Anda di halaman 1dari 37

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

MATA PELAJARAN : BIOLOGI


KELAS /SEMESTER : X MIPA/1
MATERI POKOK : KEANEKARAGAMAN
HAYATI

SMA NEGERI 3 CIREBON


JL.Ciremai Raya no. 63 Cirebon
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Satuan Pendidikan : SMA Negeri 3 Cirebon


Mata Pelajaran : Biologi
Kelas /Semester : X MIPA/1
Materi Pokok : Keanekaragaman Hayati
Alokasiwaktu : 6 x 45 menit (2 x pertemuan)

A. Kompetensi Inti (KI)


Kompetensi Sikap
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. Menunjukkan perilaku
jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),
santun, responsif, dan pro-aktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan social dan alam serta
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
KI 3 KI 4

Memahami, menerapkan, menganalisis Mengolah, menalar, menyaji, dan


pengetahuan faktual, konseptual, mencipta dalam ranah konkret dan ranah
prosedural berdasarkan rasa abstrak terkait dengan pengembangan dari
ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, yang dipelajarinya di sekolah secara
teknologi, seni, budaya, dan humaniora mandiri serta bertindak secara efektif dan
dengan wawasan kemanusiaan, kreatif, dan mampu menggunakan metoda
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban sesuai kaidah keilmuan.
terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah

2
B. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)

No KD Pengetahuan No KD Keterampilan
3.2 Menganalisis berbagai tingkat 4.2 Menyajikan hasil observasi berbagai
keanekaragaman hayati di tingkat keanekaragaman hayati di
Indonesia beserta ancaman dan Indonesia dan usulan upaya
pelestariannya beserta ancaman pelestariannya
dan pelestariannya

No IPK Pengetahuan No IPK Keterampilan

3.2.1. Menemukan konsep 4.2.1 Membuat laporan hasil pengamatan


keanekaragaman hayati tingkat berbagai tingkat keanekaragaman
gen dan jenis di lingkungan hayati tingkat gen dan spesies di
sekitar (C2) lingkungan sekitar (C6)

3.2.2. Memberikan contoh 4.2.2 Membuat laporan diskusi tentang


keanekaragaman hayati tingkat permasalahan serta upaya pelestarian
gen dan jenis dari hasil observasi keanekaragaman hayati di Indonesia
di lingkungan sekitar (C3)
3.2.3. Mengidentifikasi jenis-jenis
keanekaragaman tingkat
ekosistem yang ada di Indonesia
(C1)
3.2.4. Mengkomunikasikan keunikan
keanekaragaman hayati
Indonesia berdasarkan
persebarannya (C5)
3.2.5. Mengidentifikasi tumbuhan dan
hewan khas (endemis) Indonesia
(C1)
3.2.6. Memaparkan peranan
keanekaragaman hayati dalam
kehidupan manusia (C5)
3.3.7. Memaparkan peran aktivitas
manusia terhadap

3
keanekaragaman hayati (C5)
3.3.8. Menganalisis usaha pelestarian
keanekaragaman hayati di
Indonesia (C5)

C. Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan Pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan model pembelajaran
inquiry learning peserta didik dapat:
1. Menemukan konsep keanekaragaman hayati tingkat gen dan jenis di lingkungan
sekitar.
2. Memberikan contoh keanekaragaman hayati tingkat gen dan jenis dari hasil observasi
di lingkungan sekitar.
3. Mengidentifikasi jenis-jenis keanekaragaman tingkat ekosistem yang ada di
Indonesia.
4. Mengkomunikasikan keunikan keanekaragaman hayati Indonesia berdasarkan
persebarannya.
5. Mengidentifikasi tumbuhan dan hewan khas (endemis) Indonesia.
6. Memaparkan peranan keanekaragaman hayati dalam kehidupan manusia.
7. Memaparkan peran aktivitas manusia terhadap keanekaragaman hayati.
8. Menganalisis usaha pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia.
D. Materi Pembelajaran
1. Konsep Keanekaragaman Hayati
2. Keanekaragaman Hayati di Indonesia
3. Kegiatan Manusia yang Mempengaruhi Keanekargaman Hayati
4. Usaha Pelestarian Keanekaragaman Hayati Indonesia
E. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik

Pertemuan No IPK Metode


I 3.2.1 Inquiry Learning
3.2.2.
3.2.3.

II 3.2.4. Problem Beside Learning (PBL)


3.2.5.
3.2.6.
3.2.7.
3.2.8
4.2.1

F. Alat, Bahandan Media

4
1. Alat
Spidol, papan tulis, LKPD, alat tulis, Projektor, camera
2. Media
a. Contoh gambar Keanekaragaman Hayati (Tingkat gen, jenis dan ekosistem)
b. Tumbuhan yang ada di lingkungan sekitar
c. Power Point, LCD

G. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan I (3 x 45 menit)
No IPK Pengetahuan

3.2.1. Menemukan konsep keanekaragaman hayati tingkat gen dan jenis di


lingkungan sekitar (C2)

3.2.2. Memberikan contoh keanekaragaman hayati tingkat gen dan jenis dari
hasil observasi di lingkungan sekitar (C3)
3.2.3. Mengidentifikasi jenis-jenis keanekaragaman tingkat ekosistem yang ada
di Indonesia (C1)

5
AlokasiWa
Deskripsi Kegiatan Pembelajaran
ktu
I. Pendahuluan 15
a. Guru memberi salam, dilanjutkan dengan meminta salah seorang peserta didik
memandu doa, selanjutnya guru menyakan kabar kepada peserta didik,
dengan memberikan pertanyaan Bagaimana kabar Ananda hari ini?
b. Guru mengecak kesiapan ruang belajar
c. Guru memberikan apersepsi:
Pada bab sebelumnya, Ananda telah mempelajari tentang Ruang lingkup
Biologi. Dalam Bab ruang lingkup biologi, kita ketahui bahwa objek kajian
biologi dimulai dari tingkat molekul sampai dengan Bioma.
Guru meminta peserta didik untuk melihat lingkungan sekitar (mengamati
keanekaragaman tumbuhan di lingkungan sekolah), Menurut pendapat ananda,
apa yang membuat adanya perbedaan disetiap makhluk hidup?
(siswa menjawab)
Memberikan motivasi:
Dengan mempelajari keanekaragaman hayati kita akan mengetahui bahwa
setiap makhluk hidup beranekaragam yang membedakan makhluk hidup yang
satu dengan yang lain.
d. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indicator pembelajaran yang akan
dicapai dalam pembelajaran
e. Guru menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan
dilakukan peserta didik
f. Menyampaikan teknik penilaian yang akan digunakan yaitu sikap, kognitif, dan
psikomotor
g. Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok heterogen

Berpikir Kritis dan


Penyelesaian Masalah

Stimulus
Guru menampilkan contoh gambar keanekaragaman hayati tingkat gen, jenis
(spesies) dan ekosistem
Guru meminta peserta didik untuk menyampaikan apa yang terfikirkan setelah
melihat gambar tersebut dan kaitannya dengan pengetahuan yang dimiliki peserta
didik.
Problem Statement (Pertanyaan/Identifikasi Masalah)
Peserta didik mengajukan pertanyaan sesuai dengan hasil pengamatan
mengenai konsep keanekaragaman hayati tingkat gen, jenis (spesies) dan
Berpikir Kritis dan
ekosistem Penyelesaian Masalah

Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk


mengidentifikasi sebanyak mungkin pertanyaan yang berkaitan dengan
gambar yang disajikan dan akan dijawab melalui kegiatan belajar serta
pengamatan langsung di lingkungan6sekolah.
(pertanyaan peserta didik)

Data Collection (Pengumpulan Data)


Pertemuan II (3 x 45 menit)
No IPK Pengetahuan

3.2.4. Mengkomunikasikan keunikan keanekaragaman hayati Indonesia


berdasarkan persebarannya (C5)
3.2.5. Mengidentifikasi tumbuhan dan hewan khas (endemis) Indonesia (C1)

3.2.6. Memaparkan peranan keanekaragaman hayati dalam kehidupan manusia


(C5)
3.2.7. Memaparkan peran aktivitas manusia terhadap keanekaragaman hayati
(C5)
3.2.8. Menganalisis usaha pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia
(C5)

7
Berpikir Kritis dan
Penyelesaian Masalah Alokasi
Deskripsi Kegiatan Pembelajaran
Waktu
I. Pendahuluan 15
a. Guru memberi salam, dilanjutkan dengan meminta salah seorang peserta
didik memandu doa, selanjutnya guru menyakan kabar kepada peserta
didik, dengan memberikan pertanyaan Bagaimana kabar Ananda hari ini?
b. Guru mengecak kesiapan ruang belajar
c. Guru memberikan apersepsi:
Pada pertemuan sebelumnya, Ananda telah mengidentifikasi
keanekaragaman di lingkungan sekolah. Coba kita lihat lingkup
keanekaragaman di indonesia yang termasuk dalam daftar
megabiodiversity.
Guru membimbing peserta didik untuk memperhatikan gambar
keanekaragaman hayati di Indonesia (spesies yang berbeda sesuai wilayah
persebarannya), Menurut pendapat ananda, mengapa perbedaan spesies di
berbagai daerah di Indonesia dapat terjadi?
(siswa menjawab)
Memberikan motivasi:
Dengan mempelajari keanekaragaman hayati kita akan mengetahui bahwa
setiap makhluk hidup beranekaragam yang membedakan makhluk hidup
yang satu dengan yang lain serta memahami upaya pelestarian
keanekaragaman hayati di Indonesia.

a. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran yang


akan dicapai dalam pembelajaran
b. Guru menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan
dilakukan peserta didik
c. Menyampaikan teknik penilaian yang akan digunakan yaitu sikap, kognitif,
dan psikomotor
d. Guru membagi peserta didik dalam enam kelompok heterogen

Stimulus
Guru menampilkan contoh gambar keanekaragaman hayati di Indonesia
berdasarkan persebaran wilayahnya menggunakan Power Point
Guru meminta peserta didik untuk menyampaikan apa yang terfikirkan setelah
melihat gambar tersebut dan kaitannya dengan pengetahuan yang dimiliki peserta
Berpikir Kritis dan
didik. Penyelesaian Masalah

Problem Statement (Pertanyaan/Identifikasi Masalah)


Peserta didik mengajukan pertanyaan sesuai dengan hasil pengamatan
mengenai keanekaragaman hayati di Indonesia dan persebarannya
Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
8
mengidentifikasi sebanyak mungkin pertanyaan yang berkaitan dengan
gambar yang disajikan dan akan dijawab melalui kegiatan belajar
(pertanyaan peserta didik)
H. Sumber Belajar
1. Bahan ajar, gambar terkait keanekaragaman hayati tingkat gen, species, dan ekosistem
2. Vidio Pembelajaran tentang keanekaragaman hayati di Indonesia
3. Buku teks biologi
a. Lestari, Endang Sri dan idun kistinnah. 2010. Biologi Makhluk Hidup dan Lingkungannya untuk SMA/MA kelas XI. Bandung : Pusat
perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
b. Irnaningtyas. 2013. Biologi Untuk SMA kelas XI. Jakarta : Erlangga.
c. Campbell N.A. Mitchell LG, Reece JB, Taylor MR, Simon EJ. 2006. Biology, 5th ed. Benjamin Cummings Publishing Company, Inc.,
Redword City, England.
d. www.NGNSlifescienceeducation.com

I. Penilaian Hasil Belajar

No Teknik Instrumen Rubrik


No Aspek IPK Bentuk penilaian
Penilaian Penilaian Penilaian
IPK

1 Pengetahuan 3.6.1 Menemukan konsep keanekaragaman hayati Tes Tulis Esay Terlampir Terlampir
tingkat gen dan jenis di lingkungan sekitar
(C2)
3.6.2 Memberikan contoh keanekaragaman hayati Tes Tulis Esay Terlampir Terlampir
tingkat gen dan jenis dari hasil observasi di
lingkungan sekitar (C3)
3.2.3. Mengidentifikasi jenis-jenis keanekaragaman Tes Tulis Esay Terlampir Terlampir
tingkat ekosistem yang ada di Indonesia (C1)
3.2.4. Mengkomunikasikan keunikan Tes Tulis Esay Terlampir Terlampir
keanekaragaman hayati Indonesia
berdasarkan persebarannya (C5)
3.2.5. Mengidentifikasi tumbuhan dan hewan khas Tes Tulis Esay Terlampir Terlampir
(endemis) Indonesia (C1)
3.2.6. Memaparkan peranan keanekaragaman hayati Tes Tulis Esay Terlampir Terlampir
dalam kehidupan manusia (C5)
3.2.7. Memaparkan peran aktivitas manusia Tes Tulis Esay Terlampir Terlampir
terhadap keanekaragaman hayati (C5)
3.2.8. Menganalisis usaha pelestarian Tes Tulis Esay Terlampir Terlampir
keanekaragaman hayati di Indonesia (C5)
2 Keterampilan 4.2.1 Membuat laporan hasil pengamatan berbagai Penugasan Instrumen Terlampir Terlampir
tingkat keanekaragaman hayati tingkat gen PenilaianTugas

dan spesies di lingkungan sekitar (C6)

10
Cirebon, 22 Agustus 2017
Mengetahui,
Kepala SMAN 3 Cirebon Guru Mata Pelajaran Biologi,

Naning Priyatnaningsih, S.Pd, M.Pd Emay, S.Pd, S.ST, M.Pd


NIP. 196411 NIP. 19670517 200501 2 006

Lampiran
Penilaian KI 1
INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP SPIRITUAL

(LEMBAR OBSERVASI)

A. Petunjuk Umum
1. Instrument penilaian sikap ini berupa Lembar Observasi
2. Instrumen ini diisi oleh guru yang mengajar peserta didik yang dinilai.
B. Petunjuk Pengisian
Berdasarkan pengamatan anda selama 2 minggu terakhir, nilailah sikap tiap peserta
didik anda dengan memberi skor 4,3,2 atau 1 pada Lembar Observasi dengan
ketentuan sebagai berikut:
4 = apabila SELALU melakukan perilaku yang diamati
3 = apabila SERING melakukan perilaku yang diamati
2 = apabila KADANG-KADANG melakukan perilaku yang diamati
1 = apabila TIDAK PERNAH melakukan perilaku yang diamati
C. Lembar Observasi
LEMBAR OBSERVASI
Kelas : ..
Semester : ..
Tahun Ajaran : ..
Periode Pengamatan : Tanggal .. s.d
Butir Nilai : Mengamati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
Indikator Sikap :

Indikator Sikap Deskripsi Skor


1. Peserta didik Selalu menghayati dan mengamalkan ajaran 4
menghayati dan agama yang dianutnya.
mengamalkan ajaran Sering menghayati dan mengamalkan ajaran 3
agama yang dianutnya.

11
agama yang Kadang-kadang menghayati dan mengamalkan 2
dianutnya. ajaran agama yang dianutnya.
Tidak pernah menghayati dan mengamalkan 1
ajaran agama yang dianutnya.
2. Peserta didik Selalu merasakan kebesaran Tuhan 4
merasakan kebesaran Sering merasakan kebesaran Tuhan 3
Tuhan Kadang-kadang merasakan kebesaran Tuhan 2
Tidak pernah merasakan kebesaran Tuhan 1
Lembar Penilaian :

Skor Aspek yang


Jumlah
dinilai (1-4) Skor Tuntas/
Perolehan
No Nama Peserta Indikator Akhir Tidak
Skor
Didik 1 2 Tuntas
1
2
3
4
5
6

Cirebon, 22 Agustus 2017


Mengetahui,
Kepala SMAN 3 Cirebon Guru Mata Pelajaran Biologi,

Naning Priyatnaningsih, S.Pd, M.Pd Emay, S.Pd, S.ST, M.Pd


NIP. 196411 NIP. 19670517 200501 2 006

12
Penilaian KI 2
INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP SOSIAL

(LEMBAR OBSERVASI)

A. Petunjuk Umum
1. Instrument penilaian sikap ini berupa Lembar Observasi
2. Instrumen ini diisi oleh guru yang mengajar peserta didik yang dinilai.
B. Petunjuk Pengisian
Berdasarkan pengamatan anda selama 2 minggu terakhir, nilailah sikap tiap peserta
didik anda dengan memberi skor 4,3,2 atau 1 pada Lembar Observasi dengan
ketentuan sebagai berikut:
4 = apabila SELALU melakukan perilaku yang diamati
3 = apabila SERING melakukan perilaku yang diamati
2 = apabila KADANG-KADANG melakukan perilaku yang diamati
1 = apabila TIDAK PERNAH melakukan perilaku yang diamati
C. Lembar Observasi
LEMBAR OBSERVASI
Kelas : ..
Semester : ..
Tahun Ajaran : ..
Periode Pengamatan : Tanggal .. s.d
Butir Nilai : Mengamati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli, gotong royong, kerjasama, cinta
damai, responsif, dan proaktif)dan menunjukkan sikap sebagai
bagian dari sousi atas berbagai permasalahan
Indikator Sikap :

Indikator Sikap Deskripsi Skor


3. Peserta didik Selalu menerapkan perilaku ilmiah dalam 4
kehidupan sehari-hari dianutnya.
menerapkan perilaku
Sering menerapkan perilaku ilmiah dalam 3
ilmiah dalam kehidupan sehari-hari dianutnya.
kehidupan sehari-hari Kadang-kadang menerapkan perilaku ilmiah 2
dalam kehidupan sehari-hari dianutnya.
dianutnya. Tidak pernah menerapkan perilaku ilmiah 1
dalam kehidupan sehari-hari dianutnya.
4. Peserta didik Selalu memecahkan permasalahan yang 4
berkaitan dengan keanekaragaman hayati.
memecahkan
Sering memecahkan permasalahan yang 3
permasalahan yang berkaitan dengan keanekaragaman hayati.
berkaitan dengan Kadang-kadang memecahkan permasalahan 2
yang berkaitan dengan keanekaragaman
hayati.

13
keanekaragaman Tidak pernah memecahkan permasalahan 1
yang berkaitan dengan keanekaragaman
hayati.
hayati.
Lembar Penilaian :

Skor Aspek yang dinilai (1-


Jumlah
4) r Tuntas/
Perolehan
No Nama Indikator Akhir Tidak
Skor
Peserta 1 2 Tuntas
Didik
1
2
3
4
5
6
Cirebon, 22 Agustus 2017
Mengetahui,
Kepala SMAN 3 Cirebon Guru Mata Pelajaran Biologi,

Naning Priyatnaningsih, S.Pd, M.Pd Emay, S.Pd, S.ST, M.Pd


NIP. 196411 NIP. 19670517 200501 2 00

PETUNJU

PENENTUAN NILAI SIKAP

1. Rumus Penghitungan Skor Akhir


Skor Akhir = Jumlah Perolehan Skor
Skor Maksimal X4x 4
Skor Maksimal = banyaknya indikator x4
2. Kategori nilai sikap peserta didik didasarkan pada Permendikbud no 81 A Tahun
2013 yaitu:
Sangat Baik (SB) : Apabila memperoleh Skor Akhir: 3,33<Skor Akhir4,00
Baik (B) : Apabila memperoleh Skor Akhir: 2,33<Skor Akhir3,33
Cukup (C) : Apabila memperoleh Skor Akhir: 1,33<Skor Akhir2,33
Kurang (K) : Apabila memperoleh Skor Akhir: <Skor Akhir1,33

14
LAMPIRAN 4
Lembar Penilaian Laporan Hasil Diskusi
Kelompok :
Kelas :
Materi :

Skor Skor yang diperoleh


No. Aspek yang dinilai
Maksimal Siswa
1. Sistematika laporan 4
2. Kelengkapan laporan 4
3. Kejelasan dan keruntutan
4
penulisan
4. Kebenaran konsep ide yang
4
dipaparkan
5. Ketepatan pemilihan kosakata 4
6. Kemampuan siswa
4
menjelaskan isi laporan
7. Usaha siswa dalam menyusun
4
laporan
8. Presentasi laporan percobaan 4
Skor Maksimal = 32/32 x 100 = 100

Saran Guru:
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
....................................................................................

Rubrik:

1. Sistematika laporan
4 = laporan dibuat sesuai sistematika penulisan, jelas dan benar

3 = laporan dibuat dengan benar tetapi kurang jelas

2 = laporan dibuat kurang benar dan kurang jelas

1 = laporan dibuat dengan sistematika yang salah


2. Kelengkapan laporan
4 = laporan dibuat secara lengkap sesuai petunjuk pembuatan laporan

3 = laporan dibuat tanpa kesimpulan

2 = laporan dibuat tanpa diskusi, kesimpulan, daftar pustaka

1 = laporan dibuat tidak lengkap (mencakup 3 unsur saja)


3. Kejelasan laporan
4 = laporan jelas, dapat dipahami, ditulis secara runtut

15
3 = laporan jelas, tetapi penulisan kurang runtut

2 = laporan kurang jelas, kurang sesuai dengan keruntutan penulisan

1 = laporan tidak jelas, tidak sesuai dengan keruntutan penulisan


4. Kebenaran konsep
4 = konsep/ide yang dipaparkan tepat, benar, dan sesuai dengan teori

3 = konsep/ide yang dipaparkan sesuai dengan teori tetapi kurang jelas

2 = konsep/ide yang dipaparkan kurang tepat

1 = konsep/ide yang dipaparkan tidak tepat


5. Ketepatan pemilihan kosakata
4 = menggunakan kata-kata yang tepat, menggunakan kalimat aktif

3 = menggunakan kata-kata yang kurang tepat, menggunakan kalimat aktif

2 = menggunakan kata-kata yang kurang tepat, tidak menggua\nakan kalimat aktif

1 = menggunakan kosakata yang salah


6. Kemampuan siswa menjelaskan isi laporan
4 = menguasai latar belakang, metode, diskusi, kesimpulan

3 = menguasai latar belakang, metode, dan diskusi

2 = menguasai latar belakang dan metode

1 = menguasai latar belakang saja


7. Usaha siswa dalam menyusun laporan
4 = berusaha melengkapi isi laporan, berusaha memperbaiki isi, tulisan rapi, mudah dibaca.

3 = sesuai aspek yang tercantum pada nomor 1, kecuali ada 1 aspek yang tidak dilakukan

2 = sesuai aspek yang tercantum pada nomor 1, kecuali ada 2 aspek yang tidak di lakukan

1 = tidak berusaha melengkapi dan memperbaiki isi laporan.

8. Presentasi laporan percobaan


4 = semua anggota kelompok aktif dan berusaha menjawab pertanyaan dengan benar.

3 = semua anggota kelompok aktif tetapi kurang berusaha menjawab pertanyaan dengan benar.

2 = beberapa anggota saja yang aktif namun ada usaha untuk menjawab pertanyaan dengan benar.

1 = beberapa anggota yang aktif namun kurang berusaha menjawab pertanyaan dengan benar.

Lampiran Materi

16
A. KONSEP KEANEKARAGAMAN HAYATI
1. Pengertian Keanekaragaman Hayati.

Keanekaragaman hayati merupakan pernyataan mengenai berbagai macam


(variasi) bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat yang terdapat pada berbagai tingkatan
makhluk hidup.
Menurut UU No. 5 tahun 1994, keanekaragaman hayati merupakan
keanekaragaman di antara makhluk hidup dari semua sumber, termasuk di antaranya
daratan, lautan, dan ekosistem akuatik (perairan) lainnya, serta komplek-komplek
Ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya, mencakup keanekaragaman
dalam spesies, antara spesies dengan ekosistem. Berdasarkan definisi dari undang-
undang tersebut, keanekaragaman hayati terdiri atas tiga tingkatan, yaitu
keanekaragaman gen, keanekaragaman jenis, dan keanekaragaman ekosistem.
2. Tingkat Keanekaragaman Hayati
a. Keanekaragaman Tingkat Genetik ( gen )
Gen merupakan faktor pembawa sifat keturunan yang terdapat dalam
kromosom. Setiap susunan gen akan memberikan penampakan ( fenotipe ), baik
anatomi maupun fisiologi pada setiap organisme.
Contoh keanekaragaman hayati tingkat gen adalah keanekaragaman warna
pada bunga tanaman mawar. Tanamanini memiliki bunga yang berwarna-warni,
dapat berwarnamerah, putih, atau kuning. Pada tanaman jeruk, kamu dapat
menemukan variasi pada bentuk buah, rasa, dan warnanya.Demikian juga pada
ayam, kamu dapat membedakan bentukdan ukuran tubuh, warna bulu, dan
bentuk pial (jengger) antaraayam kampung, ayam cemani, ayam hutan, ayam
leghorn, ayambangkok, dan ayam kate.
Mengapa terjadi variasi genetik dalam satu spesies, padahaljumlah
kromosomnya sama? Variasi gen dapat terjadi karenaadanya perkawinan dan
mutasi. Keturunan dari hasilperkawinan memiliki susunan perangkat gen yang
merupakankombinasi dari perangkat gen kedua induk/orang tuanya.Kombinasi
ini akan menyebabkan keanekaragaman individudalam satu spesies berupa
varietas-varietas (varitas). Sedangkanmutasi adalah perubahan susunan materi
genetik. Karenasusunan materi genetik berubah maka terjadi perubahan ciriatau
sifat yang menimbulkan keanekaragaman fenotipe.
Perbedaan susunan gen akan menyebabkan perbedaan penampakan baik satu
sifat atau secara keseluruhan. Perbedaan tersebut akan menghasilkan variasi
pada suatu spesies. Hal ini disebabkan adanya keanekaragaman gen atau struktur
gen pada setiap organisme.
Keanekaragaman tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya variasi dalam
satu jenis (spesies). misalnya :

17
1) variasi jenis kelapa : kelapa gading, kelapa hijau, kelapa kopyor
2) variasi jenis padi : IR, PB, Rojolele, Sedani, Barito, Delangu, Bumiayu, dan
sebagainya

3) variasi jenis anjing : anjing bulldog, doberman, Collie, herder, anjing


kampung, dan sebagainya

4) variasi jenis bunga mawar : Rosa gallica, Rosa damascene, Rosa canina

5) Allium ascolicum (bawang merah), Allium sativum (bawang putih), Allium


fistulosum (locang).

Yang menyebabkan terjadinya variasi dalam satu jenis ( fenotif ) adalah


faktor gen ( genotif ) dan faktor lingkungan ( environment ), sehingga dapat
dituliskan rumus berikut :

F=G+L

F = fenotip (sifat yang tampak)


G = genotif (sifat yang tidak tampak dalam gen)
L = lingkungan.

Jika Genotip berubah karena suatu hal (misalnya mutasi) atau lingkungan
berubah maka akan terjadi perubahan di Fenotip.

Gambar 1 Keanekaragaman Hayati tingkat gen

b. Keanekaragaman Tingkat Species (Jenis)

18
Dua makhluk hidup mampu melakukan perkawinan dan menghasilkan
keturunan yang fertil (mampu melakukan perkawinan dan menghasilkan
keturunan) maka kedua makhluk hidup tersebut merupakan satu spesies.
Keanekaragaman jenis merupakan seluruh variasi pada makhluk hidup yang
berbeda jenisnya dan dapat diamati dengan mudah.Tentu kamu dapat
membedakan jenis kacang-kacangan, sepertikacang tanah, kacang buncis,
kacang kapri, dan kacang hijau Atau membedakan kelompok hewan antara
kucing, harimau,singa, dan citah. Untuk mengetahui keanekaragaman hayati
tingkat jenis, salah satu caranya adalah dengan mengamati ciri-ciri fisiknya,
misalnya bentuk dan ukuran tubuh, warna,kebiasaan hidup, dan lain-lain.
Walaupun kacang-kacangan termasuk dalam satu familia Leguminosae dan
hewan-hewan tersebut termasuk dalam satu familia/suku Felidae, tetapi diantara
mereka terdapat perbedaan-perbedaan sifat yang mencolok. Misalnya, perbedaan
warna bulu, tipe lorengnya,ukuran tubuh, tingkah laku, dan lingkungan
hidupnya.
Keanekaragaman hayati tingkat jenis menunjukkan keanekaragaman atau
variasi yang terdapat pada berbagai jenis atau spesies makhluk hidup dalam
genus yang sama atau familia yang sama. Pada berbagai spesies tersebut terdapat
perbedaan-perbedaan sifat.
Contoh :
1) famili Fellidae : kucing, harimau, singa
2) famili Palmae : kelapa, aren, palem, siwalan, lontar

3) famili Papilionaceae : kacang tanah, kacang buncis, kacang panjang, kacang


kapri

4) familia graminae : rumput teki, padi, jagung

5) genus Ipomoea : ketela rambat (Ipomoea batatas) dan kangkungan


(Ipomoea crassicaulis)

19
6) genus Ficus : pohon beringin (Ficus benjamina) dan pohon Preh (Ficus
ribes)

Gambar 2. Keanekaragaman hayati tingkat Jenis

c. Keanekaragaman Tingkat Ekosistem


Ekosistem berarti suatu kesatuan yang dibentuk oleh hubungan timbal balik
antara makhluk hidup (komponen biotik) dan lingkungannya (komponen
abiotik). Setiap ekosistem memiliki ciri-ciri lingkungan fisik, lingkungan kimia,
tipe vegetasi/tumbuhan, dan tipe hewan yang spesifik. Kondisi lingkungan
makhluk hidup ini sangat beragam. Kondisi lingkungan yang beragam tersebut
menyebabkan jenis makhluk hidup yang menempatinya beragam pula.
Keanekaragaman seperti ini disebut sebagai keanekaragaman tingkat ekosistem.
Lingkungan hidup terdiri dari komponen biotik dan komponen abiotik.
Komponen biotik meliputi berbagai jenis makhluk hidup. Komponen abiotik
meliputi faktor fisik danfaktor kimia. Faktor fisik misalnya iklim, cahaya,
batuan, air,tanah, dan kelembaban. Faktor kimia meliputi salinitas (kadar
garam), tingkat keasaman, dan kandungan mineral. Komponenbiotik maupun
abiotik dalam suatu ekosistem sangat beragam,sehingga ekosistem yang
terbentuk akan bervariasi pula. Didalam ekosistem, terjadi hubungan timbal
balik antara makhluk hidup dengan lingkungan biotik maupun abiotik.Salah satu
penyebab keanekaragaman hayati tingkat ekosistem adalah perbedaan letak
geografis. Perbedaan letak geografis menyebabkan perbedaan iklim. Perbedaan
iklim menyebabkan terjadinya perbedaan temperatur, curah hujan, intensitas

20
cahaya matahari, dan lamanya penyinaran. Keadaan ini akan berpengaruh
terhadap jenis-jenis flora (tumbuhan) dan fauna (hewan) yang menempati suatu
daerah. Di daerah dingin terdapat bioma tundra yang ditumbuhi sejenis lumut.
Hewan yang dapat hidup antara lain rusa kutub dan beruang kutub.
Faktor abiotik yang mempengaruhi faktor biotik di antaranya adalah iklim,
tanah, air, udara, suhu, angin, kelembapan, cahaya, mineral, dan tingkat
keasaman. Variasi faktor abiotik menimbulkan kondisi berbeda pada setiap
ekosistem. Untuk mengetahui adanya keanekaragaman hayati pada tingkat
ekosistem, dapat dilihat dari satuan atau tingkatan organisasi kehidupan di
tempat tersebut.
Secara garis besar, terdapat dua ekosistem utama, yaitu ekosistem daratan
(eksosistem terestrial) dan ekosistem perairan (ekosistem aquatik). Ekosistem
darat terbagi atas beberapa bioma, di antaranya bioma gurun, bioma padang
rumput, bioma savana, bioma hutan gugur, bioma hutan hujan tropis, bioma
taiga, dan bioma tundra.
Bioma diartikan sebagai kesatuan antara iklim dominan dan vegetasi serta
hewan yang hidup di dalam iklim dominan tersebut. Bisa juga diartikan suatu
daratan luas yang memiliki karakteristik komponen biotik dan abiotik.
Adapun ekosistem perairan dapat dibagi menjadi ekosistem air tawar,
ekosistem laut, ekosistem pantai, ekosistem hutan bakau, dan ekosistem terumbu
karang. Pembahasan mengenai ekosistem dapat anda pelajari lebih jelas pada
Bab Ekosistem.

Gambar 3. Keanekaragaman hayati tingkat ekosistem

Keanekaragaman ekosistem terbentuk dari keanekaragaman gen dan jenis,


sehingga dapat digambarkan suatu urutan berikut :

Gen > keanekaragaman gen > keanekaragaman jenis >


keanekaragaman ekosistem

21
Misal : Beberapa spesies Palmae (kelapa, siwalan, dan aren berinteraksi
dengan lingkungan abiotik yang berbeda sehingga terbentuk ekosistem yang
berbeda pula diantara ketiga spesies tersebut. Kelapa di ekosistem pantai,
siwalan di ekosistem savana, dan aren di ekosistem hutan basah

B. KEANEKARAGAMAN HAYATI INDONESIA


1. Keanekaragaman Tumbuhan

Indonesia sangat kaya akan jenis-jenis tumbuhan. Semua suku utama tumbuhan
yang hidup di Bumi dapat ditemukandi Indonesia. Indonesia memiliki sekitar 38.000
jenis tumbuhan,3.000 jenis lumut, 4.000 jenis paku, dan 20.000 jenis tumbuhanbiji (8%
dari dunia) yang telah diselidiki. Dari sekian ribu jenistumbuhan yang ada, diperkirakan
hanya 10% yang telahdimanfaatkan masyarakat sebagai bahan pangan, tanaman
hias,obat-obatan, bahan bangunan, bahan industri, dan sebagainya.Ironisnya banyak
jenis tanaman yang dibudidayakan diIndonesia didatangkan dari luar negeri, bukan hasil
pemuliaansumber daya hayati asli, misalnya kentang, singkong, wortel, kopi, karet, dan
kelapa sawit. Hal ini bukan berarti keanekaragaman hayati di Indonesia tidak dapat
dimanfaatkan,namun karena upaya pengembangannya belum optimal. Banyak sekali
jenis tumbuhan yang belum diteliti yang diyakini berpotensi sebagai sumber obat, gizi,
dan plasma nutfah.Tugasmu sebagai generasi muda adalah berupaya keras
untukmengembangkan penelitian itu demi kesejahteraan bangsa dannegara. Oleh karena
itu kamu harus memperjuangkan agarsetiap jenis tumbuhan dapat dilestarikan,
meskipun saat inibelum diketahui manfaatnya.

2. Keanekaragaman Hewan
Indonesia juga terkenal sebagai negara yang kaya akankeanekaragaman hewan dan
banyak di antaranya merupakanhewan endemik. Dari hasil survei IBSAP pada tahun
2003diketahui bahwa di Indonesia terdapat 515 jenis mamalia (36%endemik, peringkat
pertama dunia), 35 jenis primate (25%endemik), 511 jenis reptil, 1.531 jenis burung
(sebagian jenisendemik), 270 jenis amfibi, dan 212 jenis kupu-kupu (44%endemik).
Hewan yang endemik misalnya harimau jawa, jalakbali putih di Bali, badak bercula satu
di Ujung Kulon (Jawa Barat),binturong, monyet, tarsius di Sulawesi Utara, kukang dan
maleohanya di Sulawesi, komodo di Pulau Komodo dan sekitarnya.
Berdasarkan garis Wallace dan garis Weber, persebaranhewan-hewan di Indonesia
meliputi daerah oriental di kawasanbarat, daerah australia di kawasan timur, dan daerah
peralihan.

22
a. Hewan di daerah oriental, meliputi berbagai hewan asiaseperti primata (kera,
monyet, bekantan, orangutan, tarsius,dan sebagainya), berbagai mamalia besar
(gajah, banteng,orangutan, kera, tapir, badak, harimau, rusa, babi hutan),dan
berbagai jenis burung berkicau (jalak, perkutut,kutilang, dan sebagainya).
b. Hewan di daerah australia, meliputi berbagai mamalia kecil,marsupalia atau
mamalia berkantung (kangguru, oposum,wallabi, dan sebagainya), dan berbagai
jenis burung yangwarnanya mencolok (cendrawasih, kakatua, dan sebagainya)
c. Hewan di daerah peralihan, meliputi berbagai jenis hewandari tipe asia dan
australia, misalnya tarsius, anoa, babi,oposum, babirusa, burung hantu, dan
burung maleo.
C. Upaya Pelestarian Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati atau biodiversitas (biological divercity) adalah berbagai
macam variasi bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat yang tampak pada berbagai
tingkatan persekutuaan mahluk hidup yang meliputi tingkatan ekoistem, tingkatan jenis
(spesies), dan keanekaragaman ekosistem.
1. Pelestarian secara in situ
Pelestarian secara in situ adalah pelestarian yang dilakukan di habitatnya. Contoh
dari pelestarian ini adalah hutan lindung, taman nasional, perlindungan bunga bangkai
di Maluku, dan perlindungan komodo di pulau komodo.
Contoh pelestarian insitu antara lain :
a) Taman Nasional Ujung Kulon

Taman nasional ujung kulon ini merupakan tempat populasi yang baik
bagi badak jawa (Rhinoceros) taman nasional ini banyak memiliki hal yang
menarik sebab letusan karakatau yang pernah terjadi membentuk alam yang indah
dan unik.

b) Taman Nasional Tanjung Putting

Taman nasioanal tanjung puting di kenal karena pusat rehabilitasi orang


utan ( pongo pigmeus). Tipe vegetasi yang dominan di kawasan ini adalah palem-
paleman, pandan- pandanan, dan berbagi jenis epifit.

c) Taman Nasional Gunung Gede- Pangrango ( Jawa Barat)

Taman nasioanal gunug gede pangrango sangat kaya akan flaura dan
fauna. Edelweiss jawa tumbuh subur di kawasan ini. Di taman nasional ini
terdapat leopard (panther pardus), monyet jawa, dan gibon.

2. Pelestarian secara eks situ


Pelestarian secara eks situ adalah pelestarian yang dilakukan diluar habitatnya
dan dipelihara di tempat lain. Contoh pelestarian eks situ adalah kebun koleksi yang
mengoleksi berbagai jenis hewan atau tumbuhan yang asalnya berbeda dikumpulkan
dalam satu tempat, seperti burung jalak bali yang di tangkarkan di kebun binatang
Surabaya.
a) Kebun Botani

23
Kebun raya bogor di Jawa Barat, kebun raya bedugal di bali atau kebun
raya jantho ? kebun raya tersebut merupakan upaya pelestarian sumber daya alam
secara ex situ.
b) Kebun Plasma Nutfah

Kebun plsma nutfah adalah kebun koleksi untuk mengembangkan plasma


nutfah yang unggul. Di Indonesia kebun seperti ini masih sangat jarang dan baru
di rintis oleh lembaga ilmu pengetahuan.

c) Kebun Koleksi

Kebun koleksi yaitu kebun yang berisikan berbagai jensi nutfah tanaman
yang selanjuntnya akan di pertahankan dan dikembangkan dalam keadaan hidup.

D. Manfaat Keanekaragaman Hayati


Semua kekayaan alam baik biotik maupun abiotik yangdapat dimanfaatkan untuk
kesejahteraan manusia merupakansumber daya alam. Tumbuhan, hewan, manusia, dan
mikrobamerupakan sumber daya alam hayati, sedangkan faktor abiotiklainnya merupakan
sumber daya alam nonhayati. Jadi sumberdaya alam adalah semua kekayaan bumi, baik
biotik maupunabiotik yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhandan
kesejahteraan manusia. Pemanfaatan sumber daya alamharus diikuti oleh pemeliharaan
dan pelestarian karena sumberdaya alam bersifat terbatas.
Keanekaragaman hayati yang dimiliki oleh Indonesia sangatbermanfaat bagi
kesejahteraan manusia dan kelangsungankehidupan. Beberapa manfaat keanekaragaman
hayati adalahsebagai berikut.
1. Manfaat Ekonomi
Secara ekonomi keanekaragaman hayati merupakan sumberpendapatan
masyarakat dan devisa negara. Misalnya untukbahan baku industri, mebel dan
peralatan rumah tangga, bahanobat, bahan makanan, rempah-rempah, tanaman hias,
danperkebunan. Bahan-bahan tersebut dapat diperdagangkan baik di dalam negeri
maupun untuk ekspor sebagai bentuk kegiatan ekonomi.
2. Manfaat Biologis
Keanekaragaman hayati memiliki manfaat biologis sebagai penunjang
kelangsungan kehidupan semua makhluk hidup. Tumbuhan menghasilkan gas
oksigen pada proses fotosintesisyang digunakan oleh hewan dan manusia untuk
bernapas.Tumbuhan merupakan produsen yang menghasilkan bahan organik seperti
biji, buah, umbi, dan dedaunan sebagai bahan makanan makhluk hidup lain. Hewan
dimanfaatkan sebagaibahan makanan, sandang, dan hiburan oleh manusia.
Jasad renik berperan sebagai dekompser yaitu mengubah bahanorganik menjadi
bahan anorganik. Nilai biologis yang lain adalah sebagai sumber plasma nutfah untuk
keperluan pemuliaan guna memperoleh jenis-jenis unggul.

24
3. Manfaat Ekologis
Keanekaragaman hayati merupakan komponen ekosistemyang sangat penting
dalam menjaga keseimbangan alam. Setiap komponen ekosistem saling berinteraksi
secara harmonis,sehingga gangguan terhadap salah satu komponen
dapatmenyebabkan perubahan ekosistem. Indonesia mempunyai hutan hujan tropis
yang memiliki nilai ekologis yang pentingbagi bumi, antara lain sebagai paru-paru
bumi, menjaga kestabilan iklim global, dan membantu menurunkan tingkat
pencemaran udara, serta mengurangi efek rumah kaca.
4. Manfaat Sosial
Keanekaragaman hayati secara alami merupakan bagian sistem sosial dan budaya
masyarakat setempat. Kegiatan mereka tidak dapat terlepas dari keanekaragaman
hayati dilingkungannya. Kamu dapat mengamati pola hidup suku-suku di pedalaman,
mereka yang lebih mengandalkan potensi alam dibandingkan dengan masyarakat
kota. Keanekaragaman hayati juga berpotensi untuk dikembangkan sebagai tempat
rekreasi,olah raga, hiburan, dan pendidikan.

25
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK

Kelompok :
Anggota : 1.
2.
3.
4.
5.
6.

Materi Pokok : Keanekaragaman Hayati


Kelas/Semester : X MIPA / 1
Kompetensi Dasar : 4.2. Menyajikan hasil observasi berbagai tingkat keanekaragaman ha
yati di Indonesia dan usulan upaya pelestariannya.
Indikator : 4.2.1. Membuat laporan hasil pengamatan berbagai tingkat keanekara
gaman hayati tingkat gen dan spesies di lingkungan sekitar.
.
Alat dan Bahan
1. Tumbuhan di lingkungan sekitar.
2. Alat tulis.

Cara Kerja
1. Amatilah ciri-ciri tumbuhan di sekitar. Ciri-ciri yang diamati meliputi bagian daun, batang,
bunga dan buah.
2. Tuliskan hasil pengamatan pada tabel hasil pengamatan.

Tabel Hasil Pengamatan


Tingkat Tumbuhan Ciri Tumbuhan yang diamati
No. Keanekaragaman yang
Daun Batang Bunga Buah
Hayati diamati
1.

2.

26
3.

4.

5.

Pertanyaan Diskusi
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, termasuk ke dalam tingkat keanekaragaman
hayati apa sajakah yang ditemukan? Kemukakan beserta alasannya

27
LAMPIRAN
Contoh Gambar Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman Tingkat Gen

Keanekaragaman Tingkat Spesies (Jenis)

Keanekaragaman Tingkat Ekosistem

28
Kuis (Make a match)
Keanekaragaman Tingkat Gen

Keanekaragaman Tingkat Spesies (Jenis)

29
LAMPIRAN

Hutan Bandung Jadi Lautan Api di Tengah Malam

Liputan6.com, Bandung - Areal hutan dan lahan seluas 10 hektare (ha) di kawasan Bukit
Pasir Tengah, Desa Laksana, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, terbakar,
pada Minggu, 27 Agustus 2017 tengah malam.

Kepala Bidang Humas Polda Jabar Kombes Pol Yusri Yunus mengatakan, kondisi hutan yang
terbakar berupa lahan yang ditumbuhi semak belukar dan ilalang. Kobaran api terus menyala
hingga menjelang tengah malam karena dipicu angin yang cukup besar.

"Pada pukul 23.30 WIB, api sudah mulai mengecil. Namun, karena besarnya angin, sampai
saat ini api masih menyala," katanya sebagaimana dilansir Antara. Untungnya, lokasi
kebakaran hutan berada cukup jauh dari kawasan permukiman penduduk sehingga tidak
begitu membahayakan masyarakat. Yusri menambahkan, hutan itu berjarak kurang lebih 7
kilometer (km) dari permukiman.

"(Jarak dari hutan) Sekitar 7 km, sehingga tidak terlalu membahayakan masyarakat, ujarnya.
Hingga kini, dugaan terbakarnya hutan yang menjadi perbatasan Bandung dan Garut itu
lantaran teriknya matahari pada musim kemarau. "Penyebab terjadinya kebakaran hutan
diduga karena teriknya matahari akibat musim kemarau," katanya.

Ia menambahkan, jajarannya telah disiagakan dan selalu berkoordinasi dengan petugas


BKSDA dan pemadam kebakaran Pertamina untuk mengatasi kebakaran hutan. "Langkah
awal kepolisian, Polsek Ibun bersama dengan pemadam kebakaran dari Pertamina
mendatangi lokasi kebakaran," katanya.

30
Kerusakan Hutan, Pembalakan Liar hingga Penambangan Emas Ilegal

Liputan6.com, Pekanbaru - Empat terduga pelaku illegal logging atau pembalakan liar atau
pontang-panting dengan kehadiran puluhan personel Brimob Polda Riau di kawasan Cagar
Biosfer Giam Siak Kecil, Kabupaten Bengkalis. Tiga di antaranya berhasil kabur di tengah
hutan. Satu lagi bernasib apes dan ditangkap tim yang dipimpin langsung Kapolda Riau Irjen
Pol Zulkarnain bersama Dirjen Penegakan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (LHK), Rasio Ridho Sani, Senin siang, 27 Februari 2017.

"Sempat terjadi tembak-tembakan, maksudnya petugas yang mengeluarkan tembakan.


Satunya bernasib apes dan ditangkap," kata Zulkarnain di Mapolda Riau sepulang dari
kawasan lindung itu, Senin malam lalu. Didampingi Kabid Humas Polda Riau Kombes Pol
Guntur Aryo Tejo, Zulkarnain menyebut pelaku yang diamankan bernama Mirin. Dia disebut
sebagai pekerja yang diperintahkan cukong menebang kayu alam di biosfer.

"Pengakuannya diupah Rp 1,5 juta sekali masuk. Kemudian kayu dijual ke cukong tadi Rp
700 ribu untuk jenis meranti dan Rp 600 ribu kayu campuran per kubik yang sudah diolah,"
kata Zulkarnain. Siapakah cukong atau pemodalnya? Zulkarnain menyebut penyidik
Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Riau masih memeriksa intensif pelaku ini.
Zulkarnain juga berjanji bakal mengusut hingga ke cukong dimaksud. Pasalnya dia sudah
berkomitmen bakal memberantas habis pelaku illegal logging di biosfer, termasuk anggota
Polri yang diduga bermain.

"Dari awal sudah saya tegaskan, jangan main-main. Saya sikat semuanya, ini komitmen
Polda Riau memberantas pembalakan liar," Zulkarnain menegaskan. Mantan Kapolda

31
Maluku Utara ini menyebut tim yang dipimpinnya menemukan sekitar 65 kubik kayu yang
sudah diolah menjadi papan dan balok di sebuah lokasi. Turut pula diamankan 48 kubik yang
sudah diangkut sampai ke desa.

"Pintu keluarnya cuma satu, kanalnya juga begitu, maksudnya yang sampai ke pintu masuk.
Semuanya sudah dimusnahkan," kata Zulkarnain. Turun ke biosfer, Kapolda Riau menyebut
menyusuri beberapa lokasi. Dan hampir di setiap lokasi ditemukan kayu-kayu yang sudah
ditebang dan diolah. Hanya saja pembalak liarnya tidak ditemukan karena sudah kabur
duluan.
"Sudah bocor, makanya pada menghilang. Kecuali yang ditangkap satu itu, apes nasibnya,"
sebut Zulkarnain. Menurut dia, operasi ini dilakukan sejak Jumat pekan lalu. Ia kemudian
memimpin operasi pada Senin. Di lokasi, ia menaiki sampan menelusuri kanal-kanal di
kawasan inti dan penyanggah biosfer. Di kanal atau parit yang digali manusia, ditemukan
rakit-rakit kayu hasil tebangan. Kayu yang dirakit ini dialirkan menuju muara kanal dan
nantinya diangkut memakai truk yang sudah menunggu.

Pembalak Liar Merajalela Sementara itu, Rasio Ridho Sani menyebut operasi yang
dilakukan Kementerian LHK bersama Polri sebagai upaya penyelamatan biosfer dari
pembalak liar yang kian merajalela di kawasan tersebut. "Cagar Biosfer ini sangat penting,
harus diselamatkan. Bukan hanya untuk warga Riau, tapi masyarakat dunia. Illegal logging di
lokasi ini sudah menjadi perhatian banyak orang," kata dia. Dia mengatakan pula,
pemusnahan barang bukti di lokasi bertujuan memberikan efek jera bagi pelaku pembalakan
liar, termasuk ditangkapnya terduga pelaku, Mirin.

"Mudah-mudahan menimbulkan efek jera," Rasio menegaskan. Dia menerangkan, Cagar


Biosfer terdiri dari kawasan inti, penyanggah dan transisi. Dan pembalak liar sudah
merambah ke kawasan inti serta menebang kayu-kayu alam yang sangat penting bagi
ekosistem. "Diharapkan setelah pemberantasan illegal logging ini, biosfer menjadi tempat
penelitian dan sumber ekonomi. Tentunya bukan dalam bentuk pembalakan liar
ekonominya," ujar Rasio.

32
Setop Pembukaan Lahan Hutan Untuk Perkebunan Sawit

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebaiknya


menghentikan pembukaan hutan untuk lahan perkebunan kelapa sawit, dengan
memperpanjang kebijakan moratorium kelapa sawit, kata pakar lingkungan dari Universitas
Gadjah Mada Tjut Sugandawaty Djohan. "Hal itu dilakukan untuk melindungi keberadaan
hutan hujan tropika Indonesia yang tersisa hanya sekitar 33 persen atau 43 juta hektare dari
luas hutan Indonesia yang mencapai 130 juta hektare," katanya di Yogyakarta, Jumat.

Menurut dia, kerusakan hutan itu akibat pembukaan lahan untuk kelapa sawit. Kerusakan
hutan Indonesia sudah sangat masif dalam 30 tahun terakhir, salah satu penyebabnya adalah
semakin banyak daerah yang membuka izin pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit.
Bahkan, hutan yang termasuk kawasan hutan lindung dan hutan konservasi tidak luput dari
dampak izin pembukaan lahan kelapa sawit tersebut. Hutan Taman Nasional Tesso Nilo di
Riau sekitar 60 persen luas hutannya sudah menjadi perkebunan sawit.

"Hal itu sungguh memprihatinkan, sampai-sampai Harrison Ford (aktor Hollywood-red) saja
'marah' saat bertemu dengan Menteri Kehutanan (Zulkifli Hasan) waktu itu," kata peneliti
ekologi dan konservasi dari Fakultas Biologi UGM itu. Ia mengatakan tidak mudah
mengembalikan lahan perkebunan kelapa sawit untuk menjadi hutan. Satu-satunya jalan
adalah menutup peluang penambahan pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit yang baru.

"Hal itu membutuhkan tindakan tegas Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti
Nurbaja. Saya mengapresiasi langkah Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti yang
melakukan langkah tegas menyelamatkan sumber daya laut dari kapal-kapal asing yang
mengambil ikan secara ilegal," katanya.

33
Ternyata Ini Penyebab Air Sungai Bah Bolon di Siantar Jadi Merah

PEMATANGSIANTAR - Penyebab air Sungai Bah Bolon berubah menjadi merah akhirnya
terjawab. Diduga, ada warga yang membuang limbah pewarna kain di aliran sungai di Jalan DI
Panjaitan, Kelurahan Naga Huta, Kecamatan Siantar Selatan, Kota Pematangsiantar.

Menurut warga Jalan DI Panjaitan, Parsaoran, setelah menerima informasi penyebab berubahnya
air Sungai Bah Bolon berawal dari aliran sungai di kawasan Simpang Dua, warga langsung
menelusurinya. Warga lalu menemukan bungkusan berisi zat pewarna kain yang dibuang di
dekat aliran sungai.

Warga menemukan bungkusan yang isinya semacam pewarna kain untuk ulos, yang dibuang di
dekat aliran sungai. Itu yang membuat air Sungai Bah Bolon berubah menjadi merah, ujar
Parsaoran.

Lurah Naga Huta Timur, Herwan AR Saragih mengakui jika penyebab air Sungai Bah Bolon
berubah menjadi merah, diduga karena ada warga yang membuang limbah pewarna kain untuk
ke sungai. Sepertinya ada warga membuang limbah pewarna untuk kain ke sungai.

34
Kasus Perburuan dan Perdagangan Satwa Liar Masih Marak Terjadi

Kasus perburuan liar di Jawa Tengah (Jateng), khususnya di Cilacap masih marak. Tidak hanya
perdagangan atau jual beli satwa liar secara ilegal, tetapi juga perburuan di lokasi-lokasi tertentu
juga masih terjadi.

Pada Jumat (27/01/2017), Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Jateng mengumumkan
kalau tim gabungan telah berhasil melakukan operasi tangkap tangan (OTT) terhadap dua warga
Cilacap yang memperjualbelikan satwa yang dilindungi. Tersangka pertama adalah Fajar AW, 19,
warga Mertasinga, Cilacap yang menjual kancil (Tragulus javanicus). Padahal satwa tersebut
dilindungi melalui SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan No.733/Kpts-II/1999. Ia ditangkap
pada Rabu (25/01/2017).

Kemudian pada hari kedua yakni pada Kamis (26/01/2017), tim berhasil meringkus Agus
Surahman, 29, warga Sampang, Cilacap karena menjual elang bondol (Haliastur indus). Satwa
tersebut dilindungi berdasarkan SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan No.733/Kpts-II/1999.
Selain menyita elang bondol, petugas juga membawa dua ekor serak jawa (Tyto alba). Satwa ini
memang belum masuk dalam perlindungan, tetapi tim gabungan juga menyitanya berbarengan
dengan elang bondol.

35
Teknologi Transgenik Diminta Dihentikan

Liputan6.com, Jakarta: Koalisi 89 untuk keamanan hayati dan lingkungan organisasi nonpartai
(ornop) menyarankan penghentian sementara atau moratorium terhadap aplikasi teknologi
transgenik. Mereka menilai aplikasi teknologi transgenik itu belum mempunyai kajian mendalam
menyangkut resiko yang ditimbulkannya. Penilaian itu disampaikan anggota koalisi ornop Hira
Jhamtani, baru-baru ini, di Jakarta.

Menurut Hira, moratorium aplikasi teknologi transgenik atau rekayasa genetika setidaknya bisa
dilakukan hingga kurun waktu lima tahun mendatang. Alasannya, belum ada pengkajian secara
mendalam terhadap teknologi ini. Sangat dikhawatirkan terobosan tersebut bisa merugikan
masyarakat.

Penilaian tersebut dibantah Biro Hukum Departemen Pertanian Suharto M.A. Menurut dia,
peraturan yang telah dibuat mengenai teknologi transgenik sudah menimbang masalah
kelangsungan ekosistem. Apalagi transgenik adalah teknologi pertanian yang menggunakan
unsur-unsur genetika tanaman yang bersangkutan. Untuk menghasilkan produk unggulan seperti
tanaman jagung unggulan, dibutuhkan genetik jagung, gandum, kunang-kunang, dan bakteri.

Beberapa bulan silam, penilaian koalisi ornop 89 itu sempat dilontarkan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Kabinet Gus Dur Sonny Keraf dan aktivis lingkungan hidup Mas Ahmad
Santoso. Mereka mengatakan penerapan teknologi rekayasa genetika di Indonesia mesti
dilakukan secara hati-hati [baca: Penerapan Teknologi Rekayasa Genetika Mesti Diwaspadai].
Sebab jika tidak, bisa saja menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hayati dan sumber
makanan.(DEN/Darussalam dan Dwi Nindyas

36
37

Anda mungkin juga menyukai