Anda di halaman 1dari 69

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Menurut WHO sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik fisik, mental
dan social tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan. Sedangkan sakit adalah ketidak
seimbangan fungsi normal tubuh manusia termasuk sejumlah system biologis dan kondisi
penyesuaian.
Kesehatan jiwa bagi manusia berarti terwujudnya keharmonisan fungsi jiwa dan
sanggup menghadapi problem, merasa bahagia dan mampu diri. Orang yang sehat jiwa
berarti mempunyai kemampuan menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,
masyarakat dan lingkungan. Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat emosional,
psikologis, dan social yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku
dan koping yang efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (videbeck,2008)
Gangguan jiwa didefinisikan sebagai suatu sindrom atau perilaku yang penting secara
klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distress (vidbeck,2008)

Perilaku kekerasan seperti memukul anggota keluarga/orang lain, merusak alat rumah
tangga dan marah marah merupakan alasan utama yang paling banyak dikemukakan oleh
keluarga. Penanganan yang dilakukan oleh keluarga belum memadai sehingga dalam
perawatan klien seyogyanya sekeluarganya mendapat pendidikan kesehatan tentang cara
merawat klien

Asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien perilaku kekerasan dirumah sakit jiwa
perlu ditingkatkan serta dengan perawatan intensif dirumah sakit umum. Asuhan keperawatn
perilaku kekerasan yaitu asuhan keperawatan yang diberikan bertujuan untuk melatih klien
mengontrol perilaku kekersan yang biasa dilakukan.

B. Rumusan masalah
a. Apakah pengertian perilaku kekerasan ?
b. Apa saja tanda dan gejala perilaku kekerasan ?
c. Apa saja etiologi dari perilaku kekerasan?
d. Apa saja rentang respon perilaku kekerasan ?
e. Apa saja tindakan keperawatan yang akan diberikan ?

C. Tujuan
Sebagaimana rumusan masalah diatas, penulis mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Untuk memahami pengertian perilaku kekerasan.
2. Untuk memahami proses terjadinya perilaku kekerasan .
3. Untuk memahami proses keperawatan perilaku kekerasan.
D. Manfaat
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya.

BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Definisi
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun
lingkungan (fitria, 2009).
Menurut Stuart dan Sundeen (1995), perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana
seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan
perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau
mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut (Purba
dkk, 2008).
Perilaku kekerasan merupakan respon terhadap stressor yang dihadapi oleh seseorang
yang ditunjukkan dengan perilaku actual melakukan kekerasan baik pada diri sendiri maupun
orang lain baik seacara verbal maupun non verbal yang bertujuan untuk melukai orang secara
fisik maupun psikologis (Berkowitz, 2000)

Menurut WHO (dalam Bagong. S, dkk. 2000) kekerasan adalah penggunaan kekuatan
fisik dan kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau
sekelompok orang atau masyarakat yang mengakibatkan atau kemungkinan besar
mengakibatkan memar atau trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan perkembangan
atau perampasan hak.

Dari beberapa pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan perilaku kekerasan adalah
suatu keadaan dimana individu melakukan tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan
2. ETIOLOGI
a) Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan menurut teori
biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskan oleh Towsend (1996
dalam Purba dkk, 2008) adalah:
a Teori Biologik
Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap
perilaku:
1 Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls agresif:
sistem limbik, lobus frontal dan hypothalamus. Neurotransmitter juga
mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau menghambat proses impuls
agresif. Sistem limbik merupakan sistem informasi, ekspresi, perilaku, dan
memori. Apabila ada gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan atau
menurunkan potensial perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada lobus
frontal maka individu tidak mampu membuat keputusan, kerusakan pada
penilaian, perilaku tidak sesuai, dan agresif. Beragam komponen dari sistem
neurologis mempunyai implikasi memfasilitasi dan menghambat impuls
agresif. Sistem limbik terlambat dalam menstimulasi timbulnya perilaku
agresif. Pusat otak atas secara konstan berinteraksi dengan pusat agresif.

2 Biokimia
Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine,
asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau
menghambat impuls agresif. Teori ini sangat konsisten dengan fight atau flight
yang dikenalkan oleh Selye dalam teorinya tentang respons terhadap stress.

3 Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku
agresif dengan genetik karyotype XYY.

4 Gangguan Otak
Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku
agresif dan tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang sistem
limbik dan lobus temporal; trauma otak, yang menimbulkan perubahan
serebral; dan penyakit seperti ensefalitis, dan epilepsy, khususnya lobus
temporal, terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.

b. Teori Psikologik

1) Teori Psikoanalitik

Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk


mendapatkan kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak
berkembangnya ego dan membuat konsep diri rendah. Agresi dan tindak
kekerasan memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan
citra diri dan memberikan arti dalam kehidupannya. Perilaku agresif dan
perilaku kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa
ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri.

2) Teori Pembelajaran

Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka,


biasanya orang tua mereka sendiri. Contoh peran tersebut ditiru karena
dipersepsikan sebagai prestise atau berpengaruh, atau jika perilaku tersebut
diikuti dengan pujian yang positif. Anak memiliki persepsi ideal tentang
orang tua mereka selama tahap perkembangan awal. Namun, dengan
perkembangan yang dialaminya, mereka mulai meniru pola perilaku guru,
teman, dan orang lain. Individu yang dianiaya ketika masih kanak-kanak
atau mempunyai orang tua yang mendisiplinkan anak mereka dengan
hukuman fisik akan cenderung untuk berperilaku kekerasan setelah
dewasa.

3) Teori Sosiokultural

Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur


sosial terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum
menerima perilaku kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan
masalahnya. Masyarakat juga berpengaruh pada perilaku tindak kekerasan,
apabila individu menyadari bahwa kebutuhan dan keinginan mereka tidak
dapat terpenuhi secara konstruktif. Penduduk yang ramai /padat dan
lingkungan yang ribut dapat berisiko untuk perilaku kekerasan. Adanya
keterbatasan sosial dapat menimbulkan kekerasan dalam hidup individu.

b) Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan
dengan (Yosep, 2009):
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti
dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan
dirinya sebagai seorang yang dewasa.
e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi
rasa frustasi.
f. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap
c) Factor psikologis
a Teori psikoanalisa
b Agregitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh kembang
seseorang.
c Imitation, modeling and information processing theory
d Perilaku kekerasan dapat berkembang dalam lingkungan yang mayoritas
kekerasan.
e Learning theory
f Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap lingkungan
terdekatnya .
g Extensi theory
h Bertindak sesuai perilaku adalah kebutuhan dasar manusia apabila kebutuhan
tersebut tidak dipenuhi melalui perilaku konstruksi maka individu akan
memenuhi kebutuhan dengan perilakun yang destruktif.

3. Proses terjadinya masalah

Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah.
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa
jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan
sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal
mencapai keinginan.
Frustasi, seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan atau keinginan yang
diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak
mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan
keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.
Hilangnya harga diri disebabkan karena pada dasarnya manusia itu mempunyai
kebutuhan yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu
tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas tersinggung, lekas
marah, dan sebagainya.

4. Pathway

Ancaman terhadap kebutuhan

Stress

Cemas
Mengungkapkan secara verbal

Merasa kuat merasa tidak kuat

Menjaga keutuhan orang lain (HDR)

Menantang

Masalah tidak selesai Lega Menarik diri

Marah berkepanjangan ketegangan menurun

Mengingkari marah

Muncul rasa bermusuhan marah pada orang Marah


lain marah
tidak terungkap

Marah pada diri sendiri


Rasa bermusuhan Agresif/am
menahun
Depres
i
RENTANG RESPON MARAH

Respons adaptif Respons maladaptive

Asertif Frustasi Pasif Agresif Perilaku


Kekerasan

Asetif : Mengemukakan pendapat atau ekspresi tidak senang atau tidak setuju tanpa
menyakiti lawan bicara.

Frustasi : Respons akibat gagal mencapai tujuan, kepuasan atau rasa aman. Individu
tidak dapat menunda sementara atau menemukan alternatif lain.

Pasif : Perilaku yang ditandai dengan perasaan tidak mampu untuk


mengungkapkan perasaannya sebagai usaha mempertahankan hak-haknya.
Merasa kurang mampu, HDR, pendiam, malu, sulit diajak bicara.

Agresif : Suatu perilaku yang menyertai marah merupakan dorongan mental untuk
bertindak dan masih terkontrol.

Mengamuk : Rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri
sehingga dapat merusak diri dan lingkungan.

5. Tanda dan gejala


Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah sebagai
berikut:
a) Fisik
a Muka merah dan tegang
b Mata melotot/ pandangan tajam
c Tangan mengepal
d Rahang mengatup
e Postur tubuh kaku
f Jalan mondar-mandir
b) Verbal
a Bicara kasar
b Suara tinggi, membentak atau berteriak
c Mengancam secara verbal atau fisik
d Mengumpat dengan kata-kata kotor
e Suara keras
f Ketus
c) Perilaku
a Melempar atau memukul benda/orang lain
b Menyerang orang lain
c Melukai diri sendiri/orang lain
d Merusak lingkungan
e Amuk/agresif
d) Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan dan menuntut.
e) Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
f) Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang
lain, menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.
g) Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
h) Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.

6. Mekanisme koping

Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress, termasuk
upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk
melindungi diri.

Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya
ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri
antara lain:

a. Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata


masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan
penyalurannya secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah
melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan
kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi
ketegangan akibat rasa marah.
b. Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau
keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang
menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan
sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu,
mencumbunya.
c. Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan
masuk ke alam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada
orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau
didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua
merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan
benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.
d. Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan,
dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan
menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada
teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
e. Displacement :Pengalihan emosi pada objek lain atau orang lain yang
lebih ringan resikonya atau bahayanya. Misalnya Timmy berusia 4 tahun
marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena
menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan
dengan temannya.

7. Perilaku
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
a. Menyerang atau menghindar (fight of flight )
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf otonom beraksi
terhadap sekresi epinephrin yang menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi,
wajah merah, pupil melebar, sekresi HCl meningkat, peristaltik gaster menurun,
pengeluaran urine dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat
diserta ketegangan otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku
dan disertai reflek yang cepat.
b. Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya
yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang
terbaik untuk mengekspresikan marah karena individu dapat mengekspresikan rasa
marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikolgis. Di samping itu
perilaku ini dapat juga untuk pengembangan diri klien.
c. Memberontak (acting out)
Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku acting out untuk
menarik perhatian orang lain.
d. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan

8. Penatalaksanaan
Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa amuk ada 2 yaitu:
a) Medis
a. Nozinan, yaitu sebagai pengontrol prilaku psikososia.
b. Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan prilaku merusak diri.
c. Thrihexiphenidil, yaitu mengontro perilaku merusak diri dan menenangkan
hiperaktivitas.
d. ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan klien bila mengarah
pada keadaan amuk.

b) Penatalaksanaan keperawatan
a. Psikoterapeutik
b. Lingkungan terapieutik
c. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
d. Pendidikan kesehatan

9. Akibat perilaku kekerasan


Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai
diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan
yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan
lingkungan.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian


terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data
yang dikumpulkan melalui data biologis , psikologis, social dan spiritual. (Keliat,
Budi Ana, 1998 : 3 ). Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah :

1. Identitas.

Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang : nama


mahasiswa, nama panggilan, nama klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu,
tempat pertemuan, topik yang akan dibicarakan. Tanyakan dan catat usia klien
dan No RM, tanggal pengkajian dan sumber data yang didapat.

2. Alasan masuk.

Tanyakan kepada klien atau keluarga/pihak yang berkaitan dan tuliskan


hasilnya apa yang menyebabkan klien datang kerumah sakit?Apa yang sudah
dilakukan oleh klien atau keluarga sebelumnya atau dirumah untuk mengatasi
masalah ini. Dan bagaimana hasilnya. Pada klien dengan perilaku kekerasan
alasan masuknya adalah mengamuk dan membanting barang barang yang ada
di sekitarnya tidak memperdulikan berhagra atau tidak barang tersebut.

3. Faktor predisposisi.

Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana


hasil pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam
keluarga, dan tindakan kriminal. Menanyakan kepada klien dan keluarga apakah
ada yang mengalami gangguan jiwa, menanyakan kepada klien tentang
pengalaman yang tidak menyenangkan. Pada klien dengan perilaku kekerasan
faktor predisposisi, faktor presipitasi klien dari pengalaman masa lalu yang
tidak menyenangkan, adanya riwayat anggota keluarga yang gangguan jiwa dan
adanya riwayat penganiayaan.
4. Pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ tubuh


( dengan cara observasi, auskultasi, palpasi, perkusi, dan hasil pengukuran ).
Pada klien dengan perilaku kekerasan tekanan darah meningkat, RR meningkat,
nafas dangkat, muka memerah, tonus otot meningkat, dan dilatasi pupil.

5. Psikososial.
a. Geogram.

Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola


komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.Penelusiran genetic yang
menyebabkan / menurunkan gangguan jiwa merupakan hal yang sulit
dilakukan hingga saat ini.
b. Konsep diri.
Konsep diri adalah semua jenis pikiran, keyakinan dan kepercayaan
yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi
hubungan dengan orang lain. Konsep diri terdiri dari :
1. Gambaran diri.
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang
disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan
bagian yang disukai. Pada klien dengan perilaku kekerasan tangan selalu
mengepal, pandangan selalu tajam karena semua dianggap musuh, selalu
melempar atau memukul benda benda ke orang lain, dan dapat melukai
diri sendiri.
2. Identitas diri.
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien
terhadap status posisinya, kepuasan klien sebagai laki laki atau
perempuan, keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis kelaminnya dan
posisinya. Pada klien dengan perilaku kekerasan klien cenderung
menyerang, merasa dirinya tidak aman, berbicara kasar, menolak dengan
kasar, agresif, dan marah marah.
3. Fungsi peran.
Tugas atau peran klien dalam keluarga / pekerjaan / kelompok
masyarakat, kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau
perannya, perubahan yang terjadi saat klien sakit dan dirawat, bagaimana
perasaan klien akibat perubahan tersebut. Pada klien dengan perilaku
kekerasan klien tampak ketus, curiga, sering mengamuk, dan
menganggap semua orang adalah musuh.
4. Ideal diri.
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas,
peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien terhadap
lingkungan, harapan klien terhadap penyakitnya, bagaimana jika
kenyataan tidak sesuai dengan harapannya. Pada klien dengan perilaku
kekerasan klien cenderung marah marah, membanting barang barang
jika kenyataan yang diharapkan tidak sesuai dengan harapannya.
5. Harga diri.
Harga diri yaitu penilaian tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan
ideal dirinya. Harga diri tinggi merupakan perasaan yang berakar dalam
menerima dirinya tanpa syarat, meskipun telah melakukan kesalahan,
kekalahan dan kegagalan, ia tetap merasa sebagai orang yang penting
dan berharga. Pada klien dengan perilaku kekerasan klien merasa selalu
ingin menarik diri dan melarikan diri.
c. Hubungan sosial.
Dalam setiap interaksi dengan klien, perawat harus menyadari luasnya
dunia kehidupan klien, memahami pentingnya kekuatan sosial dan budaya
bagi klien, mengenal keunikan aspek ini dan menghargai perbedaan klien.
Hubungan sosial dapat dikaji sebagai berikut :
a. Siapa orang yang berarti dalam kehidupan klien,tempat mengadu, bicara,
minta bantuan atau dukungan baik secara material maupun non
material.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat , kelompok sosial apa
saja yang diikuti di lingkungannya dan sejauh mana dia terlibat.
Hambatan apa saja dalam berhubungan dengan orang lain / kelompok
tersebut.

Pada klien dengan perilaku kekerasan klien cenderung curiga, agresif,


sinis, menarik diri, mengejek, dan menolak dengan kasar.

d. Spiritual.
Adapun aspek spiritual dapat dikaji meliputi sebagai berikut :
a. Apa agama dan keyakinan klien / keluarganya. Bagaimana nilai, norma,
pandangan dan keyakinan diri klien, keluarga dan masyarakat setempat
tentang gangguan jiwa sesuai dengan norma budaya dan agama yang
dianutnya.
b. Kegiatan keagamaan, ibadah dan keyakinan apa saja yang dikerjakan
klien di rumah / lingkungan sekitarnya baik secara individu maupun
kelompok, pendapat klien / keluarga tentang ibadah tersebut.

Pada klien dengan perilaku kekerasan klien cenderung ragu ragu dan
moral kurang.

6. Status mental.
a. Penampilan.
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki apakah
ada yang tidak rapih, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian
tidak seperti biasanya, kemampuan klien dalam berpakaian, dampak
ketidakmampuan berpenampilan baik / berpakaian terhadap status
psikologis klien. Pada klien dengan perilaku kekerasan biasanya klien tidak
mampu merawat penampilannya, biasanya penampilan tidak rapi,
penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak seperti biasanya,
rambut kotor, rambut seperti tidak pernah disisr, gigi kotor dan kuning,
kuku panjang dan hitam.
b. Pembicaraan.
Amati pembicaraan klien apakah cepat, keras, terburu-buru, gagap,
sering terhenti / bloking, apatis, lambat, membisu, menghindar, tidak mampu
memulai pembicaraan. Pada klien perilaku kekerasan cara bicara klien kasar,
suara tinggi, membentak, ketus, berbicara dengan kata kata kotor.

c. Aktivitas motoric.
Pada klien dengan perilaku kekerasan klien cenderung agresif, dapat
secara tiba tiba menyerang orang lain dan dapat melukai diri sendiri.
d. Afek dan emosi.

Pada klien dengan perilaku kekerasan cenderung labil, ekspresi


wajah tegang, pandangan tajam dan merasa tidak aman.
e. Interaksi dan wawancara.
Pada klien dengan perilaku kekerasan klien biasanya mudah marah,
nada bicara keras, agresif, curiga, sinis.
f. Persepsi sensori.
Pada klien dengan perilaku kekerasan sangat beresiko tinggi untuk
mengalami halusinasi dikarenakan emosi pada kien dengan perilaku
kekerasan yang tidak dapat mereda dengan cepat.
g. Proses pikir.
a. Proses pikir ( arus dan bentuk pikir ).
Pada klien dengan perilaku kekerasan konsentrasi menurun,
nada bicara keras, suka berdebat.
b. Isi pikir.
Pada klien dengan perilaku kekerasan klien memiliki pemikiran
curiga, dan tidak percaya kepada orang lain dan merasa dirinya tidak
aman.

7. Kebutuhan rencana pulang.


1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan.
2. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL).
Perawat perlu memahami dan membedakan berbagai perilaku yang
ditampilkan klien. Hal ini dapat dianalisa dari perbandingan berikut:
Aspek Pasif Asertif Agresif
Isi Negatif, Positif Menyombongkan
pembicaraa merendahkan menawarkan diri, diri, merendahkan
n diri, Misalnya : misalnya : orang lain, misalnya :
Bisakah saya saya mampu, kamu pasti tidak
melakukan hal saya bisa, anda bisa, kamu selalu
itu? Bisakah anda boleh, anda dapat melaggar, kamu tidak
melakukannya ? pernah menurut,
kamu tidak akan
bisa.
Tekanan Lambat, Sedang Keras ngotot
suara mengeluh
Posisi badan Menundukkan Tanggap dan Kaku, condong
kepala santai kedepan
Jarak Menjaga jarak Mempertahankan Siakp dengan jarak
dengan sikap jarak yang nyaman akan menyerang
mengabaikan orang lain
Penampilan Loyo, tidak dapat Sikap tenang Mengancam, posisi
tenang menyerang
Kontak Sedikit/sama Mempertahankan Mata melotot dan
mata sekali tidak kontak mata sesuai dipertahankan.
dengan hubungan.

8. Analisa data.

Masalah Data yang perlu di kaji


keperawatan
1 Perilaku Subjektif:
kekerasan 1 Klien mengancam
2 Klien mengumpat dengan kata-kata kotor.
3 Klien mengatakan dendam dan jengkel
4 Klien mengatakan ingin berkelahi.
5 Klien menyalahkan dam menuntut.
6 Klien meremekan.

Objektif :
1 Mata melotot / pandangn tajam.
2 Tangan mengepal
3 Rahang mengatup.
4 Wajah memerah dan tegang.
5 Postur tubuh kaku.
6 Suara keras.

B. Masalah keperawatan.
a Perilaku kekerasan.
b Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
c Harga diri rendah.

- Pohon masalah.
Stuart dan sundeen (1997) mengidentifikasi pohon masalah kekerasan
sebagai berikut :

(Effect) Resti Mencederai


Tinggi

(Core Problem) Perilaku Kekerasan

(Causal)
Halusinasi
- Diagnosa keperawatan.

Perilaku kekerasan
C. Rencana Keperawatan.

Tgl Diagnosis Perencanaan Intervensi


Tujuan Kriteria Hasil
Keperawatan
Perilaku Tujuan Umum : a. Klien mau 1 Beri salam / panggil
kekerasan. Klien tidak membalas nama.
a Sebut nama
mencederai diri. salam.
b. Klien mau perawat.
Tujuan Khusus :
b Jelaskan maksud
menjabat
1 Klien dapat
hubungan
tangan.
membina
c. Klien mau interaksi.
hubungan c Jelaskan akan
menyebut nama.
saling d. Klien mau kontrak yang akan
percaya. tersenyum. dibuat.
e. Klien mau d Beri rasa aman
kontak mata. dan sikap empati.
f. Klien mau e Lakukan kontak
mengetahui singkat tapi
nama perawat. sering.
2 Klien dapat 1 Klien dapat 1 Berikan kesempatan
mengidentifi mengungkapkan untuk
kasi perasaannya. mengungkapkan
2 Klien dapat
penyebab perasaannya.
mengungkapkan 2 Bantu klien untuk
perilaku
penyebab mengungkapkan
kekerasan.
perasaan penyebab perasaan
jengkel / kesal jengkel / kesal.
(dari diri
sendiri,
lingkungan,
atau orang lain).
3 Klien dapat 1 Klien dapat 1 Anjurkan klien
mengidentifi mengungkapkan mengungkapkan apa
kasi tanda perasaan saat yang dialami dan
dan gejala marah / jengkel. dirasakan saat marah /
2 Klien dapat
perilaku jengkel.
menyimpulkan 2 Observasi tanda dan
kekerasan.
tanda dan gejala gejala perilaku
jengkel / kesal kekerasan pada klien.
3 Simpulkan bersama
yang
klien tanda dan gejala
dialaminya.
jengkel / kesal yang
dialami.
4 Klien dapat 1 Klien dapat 1 Anjurkan klien untuk
mengidentifi mengungkapkan mengungkapkan
kasi perilaku perilaku perilaku kekerasan
kekerasan kekerasan yang yang biasa dilakukan
yang biasa bisa dilakukan. klien (verbal, pada
2 Klien dapat
dilakukan. orang lain, pada
bermain peran
lingkungan, dan pada
sesuai perilaku
diri sendiri).
kekerasan yang 2 Bantu klien bermain
biasa dilakukan. peran sesuai dengan
3 Klien dapat
perilaku kekerasan
mengetahui cara
yang biasa dilakukan.
yang biasa 3 Bicarakan dengan
dilakukan untuk klien, apakah dengan
menyelesaikan cara yang klien
masalah. lakukan masalahnya
selesai.
5 Klien dapat 1 Klien dapat 1 Bicarakan akibat /
mengidentifi menjelaskan kerugian dari cara
kasi akibat akibat dari cara yang dilakukan klien.
2 Bersama klien
perilaku yang digunakan
menyimpulkan akibat
kekerasan. klien :
a Akibat pada dari cara yang
klien dilakukan oleh klien.
3 Tanyakan pada klien
sendiri.
b Akibat pada Apakah ia ingin
orang lain. mempelajari cara baru
c Akibat pada
yang sehat.
lingkungan.
6 Klien dapat 1 Klien dapat 1 Diskusikan kegiatan
demostrasika menyebutkan fisik yang biasa
n cara fisik contoh dilakukan klien.
2 Beri pujian atas
untuk pencegahan
kegiatan fisik klien
mencegah perilaku
yang biasa dilakukan.
perilaku kekerasan
3 Diskusikan dua cara
kekerasan. secara fisik :
fisik yang paling
a Tarik nafas
mudah dilakukan
dalam.
b Pukul kasur untuk mencegah
dan bantal. perilaku kekerasan,
c Dll :
yaitu : tarik nafas
kegiatan
dalam dan puluk
fisik.
kasur serta bantal.
2 Klien dapat 1 Diskusikan cara
mendemonstrasi melakukan nafas
kan cara fisik dalam dengan klien.
2 Beri contoh klien
untuk mencegah
tentang cara menarik
perilaku
nafas dalam.
kekerasan.
3 Minta klien mengikuti
contoh yang diberikan
sebanyak 5 kali.
4 Beri pujian positif
atas kemampuan klien
mendemonstrasikan
cara menarik nafas
dalam.
5 Tanyakan perasaan
klien setelah selesai.
6 Anjurkan klien
menggunakan cara
yang telah dipelajari
saat marah / jengkel.
7 Lakukan hal yang
sama dengan no. 1
sampai no. 6 untuk
cara fisik lain di
pertemuan yang lain.
3 Klien 1 Diskusikan dengan
mempunyai klien mengenai
jadwal untuk frekuensi latihan yang
melatih cara akan dilakukan
pencegahan sendiri oleh klien.
2 Susun jadwal
fisik yang telah
kegiatan untuk
dipelajari
melatih cara yang
sebelumnya.
telah dipelajari.
4 Klien 1 Klien mengevaluasi
mengevaluasi pelaksanaan latihan,
kemampuan cara pencegahan
dalam perilaku kekerasan
melakukan cara yang telah dilakukan
fisik sesuai dengan mengisi
jadwal yang jadwal kegiatan
telah disusun. harian (selft
evolution).
2 Validasi kemampuan
klien dalam
melaksanakan latihan.
3 Berikan pujian atas
keberhasilan klien.
4 Tanyakan kepada
klien Apakah
kegiatan cara
pencegahan perilaku
kekerasan dapat
mengurangi perasaan
marah.
7 Klien dapat 1 Klien dapat 1 Diskusikan bicara
mendemonst menyebutkan yang baik dengan
rasikan cara cara bicara klien.
2 Beri contoh cara
sosial untuk (verbal) yang
mencegah baik dalam bicara yang baik.
a Meminta dengan
perilaku mencegah
baik.
kekerasan. perilaku
b Menolak dengan
kekerasan.
baik.
a Meminta
c Mengungkapkan
dengan baik.
perasaan dengan
b Menolak
baik.
dengan baik.
c Mengungka
pkan
perasaan
dengan baik.
2 Klien dapat 1 Meminta klien
mendemonstrasi mengikuti contoh cara
kan cara verbal bicara yang baik.
a Meminta dengan
yang baik.
baik : Saya minta
uang untuk beli
makan.
b Menolak dengan
baik : Maaf, saya
tidak bisa
melakukan karena
ada kegiatan lain.
c Mengungkapkan
perasaan dengan
baik : Saya kesal
karena permintaan
saya tidak
dikabulkan
disertai nada suara
rendah.
2 Meminta klien
mengulang sendiri.
3 Beri pujian atas
keberhasilan klien.
3 Klien 1 Diskusikan dengan
mempunyai klien tentang waktu
jadwal untuk dan kondisi cara
melatih cara bicara yang dapat
bicara yang dilatih di ruangan,
baik. misalnya : meminta
obat, baju, dll. :
menolak ajakan
merokok, tidur tidak
tepat pada waktunya,
menceritakan
kekesalan pada
perawat.
2 Susun jadwal
kegiatan untuk
melatih cara yang
telah dipelajari.
4 Klien 1 Klien mengevaluasi
melakukan pelaksanaan latihan
evaluasi cara bicara yang baik
terhadap dengan mengisi
kemampuan jadwal kegiatan (self
cara bicara yang evaluation).
2 Validasi kemampuan
sesuai dengan
klien dalam
jadwal yang
melakukan latihan.
telah disusun.
3 Berikan pujian atas
keberhasilan klien.
4 Tanyakan kepada
klien Bagaimana
perasaan Budi setelah
latihan bicara yang
baik ? Apakah
keinginan marah
berkurang ?.
8 Klien 1 Klien dapat 1 Diskusikan dengan
mendemonst menyebutkan klien kegiatan ibadah
rasikan cara kegiatan ibadah yang pernah
spiritual yang biasa dilakukan.
2 Bantu klien menilai
untuk dilakukan.
kegiatan ibadah yang
mencegah
dapat dilakukan di
perilaku
runag perawat.
kekerasan.
3 Bantu klien memilih
kegiatan ibadah yang
akan dilakukan.
4 Meminta klien
mendemostrasikan
kegiatan ibadah yang
dipilih.
5 Beri pujian atas
keberhasilan klien.
2 Klien dapat 1 Klien mengevaluasi
mendonstrasika pelaksanaan kegiatan
n cara beribadah ibdah dengan mengisi
yang dipilih. jadwal kegiatan (self
evaluation).
2 Susun jadwal
kegiatan untuk
melatih kegiatan
ibadah.
3 Klien 1 Klien mengevaluasi
mempunyai pelaksanaan kegiatan
jadwal untuk ibadah dengan
melatih mengisi jadwal
kegiatan ibadah. kegiatan harian (self
evaluation).
2 Validasi kemampuan
klien dalam
melakukan validasi.
3 Berikan pujian atas
keberhasilan klien.
4 Tanyakan kepada
klien : Bagaimana
perasaan Budi
setelah teratur
melakukan ibadah ?
Apakah keinginan
marah berkurang ?.
9 Klien 1 Klien 1 Diskusikan dengan
mendemonst melakukan klien tentang jenis
rasikan evaluasi obat yang
kepatuhan terhadap diminumnya (nama,
minum obat kemampuan warna, besarnya) :
untuk melakukan waktu minum obat
mencegah kegiatan ibadah. (jika 3 kali : pukul
perilaku 07.00, 13.00, 19.00) :
kekerasan. cara minum obat.
2 Diskusikan dengan
klien tentang manfaat
minum obat secara
teratur :
a Beda perasaan
sebelum minum
obat dan sesudah
minum obat.
b Jelaskan bahwa
dosis obat hanya
boleh diubah oleh
dokter.
c Jelaskan
mengenai akibat
minum obat yang
tidak teratur,
misalnya
penyakitnya
kambuh.
10 Klien dapat 1 Klien dapat 1 Diskusikan tentang
mengikuti menyebutkan proses minum obat.
a Klien meminta
TAK : jenis, dosis, dan
obat kepada
Stimulasi waktu minum
perawat (jika
persepsi obat serta
dirumah sakit),
pencegahan manfaat dari
kepada keluarga
perilaku obat itu (prinsip
(jika dirumah).
kekerasan. 5 benar : benar
b Klien memeriksa
orang, benar
obat sesuai
obat, dosis,
dosisnya.
waktu, dan cara c Klien meminum
pemberian). obat pada waktu
yang tepat.
2 Susun jadwal minum
obat bersama klien.
11 Klien 1 Klien 1 Klien mengevaluasi
mendapatkan mendemonstrasi pelaksanaan minum
dukungan kan kepatuhan obat dengan mengisi
keluarga minum jadwal kegiatan
dalam obatsesuai harian (self
melakukan jadwal yang evaluation).
2 Validasi pelaksanaan
cara ditetapkan.
minum obat klien.
pencegahan
3 Beri pujian atas
perilaku
keberhasilan klien.
kekerasan. 4 Tanyakan kepada
klien, Bagaimana
perasaan Budi dengan
minum obat secara
teratur ? Apakah
keinginan untuk
marah berkurang ?.
2 Klien 1 Anjurkan klien untuk
mengevaluasi ikut TAK : Stimulasi
kemampuannya persepsi pencegahan
dalam perilaku kekerasan.
2 Klien mengikuti
mematuhi TAK : Stimulasi
minum obat. persepsi pencegahan
perilaku kekerasan
(kegiatan mandiri).
3 Diskusikan dengan
klien tentang kegiatan
selama TAK.
4 Fasilitasi klien untuk
mempraktikkan hasil
kegiatan TAK dan
beri pujian atas
keberhasilannya.
3 Klien mengikuti 1 Diskusikan dengan
TAK : Stimulasi klien tentang jadwal
persepsi TAK.
2 Masukkan jadwal
pencegahan
TAK ke dalam jadwal
perilaku
kegiatan harian.
kekerasan.
3 Beri pujian atas
kemampuan
mengikuti TAK.
4 Tanyakan kepada
klien : Bagaimana
perasaan Budi setelah
ikut TAK ?.
4 Klien 1 Identifikasi
mempunyai kemampuan keluarga
jadwal klien dalam merawat klien
melakukan sesuai dengan yang
evaluasi telah dilakukan
terhadap keluarga terhadap
pelaksanaan selama ini.
2 Jelaskan keuntungan
TAK.
peran serta keluarga
dalam merawat klien.
3 Jelaskan cara cara
merawat klien.
a Terkait dengan
cara mengontrol
perilaku marah
secara kontruktif.
b Sikap dan rasa
bicara.
c Membantu klien
mengenal
penyebab marah
dan pelaksanaan
cara pencegahan
perilaku
kekerasan.
5 Keluarga dapat 1 Bantu keluarga
mendemonstrasi mendemonstrasikan
kan cara cara merawat klien.
2 Bantu keluarga
merawat klien.
mengungkapkan
perasaannya setelah
melakukan
demonstrasi.
3 Anjurkan keluarga
mempraktikkan pada
klien selama dirumah
sakit dan
melanjutkannya
setelah pulang
kerumah.

D. Implementasi.
STRATEGI PELAKSANAAN BERDASARKAN PERTEMUAN (SP)

1) SP 1 pasien
1. Menyebutkan penyebab perilaku kekerasan
2. Menyebutkan tanda dan gejala perilaku kekerasan
3. Menyebutkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
4. Menyebutkan akibat perilaku kekerasan
5. Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan
6. Mempraktikkan cara latihan mengontrol fisik
7. Masuk jadwak kegiatan pasien
2) SP 2 pasien
1. Evaluasi kegiatan yang lalu
2. Mempraktikkan latihan cara mengontrol fisik 2 Latih verbal (3 macam)
3. Masuk jadwal kegiatan pasien
3) SP 3 pasien
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
2. Mempraktikkan latihan cara verbal/sossial (3 macam)
3. Masuk jadwal kegiatan pasien
4) SP 4 pasien
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1,2) dan verbal
2. Latian cara spiritual
3. Masuk jadwal kegiatan pasien
5) SP 5 pasien
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (F1,2) , verbal (SP 3), spiritual
2. Latian patuh obat
3. Masuk jadwal kegiatan pasien
6) SP 1 keluarga
1. Mengidentifikasi maslah yang disarankankeluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan PK, penyebab, tanda dan gejala
3. Menjelaskan cara merawat PK
4. Latihan (simulasi) 2 cara merawat
5. RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat
7) SP 2 keluarga
1. Evaluasi SP 1
2. Latihan (simulasi) 2 cara lain untuk merawat
3. Latihan (simulasi) ke pasien
4. RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat
8) SP 3 keluarga
1. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1,2)
2. Evaluasi kemampuan pasien
3. RTL keluarga dengan Flollow Up dan Rujukan

E. Evaluasi

Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data


subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan
keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan
langkah awal dari identifikasi dan analisa masalah selanjutnya.(Santosa,
1989).Hasil yang diharapkan adalah :
a Pada klien
1 Klien mampu menggunakan cara yang sehat jika kesal / jengkel (fisik,
verbal, sosial, spiritual).
2 Klien tidak melakukan perilaku kekerasan.
3 Klien menggunakan obat dengan benar.
4 Klien mampu melakukan kegiatan sehari hari.
b Pola keluarga :
1 Keluarga mampu merawat klien.
2 Keluarga mengetahui kegiatan yang perlu klien laukan dirumah (boleh
diluar jadwal).
3 Keluarga mengetahui cara pemberian obat dengan benar dan waktu follow
up.

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Marifatul. 2011. Keperawatan Jiwa. Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta :
Graha Ilmu

Keliat, Budiana.1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:EGC

Keliat, Budiana. 2007. Model Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC

Riyadi, Sujono.2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Graha Ilmu


BAB III

TINJAUAN KASUS PERILAKU KEKERASAN

3.1 Kasus perilaku kekerasan.

Ny.B usia35 tahun, masuk RSJ 2 hari yang lalu. karena mengamuk dan
membanting barang barang, gelisah tidak bisa tidur, berendam dikamar mandi
berjam-jam (3 jam).Sudah satu kali dirawat dengan alasan sama yaitu mengamuk.
Hal itu disebabkan karena melihat mantan suaminya berjalan dengan
perempuan lain (data dari klien dan keluarga). Saat dikaji tentang perilaku mengamuk,
klien menolak dengan mengatakan bahwa dia tidak mengamuk dan tidak membanting
barang. Pandangan mata klien tampak tajam, dan wajah tampak tegang.Klien tampak
gelisah dan selalu mondar mandir diruang rawat. Saat marah klien selalu membanting
barang-barang yang ada disekitarnya.
Klien mengatakan kesal karena sering dibentak bentak oleh keluarganya dan
sering kesal jika mengingat peristiwa perceraian dengan suaminya 1 tahun lalu. Klien
mengatakan kesal karena suaminya selingkuh dan tak tahu harus bagaimana lagi
menyelesaikan masalahnya dengan suaminya. Klien beranggapan kalau perceraian itu
dikarenakan klien tidak bisa memiliki keturunan dari suaminya.
Menurut keluarga klien kalau marah sering melempar barang-barang milik
mantan suaminya keluar rumah dan menyobek-nyobek semua kenangan yang ada
tentang suaminya, dan tidak mau bertemu dengan orang lain. Bila sedang marah, ayah
klien tambah memarahinya sehingga klien menjadi mengamuk.Klien tidak mau mandi
bila tidak disuruh. Rambut tampak kotor, kusut, gigi kotor dan kuning, kuku hitam
dan panjang.
Rekam medis : klien pernah dirawat di RSJ 1,5 tahun yang lalu. Dengan alasan klien
sering membanting barang-barang yang ada dirumah.

TD : 150/90 mmHg, Nadi : 102 x/menit, Suhu : 36,5 C, RR : 24 x/menit.


3.2 Pembahasan

1. Model keperawatan
a) Model komunikasi

Didalam model komunikasi ini pesan dikomunikasikan dengan baik dan


jelas. Pola komunikasi dapat dianalisa dengan cara berfokus pada penerimaan dan
belajar untuk berkomunikasi dengan baik tanpa danya nada suara yang tinggi.

b) Model perilaku

Didalam model perilaku dapat di pelajari tentang penyimpangana perilaku


klien. Misalnya dalam perilaku kekerasan, saat klien marah kemungkinan besar
penyimpangan perilaku dapat muncul misalnya dengan melukai diri sendiri, orang
lain dll. Sehingga di dalam model perilaku ini terapis mengajarkan klien dengan
cara pendekatan perilaku kepada pasien.

c) Model sosial

Didalam model sosial dapat mengatasi sistem sosial dan interaksikrisis,


memanipulasi lingkungan, dukungan kelompok, dll. Didalam model sosial ini
lingkungan dapat berpengaruh bagi klien, karena lingkungan merupakan tempat
untuk model sosial.

2. Terapi modalitas
a) Terapi individual

Terapi individual cocok dengan kasus perilaku kekerasan diatas, karena


terapi tersebut menjalin hubungan terstruktur antara perawat dengan klien untuk
mengubah perilaku klien. Tujuan terapi ini untuk mengembangkan kemampuan
klien dalam menyelesaikan konflik yang sedang atau pernah dialami oleh pasien
atau pada saat stressor tersebut datang. Pasien dapat mengontrol perilaku yang
dimunculkan agar tidak sampai terjadi perilaku kekerasan.

b) Terapi lingkungan

Terapi lingkungan ini cocok untuk kasus diatas, karena pada terapi
lingkungan ini berbentuk pada menata lingkungan agar terjadi perubahan perilaku
pada klien dari perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif dengan
menggunakan sebagian dari lingkungan rumah sakit. Terapi ini bertujuan untuk
mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat luas.

c) Terapi kognitif

Didalam terapi kognitif kita bisa mencoba merubah pola fikir klien agar
klien bisa berfikir secara rasional kembali. Tujuan dari terapi ini adalah
membentuk kembali pikiran individu, membantu klien dalam mengidentifikasi
dan menganalisis kognisi negatif klien.

3. Analisa kasus
a. Pengkajian
a) Identitas klien
Nama : Ny.B
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 35 Tahun
b) Alasan masuk

Karena pasien mengamuk dan membanting barang-barang, gelisah,


tidak bisa tidur, terkadang berendam dikamar mandi berjam jam ( 3 jam )
dikarenakan hal itu disebabkan karena melihat mantan suaminya berjalan
dengan perempuan lain.

c) Faktor predisposisi
1) Riwayat gangguan jiwa

Klien pernah dirawat di RSJ 1,5 tahun yang lalu. Dengan alasan
klien sering membanting barang-barang yang ada disekelilingnya, dan
sekarang klien dimasukan ke RSJ karena klien mengamuk dan
membanting barang-barang yang ada disekelilingnya. hal itu disebabkan
karena melihat mantan suaminya berjalan dengan perempuan lain.

2) Riwayat pengobatan

Keluarga klien mengatakan bahwa klien pernah dibawa berobat


tetapi tidak ada perubahan ( kurang berhasil ).

3) Riwayat penganiayaan
Klien tidak pernah mengalami penganiayaan fisik, seksual dan
tindakan criminal.

4) Riwayat anggota keluarga yang gangguan jiwa

Keluarga klien mengatakan bahwa di keluarganya tidak ada yang


mengalami gangguan jiwa.

5) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

Peristiwa perceraian dengan suaminya 2 tahun lalu. Klien


mengatakan kesal karena suaminya selingkuh dan tidak tahu cara
mempertahankan rumah tangganya. Selama 10 tahun pernikahan tidak
diberi keturunan.

d) Pemeriksaan fisik
1) Tanda tanda vital
TD : 150/90 mmHg
RR : 24 x / menit
S : 36,5 C
N : 102 x / menit
2) Pemeriksaan fisik ( Head to toe )
1). Kepala
a. Rambut
a) Inspeksi : Tidak ada ketombe, tidak beruban, berwarna
hitam, tampak kotor, kusut.
b) Palpasi : Tidak ada benjolan.
b. Mata
a) Inspeksi : Fungsi penglihatan mata baik, konjungtiva
tidak anemis, sklera tidak icterus, pupil dilatasi.
c. Telinga : Simetris kanan-kiri
d. Mulut : Bau,
a) Inspeksi : Gigi tampak kotor dan kuning.

2). Dada
a. Inspeksi : Simetris antara kanan dan kiri, tidak ada lesi.
b. Perkusi : Terdengar suara pekak pada jantung dan
resonan pada lapang paru,
c. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan di
daerah dada.
d. Auskultasi : Tidak ada bunyi nafas tambahan, tidak
terdengar suara bunyi S3 maupun S4.
3). Abdomen
a. Inspeksi : Perut datar, tidak ada lesi didaerah abdomen.
b. Perkusi : Terdengar suara tympani.
c. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan disekitar
abdomen.
d. Auskultasi : Terdengar suara bising usus 10 kali per menit.
4). Ekstermitas
Inspeksi : Kuku hitam dan panjang
e) Psikososial
1) Geogram

Keterangan :
= Laki-laki = Perempuan

= Klien / Pasien = Tinggal serumah

2) Konsep diri
A) Gambaran diri

Klien mengatakan tubuhnya sehat, bagian tubuh yang tidak di


sukai yaitu semua anggota tubuh dikarenakan klien tidak bisa memiliki
keturunan.

B) Identitas diri

Ny. B berusia 35 tahun, berjenis kelamin permpuan. Ny. B


seorang Ibu Rumah Tangga.

C) Fungsi peran

Klien mengatakan bahwa selama menikah klien berusaha


menjadi istri yang baik.

D) Ideal diri
Klien mengatakan kesal karena suaminya selingkuh dan tidak
tahu bagaimana caranya untuk mempertahankan rumah tangganya
sehingga akhirnya bercerai.

E) Harga diri

Klien beranggapan kalau perceraian itu dikarenakan klien tidak


bisa memberi keturunan untuk suaminya.

F) Masalah keperawatan
Harga diri rendah.
3) Hubungan sosial
A) Orang yang berarti
Orang yang berarti yaitu suami klien.
B) Peran serta kegiatan kelompok / masyarakat

Klien mengatakan bahwa klien jarang mengikuti kegiatan


sosial di lingkungannya.

C) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Kalau marah klien terkadang mengurung diri dan berendam di


kamar mandi selama berjam jam dank lien tidak mau bertemu
dengan orang lain, karena merasa minder tidak bisa mempertahankan
rumah tangganya dan tidak bisa memberikan keturunan untuk
suaminya.

4) Spiritual

Klien mengatakan beragama islam, tetapi semenjak bercerai


dengan suaminya, dank lien tidak pernah menjalankan ibadah.

f) Status mental
1) Pembicaraan

Pembicaraan klien keras. Klien kelihatan sangat marah. Pandangan


mata klien tampak tajam, wajah tegang, ketika menceritakan masalahnya,
terutama saat menceritakan mantan suaminya yang selingkuh.

2) Aktivitas motoric
Aktivitas motoric klien tegang. Klien mengatakan mudah kesal dan
jengkel, sering membanting banting barang, dan klien merasa bahwa
semua barang itu sudah tidak ada harganya lagi.

3) Afek dan emosi

Afek dan emosi klien yaitu amarah. Klien mudah marah, cepat
tersinggung dan selalu merusak lingkungan ( membanting barang ), kalau
saat marah klien bisa mengurung diri di kamar mandi selama berjam
jam.

4) Interaksi selama wawancara

Selama wawancara klien mudah sekali tersinggung. Menurut


keluarga klien, klien mudah sekali tersinggung, mudah marah, dan selalu
membanting barang barang semenjak gagal dalam pernikahan dengan
mantan suaminya.

Masalah keperawatan : Resiko tinggi perilaku kekerasan

5) Persepsi sensori

Ny. B resiko tinggi mengalami gangguan sensori persepsi


halusinasi

6) Proses pikir
A) Bentuk

Klien tampak menyendiri, saat diajak berkomunikasi klien


terlihat pandangannya tajam.

B) Isi pikir

Klien saat ini berfikir pesimisme, dimana klien berpandangan


bahwa masa depan dirinya sudah suram karena perkawinannya yang
gagal.

b. Analisa data

Data Problem
Mengamuk, membanting barang barang, Resiko mencederai diri
berendam di kamar mandi berjam jam ( 3
jam ).
Ds : Perilaku kekerasan.
Mudah kesal dan jengkel, membanting
banting barang, merasa semua barang itu
tidak ada harganya lagi.
Do :
Pandangan mata klien tampak tajam dan
wajah tampak tegang saat menceritakan
masalahnya.
Klien beranggapan bahwa perceraiannya Harga diri rendah.
itu dikarenakan suaminya selingkuh dan
akibat dari klien tidak bisa memberikan
keturunan untuk suaminya.
Saat marah klien terkadang mengurung diri Deficit perawatan diri.
di kamar mandi dan tidak mau bertemu
dengan orang lain. Karena klien merasa
minder, karena klien tidak bisa
mempertahankan rumah tangganya. Kilen
juga jarang mandi, kuku hitam dan
panjang, gigi kuning dan bau mulut,
rambut kotor dan lusuh,
Klien tidak mendapat dukungan dari Kopping keluarga tidak efektif.
keluarga hal ini dibuktikan dengan pada
saat klien mengamuk, keluarganya malah
tambah membentak klien sehingga klien
bertambah marah.
Klien gelisah tidak bisa tidur. Gangguan pola istirahat tidur.

c. Masalah keperawatan
a) Resiko mencederai diri dan orang lain.
b) Perilaku kekerasan.
c) Harga diri rendah.
d) Deficit perawatan diri.
e) Kopping keluarga tidak efektif.
f) Gangguan pola istirahat tidur.

d. Pohon masalah

(Effect)
Resiko tinggi mencederai
( Core Problem ) Perilaku Kekerasan

( Causal )
Harga Diri Rendah

e. Diagnose keperawatan

Perilaku kekerasan.

f. Rencana tindakan keperawatan ( NCP )

Tg Diagnosis Perencanaan Intervensi


Tujuan Kriteria Hasil
l Keperawatan
Perilaku Tujuan 1) Klien mau a) Beri salam /
kekerasan. Umum : Klien membalas panggil nama.
1. Sebut nama
tidak salam.
2) Klien mau perawat.
mencederai diri.
2. Jelaskan
menjabat
Tujuan Khusus
maksud
tangan.
:
3) Klien mau hubungan
a) Klien dapat
menyebut interaksi.
membina 3. Jelaskan akan
nama.
hubungan 4) Klien mau kontrak yang
saling tersenyum. akan dibuat.
5) Klien mau 4. Beri rasa
percaya.
kontak mata. aman dan
6) Klien mau
sikap empati.
mengetahui 5. Lakukan
nama kontak singkat
perawat. tapi sering.
b) Klien dapat 1) Klien dapat 1) kesempatan
mengidentifik mengungka untuk
asi penyebab pkan mengungkapk
perilaku perasaanny an
kekerasan. a. perasaannya.
2) Klien dapat 2) Bantu klien
mengungka untuk
pkan mengungkapk
penyebab an penyebab
perasaan perasaan
jengkel / jengkel /
kesal (dari kesal.
diri sendiri,
lingkungan,
atau orang
lain).
c) Klien dapat 1) Klien dapat 1) Anjurkan klien
mengidentifik mengungkap mengungkapkan
asi tanda dan kan perasaan apa yang dialami
gejala saat marah / dan dirasakan
perilaku jengkel. saat marah /
2) Klien dapat
kekerasan. jengkel.
menyimpulk 2) Observasi tanda
an tanda dan dan gejala
gejala perilaku
jengkel / kekerasan pada
kesal yang klien.
3) Simpulkan
dialaminya.
bersama klien
tanda dan gejala
jengkel / kesal
yang dialami.
d) Klien dapat 1) Klien dapat 1) Anjurkan klien
mengidentifi mengungkapka untuk
kasi perilaku n perilaku mengungkapkan
kekerasan kekerasan yang perilaku
yang biasa bisa dilakukan. kekerasan yang
2) Klien dapat
dilakukan. biasa dilakukan
bermain peran
klien (verbal,
sesuai perilaku
pada orang lain,
kekerasan yang
pada lingkungan,
biasa
dan pada diri
dilakukan. sendiri).
3) Klien dapat 2) Bantu klien
mengetahui bermain peran
cara yang biasa sesuai dengan
dilakukan perilaku
untuk kekerasan yang
menyelesaikan biasa dilakukan.
3) Bicarakan dengan
masalah.
klien, apakah
dengan cara yang
klien lakukan
masalahnya
selesai.
e) Klien dapat 1) Klien dapat 1) Bicarakan akibat /
mengidentifi menjelaskan kerugian dari cara
kasi akibat akibat dari cara yang dilakukan
perilaku yang klien.
2) Bersama klien
kekerasan. digunakan
menyimpulkan
klien :
2) Akibat pada akibat dari cara
klien sendiri. yang dilakukan
3) Akibat pada
oleh klien.
orang lain. 3) Tanyakan pada
4) Akibat pada
klien Apakah ia
lingkungan.
ingin mempelajari
cara baru yang
sehat.
f) Klien dapat 1) Klien dapat 1) Diskusikan
demostrasika menyebutkan kegiatan fisik
n cara fisik contoh yang biasa
untuk pencegahan dilakukan klien.
2) Beri pujian atas
mencegah perilaku
kegiatan fisik
perilaku kekerasan
klien yang biasa
kekerasan. secara fisik :
a. Tarik nafas dilakukan.
3) Diskusikan dua
dalam.
b. Pukul kasur cara fisik yang
dan bantal. paling mudah
c. Dll :
dilakukan untuk
kegiatan
mencegah
fisik.
perilaku
kekerasan, yaitu :
tarik nafas dalam
dan puluk kasur
serta bantal.
2) Klien dapat 1) Diskusikan cara
mendemons melakukan nafas
trasikan dalam dengan
cara fisik klien.
2) Beri contoh klien
untuk
tentang cara
mencegah
menarik nafas
perilaku
dalam.
kekerasan.
3) Minta klien
mengikuti contoh
yang diberikan
sebanyak 5 kali.
4) Beri pujian positif
atas kemampuan
klien
mendemonstrasik
an cara menarik
nafas dalam.
5) Tanyakan
perasaan klien
setelah selesai.
6) Anjurkan klien
menggunakan
cara yang telah
dipelajari saat
marah / jengkel.
7) Lakukan hal yang
sama dengan no.
1 sampai no. 6
untuk cara fisik
lain di pertemuan
yang lain.
3) Klien 1) Diskusikan
mempunyai dengan klien
jadwal untuk mengenai
melatih cara frekuensi latihan
pencegahan yang akan
fisik yang telah dilakukan sendiri
dipelajari oleh klien.
2) Susun jadwal
sebelumnya.
kegiatan untuk
melatih cara yang
telah dipelajari.
4) Klien 1) Klien
mengevaluasi mengevaluasi
kemampuan pelaksanaan
dalam latihan, cara
melakukan cara pencegahan
fisik sesuai perilaku
jadwal yang kekerasan yang
telah disusun. telah dilakukan
dengan mengisi
jadwal kegiatan
harian (selft
evolution).
2) Validasi
kemampuan klien
dalam
melaksanakan
latihan.
3) Berikan pujian
atas keberhasilan
klien.
4) Tanyakan kepada
klien Apakah
kegiatan cara
pencegahan
perilaku
kekerasan dapat
mengurangi
perasaan marah.
g) Klien dapat 1) Klien dapat 1) Diskusikan bicara
mendemonst menyebutkan yang baik dengan
rasikan cara cara bicara klien.
2) Beri contoh cara
sosial untuk (verbal) yang
bicara yang baik.
mencegah baik dalam
a. Meminta dengan
perilaku mencegah
baik.
kekerasan. perilaku b. Menolak dengan
kekerasan. baik.
a. Meminta c. Mengungkapkan
dengan baik. perasaan dengan
b. Menolak
baik.
dengan baik.
c. Mengungka
pkan
perasaan
dengan baik.

2) Klien dapat 1) Meminta klien


mendemonstra mengikuti contoh cara
sikan cara bicara yang baik.
a. Meminta dengan
verbal yang
baik : Saya minta
baik.
uang untuk beli
makan.
b. Menolak dengan
baik : Maaf, saya
tidak bisa
melakukan karena
ada kegiatan lain.
c. Mengungkapkan
perasaan dengan
baik : Saya kesal
karena permintaan
saya tidak
dikabulkan
disertai nada suara
rendah.
2)Meminta klien
mengulang sendiri.
3) Beri pujian atas
keberhasilan
klien.
3) Klien 1) Diskusikan
mempun dengan klien
yai tentang waktu
jadwal dan kondisi cara
untuk bicara yang dapat
melatih dilatih di ruangan,
cara misalnya :
bicara meminta obat,
yang baju, dll. :
baik. menolak ajakan
merokok, tidur
tidak tepat pada
waktunya,
menceritakan
kekesalan pada
perawat.
2) Susun jadwal
kegiatan untuk
melatih cara yang
telah dipelajari.
4) Klien 1) Klien
melakukan mengevaluasi
evaluasi pelaksanaan
terhadap latihan cara
kemampuan bicara yang baik
cara bicara dengan mengisi
yang sesuai jadwal kegiatan
dengan jadwal (self
yang telah evaluation).
2) Validasi
disusun.
kemampuan klien
dalam melakukan
latihan.
3) Berikan pujian
atas keberhasilan
klien.
4) Tanyakan kepada
klien Bagaimana
perasaan Budi
setelah latihan
bicara yang baik ?
Apakah keinginan
marah
berkurang ?.
h) Klien 1) Klien dapat 1. Diskusikan
mendemonst menyebutka dengan klien
rasikan cara n kegiatan kegiatan ibadah
spiritual ibadah yang yang pernah
untuk biasa dilakukan.
2. Bantu klien
mencegah dilakukan.
menilai kegiatan
perilaku
ibadah yang dapat
kekerasan.
dilakukan di
runag perawat.
3. Bantu klien
memilih kegiatan
ibadah yang akan
dilakukan.
4. Meminta klien
mendemostrasika
n kegiatan ibadah
yang dipilih.
5. Beri pujian atas
keberhasilan
klien.
2) Klien dapat 1. Klien
mendonstra mengevaluasi
sikan cara pelaksanaan
beribadah kegiatan ibdah
yang dengan mengisi
dipilih. jadwal kegiatan
(self
evaluation).
2. Susun jadwal
kegiatan untuk
melatih kegiatan
ibadah.
3) Klien 1. Klien mengevaluasi
mempunyai pelaksanaan kegiatan
jadwal untuk ibadah dengan
melatih mengisi jadwal
kegiatan ibadah. kegiatan harian (self
evaluation).
2. Validasi kemampuan
klien dalam
melakukan validasi.
3. Berikan pujian atas
keberhasilan klien.
4. Tanyakan kepada
klien : Bagaimana
perasaan Budi
setelah teratur
melakukan ibadah ?
Apakah keinginan
marah berkurang ?.
i) Klien 1) Klien 1. Diskusikan
mendemonst melakukan dengan klien
rasikan evaluasi tentang jenis obat
kepatuhan terhadap yang diminumnya
minum obat kemampuan (nama, warna,
untuk melakukan besarnya) : waktu
mencegah kegiatan minum obat (jika
perilaku ibadah. 3 kali : pukul
kekerasan. 07.00, 13.00,
19.00) : cara
minum obat.
2. Diskusikan
dengan klien
tentang manfaat
minum obat
secara teratur :
a. Beda perasaan
sebelum minum
obat dan sesudah
minum obat.
b. Jelaskan bahwa
dosis obat hanya
boleh diubah oleh
dokter.
c. Jelaskan
mengenai akibat
minum obat yang
tidak teratur,
misalnya
penyakitnya
kambuh.
j) Klien dapat 1) Klien dapat 1. Diskusikan tentang
mengikuti menyebutkan proses minum obat.
TAK : jenis, dosis, a. Klien meminta
Stimulasi dan waktu obat kepada
persepsi minum obat perawat (jika
pencegahan serta manfaat dirumah sakit),
perilaku dari obat itu kepada keluarga
kekerasan. (prinsip 5 (jika dirumah).
b. Klien memeriksa
benar : benar
obat sesuai
orang, benar
dosisnya.
obat, dosis,
c. Klien meminum
waktu, dan
obat pada waktu
cara
yang tepat.
pemberian). d. Susun jadwal
minum obat
bersama klien.
k) Klien 1) Klien 1. Klien
mendapatkan mendemonstra mengevaluasi
dukungan sikan pelaksanaan
keluarga kepatuhan minum obat
dalam minum dengan mengisi
melakukan obatsesuai jadwal kegiatan
cara jadwal yang harian (self
pencegahan ditetapkan. evaluation).
2. Validasi
perilaku
pelaksanaan
kekerasan.
minum obat klien.
3. Beri pujian atas
keberhasilan
klien.
4. Tanyakan kepada
klien,
Bagaimana
perasaan Budi
dengan minum
obat secara
teratur ? Apakah
keinginan untuk
marah
berkurang ?.
2) Klien 1. Anjurkan klien
mengevaluasi untuk ikut TAK :
kemampuanny Stimulasi persepsi
a. dalam pencegahan
mematuhi perilaku
minum obat. kekerasan.
2. Klien mengikuti
TAK : Stimulasi
persepsi
pencegahan
perilaku
kekerasan
(kegiatan
mandiri).
3. Diskusikan
dengan klien
tentang kegiatan
selama TAK.
4. Fasilitasi klien
untuk
mempraktikkan
hasil kegiatan
TAK dan beri
pujian atas
keberhasilannya.
3) Klien 1. Diskusikan
mengikuti dengan klien
TAK : tentang jadwal
Stimulasi TAK.
2. Masukkan jadwal
persepsi
pencegahan TAK ke dalam
perilaku jadwal kegiatan
kekerasan. harian.
3. Beri pujian atas
kemampuan
mengikuti TAK.
4. Tanyakan kepada
klien :
Bagaimana
perasaan Budi
setelah ikut
TAK ?.
4) Klien 1. Identifikasi
mempunyai kemampuan
jadwal klien keluarga dalam
melakukan merawat klien
evaluasi sesuai dengan
terhadap yang telah
pelaksanaan dilakukan
TAK. keluarga terhadap
selama ini.
2. Jelaskan
keuntungan peran
serta keluarga
dalam merawat
klien.
3. Jelaskan cara
cara merawat
klien.
a. Terkait dengan
cara mengontrol
perilaku marah
secara kontruktif.
b. Sikap dan rasa
bicara.
c. Membantu klien
mengenal
penyebab marah
dan pelaksanaan
cara pencegahan
perilaku
kekerasan.
5) Keluarga dapat 1. Bantu keluarga
mendemonstra mendemonstrasik
sikan cara an cara merawat
merawat klien. klien.
2. Bantu keluarga
mengungkapkan
perasaannya
setelah
melakukan
demonstrasi.
3. Anjurkan
keluarga
mempraktikkan
pada klien selama
dirumah sakit dan
melanjutkannya
setelah pulang
kerumah.

4. Strategi perencanaan ( SP )

DiagnosaKe
Pasien Keluarga
perawatan
Perilaku SP 1 SP 1
kekerasn a. Menyebutkan penyebab a. Menyebutkan pengertian perilaku
perilaku kekerasan. kekerasan dan proses terjadinya
b. Menyebutkan tanda dan
masalah perilaku kekerasan.
gejala perilaku kekerasan. b. Menyebutkan cara merawat
c. Menyebutkan perilaku
pasien perilaku kekerasan.
kekerasan yang dilakukan.
d. Menyebutkan akibat perilaku
kekerasan.
e. Menyebutkan cara
mengontrol perilaku
kekerasan.
f. Mempraktikkan latihan cara
mengontrol fisik I.
SP2 SP 2
a. Mempraktikkan latihan a. Mempraktikkan cara merawat
cara fisik II dan pasien perilaku kekerasan.
memasukkan kedalam
jadwal.
SP3 SP 3
a. Mempraktikkan latihan cara a. Membuat jadwal akitivitas dan
verbal dan memasukkan minum obat untuk klien.
kedalam jadwal.
b. Mempraktikkan latihan cara
spiritual dam memasukkan
kedalam jadwal.
c. Mempraktikkan latihan cara
minum obat dan
memasukkan kedalam
jadwal.
BAB IV

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA


KLIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN

1. Pertemuan pertama

Hari/tgl :

Jam :

A. Proses Keperawatan
a. Pra Interaksi
1) Kondisi klien
Pandangan mata klien tampak tajam, dan wajah tampak tegang.Klien tampak
gelisah dan selalu mondar mandir diruang rawat.Saat marah klien selalu
membanting barangbarang yang ada disekitarnya.
2) Diagnosa Keperawatan
Perilaku Kekerasan
3) Tujuan Keperawatan
Tujuan Umum : Klien tidak menciderai diri.
Tujuan Khusus :
a) TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b) TUK 2 :Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
c) TUK 3 :Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku
kekerasan.
d) TUK 4 : Klien dapat megidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
4) Rencana Tindakan Keperawatan: (SP 1pasien)
a) Menyebutkan penyebab perilaku kekerasan.
b) Menyebutkan tanda dan gejala perilaku kekerasan.
c) Menyebutkan perilaku kekerasan yang dilakukan.

B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


a. Orientasi
1) Salam Terapeutik
Selamat pagi, bu ?perkenalkan nama saya . . . , ibu bisa panggil saya
suster . . . . Saya mahasiswa dari STIKES Bina Sehat PPNI
Mojokerto.Kalau boleh tahu.Ibu namanya siapa? Dan senang dipanggil
siapa??.
2) Evaluasi / Validasi
Bagaimanakahperasaan ibu pagi ini?? Apakah saya boleh duduk di
samping ibu?Bu apakah ibu masih merasaan kesal atau marah? Kalau
boleh tau apa yang terjadi di rumahIbu ?.

3) Kontrak
a) Topik : Bagaimana kalau kita ngobrol ngobrol tentang perasaan
yang dialami ibu selama ini?.
b) Tempat: Ibu mau ngobrol ngobrol dengan saya dimana? Bagaimana
kalau di taman saja sambil duduk duduk?
c) Waktu : Ibu mau ngobrol dengan saya berapa lama ? bagaimana kalau
10 menit ? Apakah Ibu tidak keberatan ?.
b. Fase Kerja
Permisibu ... bagaimanakah perasaan ibu pagi ini?
Maaf bu, kalau boleh tau apa saja yang biasanya menyebabkan ibumarah?
Apakah sebelumnya ibupernah marahhingga seperti ini ?Lalu, apa
penyebabnya bu? Samakah dengan marah yang sekarang ibu alami ?.

Pada saat penyebab marah itu muncul, seperti saat teringat dengan mantan
suami ibu, apa yang iburasakan? Apakah ibu merasakan kesal kemudian
dadaibuberdebar debar, mata melotot, rahang terkatup rapat, tangan
mengepal dan mudah marah? Setelah itu apa yang ibu lakukan ?.

Pada saat ibu merasakan kesal, dada berdebar debar, mata melotot, rahang
terkatup rapat dan tangan mengepal itu biasanya tanda tanda bahwa ibu
merasakan kemarahan yang memuncak sehingga ibu membanting barang
barang yang ada disektar ibu.

c. Terminasi
1) Evaluasi
a) Evaluasi Subjektif :
Bagaimana perasaan ibu sekarang, setelah berbincang bincang
dengan saya dan mengetahui tanda dan gejala dari perilaku
kekerasan?.
b) Evaluasi Obyektif :
Setelah kita berbincang bincang, apakah ibu masih ingat apa saja
tanda dan gejala jika ibu merasakan kemarahan? Sekarang coba ibu
sebutkan apa saja tanda gejala dari marah .
2) Rencana tindak lanjut
Baiklahbu, nanti kita bertemu lagi untuk mempelajari akibat dari marah
ibu jika ibu melakukan hal hal berbahaya saat ibu marah dan kesal.

3) Kontrak
a. Topik :
Bu nanti kita akan berbincang bincang lagimengenaiakibat dari
kebiasaan ibu jika ibu saat marah melakukan hal hal berbahaya.
Bagaimana bu apakah ibu bersedia ?.
b. Waktu :
Menurut ibu, nanti jam berapa kita bisa balajar mengenai akibat dari
kebiasaan ibu saat marah ? Bagaimana jika jam 15.00 WIB nanti
sore ?Bagaimana apakah ibu bisa?.
c. Tempat :
Dimana tempat buat kita belajar mengenai akibat dari kebiasaan
marah ibu tersebut ? Bagaimana kalau disini lagi saja bu? Baiklah
terima kasih bu atas kerjasamanya, sampai jumpa nanti.
STRATEGI PELAKSANAAN 1 TINDAKAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN

1 Pertemuan kedua

Hari/tgl :

Jam :

A. Proses Keperawatan
a) Pra Interaksi
1. Kondisi klien
Klien mengetahui tanda dan gejala dari perilaku kekerasan. Klien tampak
sedikit gelisah, tangan mengepal, tatapan mata tajam.
2. Diagnosa Keperawatan
Perilaku Kekerasan
3. Tujuan Keperawatan
Tujuan Umum : Klien tidak menciderai diri.
Tujuan Khusus :
a. TUK 5 : Klien dapat mengidentifikasi akibat dari perilaku kekerasan.
4. Rencana Tindakan Keperawatan: (SP 1pasien)
a) Menyebutkan akibat perilaku kekerasan.

B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


a) Orientasi
1. Salam Terapeutik
Assalamualaikum, selamat soreBu ? Sesuai janji saya tadi, sekarang kita
ketemu lagi.
2. Evaluasi / Validasi
Bagaimana perasaan ibusore ini? Bagaimana bu, apakah ibu sudah
mengerti mengenai tanda dan gejala jika kemarahan ibu muncul ?Apa yang
dirasakan ibu setelah mengetahui apa saja tanda dan gejala jika kemarahan
ibu mulai muncul ?.

3. Kontrak
a) Topik : Baiklah bu, seperti yang saya janjikan tadi pagi, sekarang
kita bertemu dan belajar mengenai akibat dari kebiasaan ibu jika marah
ibu muncul dan ibu membanting banting barang ?.
b) Tempat: Ibu mau ngobrol ngobrol dengan saya dimana? Bagaimana
kalau di halamansaja sambil duduk duduk?
c) Waktu : Ibu mau ngobrol dengan saya berapa lama ? bagaimana kalau
10 menit ? Apakah Ibu tidak keberatan ?.

b) Fase Kerja
Maaf bu, kalau saya boleh tau, pada saat penyebab marah ibu muncul, seperti
saat teringat dengan mantan suami ibu, apa yang ibu lakukan selain membanting
barang barang ? Apakah ibumelakukan hal hal yang lain ?.

Jadi jika Ibu mengamuk ibu hanyamembanting barang barang yang ada
disekitar ibu saja ?. Apakah dengan cara ini masalah ibu terselesaikan?Pasti,
tidakakan terselesaikan. Apa keuntunganjika ibu marah dan membanting
banting barang di sekiar ibu ?Betul bu, tidak ada keuntungan jika ibu marah dan
membanting barang barang di sekitar ibu malah keluarga ibu jadi ketakutan
dan barang barang dirumah ibu jadi rusak karena ibu membantingnya.Apalagi
kalau barang barang yang ibu banting mengenai orang lain pasti akan ada
masalah yang terjadi, bukan menyelesaikan masalah malah menambah masalah
bu.

c) Terminasi
a. Evaluasi
1 Evaluasi Subjektif :
Bagaimana perasaan ibu sekarang, setelah berbincang bincang dengan
saya dan mengetahu apa saja akibat dari kebiasaan marah ibu yang
membanting barang barang di sekitar ibu ?
2 Evaluasi Obyektif :
Setelah kita berbincang bincang, apakah ibu masih ingat apa saja
akibat dari kebiasaan ibu jika ibu marah lalu membanting barang barang
yang ada di sekitar ibu .

b Rencana tindak lanjut


Baiklahbu, nanti kita akan mempelajari dan mempraktekan cara selanjutnya
untuk mengatasi masalah yang dialami dengan cara memukul bantal atau
guling untuk meluapkan kemarahan ibu tanpa ibu membanting barang
barang.
c Kontrak
1 Topik :
Bu nanti kita akan berbincang bincang lagi mengenaimengenai latihan
cara mengendalikan marah dengan belajar melampiaskan marah dengan
cara memukul kasur dan bantal. Bagaimana bu ?.
2 Waktu :
Menurut ibu, besok jam berapa kita bisa balajar cara mengendalikan
marah dengan cara memukul bantal atau guling ? Bagaimana jika jam
07.30 WIB ? Bagaimana apakah ibu bisa?.
3 Tempat :
Dimana tempat buat kita belajar teknik tersebut ? bagaimana kalau
didepan kamar ibusaja? Baiklah terima kasih bu atas kerjasamanya,
sampai jumpa besok bu.

STRATEGI PELAKSANAAN 2 TINDAKAN KEPERAWATAN


PADA KLIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN
1 Pertemuan ketiga
Hari/tgl :
Jam :
A. Proses keperawatan
a. Pra Interaksi
1) Kondisi klien
Klien mengetahui penyebab dari marah klien. Klien tampak sedikit gelisah,
tatapan mata klien tajam.
2) Diagnosa keperawatan
Perilaku Kekerasan
3) Tujuan keperawatan
a) Tujuan umum : klien tidak menciderai diri.
b) Tujuan khusus :
TUK6 :Klien dapat mendemonstasikan cara fisik untuk mencegah
perilaku kekerasan.
4) Rencana Tindakan Keperawatan : (SP 1 & 2 P)
a) Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan.
b) Mempraktikkan latihan cara mengontrol fisik I.
c) Mempraktikkan latihan cara fisik II dan memasukkan kedalam jadwal.
B. Strategi komunikasi
1) Fase orientasi
a) Salam terapeutik
Assalamualaikum, selamat pagiBu ? Sesuai janji saya kemarin, sekarang
kita bertemu lagi.
b) Validasi data
Bagaimana perasaan ibupagi ini?Bagaimana bu, sudah mengerti akibat dari
kebiasaan ibu membanting barang barang disekitar ibu saat marah ?.

c) Kontrak
Topik : : Baiklah bu, seperti yang saya janjikan kemarin, sekarang kita
bertemu dan belajar cara untuk mencegah perilaku kekerasan yakni dengan
cara memukul bantal atau kasur. Bagaimana bu apakah ibu mau?.
a. Tempat :Dimana kita mau berbincang bincang ? bagaimana kalau di
dalam kamar ibu saja ?.
b. Waktu : Ibu mau berapa lama buwaktunya ? apakah 10 menit cukup?.

2) Fase kerja
Ada beberapa cara untuk mengendalikan kemarahan ibu, salah satunya adalah
dengan cara fisik. Jadi, melalui kegiatan fisik, rasa marah
disalurkan.bagaimana kalau kita belajar cara fisik tersebut bu?

Beginibu, kalau tanda-tanda marah sudah mulai ibu rasakan, ibu segera
berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup
perlahan-lahan melalui mulut seperti mengelurkan kemarahan. Ayo coba lagi,
tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut.Nah, lakukan 5
kali.Bagus sekali, Ibu sudah bisa melakukannya.Bagaimana perasannya ibu
sekarang ?.

Selainnya napas dalam ibu juga dapat memukul kasur dan bantal. Sekarang,
mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Dimana tempat tidur ibu?Jadi
kalau nanti ibu kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan
kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal.Nah, coba lakukan,
pukul kasur dan bantal.Ya, bagus sekali ibu melakukannya dengan benar.

Nah, cara ini pun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah ibu
muncul.Kemudian jangan lupa rapikan tempat tidurnya setelah amarah ibu
sudah mereda.

Nah, sebaiknya latihan ini ibulakukan secara rutin sehingga bila sewaktu
waktu rasa marah itu muncul,Ibu sudah terbiasa melakukannya.

3) Fase terminasi
a. Evaluasi
a) Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap cakaptentang cara
mencegah perilaku kekerasan dengan cara teknik nafas dalam dan
memukul bantal dan kasur?..
b) Evaluasi Objektif
Coba ibu sebutkan bagaimana cara mencegah perilaku kekerasan yang
tadi kita pelajari mulai dari teknik nafas dalam ?. Bagus dicoba terusya
bu?..
b. Rencana Tindak lanjut klien
Bagaimana kalau nanti kita bertemu lagi bu?. Kita akan membahas
mengenai mengenai latihan cara mengendalikan marah dengan cara bicara
yang baik. Bagaimana bu ?.
c. Kontrak
a) Topik : Bunanti kita akan berbincang bincang lagi mengenaimengenai
latihan cara berbicara untuk mencegah marah ?.
b) Waktu : Bagaimana kalau nanti kita bertemu lagi jam 15.00 WIB.
Bagaimana bu ?.
c) Tempat :Ibu ingin bercakap cakap dengan saya dimana ? apakah tetap
disini atau bagaimana bu ?. Baiklah kalau begitu kita sudahi
perbincangan kita saat ini, terima kasih sampai jumpa dengan saya besok
ya bu.
STRATEGI PELAKSANAAN 3 TINDAKAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN
1 Pertemuan keempat
Hari/tgl :
Jam :
A. Proses keperawatan
a. Pra Interaksi
1) Kondisi klien
Klien mengetahui cara mencegah perilaku kekerasan dengan cara teknik nafas
dalam dan memukul bantal dan kasur. Klien sudah tampak tenang, pandangan
mata tidak lagi tajam, klien sudah dapat sedikit mengontrol marah.
2) Diagnosa keperawatan
Perilaku Kekerasan
3) Tujuan keperawatan
Tujuan umum : Klien tidak menciderai diri.
Tujuan khusus :
TUK 7 : Klien dapat mendemonstrasikan cara sosial untuk mencegah
perilaku kekerasan.
4) Rencana Tindakan Keperawatan : (SP 3)
a) Evaluasi SP 1 & 2
b) Mempraktikkan latihan cara verbal.
B. Strategi komunikasi
1) Fase orientasi
a. Salam terapeutik
Assalamualaikum, selamat sorebu ? Sesuai janji saya tadi, sekarang kita
bertemu lagi.
b. Validasi data
Bagaimana bu,latihan apa saja yang sudah dilakukan?Apa yang dirasakan
sekarang setelah melakukan latihan secara teratur? Bagaimana dengan rasa
marahnya?.
c. Kontrak
a) Topik : Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara berbicara untuk
mencegah marah bu??.
b) Tempat :Dimana enaknya kita berbincang bincang bu? Bagaimana
kalau di tamansaja ?.
c) Waktu : Berapa lama ibumau berbincang bincang dengan saya?
Bagaimana kalau 10 menit?.

2) Fase kerja
Baiklah sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah ibu.
Jika marah sudah disalurkan melalui tarik napas dalam atau pukul kasur dan
bantal, dan perasaan ibu sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang
membuat kita marah. Ada tiga cara bu untuk berbicara agar mencegah marah
diantaranya yaitu :
a) Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta
tidak menggunakan kata kata kasar. Misalnya ibu ingin meminta sesuatu
pada orang lain, harus dilakukan dengan perkataan yang baik tanpa nada
suara tinggi. Misalnya ibu meminta makanan dengan cara yang baik. Bu,
bolehkah saya minta makananitu ?karna saya lapar. Nanti bisa dicoba
disini untuk meminta baju, minta obat dan lain lain. Coba ibu praktekkan.
b) Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh ibu, dan ibu tidak ingin
melakukannya, katakana saja bu, misalnya Maaf saya tidak bisa
melakukannya karena sedang ada kerjaan. Coba ibu praktikkan.
c) Mengungkapkan perasaan dengan baik. Misalnya Saya kesal karena
permintaan saya tidak dikabulkan disertai dengan nada yang rendah. Coba
ibu praktikkan bu.

3) Fase terminasi
a. Evaluasi
a) Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap cakaptentang cara yang
kita pelajari tadi?.
b) Evaluasi Objektif
Coba ibu sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari tadi.

b. Rencana Tindak lanjut klien


Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi bu?. Besok kita akan
membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah ibu yaitu dengan cara
ibadah, apakah ibusetuju ?.
c. Kontrak
a) Topik : Bagaimana kalau besok kita membahas mengenaicara lain untuk
mengatasi rasa marah ibu yaitu dengan cara ibadah dan kepatuhan minum
obat ?.
b) Waktu : Besok kita bertemu lagi jam 07.30 WIB. Apakah ibu tidak
keberatan ?.
c) Tempat :Bagaimana kalau nanti kita ketemu di teras saja bu ?. Baiklah
kalau begitu kita sudahi perbincangan kita saat ini, terima kasih sampai
jumpa besok ya bu.

STRATEGI PELAKSANAAN 4 TINDAKAN KEPERAWATAN


PADA KLIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN

1 Pertemuan kelima
Hari/tgl :
Jam :
A. Proses keperawatan
a. Pra Interaksi
1) Kondisi klien
Klien meampu berbicara dengan baik tanpa nada yang tinggi.Klien berbicara
dengan pelan tidak lagi berbicara dengan keras, klien tampak tenang.
2) Diagnosa keperawatan
Perilaku Kekerasan
3) Tujuan keperawatan
Tujuan umum : klien tidak menciderai diri.
Tujuan khusus :
TUK 8 : Klien dapat mendemonstrasikan cara spiritual untuk
mencegah perilaku kekerasan.
b. Rencana Tindakan Keperawatan : (SP 3 pasien)
a) Evaluasi SP 1 &2.
b) Mempraktikkan latihan cara spiritual dam memasukkan kedalam jadwal.

B. Strategi komunikasi
1) Fase orientasi
a. Salam terapeutik
Assalamualaikum, selamat pagi bu ? Sesuai janji saya kemarin, sekarang
kita bertemu lagi.
b. Validasi data
Bagaimana bu,latihan apa yang sudah dilakukan?Apa yang dirasakan
setelah melakukan latihan secara teratur?bagaimana rasa marahnya bu?.

c. Kontrak
a) Topik : Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk
mencegah rasa marah yaitu dengan cara ibadah?. Bagaimana bu ?.
b) Tempat :Dimana enaknya kita berbincang bincang? Bagaimana kalau
di sini saja bu?.
c) Waktu : Berapa lama mau ibumau berbincang bincang dengan saya ?
Bagaimana kalau 20 menit?.

c. Fase kerja
Sekarang kita akan melakukan kegiatan untuk latihan mencegah rasa marah
dengan melakukan ibadah.

Coba ceritakan bu, kegiatan ibadah yang biasa ibu lakukan ?Baik,yang mana
mau dicoba bu? .

Nah,kalau ibu sedang marah coba ibu langsung duduk dan tarik nafas dalam lalu
jika marahnya belum reda juga rebahkan badan ibu agar rileks dan jika masih
belum reda juga segera ambil air wudlu kemudian ibu lakukan shalat.

Ibu bisa melakukan shalat secara teratur untuk meredakan kemarahan ibu.Coba
ibu sebutkan shalat 5 waktu?.

Selain sholat ibu juga bias melakukan dzikir bila rasa marah ibu muncul. Dengan
berdzikir insyaallah rasa marah ibu akan meredah bahkan hilang, serta jangan lupa
untuk selalu berdoa. Sekarang coba ibu sebutkan salah satu bacaan dzikir yang
bapak ketahui.Lakukan hal hal tadi ya bu, bila rasa marah ibu muncul atau
bahkan setiap saat ibu.Bagaimana ibu mau?
d. Fase terminasi
a. Evaluasi
a) Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap cakaptentang cara yang
kita pelajari tadi?.

b) Evaluasi Objektif
Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajaribu ?. Coba
ibu sebutkan lagi cara ibadah yang dapat ibu lakukan bila ibu merasa marah
?sebutkan bu?.
b. Rencana Tindak lanjut klien
Setelah ini coba ibu lakukan sholat sesuai dengan yang ibu bisa.Dan ibu dapat
melakukannya setiap hari.
c. Kontrak
a) Topik : Baiklah bu, kapan kita bisa bertemu lagi bu ?Baiklah nanti kita
akan bertemu untuk melihat sejauh mana ibu melaksanakan kegiatan minum
obat ?.
b) Waktu : Besok kita ketemu lagi jam 15.00 WIB. Bagaimana bu ?.
c) Tempat : Bagaimana bu, kalau nanti kita ketemu di halaman taman
saja?. Baiklah kalau begitu kita sudahi perbincangan kita saat ini, terima
kasih sampai jumpa besok ya bu.

STRATEGI PELAKSANAAN 5 TINDAKAN KEPERAWATAN


PADA KLIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN
1 Pertemuan keenam
Hari/tgl :
Jam :
A. Proses keperawatan
a. Pra Interaksi
1) Kondisi klien
Klien sudah mengetahui beberapa cara mengontrol marah melalui teknik
nafas dalam dan memukul kasur dan bantal dan melakukan kegiatan
spiritual. Klien sudah tampak tenang, wajah tidak tegang, tangan sudah tidak
mengepal, tidak lagi ketus, berbicara dengan suara biasa tidak bernada tinggi.
2) Diagnosa keperawatan
Perilaku Kekerasan
3) Tujuan keperawatan
a) Tujuan umum : klien tidak menciderai diri.
b) Tujuan khusus :
TUK 9 :Klien dapat mendemonstrasikan kepatuhan minum obat untuk
mencegah perilaku kekerasan.
TUK 10 : Klien dapat mengikuti TAK: stimulasi persepsi pencegahan
perilaku kekerasan.
4) Rencana Tindakan Keperawatan : (SP 1, 2, & 3 keluarga)
a) Evaluasi SP 1,2& 3 serta latihan spiritual yang telah dilakukan.
b) Mempraktikkan latihan cara minum obat.

B. Strategi komunikasi
1) Fase orientasi
a. Salam terapeutik
Assalamualaikum, selamat pagi bu ? Sesuai janji saya kemarin, sekarang
kita ketemu lagi.

b. Validasi data
Bagaimana bu, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam, pukul kasur
bantal, bicara yang baik serta shalat? Apa yang dirasakan setelah
melakukan latihan secara teratur?.
c. Kontrak
a) Topik : Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang jenis
obat, dosis, waktu minum obat serta kepatuhan minum obat untuk
mengontrol kemarahan ibu.
b) Tempat :Dimana enaknya kita berbincang bincang? Bagaimana kalau
di sini saja bu?.
c) Waktu : Berapa lama ibumau berbincang bincang? Bagaimana kalau
15menit cukup bu?.
2) Fase kerja
Apakah ibu sudah dapat obat dari dokter?.Berapa macam obat yang ibu
minum? Warnanya apa sajabu ? Jam berapa saja ibu minumobat ?.

Nanti sebelum ibu minum obat ibu lihat dulu label di kotak obat apakah benar
nama ibu tertulis disitu apa tidak, berapa dosis yang harus diminum, jam
berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah
benar?.Disini minta obatnya pada suster ya bu, kemudian cek lagi apakah benar
obatnya.

Ibu, jangan pernah menghentikan minum obat ya, sebelum berkonsultasi


dengan dokter ibu, karena dapat terjadi kekambuhan dan supaya ibu cepat
sembuh. Dan sebaiknya ibu mematuhi minum obat secara teratur agar ibu
bisa segera sembuh.

3) Fase terminasi
a. Evaluasi
a) Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
minum obat yang benar?

b) Evaluasi Objektif
Cobaibu sebutkan lagi jenis obat yang ibu minum dan bagaimana cara
minum obat yang benar?.
Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari
bu?. Jangan lupa laksanakan semua cara mengontrol marah dengan
teratur ya bu..
b. Rencana Tindak lanjut klien
Baik, bagaimana kalau besok kita bertemu kembali untuk melihat sejauh
mana ibumelaksanakan kegiatan dan sejauh mana dapat mencegah rasa
marah.
c. Kontrak
Topik : Baiklah, saya rasa cukup perbincangan kita untuk pertemuan kali
ini bu. Besok saya akan berbincang bincang dengan keluarga ibu.
Waktu : Besoksaya bertemu dengan keluarga ibujam 07.30 WIB.
Tempat : Ibu ingin melakukan kegiatan ini dimana? Bagaimana jika
dikamar ibu saja ?. Baiklah kalau begitu kita sudahi perbincangan kita hari
ini, terima kasih sampai jumpa besok ya bu.
BAB 5

Penutup

1. Kesimpulan
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah yang diekspresikan dengan
melakukan ancaman, mencederai orang lain, dan atau merusak lingkungan. Respons
tersebut muncul akibat adanya stressor.
Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrim dari marah atau
ketakutan ( panik ). Perilaku agresif dan perilaku kekerasan itu sendiri saling dipandang
sebagai suatu rentang, dimana agresif verbal disuatu sisi dan perilaku kekerasan ( violence
) di sisi lain. ( Yosep, Iyus. 2007 ).
Tanda dan gejala dari perilaku kekerasan diantaranya muka merah dan tegang,
mata melotot, tangan mengepal, bicara kasar dengan nada tinggi, ketus, menyerang orang
lain, melukai diri sendiri maupun orang lain, merusak lingkungan, agresif, dll.
2. Saran

Penulis menyadari dalam penulisan masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan
dan perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan
pengetahuan terutama bagi pembaca dan penulis.

Anda mungkin juga menyukai