PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Menurut WHO sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik fisik, mental
dan social tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan. Sedangkan sakit adalah ketidak
seimbangan fungsi normal tubuh manusia termasuk sejumlah system biologis dan kondisi
penyesuaian.
Kesehatan jiwa bagi manusia berarti terwujudnya keharmonisan fungsi jiwa dan
sanggup menghadapi problem, merasa bahagia dan mampu diri. Orang yang sehat jiwa
berarti mempunyai kemampuan menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,
masyarakat dan lingkungan. Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat emosional,
psikologis, dan social yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku
dan koping yang efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (videbeck,2008)
Gangguan jiwa didefinisikan sebagai suatu sindrom atau perilaku yang penting secara
klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distress (vidbeck,2008)
Perilaku kekerasan seperti memukul anggota keluarga/orang lain, merusak alat rumah
tangga dan marah marah merupakan alasan utama yang paling banyak dikemukakan oleh
keluarga. Penanganan yang dilakukan oleh keluarga belum memadai sehingga dalam
perawatan klien seyogyanya sekeluarganya mendapat pendidikan kesehatan tentang cara
merawat klien
Asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien perilaku kekerasan dirumah sakit jiwa
perlu ditingkatkan serta dengan perawatan intensif dirumah sakit umum. Asuhan keperawatn
perilaku kekerasan yaitu asuhan keperawatan yang diberikan bertujuan untuk melatih klien
mengontrol perilaku kekersan yang biasa dilakukan.
B. Rumusan masalah
a. Apakah pengertian perilaku kekerasan ?
b. Apa saja tanda dan gejala perilaku kekerasan ?
c. Apa saja etiologi dari perilaku kekerasan?
d. Apa saja rentang respon perilaku kekerasan ?
e. Apa saja tindakan keperawatan yang akan diberikan ?
C. Tujuan
Sebagaimana rumusan masalah diatas, penulis mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Untuk memahami pengertian perilaku kekerasan.
2. Untuk memahami proses terjadinya perilaku kekerasan .
3. Untuk memahami proses keperawatan perilaku kekerasan.
D. Manfaat
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Definisi
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun
lingkungan (fitria, 2009).
Menurut Stuart dan Sundeen (1995), perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana
seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan
perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau
mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut (Purba
dkk, 2008).
Perilaku kekerasan merupakan respon terhadap stressor yang dihadapi oleh seseorang
yang ditunjukkan dengan perilaku actual melakukan kekerasan baik pada diri sendiri maupun
orang lain baik seacara verbal maupun non verbal yang bertujuan untuk melukai orang secara
fisik maupun psikologis (Berkowitz, 2000)
Menurut WHO (dalam Bagong. S, dkk. 2000) kekerasan adalah penggunaan kekuatan
fisik dan kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau
sekelompok orang atau masyarakat yang mengakibatkan atau kemungkinan besar
mengakibatkan memar atau trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan perkembangan
atau perampasan hak.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan perilaku kekerasan adalah
suatu keadaan dimana individu melakukan tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan
2. ETIOLOGI
a) Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan menurut teori
biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskan oleh Towsend (1996
dalam Purba dkk, 2008) adalah:
a Teori Biologik
Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap
perilaku:
1 Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls agresif:
sistem limbik, lobus frontal dan hypothalamus. Neurotransmitter juga
mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau menghambat proses impuls
agresif. Sistem limbik merupakan sistem informasi, ekspresi, perilaku, dan
memori. Apabila ada gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan atau
menurunkan potensial perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada lobus
frontal maka individu tidak mampu membuat keputusan, kerusakan pada
penilaian, perilaku tidak sesuai, dan agresif. Beragam komponen dari sistem
neurologis mempunyai implikasi memfasilitasi dan menghambat impuls
agresif. Sistem limbik terlambat dalam menstimulasi timbulnya perilaku
agresif. Pusat otak atas secara konstan berinteraksi dengan pusat agresif.
2 Biokimia
Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine,
asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau
menghambat impuls agresif. Teori ini sangat konsisten dengan fight atau flight
yang dikenalkan oleh Selye dalam teorinya tentang respons terhadap stress.
3 Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku
agresif dengan genetik karyotype XYY.
4 Gangguan Otak
Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku
agresif dan tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang sistem
limbik dan lobus temporal; trauma otak, yang menimbulkan perubahan
serebral; dan penyakit seperti ensefalitis, dan epilepsy, khususnya lobus
temporal, terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
b. Teori Psikologik
1) Teori Psikoanalitik
2) Teori Pembelajaran
3) Teori Sosiokultural
b) Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan
dengan (Yosep, 2009):
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti
dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan
dirinya sebagai seorang yang dewasa.
e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi
rasa frustasi.
f. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap
c) Factor psikologis
a Teori psikoanalisa
b Agregitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh kembang
seseorang.
c Imitation, modeling and information processing theory
d Perilaku kekerasan dapat berkembang dalam lingkungan yang mayoritas
kekerasan.
e Learning theory
f Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap lingkungan
terdekatnya .
g Extensi theory
h Bertindak sesuai perilaku adalah kebutuhan dasar manusia apabila kebutuhan
tersebut tidak dipenuhi melalui perilaku konstruksi maka individu akan
memenuhi kebutuhan dengan perilakun yang destruktif.
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah.
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa
jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan
sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal
mencapai keinginan.
Frustasi, seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan atau keinginan yang
diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak
mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan
keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.
Hilangnya harga diri disebabkan karena pada dasarnya manusia itu mempunyai
kebutuhan yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu
tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas tersinggung, lekas
marah, dan sebagainya.
4. Pathway
Stress
Cemas
Mengungkapkan secara verbal
Menantang
Mengingkari marah
Asetif : Mengemukakan pendapat atau ekspresi tidak senang atau tidak setuju tanpa
menyakiti lawan bicara.
Frustasi : Respons akibat gagal mencapai tujuan, kepuasan atau rasa aman. Individu
tidak dapat menunda sementara atau menemukan alternatif lain.
Agresif : Suatu perilaku yang menyertai marah merupakan dorongan mental untuk
bertindak dan masih terkontrol.
Mengamuk : Rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri
sehingga dapat merusak diri dan lingkungan.
6. Mekanisme koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress, termasuk
upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk
melindungi diri.
Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya
ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri
antara lain:
7. Perilaku
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
a. Menyerang atau menghindar (fight of flight )
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf otonom beraksi
terhadap sekresi epinephrin yang menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi,
wajah merah, pupil melebar, sekresi HCl meningkat, peristaltik gaster menurun,
pengeluaran urine dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat
diserta ketegangan otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku
dan disertai reflek yang cepat.
b. Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya
yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang
terbaik untuk mengekspresikan marah karena individu dapat mengekspresikan rasa
marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikolgis. Di samping itu
perilaku ini dapat juga untuk pengembangan diri klien.
c. Memberontak (acting out)
Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku acting out untuk
menarik perhatian orang lain.
d. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan
8. Penatalaksanaan
Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa amuk ada 2 yaitu:
a) Medis
a. Nozinan, yaitu sebagai pengontrol prilaku psikososia.
b. Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan prilaku merusak diri.
c. Thrihexiphenidil, yaitu mengontro perilaku merusak diri dan menenangkan
hiperaktivitas.
d. ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan klien bila mengarah
pada keadaan amuk.
b) Penatalaksanaan keperawatan
a. Psikoterapeutik
b. Lingkungan terapieutik
c. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
d. Pendidikan kesehatan
A. Pengkajian
1. Identitas.
2. Alasan masuk.
3. Faktor predisposisi.
5. Psikososial.
a. Geogram.
d. Spiritual.
Adapun aspek spiritual dapat dikaji meliputi sebagai berikut :
a. Apa agama dan keyakinan klien / keluarganya. Bagaimana nilai, norma,
pandangan dan keyakinan diri klien, keluarga dan masyarakat setempat
tentang gangguan jiwa sesuai dengan norma budaya dan agama yang
dianutnya.
b. Kegiatan keagamaan, ibadah dan keyakinan apa saja yang dikerjakan
klien di rumah / lingkungan sekitarnya baik secara individu maupun
kelompok, pendapat klien / keluarga tentang ibadah tersebut.
Pada klien dengan perilaku kekerasan klien cenderung ragu ragu dan
moral kurang.
6. Status mental.
a. Penampilan.
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki apakah
ada yang tidak rapih, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian
tidak seperti biasanya, kemampuan klien dalam berpakaian, dampak
ketidakmampuan berpenampilan baik / berpakaian terhadap status
psikologis klien. Pada klien dengan perilaku kekerasan biasanya klien tidak
mampu merawat penampilannya, biasanya penampilan tidak rapi,
penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak seperti biasanya,
rambut kotor, rambut seperti tidak pernah disisr, gigi kotor dan kuning,
kuku panjang dan hitam.
b. Pembicaraan.
Amati pembicaraan klien apakah cepat, keras, terburu-buru, gagap,
sering terhenti / bloking, apatis, lambat, membisu, menghindar, tidak mampu
memulai pembicaraan. Pada klien perilaku kekerasan cara bicara klien kasar,
suara tinggi, membentak, ketus, berbicara dengan kata kata kotor.
c. Aktivitas motoric.
Pada klien dengan perilaku kekerasan klien cenderung agresif, dapat
secara tiba tiba menyerang orang lain dan dapat melukai diri sendiri.
d. Afek dan emosi.
8. Analisa data.
Objektif :
1 Mata melotot / pandangn tajam.
2 Tangan mengepal
3 Rahang mengatup.
4 Wajah memerah dan tegang.
5 Postur tubuh kaku.
6 Suara keras.
B. Masalah keperawatan.
a Perilaku kekerasan.
b Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
c Harga diri rendah.
- Pohon masalah.
Stuart dan sundeen (1997) mengidentifikasi pohon masalah kekerasan
sebagai berikut :
(Causal)
Halusinasi
- Diagnosa keperawatan.
Perilaku kekerasan
C. Rencana Keperawatan.
D. Implementasi.
STRATEGI PELAKSANAAN BERDASARKAN PERTEMUAN (SP)
1) SP 1 pasien
1. Menyebutkan penyebab perilaku kekerasan
2. Menyebutkan tanda dan gejala perilaku kekerasan
3. Menyebutkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
4. Menyebutkan akibat perilaku kekerasan
5. Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan
6. Mempraktikkan cara latihan mengontrol fisik
7. Masuk jadwak kegiatan pasien
2) SP 2 pasien
1. Evaluasi kegiatan yang lalu
2. Mempraktikkan latihan cara mengontrol fisik 2 Latih verbal (3 macam)
3. Masuk jadwal kegiatan pasien
3) SP 3 pasien
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
2. Mempraktikkan latihan cara verbal/sossial (3 macam)
3. Masuk jadwal kegiatan pasien
4) SP 4 pasien
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1,2) dan verbal
2. Latian cara spiritual
3. Masuk jadwal kegiatan pasien
5) SP 5 pasien
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (F1,2) , verbal (SP 3), spiritual
2. Latian patuh obat
3. Masuk jadwal kegiatan pasien
6) SP 1 keluarga
1. Mengidentifikasi maslah yang disarankankeluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan PK, penyebab, tanda dan gejala
3. Menjelaskan cara merawat PK
4. Latihan (simulasi) 2 cara merawat
5. RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat
7) SP 2 keluarga
1. Evaluasi SP 1
2. Latihan (simulasi) 2 cara lain untuk merawat
3. Latihan (simulasi) ke pasien
4. RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat
8) SP 3 keluarga
1. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1,2)
2. Evaluasi kemampuan pasien
3. RTL keluarga dengan Flollow Up dan Rujukan
E. Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Lilik Marifatul. 2011. Keperawatan Jiwa. Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta :
Graha Ilmu
Ny.B usia35 tahun, masuk RSJ 2 hari yang lalu. karena mengamuk dan
membanting barang barang, gelisah tidak bisa tidur, berendam dikamar mandi
berjam-jam (3 jam).Sudah satu kali dirawat dengan alasan sama yaitu mengamuk.
Hal itu disebabkan karena melihat mantan suaminya berjalan dengan
perempuan lain (data dari klien dan keluarga). Saat dikaji tentang perilaku mengamuk,
klien menolak dengan mengatakan bahwa dia tidak mengamuk dan tidak membanting
barang. Pandangan mata klien tampak tajam, dan wajah tampak tegang.Klien tampak
gelisah dan selalu mondar mandir diruang rawat. Saat marah klien selalu membanting
barang-barang yang ada disekitarnya.
Klien mengatakan kesal karena sering dibentak bentak oleh keluarganya dan
sering kesal jika mengingat peristiwa perceraian dengan suaminya 1 tahun lalu. Klien
mengatakan kesal karena suaminya selingkuh dan tak tahu harus bagaimana lagi
menyelesaikan masalahnya dengan suaminya. Klien beranggapan kalau perceraian itu
dikarenakan klien tidak bisa memiliki keturunan dari suaminya.
Menurut keluarga klien kalau marah sering melempar barang-barang milik
mantan suaminya keluar rumah dan menyobek-nyobek semua kenangan yang ada
tentang suaminya, dan tidak mau bertemu dengan orang lain. Bila sedang marah, ayah
klien tambah memarahinya sehingga klien menjadi mengamuk.Klien tidak mau mandi
bila tidak disuruh. Rambut tampak kotor, kusut, gigi kotor dan kuning, kuku hitam
dan panjang.
Rekam medis : klien pernah dirawat di RSJ 1,5 tahun yang lalu. Dengan alasan klien
sering membanting barang-barang yang ada dirumah.
1. Model keperawatan
a) Model komunikasi
b) Model perilaku
c) Model sosial
2. Terapi modalitas
a) Terapi individual
b) Terapi lingkungan
Terapi lingkungan ini cocok untuk kasus diatas, karena pada terapi
lingkungan ini berbentuk pada menata lingkungan agar terjadi perubahan perilaku
pada klien dari perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif dengan
menggunakan sebagian dari lingkungan rumah sakit. Terapi ini bertujuan untuk
mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat luas.
c) Terapi kognitif
Didalam terapi kognitif kita bisa mencoba merubah pola fikir klien agar
klien bisa berfikir secara rasional kembali. Tujuan dari terapi ini adalah
membentuk kembali pikiran individu, membantu klien dalam mengidentifikasi
dan menganalisis kognisi negatif klien.
3. Analisa kasus
a. Pengkajian
a) Identitas klien
Nama : Ny.B
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 35 Tahun
b) Alasan masuk
c) Faktor predisposisi
1) Riwayat gangguan jiwa
Klien pernah dirawat di RSJ 1,5 tahun yang lalu. Dengan alasan
klien sering membanting barang-barang yang ada disekelilingnya, dan
sekarang klien dimasukan ke RSJ karena klien mengamuk dan
membanting barang-barang yang ada disekelilingnya. hal itu disebabkan
karena melihat mantan suaminya berjalan dengan perempuan lain.
2) Riwayat pengobatan
3) Riwayat penganiayaan
Klien tidak pernah mengalami penganiayaan fisik, seksual dan
tindakan criminal.
d) Pemeriksaan fisik
1) Tanda tanda vital
TD : 150/90 mmHg
RR : 24 x / menit
S : 36,5 C
N : 102 x / menit
2) Pemeriksaan fisik ( Head to toe )
1). Kepala
a. Rambut
a) Inspeksi : Tidak ada ketombe, tidak beruban, berwarna
hitam, tampak kotor, kusut.
b) Palpasi : Tidak ada benjolan.
b. Mata
a) Inspeksi : Fungsi penglihatan mata baik, konjungtiva
tidak anemis, sklera tidak icterus, pupil dilatasi.
c. Telinga : Simetris kanan-kiri
d. Mulut : Bau,
a) Inspeksi : Gigi tampak kotor dan kuning.
2). Dada
a. Inspeksi : Simetris antara kanan dan kiri, tidak ada lesi.
b. Perkusi : Terdengar suara pekak pada jantung dan
resonan pada lapang paru,
c. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan di
daerah dada.
d. Auskultasi : Tidak ada bunyi nafas tambahan, tidak
terdengar suara bunyi S3 maupun S4.
3). Abdomen
a. Inspeksi : Perut datar, tidak ada lesi didaerah abdomen.
b. Perkusi : Terdengar suara tympani.
c. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan disekitar
abdomen.
d. Auskultasi : Terdengar suara bising usus 10 kali per menit.
4). Ekstermitas
Inspeksi : Kuku hitam dan panjang
e) Psikososial
1) Geogram
Keterangan :
= Laki-laki = Perempuan
2) Konsep diri
A) Gambaran diri
B) Identitas diri
C) Fungsi peran
D) Ideal diri
Klien mengatakan kesal karena suaminya selingkuh dan tidak
tahu bagaimana caranya untuk mempertahankan rumah tangganya
sehingga akhirnya bercerai.
E) Harga diri
F) Masalah keperawatan
Harga diri rendah.
3) Hubungan sosial
A) Orang yang berarti
Orang yang berarti yaitu suami klien.
B) Peran serta kegiatan kelompok / masyarakat
4) Spiritual
f) Status mental
1) Pembicaraan
2) Aktivitas motoric
Aktivitas motoric klien tegang. Klien mengatakan mudah kesal dan
jengkel, sering membanting banting barang, dan klien merasa bahwa
semua barang itu sudah tidak ada harganya lagi.
Afek dan emosi klien yaitu amarah. Klien mudah marah, cepat
tersinggung dan selalu merusak lingkungan ( membanting barang ), kalau
saat marah klien bisa mengurung diri di kamar mandi selama berjam
jam.
5) Persepsi sensori
6) Proses pikir
A) Bentuk
B) Isi pikir
b. Analisa data
Data Problem
Mengamuk, membanting barang barang, Resiko mencederai diri
berendam di kamar mandi berjam jam ( 3
jam ).
Ds : Perilaku kekerasan.
Mudah kesal dan jengkel, membanting
banting barang, merasa semua barang itu
tidak ada harganya lagi.
Do :
Pandangan mata klien tampak tajam dan
wajah tampak tegang saat menceritakan
masalahnya.
Klien beranggapan bahwa perceraiannya Harga diri rendah.
itu dikarenakan suaminya selingkuh dan
akibat dari klien tidak bisa memberikan
keturunan untuk suaminya.
Saat marah klien terkadang mengurung diri Deficit perawatan diri.
di kamar mandi dan tidak mau bertemu
dengan orang lain. Karena klien merasa
minder, karena klien tidak bisa
mempertahankan rumah tangganya. Kilen
juga jarang mandi, kuku hitam dan
panjang, gigi kuning dan bau mulut,
rambut kotor dan lusuh,
Klien tidak mendapat dukungan dari Kopping keluarga tidak efektif.
keluarga hal ini dibuktikan dengan pada
saat klien mengamuk, keluarganya malah
tambah membentak klien sehingga klien
bertambah marah.
Klien gelisah tidak bisa tidur. Gangguan pola istirahat tidur.
c. Masalah keperawatan
a) Resiko mencederai diri dan orang lain.
b) Perilaku kekerasan.
c) Harga diri rendah.
d) Deficit perawatan diri.
e) Kopping keluarga tidak efektif.
f) Gangguan pola istirahat tidur.
d. Pohon masalah
(Effect)
Resiko tinggi mencederai
( Core Problem ) Perilaku Kekerasan
( Causal )
Harga Diri Rendah
e. Diagnose keperawatan
Perilaku kekerasan.
4. Strategi perencanaan ( SP )
DiagnosaKe
Pasien Keluarga
perawatan
Perilaku SP 1 SP 1
kekerasn a. Menyebutkan penyebab a. Menyebutkan pengertian perilaku
perilaku kekerasan. kekerasan dan proses terjadinya
b. Menyebutkan tanda dan
masalah perilaku kekerasan.
gejala perilaku kekerasan. b. Menyebutkan cara merawat
c. Menyebutkan perilaku
pasien perilaku kekerasan.
kekerasan yang dilakukan.
d. Menyebutkan akibat perilaku
kekerasan.
e. Menyebutkan cara
mengontrol perilaku
kekerasan.
f. Mempraktikkan latihan cara
mengontrol fisik I.
SP2 SP 2
a. Mempraktikkan latihan a. Mempraktikkan cara merawat
cara fisik II dan pasien perilaku kekerasan.
memasukkan kedalam
jadwal.
SP3 SP 3
a. Mempraktikkan latihan cara a. Membuat jadwal akitivitas dan
verbal dan memasukkan minum obat untuk klien.
kedalam jadwal.
b. Mempraktikkan latihan cara
spiritual dam memasukkan
kedalam jadwal.
c. Mempraktikkan latihan cara
minum obat dan
memasukkan kedalam
jadwal.
BAB IV
1. Pertemuan pertama
Hari/tgl :
Jam :
A. Proses Keperawatan
a. Pra Interaksi
1) Kondisi klien
Pandangan mata klien tampak tajam, dan wajah tampak tegang.Klien tampak
gelisah dan selalu mondar mandir diruang rawat.Saat marah klien selalu
membanting barangbarang yang ada disekitarnya.
2) Diagnosa Keperawatan
Perilaku Kekerasan
3) Tujuan Keperawatan
Tujuan Umum : Klien tidak menciderai diri.
Tujuan Khusus :
a) TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b) TUK 2 :Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
c) TUK 3 :Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku
kekerasan.
d) TUK 4 : Klien dapat megidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
4) Rencana Tindakan Keperawatan: (SP 1pasien)
a) Menyebutkan penyebab perilaku kekerasan.
b) Menyebutkan tanda dan gejala perilaku kekerasan.
c) Menyebutkan perilaku kekerasan yang dilakukan.
3) Kontrak
a) Topik : Bagaimana kalau kita ngobrol ngobrol tentang perasaan
yang dialami ibu selama ini?.
b) Tempat: Ibu mau ngobrol ngobrol dengan saya dimana? Bagaimana
kalau di taman saja sambil duduk duduk?
c) Waktu : Ibu mau ngobrol dengan saya berapa lama ? bagaimana kalau
10 menit ? Apakah Ibu tidak keberatan ?.
b. Fase Kerja
Permisibu ... bagaimanakah perasaan ibu pagi ini?
Maaf bu, kalau boleh tau apa saja yang biasanya menyebabkan ibumarah?
Apakah sebelumnya ibupernah marahhingga seperti ini ?Lalu, apa
penyebabnya bu? Samakah dengan marah yang sekarang ibu alami ?.
Pada saat penyebab marah itu muncul, seperti saat teringat dengan mantan
suami ibu, apa yang iburasakan? Apakah ibu merasakan kesal kemudian
dadaibuberdebar debar, mata melotot, rahang terkatup rapat, tangan
mengepal dan mudah marah? Setelah itu apa yang ibu lakukan ?.
Pada saat ibu merasakan kesal, dada berdebar debar, mata melotot, rahang
terkatup rapat dan tangan mengepal itu biasanya tanda tanda bahwa ibu
merasakan kemarahan yang memuncak sehingga ibu membanting barang
barang yang ada disektar ibu.
c. Terminasi
1) Evaluasi
a) Evaluasi Subjektif :
Bagaimana perasaan ibu sekarang, setelah berbincang bincang
dengan saya dan mengetahui tanda dan gejala dari perilaku
kekerasan?.
b) Evaluasi Obyektif :
Setelah kita berbincang bincang, apakah ibu masih ingat apa saja
tanda dan gejala jika ibu merasakan kemarahan? Sekarang coba ibu
sebutkan apa saja tanda gejala dari marah .
2) Rencana tindak lanjut
Baiklahbu, nanti kita bertemu lagi untuk mempelajari akibat dari marah
ibu jika ibu melakukan hal hal berbahaya saat ibu marah dan kesal.
3) Kontrak
a. Topik :
Bu nanti kita akan berbincang bincang lagimengenaiakibat dari
kebiasaan ibu jika ibu saat marah melakukan hal hal berbahaya.
Bagaimana bu apakah ibu bersedia ?.
b. Waktu :
Menurut ibu, nanti jam berapa kita bisa balajar mengenai akibat dari
kebiasaan ibu saat marah ? Bagaimana jika jam 15.00 WIB nanti
sore ?Bagaimana apakah ibu bisa?.
c. Tempat :
Dimana tempat buat kita belajar mengenai akibat dari kebiasaan
marah ibu tersebut ? Bagaimana kalau disini lagi saja bu? Baiklah
terima kasih bu atas kerjasamanya, sampai jumpa nanti.
STRATEGI PELAKSANAAN 1 TINDAKAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN
1 Pertemuan kedua
Hari/tgl :
Jam :
A. Proses Keperawatan
a) Pra Interaksi
1. Kondisi klien
Klien mengetahui tanda dan gejala dari perilaku kekerasan. Klien tampak
sedikit gelisah, tangan mengepal, tatapan mata tajam.
2. Diagnosa Keperawatan
Perilaku Kekerasan
3. Tujuan Keperawatan
Tujuan Umum : Klien tidak menciderai diri.
Tujuan Khusus :
a. TUK 5 : Klien dapat mengidentifikasi akibat dari perilaku kekerasan.
4. Rencana Tindakan Keperawatan: (SP 1pasien)
a) Menyebutkan akibat perilaku kekerasan.
3. Kontrak
a) Topik : Baiklah bu, seperti yang saya janjikan tadi pagi, sekarang
kita bertemu dan belajar mengenai akibat dari kebiasaan ibu jika marah
ibu muncul dan ibu membanting banting barang ?.
b) Tempat: Ibu mau ngobrol ngobrol dengan saya dimana? Bagaimana
kalau di halamansaja sambil duduk duduk?
c) Waktu : Ibu mau ngobrol dengan saya berapa lama ? bagaimana kalau
10 menit ? Apakah Ibu tidak keberatan ?.
b) Fase Kerja
Maaf bu, kalau saya boleh tau, pada saat penyebab marah ibu muncul, seperti
saat teringat dengan mantan suami ibu, apa yang ibu lakukan selain membanting
barang barang ? Apakah ibumelakukan hal hal yang lain ?.
Jadi jika Ibu mengamuk ibu hanyamembanting barang barang yang ada
disekitar ibu saja ?. Apakah dengan cara ini masalah ibu terselesaikan?Pasti,
tidakakan terselesaikan. Apa keuntunganjika ibu marah dan membanting
banting barang di sekiar ibu ?Betul bu, tidak ada keuntungan jika ibu marah dan
membanting barang barang di sekitar ibu malah keluarga ibu jadi ketakutan
dan barang barang dirumah ibu jadi rusak karena ibu membantingnya.Apalagi
kalau barang barang yang ibu banting mengenai orang lain pasti akan ada
masalah yang terjadi, bukan menyelesaikan masalah malah menambah masalah
bu.
c) Terminasi
a. Evaluasi
1 Evaluasi Subjektif :
Bagaimana perasaan ibu sekarang, setelah berbincang bincang dengan
saya dan mengetahu apa saja akibat dari kebiasaan marah ibu yang
membanting barang barang di sekitar ibu ?
2 Evaluasi Obyektif :
Setelah kita berbincang bincang, apakah ibu masih ingat apa saja
akibat dari kebiasaan ibu jika ibu marah lalu membanting barang barang
yang ada di sekitar ibu .
c) Kontrak
Topik : : Baiklah bu, seperti yang saya janjikan kemarin, sekarang kita
bertemu dan belajar cara untuk mencegah perilaku kekerasan yakni dengan
cara memukul bantal atau kasur. Bagaimana bu apakah ibu mau?.
a. Tempat :Dimana kita mau berbincang bincang ? bagaimana kalau di
dalam kamar ibu saja ?.
b. Waktu : Ibu mau berapa lama buwaktunya ? apakah 10 menit cukup?.
2) Fase kerja
Ada beberapa cara untuk mengendalikan kemarahan ibu, salah satunya adalah
dengan cara fisik. Jadi, melalui kegiatan fisik, rasa marah
disalurkan.bagaimana kalau kita belajar cara fisik tersebut bu?
Beginibu, kalau tanda-tanda marah sudah mulai ibu rasakan, ibu segera
berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup
perlahan-lahan melalui mulut seperti mengelurkan kemarahan. Ayo coba lagi,
tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut.Nah, lakukan 5
kali.Bagus sekali, Ibu sudah bisa melakukannya.Bagaimana perasannya ibu
sekarang ?.
Selainnya napas dalam ibu juga dapat memukul kasur dan bantal. Sekarang,
mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Dimana tempat tidur ibu?Jadi
kalau nanti ibu kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan
kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal.Nah, coba lakukan,
pukul kasur dan bantal.Ya, bagus sekali ibu melakukannya dengan benar.
Nah, cara ini pun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah ibu
muncul.Kemudian jangan lupa rapikan tempat tidurnya setelah amarah ibu
sudah mereda.
Nah, sebaiknya latihan ini ibulakukan secara rutin sehingga bila sewaktu
waktu rasa marah itu muncul,Ibu sudah terbiasa melakukannya.
3) Fase terminasi
a. Evaluasi
a) Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap cakaptentang cara
mencegah perilaku kekerasan dengan cara teknik nafas dalam dan
memukul bantal dan kasur?..
b) Evaluasi Objektif
Coba ibu sebutkan bagaimana cara mencegah perilaku kekerasan yang
tadi kita pelajari mulai dari teknik nafas dalam ?. Bagus dicoba terusya
bu?..
b. Rencana Tindak lanjut klien
Bagaimana kalau nanti kita bertemu lagi bu?. Kita akan membahas
mengenai mengenai latihan cara mengendalikan marah dengan cara bicara
yang baik. Bagaimana bu ?.
c. Kontrak
a) Topik : Bunanti kita akan berbincang bincang lagi mengenaimengenai
latihan cara berbicara untuk mencegah marah ?.
b) Waktu : Bagaimana kalau nanti kita bertemu lagi jam 15.00 WIB.
Bagaimana bu ?.
c) Tempat :Ibu ingin bercakap cakap dengan saya dimana ? apakah tetap
disini atau bagaimana bu ?. Baiklah kalau begitu kita sudahi
perbincangan kita saat ini, terima kasih sampai jumpa dengan saya besok
ya bu.
STRATEGI PELAKSANAAN 3 TINDAKAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN
1 Pertemuan keempat
Hari/tgl :
Jam :
A. Proses keperawatan
a. Pra Interaksi
1) Kondisi klien
Klien mengetahui cara mencegah perilaku kekerasan dengan cara teknik nafas
dalam dan memukul bantal dan kasur. Klien sudah tampak tenang, pandangan
mata tidak lagi tajam, klien sudah dapat sedikit mengontrol marah.
2) Diagnosa keperawatan
Perilaku Kekerasan
3) Tujuan keperawatan
Tujuan umum : Klien tidak menciderai diri.
Tujuan khusus :
TUK 7 : Klien dapat mendemonstrasikan cara sosial untuk mencegah
perilaku kekerasan.
4) Rencana Tindakan Keperawatan : (SP 3)
a) Evaluasi SP 1 & 2
b) Mempraktikkan latihan cara verbal.
B. Strategi komunikasi
1) Fase orientasi
a. Salam terapeutik
Assalamualaikum, selamat sorebu ? Sesuai janji saya tadi, sekarang kita
bertemu lagi.
b. Validasi data
Bagaimana bu,latihan apa saja yang sudah dilakukan?Apa yang dirasakan
sekarang setelah melakukan latihan secara teratur? Bagaimana dengan rasa
marahnya?.
c. Kontrak
a) Topik : Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara berbicara untuk
mencegah marah bu??.
b) Tempat :Dimana enaknya kita berbincang bincang bu? Bagaimana
kalau di tamansaja ?.
c) Waktu : Berapa lama ibumau berbincang bincang dengan saya?
Bagaimana kalau 10 menit?.
2) Fase kerja
Baiklah sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah ibu.
Jika marah sudah disalurkan melalui tarik napas dalam atau pukul kasur dan
bantal, dan perasaan ibu sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang
membuat kita marah. Ada tiga cara bu untuk berbicara agar mencegah marah
diantaranya yaitu :
a) Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta
tidak menggunakan kata kata kasar. Misalnya ibu ingin meminta sesuatu
pada orang lain, harus dilakukan dengan perkataan yang baik tanpa nada
suara tinggi. Misalnya ibu meminta makanan dengan cara yang baik. Bu,
bolehkah saya minta makananitu ?karna saya lapar. Nanti bisa dicoba
disini untuk meminta baju, minta obat dan lain lain. Coba ibu praktekkan.
b) Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh ibu, dan ibu tidak ingin
melakukannya, katakana saja bu, misalnya Maaf saya tidak bisa
melakukannya karena sedang ada kerjaan. Coba ibu praktikkan.
c) Mengungkapkan perasaan dengan baik. Misalnya Saya kesal karena
permintaan saya tidak dikabulkan disertai dengan nada yang rendah. Coba
ibu praktikkan bu.
3) Fase terminasi
a. Evaluasi
a) Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap cakaptentang cara yang
kita pelajari tadi?.
b) Evaluasi Objektif
Coba ibu sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari tadi.
1 Pertemuan kelima
Hari/tgl :
Jam :
A. Proses keperawatan
a. Pra Interaksi
1) Kondisi klien
Klien meampu berbicara dengan baik tanpa nada yang tinggi.Klien berbicara
dengan pelan tidak lagi berbicara dengan keras, klien tampak tenang.
2) Diagnosa keperawatan
Perilaku Kekerasan
3) Tujuan keperawatan
Tujuan umum : klien tidak menciderai diri.
Tujuan khusus :
TUK 8 : Klien dapat mendemonstrasikan cara spiritual untuk
mencegah perilaku kekerasan.
b. Rencana Tindakan Keperawatan : (SP 3 pasien)
a) Evaluasi SP 1 &2.
b) Mempraktikkan latihan cara spiritual dam memasukkan kedalam jadwal.
B. Strategi komunikasi
1) Fase orientasi
a. Salam terapeutik
Assalamualaikum, selamat pagi bu ? Sesuai janji saya kemarin, sekarang
kita bertemu lagi.
b. Validasi data
Bagaimana bu,latihan apa yang sudah dilakukan?Apa yang dirasakan
setelah melakukan latihan secara teratur?bagaimana rasa marahnya bu?.
c. Kontrak
a) Topik : Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk
mencegah rasa marah yaitu dengan cara ibadah?. Bagaimana bu ?.
b) Tempat :Dimana enaknya kita berbincang bincang? Bagaimana kalau
di sini saja bu?.
c) Waktu : Berapa lama mau ibumau berbincang bincang dengan saya ?
Bagaimana kalau 20 menit?.
c. Fase kerja
Sekarang kita akan melakukan kegiatan untuk latihan mencegah rasa marah
dengan melakukan ibadah.
Coba ceritakan bu, kegiatan ibadah yang biasa ibu lakukan ?Baik,yang mana
mau dicoba bu? .
Nah,kalau ibu sedang marah coba ibu langsung duduk dan tarik nafas dalam lalu
jika marahnya belum reda juga rebahkan badan ibu agar rileks dan jika masih
belum reda juga segera ambil air wudlu kemudian ibu lakukan shalat.
Ibu bisa melakukan shalat secara teratur untuk meredakan kemarahan ibu.Coba
ibu sebutkan shalat 5 waktu?.
Selain sholat ibu juga bias melakukan dzikir bila rasa marah ibu muncul. Dengan
berdzikir insyaallah rasa marah ibu akan meredah bahkan hilang, serta jangan lupa
untuk selalu berdoa. Sekarang coba ibu sebutkan salah satu bacaan dzikir yang
bapak ketahui.Lakukan hal hal tadi ya bu, bila rasa marah ibu muncul atau
bahkan setiap saat ibu.Bagaimana ibu mau?
d. Fase terminasi
a. Evaluasi
a) Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap cakaptentang cara yang
kita pelajari tadi?.
b) Evaluasi Objektif
Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajaribu ?. Coba
ibu sebutkan lagi cara ibadah yang dapat ibu lakukan bila ibu merasa marah
?sebutkan bu?.
b. Rencana Tindak lanjut klien
Setelah ini coba ibu lakukan sholat sesuai dengan yang ibu bisa.Dan ibu dapat
melakukannya setiap hari.
c. Kontrak
a) Topik : Baiklah bu, kapan kita bisa bertemu lagi bu ?Baiklah nanti kita
akan bertemu untuk melihat sejauh mana ibu melaksanakan kegiatan minum
obat ?.
b) Waktu : Besok kita ketemu lagi jam 15.00 WIB. Bagaimana bu ?.
c) Tempat : Bagaimana bu, kalau nanti kita ketemu di halaman taman
saja?. Baiklah kalau begitu kita sudahi perbincangan kita saat ini, terima
kasih sampai jumpa besok ya bu.
B. Strategi komunikasi
1) Fase orientasi
a. Salam terapeutik
Assalamualaikum, selamat pagi bu ? Sesuai janji saya kemarin, sekarang
kita ketemu lagi.
b. Validasi data
Bagaimana bu, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam, pukul kasur
bantal, bicara yang baik serta shalat? Apa yang dirasakan setelah
melakukan latihan secara teratur?.
c. Kontrak
a) Topik : Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang jenis
obat, dosis, waktu minum obat serta kepatuhan minum obat untuk
mengontrol kemarahan ibu.
b) Tempat :Dimana enaknya kita berbincang bincang? Bagaimana kalau
di sini saja bu?.
c) Waktu : Berapa lama ibumau berbincang bincang? Bagaimana kalau
15menit cukup bu?.
2) Fase kerja
Apakah ibu sudah dapat obat dari dokter?.Berapa macam obat yang ibu
minum? Warnanya apa sajabu ? Jam berapa saja ibu minumobat ?.
Nanti sebelum ibu minum obat ibu lihat dulu label di kotak obat apakah benar
nama ibu tertulis disitu apa tidak, berapa dosis yang harus diminum, jam
berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah
benar?.Disini minta obatnya pada suster ya bu, kemudian cek lagi apakah benar
obatnya.
3) Fase terminasi
a. Evaluasi
a) Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
minum obat yang benar?
b) Evaluasi Objektif
Cobaibu sebutkan lagi jenis obat yang ibu minum dan bagaimana cara
minum obat yang benar?.
Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari
bu?. Jangan lupa laksanakan semua cara mengontrol marah dengan
teratur ya bu..
b. Rencana Tindak lanjut klien
Baik, bagaimana kalau besok kita bertemu kembali untuk melihat sejauh
mana ibumelaksanakan kegiatan dan sejauh mana dapat mencegah rasa
marah.
c. Kontrak
Topik : Baiklah, saya rasa cukup perbincangan kita untuk pertemuan kali
ini bu. Besok saya akan berbincang bincang dengan keluarga ibu.
Waktu : Besoksaya bertemu dengan keluarga ibujam 07.30 WIB.
Tempat : Ibu ingin melakukan kegiatan ini dimana? Bagaimana jika
dikamar ibu saja ?. Baiklah kalau begitu kita sudahi perbincangan kita hari
ini, terima kasih sampai jumpa besok ya bu.
BAB 5
Penutup
1. Kesimpulan
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah yang diekspresikan dengan
melakukan ancaman, mencederai orang lain, dan atau merusak lingkungan. Respons
tersebut muncul akibat adanya stressor.
Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrim dari marah atau
ketakutan ( panik ). Perilaku agresif dan perilaku kekerasan itu sendiri saling dipandang
sebagai suatu rentang, dimana agresif verbal disuatu sisi dan perilaku kekerasan ( violence
) di sisi lain. ( Yosep, Iyus. 2007 ).
Tanda dan gejala dari perilaku kekerasan diantaranya muka merah dan tegang,
mata melotot, tangan mengepal, bicara kasar dengan nada tinggi, ketus, menyerang orang
lain, melukai diri sendiri maupun orang lain, merusak lingkungan, agresif, dll.
2. Saran
Penulis menyadari dalam penulisan masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan
dan perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan
pengetahuan terutama bagi pembaca dan penulis.