fungsi naungan pada bibit
sewaktu kecil adalah mengatur sinar matahari yang masuk ke pembibitan hanya
berkisar antara 30 - 60% saja. Menciptakan iklim mikro yang ideal bagi
pertumbuhan awal bibit. Menghindarkan bibit dari sengatan matahari langsung
yang dapat membakar daun-daun muda. Menurunkan suhu tanah di siang hari,
memelihara kelembaban tanah, mengurangi derasnya curahan air hujan dan
menghemat penyiraman air. Adapun terdapat jenis-jenis untuk naungan
pembibitan diantaranya, yaitu:
1) Naungan seng plastik hijau meneruskan sinar sebesar 40-60% (40% untuk
naungan plastik yang sudah lama terpasang hingga 60% untuk yang baru
dipasang).
2) Naungan paranet dari bahan plastik atau nylon. Paranet tipe 55 dan 45 (55%
dan 45% sinar yang diteruskan). Umur pakainya bisa bertahan lama (3-4
tahun), sehingga sekali pasang dapat dipakai untuk beberapa kali usaha
pembibitan.
3) Naungan sederhana dari anyaman bambu, daun kelapa dan sebgainya, yang
disusun sedemikian rupa, sehingga menghasilkan sinar masuk sekitar 50%.
c. Pemeliharaan bibit
Gambar :
Benih yang siap
di semai dan benih yang mulai berkecambah
Proses pemeiliharaan bibit dilakukan dengan cara Penyemprotan dengan
insektisida apabila terdapat hama. Biasanya hama yang menyerang tanaman di
pembibitan adalah kutu perisai, kutu putih dan ulat daun. Insektisida yang
digunakan, misalnya Supracide 25 WP, Decis 2,5 EC, Reagent 50 SC atau Decis
2.5 EC dengan konsentrasi 2 cc/l air. Penyemprotan dengan fungisida apabila
terdapat serangan penyakit. Biasanya penyakit yang menyerang tanaman di
pembibitan terutama yang disebabkan oleh Rhizoctonia sp, Phytophthora sp,
Fusarium sp dan Phytium sp. Bibit yang terserang supaya tidak menular segera
dipisahkan dari kelompok yang masih sehat, kemudian seluruh bibit disemprot
dengan Antracol 70 WP, Dithane M-45 80 WP dengan konsentrasi 2 cc/l atau 2
g/l air. Penyemprotan diulang seminggu sekali. Pemupukan dapat dilakukan
dengan menggunakan pupuk daun seperti Atonik, Metalik atau Gandasil D dengan
konsentrasi 2 cc/l air atau menggunakan pupuk NPK (15:15:15) dengan
konsentrasi 1-2 g/l air. Pemberian pupuk ini dilakukan seminggu sekali. Selain itu
pemupukan dapat juga diberikan melalui tanah dengan dosis 1-2 gram per
tanaman yang dilakukan sebulan sekali.
Penyiraman bibit pada musim kemarau biasanya dilakukan setiap dua hari
sekali, sedangkan pada musim hujan disesuaikan. Penyiraman bibit ini dilakukan
dengan menggunakan gembor air. Pengairan sistem genangan apabila
pembibitannya dilakukan dalam polybag yang ditaruh di sawah, maka cara
penyiramannya dengan menutup saluran pembuangan air, kemudian air
dimasukkan ke areal pembibitan sampai media di polybag menjadi basah.
Pemasukan air ini sebaiknya dilakukan pada waktu sore/malam hari ketika suhu
tanah tidak tinggi. Lama perendaman 1-2 jam dengan tinggi air cukup tinggi
polybagnya. Penyiangan rumput pengganggu (gulma), karena rumput selalu
bersaing dengan bibit dalam pengambilan hara, ruang tempat tumbuh, air dan
sinar matahari.
3. Jenis Pembibitan
1. Perbanyakan tanaman dengan biji (generatif)
Perbanyakan generatif merupakan perbanyakan yang dilakukan dengan biji.
Dengan cara ini maka biji yang akan disemai sebaiknya diperoleh dari tanaman
induk yang sehat dan memiliki hasil baik. Terkait dengan penyemaian, biji dapat
disemai pada polybag atau bak persemaian dan bedengan semai sebaiknya ditutup
untuk melindungi bibit dari pengaruh lingkungan yang kurang baik bagi
pertumbuhan.
a. Pemilihan biji untuk bahan perbanyakan.
Mengambil biji idealnya dari buah yang besar dan sehat serta sudah
matang penuh di pohon induk yang terpilih dan memenuhi persyaratan untuk
dijadikan batang bawah. Tetapi apabila terdesak dengan kebutuhan biji yang
banyak, maka kita dapat mengumpulkan biji buah, semisal biji durian dari
pasar, tempat sampah, biji durian yang dimakan sendiri, atau membeli biji dari
pengumpul biji. Kesulitan dari pengumpulan ini adalah susah mendapatkan
biji yang seragam varietasnya. Memisahkan biji dari daging buahnya dan
dicuci sampai bersih. Biji dipilih yang berukuran besar, padat (bernas) dengan
warna mengkilap atau biji yang sempurna (biji yang bentuknya seragam, tidak
terlalu kecil, tidak kempes, tidak rusak oleh hama dan tidak luka. Biji
kemudian dimasukan ke dalam air. Hanya biji yang tenggelam yang ditanam
untuk bibit, sedangkan yang hampa dibuang. Biji buah yang mempunyai kulit
pembungkus keras seperti pada biji mangga, kulit pembungkus ini harus
disayat dan dibuang untuk memudahkan pertumbuhan akar. Setelah
dibersihkan biji diberi perlakuan fungisida. Caranya biji-biji yang sudah
bersih tadi dicelup dalam larutan Furadan 3 g/l, Dithane 3 g/l air atau larutan
larutan Benomil 0,1% dan Atonik 0,1 % selama 30-60 menit. Fungsinya
adalah untuk merangsang pertumbuha dan mencegah serangan hama serta
penyakit saat biji disemaikan.
b. Menyemaikan biji dalam wadah persemaian
Gambar : bak plastic untuk penyemaian
benih tanaman
Gambar : Bedengan
untuk pembibitan tanaman
Untuk menghindarkan
derasnya air hujan dan teriknya sinar matahari, bedengan diberi naungan
dengan paranet tipe 55%, 65% atau dapat juga dibuat naungan individu untuk
tiap bedengan dengan menggunakan atap dari jerami, anyaman bambu, atau
daun kelapa. Jika yang digunakan atap bukan dari paranet, maka tinggi tiang
di sebelah timur sekita120 cm, sedangkan tinggi tiang di sebelah barat adalah
100 cm di atas permukaan tanah. Dengan demikian bentuk naungan condong
ke arah sebelah barat dengan maksud agar bibit di persemaian cukup
menerima sinar matahari pagi. Biji yang disemaikan biasanya mulai
berkecambah (tunas muncul di atas permukaan tanah) antara 1-3 minggu
setelah penyemaian, tergantung jenis tanamannya. Setelah biji berkecambah
dapat langsung dipindah ke polybag ukuran 15x20 cm atau 20x25 cm. Setelah
berumur 3-4 bulan, biji sudah dapat disambung pucuk ataupun diokulasi.
2. Perbanyakan dengan vegetatif
Perbanyakan vegetatif dapat dilakukan secara alami ataupun buatan.
Perbanyakan vegetatif alami dilakukan dengan tunas, rhizome, geragih, umbi
batang, dan umbi lapis. Sedangkan perbanyakan vegetatif buatan dilakukan
dengan cara stek, runduk, okulasi, menyambung, dan cangkok. Keuntungan
memperbanyak tanaman dengan cara vegetatif seperti ini ialah dapat memperoleh
hasil yang sama dengan tanaman induk dan membutuhkan waktu produksi yang
lebih sedikit. Disamping itu tanaman hasil perbanyakan vegetatif pun memiliki
perakaran yang kurang kuat.
Beberapa keuntungan penggunaan teknik pembibitan secara vegetatif
antara lain (Pudjiono, 1996) :
a. Keturunan yang didapat mempunyai sifat genetik yang sama dengan induknya
b. Tidak diperlukan peralataan khusus dan teknik yang tinggi kecuali untuk
produksi bibit dalam skala besar,
c. Produksi bibit tidak tergantung pada ketersediaan benih/musim buah, bisa
dibuat secara kontinyu dengan mudah dan murah
d. Meskipun akar yang dihasilkan dengan cara vegetatif umunya relatif dangkal,
kurang beraturan dan melebar, namun lama kelamaan akan berkembang dengan
baik seperti tanaman dari biji
e. Umumnya tanaman akan lebih cepat bereproduksi/menghasilkan buah
f. Bibit hasil secara vegetatif sangat berguna untuk program pemuliaan tanaman
yaitu untuk pengembangan bank klon, kebun benih klon, perbanyakan tanaman
hasil persilangan terkendali misalnya hybrid atau steryl hybrid yang tidak dapat
bereproduksi secara seksual dan perbanyakan masal tanaman terseleksi
Ada lima cara perbanyakan vegetatif untuk tanaman yaitu penyetekan,
pencangkokan, penyambungan, okulasi, dan penyusuan. Pada tiga cara yang
terakhir dikenal adanya istilah batang bawah dan batang atas. Batang bawah
berupa tanaman yang biasanya berasal dari biji. Tanaman dari biji sengaja dipilih
karena mempunyai keunggulan dari segi perakarannya, yakni tahan terhadap
penyakit akar dan mempunyai perakaran yang banyak serta dalam, sehingga tahan
terhadap kekeringan dan kondisi tanah yang kurang aerasi. Batang atas berupa
ranting atau mata tunas dari pohon induk yang mempunyai sifat unggul terutama
dalam produksi dan kualitasnya. Dari hasil penggabungan sifat batang bawah dan
batang atas ini diperoleh bibit tanaman yang disebut bibit enten, okulasi dan
susuan.
a. Cangkok
Pencangkokan tanaman dilakukan untuk mendapatkan anakan/bibit yang
berguna untuk pembangunan bank klon, kebun benih klon, kebun persilangan
karena dengan teknik ini bibit yang dihasilkan bersifat dewasa sehingga lebih
cepat berbunga/berbuah. Pencangkokan dilakukan pada pohon induk terpilih
atau pohon plus di kebun benih.
Bahan dan peralatan yang digunakan antara lain media cangkok (moss
cangkok, top soil dan kompos), bahan pembungkus cangkok dari polibag
hitam, tali rafia, zat pengatur tumbuh akar, insektisida, pita label, spidol
permanent, pisau cangkok, parang, gergaji tangan dan alat tulis.
Pembuatan cangkokan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1) Penyiapan media cangkok terdiri atas campuran antara moss cangkok, top
soil dan kompos. Sebelum digunakan media disiram dengan air sampai
cukup kelembabanya. Selain itu ditaburi dengan insektisida secukupnya
supaya media tidak dijadikan sarang semut dan membunuh hama uret.
2) Pemilihan cabang yang sehat dengan diameter rata-rata 2-5 cm. Cabang
dikerat sepanjang 5 cm dengan menggunakan pisau cangkok, kulit cabang
dikelupas dan bagian kambiumnya dibersihkan dengan cara dikerik dan
dibiarkan beberapa menit. Posisi keratan kulit sekitar 30 cm dari pangkal
cabang. Setelah itu bagian sayatan diolesi dengan larutan ZPT untuk
memacu pertumbuhan akar.
3) Cangkok yang telah dipisahkan dari pohon induknya segera ditanam pada
media campuran tanah dengan kompos/pupuk kandang (3:1). Kegiatan ini
dilakukan di prsemaian yang diberi naungan dengan intensitas cahaya lebih
dari 50 %. Pemeliharaan cangkok di persemaian dilakukan sampai bibit
siap ditanam di lapangan. Biasanya setelah 3 bulan cangkok telah memiliki
perakaran yanag kompak dan siap dipindahkan ke lapangan.
4) Pembuatan cangkok pada satu pohon tidak bisa dilakukan dalam jumlah
banyak karena akan mengganggu atau merusak pohon tersebut.
3. Pengisian media ke
dalam lembaran plastik
4.Tehnik
pencangkokan
Gambar : Prosespencangkokan
konvensional
b. Stek Batang
Penerapan teknik stek cabang dilakukan dengan cara menanam bagian
cabang tanaman pada media pertumbuhan (pasir, campuran top soil + kompos)
pada bedengan yang ditutup sungkup plastik. Kemampuan jenis tanaman untuk
diperbanyak dengan cara stek cabang berbeda-beda. Teknik pembuatan stek
cabang dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1) Pengambilan cabang dari pohon induk yang telah dipilih. Ukuran cabang
yang baik untuk bahan stek biasanya 2 5 cm. posisi cabang yang dapat
digunakan adalah posisi bagian bawah tajuk karena selain memudahkan
dalam mengambilnya juga umumnya memiliki kemampuan berakar lebih
baik.
4) Penanaman stek dilakukan pada media pasir atau campuran top soil +
kompos pada bedengan yang ditutup sungkup plastik untuk memelihara
kelembaban udara sampai 90%. Pemeliharaan rutin yang dilakukan adalah
penyiraman, penyemprotan fungisida dan pembersihan rumput disekitar
bedengan. Biasanya bibit stek cabang sudah dapat disapih setelah 2-3
bulan.
serangan
hama/penyakit.
2) Bibit root stock
dipangkas dengan
tinggi pangkasan rata-
rata 30 cm tergantung
pada diameternya.
Semakin kecil diameter maka pemangkasan
dapat lebih rendah dari 30 cm. Permukaan batang
pada
titik
pangkasan dihaluskan dengan pisau sambung/cutter, kemudian
ujungnya dibelah/disayat dengan pisau grafting secara hatihati sepanjang
1,5-2 cm.Penyiapan scion yaitu tunas/trubusan pada tajuk pohon induk.
Tunas yang baik untuk scion adalah yang jaringan gabusnya sedikit.
Ukuran scion dipilih yang sesuai dengan rotstock. Bagian pangkal scion
disayat secara hati-hati dengan panjang sayatan sama dengan root stock.
3) Rotstock dan scion disambung secara hati-hati sehingga bagian kambium
keduanya bersatu, kemudian diikat dengan parafilm dan ditutup dengan
plastik bening untuk memelihara kelembaban udara. Plastik dibuka secara
bertahap dengan cara menggunting sebagian sampai akhirnya dilepas.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan bibit sambungan adalah
sebagai berikut :
1) Penyambungan hendaknya dilakukan di persemaian dengan naungan sarlon
50 65 % atau pada pagi/sore hari sehingga tidak terlalu panas.
2) Penyambungan dilakukan segera setelah scion diambil dari pohon induk
karena lamanya waktu penyimpanan scion akan mengurangi tingkat
keberhasilan hidup sambungan (Adinugraha dkk, 2001)
3) Pemeliharaan tanaman hasil sambungan harus dilakukan secara rutin
seperti : penyiraman, penyiangan, pembuangan tunas yang tumbuh pada
batang root stock, membuka plastik sungkup sambungan secara bertahap
setelah sambungan tersebut tumbuh.
d. Teknik stek pucuk (leafy cuttings)
Pembibitan dengan teknik stek pucuk umumnya dilakukan dalam rangka
produksi bibit secara massal untuk keperluan operasional penanaman. Dengan
teknik ini dapat dihasilkan bibit dalam jumlah besar. Bahan yang digunakan
adalah bahan stek dari tunas/trubusan yang diperoleh dari kebun pangkas,
media stek yang digunakan adalah pasir sungai, zat pengatur tumbuh, bak
plastik/ember, label, fungisida, gunting stek/pisau cutter.
Untuk kegiatan pembibitan dengan stek pucuk diperlukan beberapa
fasilitas penunjang yaitu tempat pembibitan dapat dilakukan di rumah kaca
atau bedengan persemaian yang ditutup dengan sungkup plastik. Untuk
persemaian skala besar diperlukan peralatan lainnya antara lain pengaturan
naungan, pengaturan suhu dan ventilasi, pengaturan penyiraman dan
kelembaban udara yang dijalankan secara otomatis merupakan faktor yang
sangat penting untuk menunjang keberhasilannya. Selain itu diperlukan sumber
air yang tersedia sepanjang tahun, sumber bahan stek (kebun pangkas) dan
tempat penyimpanan media stek.
Kebun pangkas perlu dibangun sebagai sumber bahan stek yang
menghasilkan tunas secara terus menerus. Pembangunan kebun pangkas
hendaknya dilakukan dengan menggunakan materi tanaman dari pohon plus
sehingga bibit yang akan dihasilkan memiliki kualitas genetik yang
baik/unggul. Menurut Kartiko (2000) materi tanaman yang dipergunakan untuk
membangun kebun pangkas berasal dari benih hasil penyerbukan terkendali
antara pohon-pohon plus dan klon hasil perbanyakan vegetatif dari pohon plus.
Pembuatan stek pucuk dilakukan dengan tahapan sebagai berikut
(Adinugraha, 2003)
1) Penyiapan media stek dalam polibag/kantong bibit/tabung bibit
2) Umur trubusan yang baik untuk bahan stek pucuk umunya sekitar 1 2
bulan. Bertambahnya umur tunas mengurangi daya perakaran stek. Untuk
memudahkan dalam menentukan masa panen tunas dapat dilihat dari
panjang tunas yaitu apabila telah mencapai panjang 30-40 cm (Longman,
1993).
varietas
bokor dan
dan
tahan terhadap busuk akar. Berdiameter 3-5 mm, berumur
sekitar
3-4
bulan.
Dalam
fase pertumbuhan yang optimum (tingkat kesuburannya baik),
kambiumnya aktif, sehingga memudahkan dalam
pengupasan dan proses
merekatnya mata tempel ke
batang
bawah. Disarankan penyiraman
cukup (media cukup
basah).