Anda di halaman 1dari 21

BAB II

PEMBIBITAN DAN PENANAMAN


A. Pembibitan
Setiap jenis tanaman memiliki cara pembibitan yang berbeda-beda, oleh sebab
itulah sebelum melakukan budidaya tanaman tertentu perlu diketahui terlebih dulu cara
perbanyakan yang tepat untuk setiap jenis tanaman tersebut. Hal ini disebabkan karena
nantinya cara perbanyakan juga menentukan cara pembibitan yang akan dilakukan.
Pembibitan merupakan cara perbanyakan bibit yang harus diperhatikan sebelum
melakukan budidaya tanaman. Tujuan dari pembibitan adalah untuk memperoleh bibit
yang sesuai dengan jenis yang diinginkan atau varietas yang diinginkan seperti bibit yang
sehat dan mampu beradaptasi dengan baik pada lingkungannya.
Perbanyakan tanaman merupakan serangkaian kegiatan yang diperlukan untuk
penyediaan materi tanaman baik untuk kegiatan penelitian maupun program penanaman
secara luas. Penyediaan bibit yang memiliki karakter unggul secara morfologi, fisiologis
dan genetik akan sangat membantu keberhasilan tanaman di lapangan.Kegiatan ini dapat
dilakukan dengan cara generatif dan vegetatif. Informasi yang tepat tentang teknik
perkecambahan dan pemeliharaan bibit sangat diperlukan dalam kegiatan produksi bibit
unggul. Teknik pembiakan vegetatif merupakan salah satu cara untuk memproduksi bibit
yang memiliki karakter unggul karena anakan yang dihasilkan merupakan duplikat dari
induknya sehingga memiliki struktur genetik yang sama.
Bibit unggul adalah tanaman muda yang memiliki sifat unggul yaitu mampu
menunjukkan sifat asli induknya dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, serta tidak
mengandung hama dan penyakit. Pada tanaman buah sifat unggul ini terutama nilai dari
kualitas buahnya. Bila semakin banyak sifat yang disukai konsumen terkumpul dalam
satu buah, maka semakin tinggi pula nilai ekonomi (harga) buah tersebut. Buah demikian
dapat digolongkan sebagai buah unggul.
1. Syarat Pembibitan
Beberapa persyaratan dari proses pembibitan diantaranya adalah dilihat dari :
a. Lokasi pembibitan harus berada dekat dengan sumber air dan airnya tersedia
sepanjang tahun, terutama untuk menghadapi musim kemarau. Dekat jalan yang
dapat dilewati kendaraan roda empat, untuk memudahkan kegiatan pengangkutan
keluar dan masuk kebun. Terpusat sehingga memudahkan dalam perawatan dan
pengawasan. Luasnya disesuaikan dengan kebutuhan produksi bibit. Lahan datar
dan drainase baik dan teduh dan terlindung dari ternak.
b. Kesuburan tanah diperlukan untuk kebun koleksi pohon induk dan kebun
persemaian batang bawah, sehingga pertumbuhan dan produktivitas tanaman
dapat optimal dan menunjang kemudahan dalam memperoleh media semai dan
media tanam dalam polybag
c. Kondisi iklim yang ideal untuk lokasi kebun pembibitan adalah daerah yang
bersuhu udara sejuk, kelembaban udara yang relatif tinggi, serta curah hujan yang
cukup akan menunjang pertumbuhan awal bibit tanaman. Kondisi sebaliknya
justru diperlukan untuk kebun produksi buah dengan hari kering (kemarau) harus
tegas terpisah dari hari hujan. Karena ini berpengaruh pada pembungaan dan
pembuahan.
d. Sumber daya produksi diantaranya berupa sumber daya manusia yang terampil,
rajin dan cinta tanaman. Unsur cinta tanaman (hobby) ini penting artinya karena
pada hakekatnya tanaman adalah makluk hidup yang penanganannya memerlukan
perhatian khusus. Sumber daya produksi lainnya yang diperlukan dalam
pembibitan tanaman antara lain pupuk kandang, polybag, paranet, pestisida dan
lain-lain. Kesulitan memperoleh bahan-bahan tersebut terutama berdampak
terhadap menurunnya mutu bibit yang dihasilkan, atau mahalnya biaya produksi.
2. Pengelolaan pembibitan
a. Media tumbuh dalam polybag
Syarat media tumbuh yang baik adalah ringan, murah, mudah didapat,
porus (gembur) dan subur (kaya unsur hara). Penggunaan media tumbuh yang
tepat akan menentukan pertumbuhan optimum bibit yang ditangkarkan.
Komposisi media tanam untuk mengisi polybag dapat digunakan campuran tanah,
pupuk kandang dan sekam padi dengan perbandingan 1:1:1. Sterilisasi pupuk
kandang sebelum digunakan untuk campuran media bertujuan membunuh
penyakit, cendawan, bakteri, biji gulma, nematoda dan serangga tanah. Sterilisasi
ini misalnya dilakukan dengan uap air panas atau perebusan dengan menggunakan
drum minyak tanah (isi 200 l). Drum diisi setengahnya, kemudian dipanaskan di
atas tungku. Setelah air mendidih pupuk kandang dalam karung bekas
dimasukkan ke dalam drum (direbus selama 0,5-1 jam). Ukuran polybag yang
banyak digunakan di pembibitan buah-buahan biasanya berukuran15X20 cm
(diameter x tinggi) sampai batang bawah dapat disambung atau diokulasi (sekitar
3-4 bulan setelah tanam biji). Tiga sampai empat bulan setelah itu, bibit dapat
dipindahkan ke polybag berukuran 20x30 cm.Tiga sampai empat bulat berikutnya
bibit dipindah ke polybag ukuran 30x40 cm. Hal ini diperlukan karena
polybagnya sudah tidak memadai lagi untuk perkembangan akarnya, sedangkan
bibit masih belum siap ditanam. Akibat makin menyempitnya ruang tumbuh akar,
kondisi kesuburan bibitnya jadi menurun, bahkan setelah beberapa lama
pertumbuhannya seolah-olah berhenti.
b. Naungan bibit

Gambar :
Naungan seng plastic hijau
Fungsi naungan pada bibit
sewaktu kecil adalah mengatur sinar matahari yang masuk ke pembibitan hanya
berkisar antara 30 - 60% saja. Menciptakan iklim mikro yang ideal bagi
pertumbuhan awal bibit. Menghindarkan bibit dari sengatan matahari langsung
yang dapat membakar daun-daun muda. Menurunkan suhu tanah di siang hari,
memelihara kelembaban tanah, mengurangi derasnya curahan air hujan dan
menghemat penyiraman air. Adapun terdapat jenis-jenis untuk naungan
pembibitan diantaranya, yaitu:
1) Naungan seng plastik hijau meneruskan sinar sebesar 40-60% (40% untuk
naungan plastik yang sudah lama terpasang hingga 60% untuk yang baru
dipasang).
2) Naungan paranet dari bahan plastik atau nylon. Paranet tipe 55 dan 45 (55%
dan 45% sinar yang diteruskan). Umur pakainya bisa bertahan lama (3-4
tahun), sehingga sekali pasang dapat dipakai untuk beberapa kali usaha
pembibitan.
3) Naungan sederhana dari anyaman bambu, daun kelapa dan sebgainya, yang
disusun sedemikian rupa, sehingga menghasilkan sinar masuk sekitar 50%.
c. Pemeliharaan bibit
Gambar :
Benih yang siap
di semai dan benih yang mulai berkecambah
Proses pemeiliharaan bibit dilakukan dengan cara Penyemprotan dengan
insektisida apabila terdapat hama. Biasanya hama yang menyerang tanaman di
pembibitan adalah kutu perisai, kutu putih dan ulat daun. Insektisida yang
digunakan, misalnya Supracide 25 WP, Decis 2,5 EC, Reagent 50 SC atau Decis
2.5 EC dengan konsentrasi 2 cc/l air. Penyemprotan dengan fungisida apabila
terdapat serangan penyakit. Biasanya penyakit yang menyerang tanaman di
pembibitan terutama yang disebabkan oleh Rhizoctonia sp, Phytophthora sp,
Fusarium sp dan Phytium sp. Bibit yang terserang supaya tidak menular segera
dipisahkan dari kelompok yang masih sehat, kemudian seluruh bibit disemprot
dengan Antracol 70 WP, Dithane M-45 80 WP dengan konsentrasi 2 cc/l atau 2
g/l air. Penyemprotan diulang seminggu sekali. Pemupukan dapat dilakukan
dengan menggunakan pupuk daun seperti Atonik, Metalik atau Gandasil D dengan
konsentrasi 2 cc/l air atau menggunakan pupuk NPK (15:15:15) dengan
konsentrasi 1-2 g/l air. Pemberian pupuk ini dilakukan seminggu sekali. Selain itu
pemupukan dapat juga diberikan melalui tanah dengan dosis 1-2 gram per
tanaman yang dilakukan sebulan sekali.
Penyiraman bibit pada musim kemarau biasanya dilakukan setiap dua hari
sekali, sedangkan pada musim hujan disesuaikan. Penyiraman bibit ini dilakukan
dengan menggunakan gembor air. Pengairan sistem genangan apabila
pembibitannya dilakukan dalam polybag yang ditaruh di sawah, maka cara
penyiramannya dengan menutup saluran pembuangan air, kemudian air
dimasukkan ke areal pembibitan sampai media di polybag menjadi basah.
Pemasukan air ini sebaiknya dilakukan pada waktu sore/malam hari ketika suhu
tanah tidak tinggi. Lama perendaman 1-2 jam dengan tinggi air cukup tinggi
polybagnya. Penyiangan rumput pengganggu (gulma), karena rumput selalu
bersaing dengan bibit dalam pengambilan hara, ruang tempat tumbuh, air dan
sinar matahari.
3. Jenis Pembibitan
1. Perbanyakan tanaman dengan biji (generatif)
Perbanyakan generatif merupakan perbanyakan yang dilakukan dengan biji.
Dengan cara ini maka biji yang akan disemai sebaiknya diperoleh dari tanaman
induk yang sehat dan memiliki hasil baik. Terkait dengan penyemaian, biji dapat
disemai pada polybag atau bak persemaian dan bedengan semai sebaiknya ditutup
untuk melindungi bibit dari pengaruh lingkungan yang kurang baik bagi
pertumbuhan.
a. Pemilihan biji untuk bahan perbanyakan.
Mengambil biji idealnya dari buah yang besar dan sehat serta sudah
matang penuh di pohon induk yang terpilih dan memenuhi persyaratan untuk
dijadikan batang bawah. Tetapi apabila terdesak dengan kebutuhan biji yang
banyak, maka kita dapat mengumpulkan biji buah, semisal biji durian dari
pasar, tempat sampah, biji durian yang dimakan sendiri, atau membeli biji dari
pengumpul biji. Kesulitan dari pengumpulan ini adalah susah mendapatkan
biji yang seragam varietasnya. Memisahkan biji dari daging buahnya dan
dicuci sampai bersih. Biji dipilih yang berukuran besar, padat (bernas) dengan
warna mengkilap atau biji yang sempurna (biji yang bentuknya seragam, tidak
terlalu kecil, tidak kempes, tidak rusak oleh hama dan tidak luka. Biji
kemudian dimasukan ke dalam air. Hanya biji yang tenggelam yang ditanam
untuk bibit, sedangkan yang hampa dibuang. Biji buah yang mempunyai kulit
pembungkus keras seperti pada biji mangga, kulit pembungkus ini harus
disayat dan dibuang untuk memudahkan pertumbuhan akar. Setelah
dibersihkan biji diberi perlakuan fungisida. Caranya biji-biji yang sudah
bersih tadi dicelup dalam larutan Furadan 3 g/l, Dithane 3 g/l air atau larutan
larutan Benomil 0,1% dan Atonik 0,1 % selama 30-60 menit. Fungsinya
adalah untuk merangsang pertumbuha dan mencegah serangan hama serta
penyakit saat biji disemaikan.
b. Menyemaikan biji dalam wadah persemaian
Gambar : bak plastic untuk penyemaian
benih tanaman

Menyemaikan biji dalam wadah persemaian dilakukan Untuk


memudahkan perawatan biji disemaikan dalam wadah yang terbuat dari kotak
kayu atau plastik dan polybag. Biasanya biji yang disemaikan di dalam wadah
adalah biji buah berukuran kecil seperti jambu air, sirsak, pepaya, belimbing,
sawo dan lain-lain. Media untuk persemaian harus mempunyai aerasi baik,
subur dan gembur, misalnya campuran pasir, pupuk kandang dan sekam yang
sudah disterilkan dengan perbandingan 1:1:1. Dengan media yang gembur,
maka akar akan tumbuh lurus dan memudahkan pemindahan bibit ke polybag
pembesaran. Biji yang akan disemaikan ditabur merata diatas media, lalu
ditutup lagi dengan media setebal 1-2 cm dan disiram dengan gembor sampai
basah. Persemaian perlu dinaungi agar tidak terkena sinar matahari langsung
dan derasnya air hujan. Penyiraman cukup dilakukan satu kali sehari yaitu
pada waktu pagi atau sore hari, agar tidak kekeringan. Kemudian wadahnya
ditaruh ditempat yang terlindung dari gangguan unggas dan serangga.
c. Menyemaikan biji dalam bedeng persemaian
Menyemaikan biji dalam bedeng persemaianmenggunakan Biji buah yang
besar seperti mangga, durian, alpukat, nangka, dan lain-lain, sebaiknya
disemaikan dalam bedengan di lapang. Bedengan disiapkan dengan
menggemburkan tanah menggunakan cangkul sedalam 25-30 cm, kemudian
tanah dihaluskan. Untuk menambah kesuburan dan kegemburan tanah, setiap
luasan dua meter persegi bedengan dapat ditambahkan masing-masing satu
kaleng minyak (isi 18 l) pupuk kandang dan sekam padi yang diaduk sampai
rata. Untuk menghindarkan jamur dan hama yang dapat merusak biji, media
tempat penanaman tadi disemprot dahulu dengan fungisida dan insektisida.
Bisa juga ditaburi dengan Furadan 3G. Bedengan dibuat selebar 80-100 cm
dengan panjang tergantung kebutuhan dan arah bedengan diusahakan
mengarah ke Utara-Selatan agar mendapat sinar matahari yang cukup.
Setelah bedengan persemaian siap, maka selanjutnya adalah menyemaikan
biji dalam bedengan dengan arah memotong bedengan (lebar bedengan)
dibuat larikan sedalam 7,5 cm dengan jarak larikan 7,5-10 cm. Setelah itu biji
yang berukuran besar tadi ditanamkan dalam larikan dengan jarak 5-7,5 cm
ataupun tanpa jarak (berdempetan), kemudian ditutup kembali dengan media
disekitar larikan. Waktu menanam biji harus diperhatikan agar peletakan
bijinya jangan terbalik. Untuk mangga bagian perutnya (bagian biji yang
melengkung) menghadap ke bawah, sedangkan untuk durian, alpukat, kemang
dan nangka bagian sisi dimana embrio (bakal tunas dan akar) berada dibagian
bawah. Bila letaknya terbalik, maka pertumbuhan akar dan batangnya akan
membengkok dan akan menggangu pertumbuhan bibit selanjutnya.

Gambar : Bedengan
untuk pembibitan tanaman
Untuk menghindarkan
derasnya air hujan dan teriknya sinar matahari, bedengan diberi naungan
dengan paranet tipe 55%, 65% atau dapat juga dibuat naungan individu untuk
tiap bedengan dengan menggunakan atap dari jerami, anyaman bambu, atau
daun kelapa. Jika yang digunakan atap bukan dari paranet, maka tinggi tiang
di sebelah timur sekita120 cm, sedangkan tinggi tiang di sebelah barat adalah
100 cm di atas permukaan tanah. Dengan demikian bentuk naungan condong
ke arah sebelah barat dengan maksud agar bibit di persemaian cukup
menerima sinar matahari pagi. Biji yang disemaikan biasanya mulai
berkecambah (tunas muncul di atas permukaan tanah) antara 1-3 minggu
setelah penyemaian, tergantung jenis tanamannya. Setelah biji berkecambah
dapat langsung dipindah ke polybag ukuran 15x20 cm atau 20x25 cm. Setelah
berumur 3-4 bulan, biji sudah dapat disambung pucuk ataupun diokulasi.
2. Perbanyakan dengan vegetatif
Perbanyakan vegetatif dapat dilakukan secara alami ataupun buatan.
Perbanyakan vegetatif alami dilakukan dengan tunas, rhizome, geragih, umbi
batang, dan umbi lapis. Sedangkan perbanyakan vegetatif buatan dilakukan
dengan cara stek, runduk, okulasi, menyambung, dan cangkok. Keuntungan
memperbanyak tanaman dengan cara vegetatif seperti ini ialah dapat memperoleh
hasil yang sama dengan tanaman induk dan membutuhkan waktu produksi yang
lebih sedikit. Disamping itu tanaman hasil perbanyakan vegetatif pun memiliki
perakaran yang kurang kuat.
Beberapa keuntungan penggunaan teknik pembibitan secara vegetatif
antara lain (Pudjiono, 1996) :
a. Keturunan yang didapat mempunyai sifat genetik yang sama dengan induknya
b. Tidak diperlukan peralataan khusus dan teknik yang tinggi kecuali untuk
produksi bibit dalam skala besar,
c. Produksi bibit tidak tergantung pada ketersediaan benih/musim buah, bisa
dibuat secara kontinyu dengan mudah dan murah
d. Meskipun akar yang dihasilkan dengan cara vegetatif umunya relatif dangkal,
kurang beraturan dan melebar, namun lama kelamaan akan berkembang dengan
baik seperti tanaman dari biji
e. Umumnya tanaman akan lebih cepat bereproduksi/menghasilkan buah
f. Bibit hasil secara vegetatif sangat berguna untuk program pemuliaan tanaman
yaitu untuk pengembangan bank klon, kebun benih klon, perbanyakan tanaman
hasil persilangan terkendali misalnya hybrid atau steryl hybrid yang tidak dapat
bereproduksi secara seksual dan perbanyakan masal tanaman terseleksi
Ada lima cara perbanyakan vegetatif untuk tanaman yaitu penyetekan,
pencangkokan, penyambungan, okulasi, dan penyusuan. Pada tiga cara yang
terakhir dikenal adanya istilah batang bawah dan batang atas. Batang bawah
berupa tanaman yang biasanya berasal dari biji. Tanaman dari biji sengaja dipilih
karena mempunyai keunggulan dari segi perakarannya, yakni tahan terhadap
penyakit akar dan mempunyai perakaran yang banyak serta dalam, sehingga tahan
terhadap kekeringan dan kondisi tanah yang kurang aerasi. Batang atas berupa
ranting atau mata tunas dari pohon induk yang mempunyai sifat unggul terutama
dalam produksi dan kualitasnya. Dari hasil penggabungan sifat batang bawah dan
batang atas ini diperoleh bibit tanaman yang disebut bibit enten, okulasi dan
susuan.
a. Cangkok
Pencangkokan tanaman dilakukan untuk mendapatkan anakan/bibit yang
berguna untuk pembangunan bank klon, kebun benih klon, kebun persilangan
karena dengan teknik ini bibit yang dihasilkan bersifat dewasa sehingga lebih
cepat berbunga/berbuah. Pencangkokan dilakukan pada pohon induk terpilih
atau pohon plus di kebun benih.
Bahan dan peralatan yang digunakan antara lain media cangkok (moss
cangkok, top soil dan kompos), bahan pembungkus cangkok dari polibag
hitam, tali rafia, zat pengatur tumbuh akar, insektisida, pita label, spidol
permanent, pisau cangkok, parang, gergaji tangan dan alat tulis.
Pembuatan cangkokan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1) Penyiapan media cangkok terdiri atas campuran antara moss cangkok, top
soil dan kompos. Sebelum digunakan media disiram dengan air sampai
cukup kelembabanya. Selain itu ditaburi dengan insektisida secukupnya
supaya media tidak dijadikan sarang semut dan membunuh hama uret.

2) Pemilihan cabang yang sehat dengan diameter rata-rata 2-5 cm. Cabang
dikerat sepanjang 5 cm dengan menggunakan pisau cangkok, kulit cabang
dikelupas dan bagian kambiumnya dibersihkan dengan cara dikerik dan
dibiarkan beberapa menit. Posisi keratan kulit sekitar 30 cm dari pangkal
cabang. Setelah itu bagian sayatan diolesi dengan larutan ZPT untuk
memacu pertumbuhan akar.

3) Menutup luka sayatan pada cabang dengan campuran media, kemudian


ditutup dengan polibag hitam dan diikat dengan tali rafia sampai media
cangkok stabil. Bagian pembungkus cangkok diberi lubang memudahkan
masuknya air atau keluarnya akar.

4) Memberi label yang berisi tanggal pencangkokan, perlakuan dan pelaksana.


Hal-hal yang perlu diperhatikan pada kegiatan pencangkokan antara lain :
1) Pencangkokan sebaiknya dilakukan pada musim hujan sehingga akan
membantu dalam menjaga kelembaban media sampai berakar.

2) Pengambilan cangkok dilakukan setelah cangkok berumur 2-3 bulan.


Pemotongan cangkok menggunakan gergaji kemudian diturunkan secara
hati-hati. Cangkok yang terlalu pangjang dipotong sebagian dan daunnya
dikurangi untuk mencegah terjadinya penguapan yanag terlalu besar.

3) Cangkok yang telah dipisahkan dari pohon induknya segera ditanam pada
media campuran tanah dengan kompos/pupuk kandang (3:1). Kegiatan ini
dilakukan di prsemaian yang diberi naungan dengan intensitas cahaya lebih
dari 50 %. Pemeliharaan cangkok di persemaian dilakukan sampai bibit
siap ditanam di lapangan. Biasanya setelah 3 bulan cangkok telah memiliki
perakaran yanag kompak dan siap dipindahkan ke lapangan.

4) Pembuatan cangkok pada satu pohon tidak bisa dilakukan dalam jumlah
banyak karena akan mengganggu atau merusak pohon tersebut.

1. Pengupasan kulit 2. Pengikatan lembaran


batang plastik di bawah

3. Pengisian media ke
dalam lembaran plastik
4.Tehnik
pencangkokan
Gambar : Prosespencangkokan
konvensional
b. Stek Batang
Penerapan teknik stek cabang dilakukan dengan cara menanam bagian
cabang tanaman pada media pertumbuhan (pasir, campuran top soil + kompos)
pada bedengan yang ditutup sungkup plastik. Kemampuan jenis tanaman untuk
diperbanyak dengan cara stek cabang berbeda-beda. Teknik pembuatan stek
cabang dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1) Pengambilan cabang dari pohon induk yang telah dipilih. Ukuran cabang
yang baik untuk bahan stek biasanya 2 5 cm. posisi cabang yang dapat
digunakan adalah posisi bagian bawah tajuk karena selain memudahkan
dalam mengambilnya juga umumnya memiliki kemampuan berakar lebih
baik.

2) Pengepakan cabang akan mempengaruhi tingkat keberhasilannya terutama


apabila pengambilan cabang dilakukan ditempat lain yanag jauh sehingga
akan memerlukan waktu yang relatif lama. Cara yang dapat digunakan
adalah dengan membungkus cabang dengan karung goni basah atau kulit
batang pisang.
3) Pemotongan cabang menjadi bahan stek sebaiknya minimal terdiri atas 2
ruas. Setelah dipotong-potong kemudian bagian pangkal cabang direndam
pada larutan ZPT akar seperti IBA.

4) Penanaman stek dilakukan pada media pasir atau campuran top soil +
kompos pada bedengan yang ditutup sungkup plastik untuk memelihara
kelembaban udara sampai 90%. Pemeliharaan rutin yang dilakukan adalah
penyiraman, penyemprotan fungisida dan pembersihan rumput disekitar
bedengan. Biasanya bibit stek cabang sudah dapat disapih setelah 2-3
bulan.

Gambar : Persiapan proses stek


Gambar : Penanaman stek pada tanah

c. Pembuatan bibit dengan teknik sambungan


Pembuatan bibit dengan teknik sambungan dilakukan dengan cara
menyambungkan scion berupa bagian pucuk/tunas dari tajuk pohon plus pada
tanaman batang bawah/root stock yng telah disediakan. Teknik ini juga akan
mempertahankan sifat dewasa pohon induknya sehingga anakan yang
dihasilkan akan cepat berbunga/berbuah. Teknik ini biasa digunakan untuk
kegiatan penyiapan materi untuk bang klon, kebun persilangan dan kebun
benih klon. Bahan dan peralatan yang diperlukan adalah bibit untuk tanaman
batang bawah dan scion diambil dari tajuk pohon plus di kebun benih.
Rootstock dan scion sebaaiknya satu jenis. Bahan dan peralatan lainnya adalah
parafil/plastik pengikat sambungan, kantong plastik bening ukuran 1 kg,
obat/pasta penutup luka tanaman, talai rafia, pita label, pisau sambung, pisau
cutter, gunting stek, penggaris dan alat tulis.
Pembuatan sambungan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1) Penyiapan root stock berupa bibit yang telah siap tanam yaitu

berumur 4-6 bulan dengan


diameter batang rata-rata 1 cm.
Bibit dipilih yang
sehat, tidak
menunjukkan
adanya

serangan

hama/penyakit.
2) Bibit root stock
dipangkas dengan
tinggi pangkasan rata-
rata 30 cm tergantung
pada diameternya.
Semakin kecil diameter maka pemangkasan
dapat lebih rendah dari 30 cm. Permukaan batang
pada
titik
pangkasan dihaluskan dengan pisau sambung/cutter, kemudian
ujungnya dibelah/disayat dengan pisau grafting secara hatihati sepanjang
1,5-2 cm.Penyiapan scion yaitu tunas/trubusan pada tajuk pohon induk.
Tunas yang baik untuk scion adalah yang jaringan gabusnya sedikit.
Ukuran scion dipilih yang sesuai dengan rotstock. Bagian pangkal scion
disayat secara hati-hati dengan panjang sayatan sama dengan root stock.
3) Rotstock dan scion disambung secara hati-hati sehingga bagian kambium
keduanya bersatu, kemudian diikat dengan parafilm dan ditutup dengan
plastik bening untuk memelihara kelembaban udara. Plastik dibuka secara
bertahap dengan cara menggunting sebagian sampai akhirnya dilepas.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan bibit sambungan adalah
sebagai berikut :
1) Penyambungan hendaknya dilakukan di persemaian dengan naungan sarlon
50 65 % atau pada pagi/sore hari sehingga tidak terlalu panas.
2) Penyambungan dilakukan segera setelah scion diambil dari pohon induk
karena lamanya waktu penyimpanan scion akan mengurangi tingkat
keberhasilan hidup sambungan (Adinugraha dkk, 2001)
3) Pemeliharaan tanaman hasil sambungan harus dilakukan secara rutin
seperti : penyiraman, penyiangan, pembuangan tunas yang tumbuh pada
batang root stock, membuka plastik sungkup sambungan secara bertahap
setelah sambungan tersebut tumbuh.
d. Teknik stek pucuk (leafy cuttings)
Pembibitan dengan teknik stek pucuk umumnya dilakukan dalam rangka
produksi bibit secara massal untuk keperluan operasional penanaman. Dengan
teknik ini dapat dihasilkan bibit dalam jumlah besar. Bahan yang digunakan
adalah bahan stek dari tunas/trubusan yang diperoleh dari kebun pangkas,
media stek yang digunakan adalah pasir sungai, zat pengatur tumbuh, bak
plastik/ember, label, fungisida, gunting stek/pisau cutter.
Untuk kegiatan pembibitan dengan stek pucuk diperlukan beberapa
fasilitas penunjang yaitu tempat pembibitan dapat dilakukan di rumah kaca
atau bedengan persemaian yang ditutup dengan sungkup plastik. Untuk
persemaian skala besar diperlukan peralatan lainnya antara lain pengaturan
naungan, pengaturan suhu dan ventilasi, pengaturan penyiraman dan
kelembaban udara yang dijalankan secara otomatis merupakan faktor yang
sangat penting untuk menunjang keberhasilannya. Selain itu diperlukan sumber
air yang tersedia sepanjang tahun, sumber bahan stek (kebun pangkas) dan
tempat penyimpanan media stek.
Kebun pangkas perlu dibangun sebagai sumber bahan stek yang
menghasilkan tunas secara terus menerus. Pembangunan kebun pangkas
hendaknya dilakukan dengan menggunakan materi tanaman dari pohon plus
sehingga bibit yang akan dihasilkan memiliki kualitas genetik yang
baik/unggul. Menurut Kartiko (2000) materi tanaman yang dipergunakan untuk
membangun kebun pangkas berasal dari benih hasil penyerbukan terkendali
antara pohon-pohon plus dan klon hasil perbanyakan vegetatif dari pohon plus.
Pembuatan stek pucuk dilakukan dengan tahapan sebagai berikut
(Adinugraha, 2003)
1) Penyiapan media stek dalam polibag/kantong bibit/tabung bibit

2) Pembuatan stek dengan cara memotong trubusan menjadi beberapa bagian.


Satu stek terdiri atas 2 mata/nude. Tunas dipilih yang belum membentuk
jaringan gabus kemudian direndam stek pada larutan fungisida.

3) Sebelum ditanam bagian pangkal stek dicelupkan kedalam larutan ZPT,


kemudian stek ditanam pada media yang telah diberi lubang tanam terlebih
dahulu.

4) Bedengan stek ditutup plastik sungkup untuk memelihara kelembaban


udara tetap tinggi sekitar 90% dan perlu diberi naungan dengan intensitas
cahaya 15-25 % untuk bedengan tanpa pengabutan dan intensitas cahaya
30-50% untuk bedengan dengan sistem pengabutan.

5) Pemeliharaan rutin meliputi penyiraman, penyemprotan fungisida dan


pembersihan gulma dan setelah stek berakar stek disapih ke media
pertumbuhan agar bibit tumbuh baik sampai siap tanam. Biasanya bibit
sudah siap tanam pada umur 4 bulan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan pembibitan dengan teknik
stek pucuk adalah sebagai berikut :
1) Semakin tinggi pemangkasan akan mempengaruhi tingkat keberhasilannya.

2) Umur trubusan yang baik untuk bahan stek pucuk umunya sekitar 1 2
bulan. Bertambahnya umur tunas mengurangi daya perakaran stek. Untuk
memudahkan dalam menentukan masa panen tunas dapat dilihat dari
panjang tunas yaitu apabila telah mencapai panjang 30-40 cm (Longman,
1993).

3) Tipe pertumbuhan tunas harus diperhatikan dengan memilih tunas yang


memiliki pertumbuhan ke arah vertikal (ortotropic). Tunas yang bersifat
plagiotropic sebaiknya tidak digunakan karena akan menghasilkan bibit
yang tumbuhnya tidak normal (mendatar seperti cabang).

4) Posisi trubusan pada tonggak juga mempengaruhi kemampuan berakar stek.


Semakin tinggi posisi tunas pada tonggak maka kemampuan berakarnya
semakin rendah

5) Pengepakan bahan tanaman harus diperhatikan terutama apabila bahan stek


diambil dari lokasi yang jauh dari tempat pembibitan. Sebaiknya
penyetekan segera dilakukan setelah bahan stek tiba di pembibitan. Cara
pengepakan stek yang bisa dilakukan dengan membungkus bahan stek
dengan kertas koran basah, kemudian dimasukkan ke dalam es box yang
diisi es batu.
e. Teknik stek akar
Pembibitan dengan stek akar dilakukan dengan menanaman bagian akar
tanaman pada media tumbuh. Tanaman yang lazim diperbanyak dengan cara
stek akar adalah sukun, yang dilakukan dengan tahapan kegiatan sebagai
berikut :
1) Pengambilan akar
Akar yang baik untuk bahan stek adalah diameternya 2-3 cm yang
tumbuh muncul atau menjalar dekat permukaan tanah. Biasanya semakin
dalam posisi akar dalam tanah tingkat keberhasilan tumbuhnya menurun.
2) Pengepakan akar
Akar yang telah dipotong dari pohon induknya dibawa kelokasi
pembibitan, apabila lokasinya jauh maka untuk memelihara kesegaran akar
maka sebaiknya akar dibungkus kulit batang pisang.
3) Pemotongan akar
Untuk bahan stek akar dipotong sepanjang 10-15 cm. Akar yang
berukuran lebih besar dapat dibelah menjadiidari 3 cm dapat dibelah
menjad 2 bagian.
Bagian ujung akar (yang lebih muda) dipotong miring agar tidak terbalik
pada saat menanam. Setelah itu dilakukan pencucian dan perendaman
dalam air yang dicampur hormon/ZPT selama 10 menit.
4) Penanaman
Penanaman stek dilakukan pada media pasir dalam polibag dan setelah
tumbuh (3 bulan) disapih pada media tanah + pupuk. Selain itu stek akar
dapat ditanam pada bedengan pasir (dideder) dan setelah tumbuh tunas
dapat dipindah ke media campuran tanah dan kompos dalam polibag.
5) Pemeliharaan
Pemeliharaan bibit dilakukan secara rutin seperti penyiraman,
penyemprotan hama, pemupukan dan pembersihan gulma. Pemeliharaan
dilakukan sampai bibit siap tanaman.
f. Okulasi
Penempelan atau okulasi (budding) adalah penggabungan dua bagian
tanaman yang berlainan sedemikian rupa sehingga merupakan satu kesatuan
yang utuh dan tumbuh sebagai satu tanaman setelah terjadi regenerasi jaringan
pada bekas luka sambungan atau tautannya. Bagian bawah (yang mempunyai
perakaran) yang menerima sambungan disebut batang bawah (rootstock atau
understock) atau sering disebut stock. Bagian tanaman yang ditempelkan atau
disebut batang atas, entres (scion) dan merupakan potongan satu mata tunas
(entres).
Syarat batang bawah untuk okulasi dapat menggunakan biji asalan atau
"sapuan"untuk menghasilkan batang bawah, tetapi ada varietas durian
yang baik khusus untuk batang
bawah yaitu

varietas
bokor dan

siriwig, karena biji besar sehingga


mampu menghasilkan sistem perakaran yang baik

dan
tahan terhadap busuk akar. Berdiameter 3-5 mm, berumur
sekitar
3-4

bulan.
Dalam
fase pertumbuhan yang optimum (tingkat kesuburannya baik),
kambiumnya aktif, sehingga memudahkan dalam
pengupasan dan proses
merekatnya mata tempel ke
batang
bawah. Disarankan penyiraman
cukup (media cukup
basah).

Batang bawah dipupuk dengan Urea 1-2 minggu sebelum penempelan.


Gunakan media tanam dengan komposisi tanah subur :tanah,pupuk kandang
:sekam padi( 1:1:1). Gunakan polybag ukuran 15x20 cm yang sanggup
bertahan dari biji sampai 3 bulan siap tempel sampai dengan 3 bulan setelah
tempel, setelah periode tersebut polybag harus diganti dengan ukuran yang
lebih besar 20x30 cm, atau langsung ke polybag 30x40 cm tergantung
permintaan pasar dan seterusnya semakin besar pertumbuhan tanaman harus
diimbangi dengan ukuran besar polybag. Kecuali untuk alasan pengangkutan
jarak jauh untuk efisiensi tempat kita gunakan polybag yang lebih kecil dari
biasanya.
g. Teknik kultur jaringan
Pembibitan dengan cara kultur jaringan dilakukan dengan menggunakan
bahan biakan (eksplan) adalah bagian pucuk aksiler atau bagian embriyo suatu
tanaman. Tunas aksiler dapat diperoleh dengan dari bahan trubusan pada
kegiatan rejuvenasi dengan cara perendaman cabang (soaked branches)
(Herawan dan Husnaeni, 1996; Herawan, 2003). Tahapan kegiatan pembibitan
meliputi :
1) Sterilisasi eksplant untuk mencegah kontaminasi.
2) Induksi eksplant pada media agar
3) Multiplikasi/perbanyakan tunas
4) Perakaran
5) Aklimatisasi

Anda mungkin juga menyukai